You are on page 1of 14

DASAR DASAR AKUNTANSI SYARIAH

Disusun Oleh: Herianto M. Ridho H. Rahmat Hidayat

Magister Ekonomi Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor

DASAR DASAR AKUNTANSI SYARIAH

I.

TEORI AKUNTANSI

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan atas transaksi-transaksi keuangan perusahaan serta interpretasinya. Secara deskriptif, langkah-langkah dalam akuntansi adalah sebagai berikut1: 1. Pencatatan Proses awal kegiatan akuntansi adalah mencatat semua kegiatan keuangan sehari-hari atau yang disebut transaksi ke dalam bukti-bukti transaksi. Buktibukti transaksi bisa berupa kwitansi, faktur penjualan, faktur pembelian, bukti pengeluaran, dan bukti lainnya. 2. Penggolongan Transaksi perusahaan bisa terjadi puluhan kali, ratusan kali bahkan ribuan kali tiap hari. Setiap transaksi keuangan yang telah dicatat ke dalam bukti transaksi kemudian digolong-golongkan ke dalam rekening-rekening yang telah disediakan. Kegiatan ini disebut jurnal. 3. Peringkasan Transaksi yang sangat banyak dan sejenis akan dijadikan satu melalui proses peringkasan. Hasil dari proses peringkasan ini adalah buku besar. 4. Pelaporan Dari buku besar kemudian akan disusun menjadi laporan keuangan melalui proses pelaporan. Hasil dari proses pelaporan adalah tersusunnya laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi-laba. 5. Interpretasi Laporan keuangan yang disajikan masih berupa angka-angka absolute, sehingga belum bisa digunakan sebagai alat penilai keberhasilan perusahaan.
Sutrisno, Akuntansi: Proses Penyusunan Laporan Keuangan . Yogyakarta: Ekonisia,2006, hlm. 1 2.
1

Untuk lebih memberikan makna, laporan keuangan tersebut diinterpretasikan atau ditafsirkan. Misalnya dengan caa membandingkan persentase laba dengan aset atau dana investasi.

A. Tujuan Laporan Akuntansi Akuntansi lahir dengan maksud tertentu yaitu untuk memberikan jasa kepada penggunanya (kapitalis) berupa informasi keuangan yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan. Tujuan inilah yang diwujudkan oleh ilmu akuntansi2. Untuk menyusun konsep yang menjelaskan Tujuan Laporan Keuangan, maka pada bulan April 1971 Presiden AICPA, Marshall S. Armstrong menunjuk Tim Perumus Tujuan Laporan Keuangan yang dikenal dengan Trueblood Committe3. APB Statemen No.4 yang berjudul Basic Concepts and Principles Underlying Financial Statements Business Enterprises membagi tujuan laporan menjadi beberapa golongan4: 1. Tujuan Khusus, 2. Tujuan Umum, 3. Tujuan Kualitatif Tujuan Khusus Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar. Tujuan Umum Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud untuk menilai kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dalam menyelesaikan utang.
Sofyan Syafri Harahap, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta: Pustaka Quantum, 2001, hlm.41 3 Sofyan Syafri Harahap, hlm. 41 4 The Accounting Principle Board (APB) dibuat oleh AICPA ( American Institute of Certified Public Accountants); yakni sebuah Lembaga Sertifikasi Akuntan Publik yang terkemuka.
2

Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang dividen, informasi guna melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan, serta tingkat kemampuan untukmendapatkan laba dalam jangka panjang

Tujuan Kualitatif Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai (relevan) dalam proses pengambilan keputusan. Menyajikan informasi yang bukan saja penting, melaikan dapat dimengerti Mengahsilkan laporan yang dapat diperiksa oleh pihak lain Membuat akuntasi yang netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, Dan lain-lain

B. Asumsi Dasar Dalam framework dasar akuntansi ditetapkan dua asumsi sebagai dasar untuk melakukan pengakuan, pengukuran dan penyajian transaksi keuangan. 1. Dasar Akrual (Accrual Basis) Untuk mencapai tujunnya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejaian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan5. 2. Dasar Kas/ Tunai (Cash Basis)

Laporan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas akan tetapi kewajiban pembayaran kas yang akan datang serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima. Asumsi Dasar Accrual Basis ini lebih sesuai dan dekat dengan spirit Islam.
5

Maksudnya, pendapataan dan biaya akan diakui dan dicatat pada saat terjadinya realisasi pendapatan atau realisasi pembayaran. C. Prinsip Prinsip Akuntansi Akuntansi disusun oleh beberapa konsep yang menjadi prinsip-prinsip dasar pada aktivitas dan proses akuntansi. Sutrisno dalam bukunya Akuntansi: Proses Penyusunan Laporan Keuangan (2006) menyebutkan 3 konsep yang menjadi prinsip-prinsip akuntansi6: Konsep Entitas Dalam akuntansi dikenal konsep entitias atau kesatuan usaha yakni suatu organisasi yang berdiri sendiri, terpisah dari pemilik atau organisasi lain. Harta perusahaan harus dipisahkan dengan harta pribadi. Demikian pula bila seseorang memiliki lebih dari satu usaha, masing-masing usaha harus dipisahkan keuangannya. Konsep Obyektif Laporan akuntansi harus didasarkan pada data yang bisa dipercaya. Data yang dipercaya artinya bisa diverifikasi (diperiksa kebenarannya). Oleh karena itu, data harus didasarkan pada data yang obyektif. Konsep Biaya Barang yang dibeli harus dicatat berdasarkan pada biaya yang sesungguhnya, walaupun mungkin harga normalnya tidak seperti biaya sesungguhnya. Biaya adalah harga ketika terjadi transaksi, bukan harga asal atau harga normal.

