You are on page 1of 17

MAKALAH TASAWWUF SEJARAH TERBENTUKNYA KELOMPOK TARIQAT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tasawwuf Dosen pembimbing:

MAT BUSRI, M.A

Disusun oleh: ALI MURTADHO NOVIA SURYANI FALAHIYAH (10630021) (10630025) (10630037)

MUH. ULIL ABSHOR (12650134)

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ajaran Islam berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran penganutnya. Perkembangan ini mengarah pada keluasan dan kerincian substansi ajarannya, sehingga terasa lebih spesifik dan lebih mudah diterima serta diamalkan. Hal ini terjadi hampir pada semua aspek ajarannya, termasuk dalam kehidupan kerohanian yang terkenal dengan Tarekat. Tarekat dalam spesifikasi pemaknaannya, merupakan sebuah pola hidup dengan cara pensucian jiwa melalui metode tertentu untuk mencari keridhaan Allah. Pemahaman ini sesungguhnya telah mengalami pergeseran kepada yang lebih bersifat fungsional praktis dari pada sekedar peristilahan yang memetingkan rasional teoritis. Tarekat dalam perkembangannya menjadi sebuah pola hidup, lembaga dan komunitas yang memiliki struktur yang jelas, layaknya sebuah organisasi. Tarekat sebagai sebuah komunitas lembaga yang merupakan sebuah organisasi tidak terjadi begitu saja mengiringi proses pembentukan amal Islam. Tarekat lebih tepat dikatakan sebagai alternatif kehidupan dalam situasi yang tidak menentu. Cara ini dianggap dapat menjawab sejumlah kegelisahan bercampur cita-cita dalam upaya memperoleh ketenangan bathin ditengah ketidak pastian dan kegaduhan dunia. Di sini tarekat harus dibedakan dari tasawuf. Tarekat sebagai sebuah metode tidak pernah ditemukan dalam praktek keberagamaan Rasulullah dan khalifah Rasyidin. Bahkan istilah tarekat sebagai sebuah cara beragama (beribadah) pun tidak pernah di dengar dari ucapan Rasul dan sahabat-sahabatnya. Tetapi tasawuf dalam konteks cita-cita beragama adalah ruh Islam. Kesucian jiwa, taqarub Ilallah, dan sejumlah istilah lainnya adalah cita-cita dalam amal Islam ketika orang mempraktekkan ajaran Islam. Tetapi harus dipahami bahwa apa yang dicari dengan cara tarekat adalah merupakan tujuan tasawuf. Tarekat diperlukan hanya sebagai cara mempermudah memperoleh cita-cita dan tujuan tasawuf. Jadi tarekat adalah metode tasawuf.

1.2 Rumusan Masalah Adapun Rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Tariqat? 2. Apa tujuan serata manfaat dari tariqat? 3. Bagaimana sejarah terbentuknya kelompok tariqat? 4. Apa saja kelompok kelompok dari tariqat? 5. Bagaimana hubungan tarikat dengan tasawuf? 6. Bagaimana tata cara pelaksanaan tariqat?

1.3 Tujuan Adapun Tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian Tariqat 2. Untuk mengetahui tujuan dari pelaksanaan tariqat 3. Untuk mengetahui sejarah terbentukya kelompok tariqat 4. Mampu menjelaskan perbeaan dari tiap-tiap kelompok tariqat 5. Mengetahui hubungan tariqat dengan tasawuf 6. Mengetahui tata cara melaksanakan tariqat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Berdirinya Thariqat Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan peluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Mereka menemui orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengalaman tasawuf yang dapat menuntun mereka. Belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal adalah suatu keharusan bagi mereka. Seorang guru tasawuf biasanya memang memformulasikan suatu system pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain. 1 Tarekat ini muncul setelah al-Gazali menghalalkan tasawuf yang semula dianggap sesat2. Apabila dikaitkan dengan bidang tasawuf, menurut Syekh Najmuddin dalam bukunya Jamiul Aulia dapat diuraikan bahwa Syariat adalah himpunan peraturan, sedangkat tarekat adalah cara pelaksanaannya, hakikat adalah keadaan dan makrifat adalah tujuan akhirnya. 3 Lahirnya pola hidup sufistik yang melembaga menjadi tarekat tampaknya tidak terlepas dari perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat. Munculnya gerakan zuhud dan uzlah yang dipelopori oleh Hasan al Bashri (110 H) dan Ibrahim bin Adham (159 H) adalah contoh dari reaksi terhadap situasi dinamika masyarakat yang ada pada masa itu. Jadi lahirnya pola hidup sufistik yang melembaga seperti tarekat, sesungguhnya adalah merupakan jawaban terhadap kondisi sosial dan dinamika hubungan masyarakat waktu itu.
1

Rosihon Anwar dan Muktar Solihin, Ilmu Tasawuf, Cet. IV (CV. Pustaka Setia 2007), h. 167 2 Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, Cet. III (PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 225. 3 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Cet.II ( Cahaya Salam, 2008 ), h. 560.

Paling tidak ada dua faktor utama yang menyebabkan lahirnya tarekat, yaitu faktor dinamika politik dan faktor dinamika perubahan sosial.4 Pertama: faktor dinamika politik. Di bagian Barat dunia Islam seperti Palestina, Mesir, Syiria menghadapi serangan Kristen Eropa yang terkenal dengan perang Salib. Dan selama antara 490/1096 M hingga 656/ 1258 M telah terjadi delapan kali peperangan yang cukup dahsyat. Di bagian Timur dunia Islam menghadapi serangan bangsa Mongol yang dengan mudah menaklukkan setiap daerah yang diserangnya.5 Sementara itu situasi politik di kota Bagdad sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam juga tidak menentu. Perebutan kekuasaan oleh para amir terus terjadi. Secara formal khalifah tetap diakui, tetapi yang sesungguhnya secara praktis yang memerintah adalah para amir dan sultan-sultan. Keadaan semakin buruk ketika Hulaghu Khan mengambil alih kekuasaan tahun 1258 M.6 Saat itulah umat Islam mulai mengalami disintegrasi sosial yang sangat parah seperti pertentangan sunni dengan syiah, pertentangan kelompok Turki dengan kelompok Arab-Persia. Akibat kehidupan sosial merosot dan keamanan sangat terganggu.7 Dalam keadaan seperti inilah para sufi yang sejak hidup zuhud dan kadang-kadang beruzlah sering dan berlama-lama dikunjungi banyak orang. Lama-kelamaan masyarakat yang sering mengunjungi para sufi ini menjadi sebuah majelis zikir dalam bentuk halakah, dan kemudian berkembang menjadi sebuah kelompok. Sufi yang kemudian menjadi seorang guru bagi kelompoknya, mengajarkan pengetahuan dan pengalaman berzikirnya mulai dari materi, adab, waktu, langkah-langkah dan sebagainya, yang kesemuanya dipatuhi dan diamalkan para pengikutnya. Maka atas dasar dan proses ini lahirlah sebuah komunitas zikir. 8 Dan inilah yang disebut tarekat. Ada teori lain yang mengatakan kemungkinan lahirnya tarekat dalam Islam tidak hanya faktor politik dan perubahan sosial dalam masyarakat Islam seperti dikemukakan di atas. Menurutnya faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kecenderungan beribadah yang berlebihan dan perbedaan penafsiran. Pertama para sufi ingin mengamalkan ibadah sebanyak mungkin. Keinginan ini membuat mereka sadar atau tidak sadar, telah melakukan ibadah yang sesungguhnya tidak dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, baik cara, maupun jumlahnya dalam pensucian jiwa, muncullah upaya-upaya untuk melembagakan cara yang
4 5

Khairuddin Aqib, Inabah, (Bina Ilmu Surabaya, 2005), h. 2. K. Ali, A Study of Islamic History, (Idarat Adaby Delhi, 1990), h. 273. 6 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Cet I (UI Press, Jakarta, 1985), h. 79. 7 K. Ali A Study, h. 134-135. 8 Khairuddin, Inabah, h.. 2.

sudah terbiasa dilakukan itu. Maka lahirlah tarekat sebagai aliran-aliran dalam tasawuf.9 Kedua perbedaan-perbedaan dikalangan para ulama dalam memahami ayat-ayat Al Quran maupun hadis selalu terjadi. Perbedan pemahaman ini tentu berakibat pada perbedaan dalam implementasinya. Ada pandangan bahwa pensucian jiwa yang paling baik adalah jika dilakukan secara berkhalwat, melalui ajaran seorang guru, dengan bimbingan seorang Syekh. Pandangan seperti inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya cara beribadah dengan tarekat.10 Sejarah perkembangan tarekat dapat disimpulkan dalam tiga fase. Fase pertama adalah tahap khanaqah. Khanaqah dalam istilah sufi/tarekat adalah sebuah tempat atau pusat pertemuan. Seorang Syekh hidup dengan muridnya dalam ikatan peraturan yang tidak terlalu ketat. Syekh menjadi mursyid atau guru. Amalan-amalan/zikir dan metode yang mereka lakukan tidak semuanya bersumber dari ajaran guru. Mereka melakukan kontemplasi kadangkadang secara individu, kadang-kadang secara bersam-sama. Hal ini terjadi sekitar abad X Masehi. Kedua adalah fase tarekat. Pada fase ini ajaran-ajaran, metode, peraturan-peraturan sudah mulai terbentuk. Semua amalan yang dilakukan berpusat pada ajaran guru. Guru adalah sosok kharismatik yang wajib dipatuhi. Guru memiliki silsilah tarekatnya sampai kepada Rasulullah SAW. Dalam tahap ini para sufi mencapai kedekatannya kepada Tuhan dengan istilah-istilah tertentu seperti marifat, mahabbah, dan sebagainya. Fase ini berlangsung sekitar abad XIII Masehi. Tahap ketiga adalah thaifiah yang terjadi sekitar abad XV Masehi. Pada masa ini terjadi transisi ajaran dan peraturan kepada pengikut. Pada tahap ini, tarekat memiliki arti lain yaitu organisasi sufi yang bertujuan melestarikan ajaran Syekh. Murid, setelah masa tertentu, tidak lagi harus bersama gurunya. Mereka boleh mendirikan cabang di tempat lain. Bahkan banyak cabang tarekat yang pada akhirnya baerbeda dengan tarekat asalnya. 11 Dalam kaintan inilah muncul dan berkembangnya berbagai organisasi tarekat atau aliran tasawuf hingga saat ini. Pada umumnya tarekat berkembang dari dua daerah yang secara geografis berbatasan, yakni dari daerah Khurusan di Iran dan dari daerah Mesopotamia di Irak. Tarekat yang muncul di Khurusan selalu bertalian dengan Abu Yazid al Bustami (w. 425H/ 1034 M), sedangkan tarekat yang timbul di Mesopotamia selalu berkaitan dengan Al Junaidin Al Baghdadi (w. 298 H/ 910 M).
9