II.

AKUNTANSI SYARIAH Akuntansi Syariah menurut Sofyan S. Harahap adalah akuntansi yang

membawa kita dan semua yang memakainya menuju keridhaan Ilahi, dan akhirnya membawa kita dalam keselamatan duani dan akhirat. Oleh karena itu, konsep,

Sutrisno, Akuntansi: Proses Penyusunan Laporan Keuangan . Yogyakarta: Penerbit Ekonisia, 2006, hlm.7
6

kerangka dasar, teori, sistem dan praktik akuntansi syariah harus didesain sesuai dengan maksud tersebut7. Allah Swt menyebutkan perintah pencatatan transaksi dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282.

()
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
Sofyan Syafri Harahap, Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah . Jakarta: Pustaka Quantum, 2008, hlm. 9
7

membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Ayat tersebut dijadikan landasan untuk merumuskan teori, konsep, prinsip, standar dan bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah. A. Tujuan Laporan Keuangan Syariah Tujuan laporan syariah dan konvensional tidak sama persis, terutama terhadap hal pemenuhan hukum-hukum islam dalam menyusun laporan keuangan, dimana dalam laoporan konvensional tidak membutuhkan ketentuan hukum islam karena paradigma yang didunakan bukanlahsyariah islamiah. Tujuan laporan syariah akan lebih luas di bandingkan dengan laporan keuangan konvensional8. Tujuan laporan keuangan ialah yang menyangkut tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusanekonomi. Di samping itu tujuannya adalah9: a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha. b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah serta informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya

Slamet Wiyono & Taufan Maulamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2012, hlm. 76 9 Slamet Wiyono & Taufan Maulamin, hlm. 76
8

c. Informasi membantu untuk mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak. d. Informasi megenai tingkat keuntungan investasi yang di peroleh penanaman modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq, sdekah dan waqaf. Dijelaskan lebih lanjut bahwa laporan keuangan yang di susun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin di butuhkan pemakai dalam pengaambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuagan dari kebijakan di masa lalu, dan tidak di wajibkan menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah di lakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang di percayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah di lakukan atau pertanggung jawababkan manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini misalnya menyangkup menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas syariah atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. B. Asumsi Dasar Akuntansi Syariah berpegang pada asumsi dasar akrual (accrual basis) karena lebih dekat kepada aturan syariah tentang pencatatan transaksi non-tunai. Transaksi non-tunai harus dicatat dan diolah dalam laporan akuntansi. Akan tetapi untuk penghitungan pendapatan dengan tujuan pembagian hasil usaha, digunakan dasar kas (cash basis). C. Asas Transaksi Syariah Jika dibandingkan dengan kerangka konseptual yang lain, framework dasar syariah secara explisit menetapkan asas transaksi syariah yang luhur, manusiawi, dan

melindungi umat manusia. Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2007 menjelaskan prinsip-prinsip transaksi syariah sebagai berikut10: a. Persaudaraan (ukhuwah);
b. Keadilan (adalah)11;

c. Kemaslahatan (maslahah); d. Keseimbangan (tawazun); e. Universalisme (syumuliyah) D. Posisi keuangan dan kinerja12 Stake holder pada umumnya ingin mengetahui seberapa jauh perkembangan dan kinerja serta kekuatan dan kelemahan keuangan entitas syariah, maka keputusan ekonomi yang di ambil pemakai laporan keuangan memerlukan evaluasi atas kemampuan entitas syaria dalam penghasilan kas dan setara kas juga waktu dan kepastian dari hasil tersebut. Para pemakai dapat mengetahui caranya dengan mengealuasi kemampuan entitas syariah dalam menghasilkan kas dengan informasi yang di fokuskan pada posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan.