Hamzah Yacob, Tingkat ketenangan dan kebahagiaan Mukmin, (Ati Atisa, Jakarta), h. 42. 10 Ibid, h. 43. 11 Khairuddin, Inabah, h. 122.

Rumpun Khurusan melahirkan tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al Yasafi (w. 562 H/ 1169M), disusul lahirnya tarekat Khawajaqawiyah yang dipelopori oleh Abdul Khalik Al Ghuzdawani (w. 617H/ 1220M). tarekat Yasafiyah berkembang di berbagai daerah seperti Turki. Tarekat ini di Turki, berganti nama dengan tarekat Bektansiah yang dinisbahkan dengan pengembangannya Muhammad Ata ibn Ibrahim Hajji Bektash (w. 1335M). tarekat ini pernah memegang peranan penting di Turki, memegang korp Janissari yang dikomandani oleh Murad I pada masa Turki Usmani. Sementar itu tarekat Khawajaqawiyah menumbuhkan cabang baru didirikan oleh Muhammad Bahauddin an Naqsabandi Al awisi Al Bukhori (w. 1389 M) di Turkistan yang bernama tarekat Naqsabandiyah. Tarekat Naqsabandiyah menyebar ke Turki, India dan Indonesia dengan berbagai nama baru sesuai dengan nama penganutnya seperti tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujaddiyah, Ahsaniyah. Tarekat lainnya yang merupakan rumpun Khurusan adalah Safawiyah yang didirikan oleh Safiuddin al Ardabili (1334M), tarekat Bairamiyah yang didirikan oleh Hijji Bairan (w. 1430 M).12 Rumpun Mesopotamia melahirkan tarekat Suhrawardiyah yang didirikan oleh Abu Hafsas Suhrawardi (w. 632H/ 1234M), tarekat Kubrawiyah yang didirikan oleh Najamuddin Kubra (w. 618H/1221M), tarekat Maulawiyah yang didirikan oleh Jalaluddin ar Rumi. Selain itu beberapa tarekat yang terkenal muncul di Mesopotamia yang tidak berkaitan dengan pemahaman tasawuf Al Junaidi. Di antaranya adalah tarekat Qadariyah yang didirikan oleh Muhyiddin Abdul Qadir Jailani (w. 471 H/ 1078M), tarekat Sazjiliyah yang didirikan oleh Naruddin Ahmad as Sadzili (w. 656 H/ 1258M), tarekat Rifaiyah yang didirikan oleh Ahmad Ibn Ali Ar Rifai (w. 1182 M). Tarekat yang tergolong cabang tarekat Qodiriyah adalah tarekat Faridiyah di Mesir, yang dinisbahkan kepada Umar al Farid (w.1324M), tarekat Sanusiyah yang didirikan oleh Muhammad ibn Ali as Sanusi (w. 1859 M), tarekat Idrisiyah yang didirikan oleh Ahmad ibn Idrisi di Afrika Utara.13 B. Pengertian Tarekat Tarekat (Arab: Tariqah) berarti: 1. jalan, cara; 2. keadaan; 3. mazhab, aliran; goresan/garis pada sesuatu; 5. tiang tempat berteduh, tongkat paying; 6. yang terkenal dari suatu kaum.14 Dalam pengertian istilahy, tarekat berarti: 1. pengembaraan mistik pada umumnya, yaitu gabungan seluruh ajaran dan aturan praktis yang diambil dari al-Quran,
12 13

IAIN SU, h. 177-185. Ibid, h. 274. 14 Louis Maluf, Al-Munjid fi al-Lugah wa al-Alam (Beirut: Dar al-Mashriq, 1992), 565

sunnah Nabi Saw, dan pengalaman guru spiritual; 2. persaudaraan sufi yang biasanya dinamai sesuai dengan nama pendirinya.15 Ilmuan Barat sering menyebut tarekat dengan istilah Sufi Order. Termaorder ini awalnya digunakan dalam kelompok-kelompok monastik besar Kristen seperti Fransiscan dan Benedictan. Pengertian order ini kemudian diluaskan kepada sekelompok manusia yang hidup bersama di bawah disiplin bersama. Sehingga kemudian terma order diterapkan penggunaannya pada tarekat. Meski demikian, istilah order dalam Kristen dan tarekat pada Islam memiliki titik-titik perbedaan, seperti aturan keharusan hidup membujang bagi rahibrahib Kristen dan aturan legal yang ketat terpusat pada otoritas tunggal Paus berbeda dengan tarekat.16 Perbedaan kedua istilah itu juga ditegaskan oleh Fazlur Rahman dengan melihat pengertian asal keduanya. Poin penekanan terma order terletak pada aspek organisasi, sedangkan tarekat selain bermakna organized sufism, juga merupakan jalan sufi yang mengklaim memberikan bimbingan mistik manusia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Karenanya, tarekat bisa eksis tanpa adanya sebuah organisasi persaudaraan. Tentunya, tegas Rahman, sebelum keberadaan organized Sufism telah ada tarekat yang bermakna school of sufi doctrine.17 Tarekat sebagai organized sufism hadir sebagai institusi penyedia layanan praktis dan terstruktur untuk memandu tahapan-tahapan perjalanan mistik yang berpusat pada relasi guru murid; otoritas sang guru yang telah mendaki tahapan-tahapan mistik harus harus diterima secara keseluruhan oleh sang murid. Ini diperlukan agar langkah murid untuk bertemu dengan Tuhan dapat terlaksana dengan sukses. Tarekat timbul karena adanya pengalaman-pengalaman dan pandangan tokoh-tokoh shufi yang bermacam-macam, namun sebenarnya memiliki tujuan yang sama, hanya cara menempuh tujuan-tujuan mereka yang berbeda. Misalnya, orang-orang salaf yang ilmunya berdasarkan kitab dan sunnah, sedangkan orang-orang ahli kalam yang ilmunya berdasarkan dengan tafaquh yaitu berusaha untuk mengerti dan mengetahui tentang ilmunya kepada Tuhan secara logika tanpa mengesampingkan nas agama.
15

Jean Louis Michon, Praktek Spiritual Tasawuf dalam Syed Hossein Nasr (ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 2002), 357394 16 Carl W Ernst, The Shanbala Guide to Sufism (Boston&London: Shanbala Publ., 1997), 120 17 Fazlur Rahman, Islam (Chicago & Lonon: University of Chicago Press, 1979), 156-157s

Setelah mengenal cara-cara memasuki lapangan tasawuf, langkah selanjutnya adalah menempuh jalan tasawuf, sebagaimana yang dilakukan para kaum shufi, hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan utama tasawuf yaitu marifat billah dan insan kamil. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka harus menempuh langkah-langkah dalam bertasawuf, salah satunya yaitu tarekat. Tarekat diambil dari bahasa Arab al-thariqah yang berarti jalan. Jalan yang dimaksud disini adalah jalan yang ditempuh oleh para shufi untuk dapat marifat kepada Allah. Definisi thariqah menurut Al-Syekh Muhammad Amin Kurdi adalah pengamalan syariat, menghayati hakikat ibadah, dan tidak mempermudah dalam ibadah, menjauhi segala yang dilarang baik yang zahir maupun yang bathin, menjunjung tinggi seluruh perintah-perintah Tuhan dengan kadar kemampuan, menghindari yang haram, makruh dan berlebihan dalam hal yang mubah, menunaikan segala yang fardhu, dan melaksanakan amalan-amalan sunnah sebatas kemampuan dibawah bimbingan seorang yang arif dari ahli nihayah.18 Pada mulanya tarekat merupakan tata cara untuk marifat kepada Allah dan digunakan untuk sekelompok yang menjadi pengikut bagi seorang syaikh. Kelompok tersebut kemudian menjadi lembaga-lembaga yang mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh seorang syaikh yang menganut suatu aliran thariqah tertentu. Dan hubungannya dengan tasawuf adalah tasawuf merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Al-Ghazali ada tiga langkah jalan untuk marifat billlah, yaitu penyucian hati, konsentrasi dalam berdzikir pada Allah dan fana fillah. Penyucian hati atau tahrir al-qalbi merupakan langkah pertama thariqah. Hal ini terdiri dari dua bagian yaitu, yang pertama mawas diri dan pengusaan serta pengendalian nafsu-nafsu, dan yang kedua adalah membersihkan diri dari ikatan pengaruh keduniaan. Penyucian hati ini berhubungan dengan ajaran tasawuf yang dipercayai mempunyai kemampuan rohani dan menjadi alat untuk marifat kepada Dzat Tuhan dan untuk mengenal semua rahasia alam ghaib. Konsentrasi dalam dzikir pada Allah atau istighraq al qalb bidzikrillah, jika berhasil dilakukan, maka akan dapat mengantarkan pada pengalaman atau penghayatan fana fillah, yaitu beralihnya kesadaran dari alam indrawi ke alam kejiwaan atau

18

M. Jamil. 2004. Cakrawala Tasawuf. Gaung Persada Pers: Jawa Barat. H. 119

alam batin dan marifat kepada Allah.19 Pada hakikatnya tujuan utama tarekat adalah agar seorang hamba dapat mengenal Allah atau marifat billah dan selalu dekat dengan Allah. Dan seorang hamba akan dapat bermarifat billah dan selalu dekan dengan Allah, jika sudah berhasil menyingkap hijab yang menghalangi dirinya untuk dekat dengan Allah. Hijab yang menghalangi tersebut adalah hawa nafsu dan kemewahan duniawi.20

C. Objek Dan Kegunaan Kajian 1. Objek Kajian Manusia terdiri atas dua unsur, unsur pertama adalah jasad atau jasmani, unsur kedua adalah rohani. Unsur jasad adalah sesuatu yang pasif, mati dan tidak memiliki peran tersendiri. Jasad berperan karena lainnya (unsur rohani), tanpa rohani jasad tidak apa-apa, sama dengan kayu yang terpotong, daun-daun yang jatuh dari pohonnya. Karena jasad adalah pesuruh, hamba yang secara patuh dan tanpa pernah menolak mengabdi pada ruh. Tegasnya jasad bagaikan wayang bagi dalang. Sementara unsur kedua, yakni ruh adalah unsur yang aktif, dialah yang merasa mengetahui, menerima, mengelola, menelaah dan menyimpulkan. Unsur rohani inilah yang berperan menggerakkan jasmani, kapan, kemana, untuk apa. Ringkasnya rohani dalam diri manusia adalah unsur yang berkuasa, menentukan, dan itulah yang mengatur alam ini.21 Meskipun demikian kedua unsur tersebut saling bertaut dan membutuhkan. Jasad sangat diperlukan oleh rohani sebagai alat untuk merealisasikan kehendaknya. Informasi tidak akan diperoleh oleh rohani tanpa melalui perangkat jasmani seperti mata, telinga, mulut dan sebagainya. Informasi yang ditangkap oleh mata tidak dapat diolah dan dinilai oleh rohani tanpa menggunakan perangkat jasmani seperti otak dan hati, tetapi apapun kegunaan jasmani tetap di bawah arahan dan kemauan rohani. Dalam kaitan ini, maka objek tarekat adalah unsur rohani. Unsur rohani yang biasa disebut jiwa. Jiwa adalah pintu gerbang manusia, yang selalu bersikap netral dan karenanya sangat tergantung pada apa dan siapa yang mempengaruhinya. Meskipun di dalamnya terdapat fitrah yang senantiasa cenderung kepada kebaikan, tetapi bisa jadi tertutup oleh

19 20 21

M. Jamil. 2004. Cakrawala Tasawuf. Gaung Persada Pers: Jawa Barat. H. 122 M. Jamil. 2004. Cakrawala Tasawuf. Gaung Persada Pers: Jawa Barat. H. 79 Khairuddin, Inabah, h. 16-18.

pengaruh lainnya.22 jiwa merupakan terminal yang mengatur arah dan jalan hidup seseorang. Jiwa merupakan pengendali yang menetukan pola dan cara hidup. Karenanya jiwa adalah pusat garapan pendidikan Islam. 2. Kegunaan Kajian Maka sebagai sebuah kegiatan spiritual, tarekat pada umunya memiliki tujuan yang sama. Tujuan pokok bertarekat adalah untuk: Tazkiyatun nafsi (pensucian jiwa). Tazkiyatun nafsi adalah pengkondisian jiwa agar senantiasa/secara berkelanjutan merasa tenang dan tentram. Seorang salik/ahli tarekat harus berusaha mensucikan jiwanya dari berbagai macam kotoran/penyakit hati, baik karena pengaruh lingkungan maupun karena pengaruh syetan. Bersihnya jiwa dari berbagai kotoran dan penyakit hati akan lebih mudah dekat dengan Allah. Taqarrub Ilallah. Taqarrub Ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) merupakan salah satu tujuan pokok para ahli tarekat. Untuk ini para salik/ahli tarekat melakukan kegiatankegiatan ibadah yang beragam dan memakan waktu yang cukup lama, seperti zikir, salat dan sebagainya.23 Taqarrub Ilallah adalah sebuah usaha dan kegiatan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga dapat menduduki tempat terhormat dan mulia dengan jalan mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya.24 Taqarrub Ilallah selain sebagai usaha juga merupakan suatu situasi di mana manusia merasakan kenikmatan rohani tertinggi, tidak merasa susah dan tidak merasa gelisah serta tidak merasa takut kepada siapapun selain Allah dan dalam keadaan apapun. Dia merasa senantiasa dalam lindungan Allah. Untuk dapat mencapai kesucian jiwa dengan tujuannya itu, para ahli tarekat mengadakan kegiatan atau amalan. Amalan para pelaku tarekat bisa berbeda antara satu sama lainnya sesuai aliran tarekat yang dianutnya. Namun secara umum ada amalan-amalan yang dilakukan di semua lembaga tarekat, diantaranya yaitu : 1. Mandi taubat. Seseorang yang akan memasuki suluk harus lebih dahulu mandi taubat dari segala dosanya dan bertekad tidak lagi melakukan semua yang berakibat dosa. 2. Baiat. Setiap salik harus mengadakan baiat dengan gurunya untuk selalu mematuhi aturan dan melaksanakan amalan dalam suluk (amar maruf dan nahi munkar). 3. Berzikir. Zikir yang dilakukan sesuai dengan petunjuk guru, baik mengenai jumlah maupun waktu. 4. Berkhalwat ketika berzikir, agar lebih konsentrasi dan terhindar dari gangguan
22

Musthafa Muhammad Al-Jayasy, Mengenal diri dan Wali Allah, (Kelantan Malaysia, 1985 ), h.17-20. 23 Ibid, h. 28-41. 24 Khairuddin, Inabah, h. 25.

lingkungan. Mengekang hawa nafsu baik dari makanan yang enak-enak, pakaian yang bagus-bagus dan semua yang bersifat kemewahan dunia.
5. Melaksanakan amalan-amalan agama secara umum dengan tekun.25

Pensucian jiwa berujung pada tiga hal. Pertama adalah pengekangan atau penyederhanaan nafsu (kemauan nafsu) serta penyempurnaan keadaannya (ahwal) dari nafsu amarah ke nafsu lawamah ke nafsu malhamah menjadi nafsu muthmainnah menuju nafsu rodliyah dan berujung pada nafsu mardliyah. Kedua penajaman hati unutk dapat memilih jalan yang haq dan membedakannya dengan jalan yang batil, jalan syetan, sehingga lebih mudah menduduiki maqam dan dapat bertahan dan meningkatkan ahwalnya dengan sempurna. Ini dimaksudkan agar selalu berperangai tawadlu, berakhlak mahmudah dan ridha terhadap segala apa yang terjadi, menghindari sikap sombong dan riya. Ketiga adalah untuk menghidupkan dan mengembangkan peran fitrah yang dimiliki sejak dalam azali sebagai jalan taqarrub kepada Allah dalam segala bentuknya.26 D. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf Pada hakekatnya tarekat adalah suatu cara pensucian jiwa di dalam tasawuf yang ditempuh oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian cara ini berkembang dan menjadi lembaga-lembaga yang terorganisir sedemikian rupa sehingga menjadi semacam organisasi permanen.27 Karena itu, sesungguhnya tarekat adalah lanjutan dari usaha pengikut-pengikut sufi untuk lebih menspesialisasikan praktek pensucian jiwa dengan sebuah sistem yang terpimpin atau terlembagakan. Dengan kata lain tarekat adalah formalisasi ajaran dan pengamalan tasawuf dalam bentuk yang lebih khusus. Tasawuf sebagai bentuk pensucian jiwa yang bersifat individual berubah menjadi pensucian jiwa yang bersifat komunal. Namun istilah tarekat tidak lagi hanya bermakna tasawuf yang diatur dengan cara tertentu, tetapi memiliki wilayah makna yang lebih luas, termasuk di dalamnya ajaran sopan santun, cara berzikir, waktu beramal dan lain-lain. Bahkan tarekat merambah ke masalah shalat, zakat, puasa, haji dan jihad. Semuanya benar-benar tarekat dengan bimbingan dan

25 26

Ibid, h. 28-41. Said Hawa, Terj. Khairul Rafie M dan Ibn Thoha Ali, Jalan Ruhani, (Misan Bandung, 1995 ), h. 113. 27 Ibid, h. 95.

aturan yang sudah ada dalam tarekat itu. 28 Dengan demikian tarekat adalah tasawuf yang telah melembaga, tasawuf yang telah bersifat kelompok dangan ajaran dan aturan serta caracara yang khas sesuai dengan bimbingan syekh yang mungkin telah ada secara turuntemurun. Tarekat adalah aliran atau cabang-cabang tasawuf yang dikembangkan oleh orangorang tertentu yang telah mendapat restu dari tasawuf atau tarekat tempat belajar sebelumnya. E. Aliran-Aliran Thariqat Termasyhur Tarekat-tarekat yang tergolong masyhur dan berkembang di dunia Islam, diantaranya adalah: 1. Tarekat Qadiriyah Tarekat Qadiriyah adalah satu tarekat yang berkembang didunia Islam, termasuk di Indonesia. Tarekat ini didirikan oleh Abdul Qadir Jailani yang nama lengkapnya Muhiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Salih Al-Jailani (470 H 561 H ). 29 Tarekat qadariyah disebut juga tarekat Al Jilli. Tarekat ini berkembang di Tiongkok dan Indonesia. Pengaruh tariqat ini cukup banyak meresap dihati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara tertentu. Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa arab. Berisi riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir Jailani sebanyak 40 episode. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar mendapat berkah dengan sebab keramatnya30. 2. Tarekat Rifaiyah Tarekat ini didirikan oleh Ahmad binAli Abul Abbas (w. 578 H/ 1106M)/ nama Rifai dinisbahkan kepada salah satu syekh tarekat yakni paman Abul Abbas yang bernama Ahmad Rifaiyah.31 Tariqat ini dilakukan dngan menggunakan tabuhan rabana dalam wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata tajam yang diiringi dengan dzikir-dzikir tertentu. Permainan debus ini berkembang pula di daerah Sunda, khususnya Banten Jawa Barat. Di Indonesia banyak tersebar di daerah Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi, Jawa dan daerah lainnya.32 3. Tarekat Naqsyabandiyah Tarekat ini didirikan oleh Muhammad Bahauddin al Uwaisi al Bukhari al Naqsabandiyah (727-791 H). Ia biasa disebut Naqsyaband yang berarti lukisan,
28 29

Khailili Albamar, Ajaran Tarekat, Bintang Remaja, ttp, tt, h. 47-82. Djamaan Nur, Tasawuf dan Tarekat Naqsabandiyah, Ct.II, (Usu Press, 2002 ), h. 148. 30 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, 1996, hal. 273 31 Pengantar Ilmu Tasawuf, (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam-IAIN SU, h. 279-291. 32 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, 1996, hal. 274

karena ia ahli dalam membarikan lukisan kehidupan yang ghaib-ghaib. 33 Tariqat ini banyak tersebar di Sumatra, Jawa maupun Sulawesi.Sumatera Barat tepatnya di daerah Minangkabau. Tariqat ini tidak banyak dijelaskan ciri-cirinya.34 4. Tarekat Sammaniyah Tarekat Samaniah adalah salah satu cabang tarekat Syaziliah yang memasyhurkan Tarekat Sammaniyah ialah Muhammad bin Abdul Karim As-Samani (1718-1755 ). 35 ciri tariqat ini dzikirnya dengan suara keras dang melengking, khususnya ketika mengucap lafadz lailaha illa Alloh. Syaikh saman juga mengajarkan agar memperbanyak shalat dan dzikir, kasihan pada fakir miskin, jangan mencintai dunia, menukar akal basyariyah dengan akal robaniyah, beriman hanya kepada Allah dengan tulus dan ikhlas.36 5. Tarekat Khalawatiyah Tarekat Khalawatiyah merupakan cabang dari Tarekat Suhrawardiyah, yang dimasyhurkan di Khurasan (Iran) oleh Zahirudin (w.1397) dan berkembang dengan pesat di Turki.37 Tarikat Khalawatiyah ini di Indonesia mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf Al- Khalwatiyah al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Tarekat ini banyak pengikutnya di Indonesia dimungkinkan karena suluk dari tarikat ini sangat sederhana dalam pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi melalui 7 tingkat yaitu peningkatan dari hawa nafsu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmainnah, radhiyah, mardhiyah dan nafsu kamilah.38 6. Tarekat Khalidiyah Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Sulaiman Zuhdi al Khalidi yang merupakan cabang dari tarekat Naqsabandiyah di Turki, yang berdiri pada abad XIX. pokok-pokok tarikat al khalidiyah ini berisi tentang adab dan dzikir, tawassul dalam tarikat, adab suluk, tentang saik dan maqamnya, tentang ribath dan beberapa fatwa pendek dari Syaikh Sulaiman al-Zuhdi al-Khalidi mengenai beberapa persoalan yang diterima dari bermacam-macam daerah.39 7. Tarekat al Haddad
33 34 35 36 37 38 39

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Djamaan, Tasawuf, h.153 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Ibid, h. 154. Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf,

1996, hal. 274 1996, hal. 274 1996, hal. 275 1996, hal. 275 1996, hal. 276

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad al Haddad. Tarekat ini berkembang di Hijaz, Hadramaut, India, Indonesia dan Afrika Timur. 40 Ia merupakan pencipta ratib haddad dan dianggap sebagai salah seorang wali qutub dan Arifin dalam ilmu tasawuf. Ia banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf. Tarekat ini bercirikan berisi nasehat-nasehat Agama dan wasilah-wasilah dalam mencapai akhirat.41 F. Tata Cara Pelaksanaan Tarikat Tata cara pelaksanaan tariqat antara lain :42 a. Dzikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah SWT dalam hati serta menyebutkan namaNya dengan lisan. Dzikir ini berguna sebagai alat kontrol bagi hati, ucapan, perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah ditetapkn Allah. b. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illa Allah dengan gaya, gerak dan irama tertentu. c. Musik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi dengan bunyi-bunyian (instrumentalia) seperti memukul rabana. d. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid=wirid dan bacaan-bacaan tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan. e. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan dzikir yang tertentu.

40

Pengantar Ilmu Tasawuf , (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam - IAIN SU, h. 279-291. 41 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, 1996, hal. 276 42 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, 1996, hal. 276

BAB III KESIMPULAN

1.

Tarekat diambil dari bahasa Arab al-thariqah yang berarti jalan. Jalan yang dimaksud disini adalah jalan yang ditempuh oleh para shufi untuk dapat marifat kepada Allah. Dan tarekat juga merupakan pelaksanaan dari peraturan dan hukum Allah (syariat).

2.

Tujuan bertariqat adalah Membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dengn
memperbanyak dzikir dgn penuh keihlasan semata-mata mngharapkan bertemu dan bersatu secara ruhiah dengan Tuhan. Menghindarkan diri dari

sesuatu yang melupakan Tuhan. Tazkiyatun nafsi (pensucian jiwa). seorang hamba dapat mengenal Allah atau marifat billah dan selalu dekat dengan Allah.
3. Tarekat timbul karena adanya pengalaman-pengalaman dan pandangan tokoh-tokoh shufi yang bermacam-macam, namun sebenarnya memiliki tujuan yang sama, hanya cara menempuh tujuan-tujuan dinamika politik penafsiran. 4. Dengan demikian tarekat adalah tasawuf yang telah melembaga, tasawuf yang telah bersifat kelompok dangan ajaran dan aturan serta cara-cara yang khas sesuai dengan bimbingan syekh yang mungkin telah ada secara turuntemurun. Tarekat adalah aliran atau cabang-cabang tasawuf yang dikembangkan oleh orang-orang tertentu yang telah mendapat restu dari tasawuf atau tarekat tempat belajar sebelumnya. 5. Tata cara bertariqat yaitu dzikir, musik, bernafas, ratib dan menari dengan diiringi alunan rabana (biasaya). mereka yang berbeda. faktor utama yang menyebabkan lahirnya tarekat adalah faktor dan faktor dinamika perubahan sosial dalam masyarakat Islam serta kecenderungan beribadah yang berlebihan dan perbedaan

DAFTAR PUSTAKA

Albamar Khailili , Ajaran Tarekat, Bintang Remaja, ttp, tt. Al-Jayasy,Musthafa Muhammad, Mengenal diri dan Wali Allah, Kelantan Malaysia, 1985. Ali, K, A Study of Islamic History, Idarat Adaby Delhi, 1990. Anwar, Rosihon dan Solihin, Muktar. Ilmu Tasawuf. Cet. IV CV. Pustaka Setia 2007. Aqib, Khairuddin. Inabah. Bina Ilmu Surabaya, 2005. Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Cet.II, Cahaya Salam, 2008. Hawa, Said, Terj. Khairul Rafie M dan Ibn Thoha Ali, Jalan Ruhani, Misan Bandung, 1995. Hidayat Siregar, Aktualisasi Ajaran Tarekat, Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Naqsyabandi, Cet. I, CV. Perdana Mulya Sarana, 2009. Jamil, H. M. 2004. Cakrawala Tasawuf. Gaung Persada Press: Jawa Barat Nata, Abuddin.1996. Akhlak Tasawuf. Rajagrafindo Persada: Jakarta Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Cet I UI Press, Jakarta, 1985. Nur, Djamaan, Tasawuf dan Tarekat Naqsabandiyah, Ct.II, Usu Press, 2002. Supiana dan M. Karman. Materi Pendidikan Agama Islam. Cet. III. PT. Remaja Rosda Karya, 2004. Yacob, Hamzah, Tingkat ketenangan dan kebahagiaan Mukmin, Ati Atisa, Jakarta.

You might also like