Posisi keuangan entitas syariah di pengaruhi oleh sumber daya yang di kendalikan. Likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Informasi sumber daya ekonomi yang di kendalikan dan kemampuan entitas syariah dalam memodivikasi sumber daya ini di masa lalu guna menghasilkan kas dimasa depan. Informasi kinerja entitas syariah, terutama frotabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin di kendalikan di

Slamet Wiyono & Taufan Maulamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2012, hlm.73-75 11 Lihat, Surat An-Nisa ayat 135. 12 Slamet Wiyono & Taufan Maulamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2012, hlm. 79-80
10

masa depan. Informasi fluktuasi kinerja berfungsi untuk memprediksi kapasitas entitas syariah dala menghasilkan kas dari sumber daya yang ada. Informasi posisi keuangan entitas syariah bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Informasi ini berguna untuk menilai entitas syariah dalam menghasilkan kas serta kebutuhan entitas syriah dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Informasi posisi keuangan terutama di sediakan dalam neraca. Informasi disediakan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan keuangan informasi perubahan posisi keuangan dan laporan yang menjelaskan pemenuhan fungsi sosial entitas syariah di sajikan dalam laporan tersendiri. Komponen-komponen laporan saling terkait karena mencerminkan aspekaspek yang berbeda terkait karena mencerminkan aspek-aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa lain yang sama. Meskipun setiap laporan menyediakan informasi yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang di maksudkan untuk meenuhi kebutuhan tunggal, atau menyediakan semua informasi yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakai. Misalnya laporan laba rugi menyediakan gambaran yang tidak lengkap tentang kinerja kecuali kalau di gunakannya dalam hubungannya dengan laporan neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan juga menampung catatan dan skedul tambahan serta informasi lainnya, misalnya laporan tersebut menampung informasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan pemakaineraca dan laporan laba rugi. Mungkin juga mencakupi pengungkapan tentang resiko dan ketidak pastian yang mempengaruhi entitas syariah dan setiap sumber daya dan kewajiban (obligation) yang tidak di cantumkan dalam neraca (seperti cadangan mineral). Informasi segmen industri dan geografi serta pengaruhnya pada entitas syariah akibat perubahan harga dapat juga di sediakan dalam bentuk informasi tambahan.

III.

PERSAMAAN DAN NERACA AKUNTANSI A. Transaksi Pada Persamaan Akuntansi

Apabila kita mengaitkan ketiga unsur pokok harta (H), Utang (U), dan Modal (M) dalam suatu hubungan posisi keuangan perusahaan, maka pada hakikatnya kita telah melangkah kepada apa yang disebut persamaan accounting13. a. Persamaan dasar. H=U+M b. Persamaan dasar setelah dimasukkan unsur pendapatan (P) dan beban (B) H = U + M + P = B ; atau H+B=U+M+P Akibat transksi terhadap posisi Keuangan digambarkan sebagai berikut14: a) Investasi uang tunai oleh pemilik dalam perusahaannya akan berakibat bertambahnya harta kas dan bertambahnya modal. b) Investasi dalam bentuk aktiva selain uang tunai seperti gedung akan berakibat bertambahnya harta Gedung dan bertambahnya Modal. c) Membayar tunai beban sewa akan berakibat mengurangi harta Kas dan mengurangi Modal. d) Menerima pendapatan akan berakitab menambah harta Kas dan menambah Modal. e) Membeli dengan kredit akan menambah aktiva peralatan dan menambah utang. f) Membayar utang akan berakibat berkurangnya utang dan berkurangnya harta Kas g) Menjual dengan kredit jasa kepada pihak luar akan menambah harta piutang dan menambah modal. h) Menerima piutang akan menambah harta Kas dan mengurangi harta Piutang. i) Mengambil uang tunai untuk keperluan pribadi pemilik akan mengurangi harta kas dan mengurangi modal.
A.O. Siamangunsong, Pengantar Akuntansi I. Depok: LP FE UI, 2005, 16 A.O. Siamangunsong, Pengantar Akuntansi I. Depok: LP FE UI, 2005, hlm.16
13 14

j) Membeli tunai barang dagangan akan menambah aktiva Barang Dagangan dan mengurangi harta Kas

B. Neraca Neraca merupakan informasi yang menggambarkan tentang kondisi dan situasi current asset, non current asset, liabilities, dan shareholders equety serta berbagai item lainnya untuk dijadikan alat dalam mendukung proses pengambilan keputusan15. Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston neraca menunjukkan kondisi keuangan atau posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu16. Adapun kedudukan aktiva (asset), kewajiban (liabilities) dan modal sendiri (shareholders equity) dalam neraca adalah, Aktiva = Kewajiban + Modal Sendiri. Manfaat Informasi Neraca17: Dapat dilihat kondisi dan situasi yang menggambarkan kepemilikan aktiva dan pasiva perusahaan. Bagi investor dapat dijadikan sebagai salahsatu rujukan dlam menetapkan keputusan pada perusahaan tersebut. Informasi neraca memperlihatkan kondisi likuiditas perusahaan. Informasi yang diberikan di neraca akan menjadi lebih bermanfaat pada saat dipergunakan sebagai salah satu pendukung pengambilan keputusan. Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim informasi neraca dapat membantu pihak ekternal dalam menganalisis18: a. Likuditas perusahaan b. Fleksibelitas keuangan c. Kemampuan operasional, dan
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta, 2012, hlm.29 16 Irham Fahmi, hlm.29 17 Irham Fahmi, hlm.30 18 Irham Fahmi, hlm.30-31
15

d. Kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

GLOSARIUM
Jurnal : Alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis (urutan waktu kejadiannya) dengan menunjukkan rekeing yang harus di debit atau di kredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Buku Besar (General Ledger) : Kumpulan rekening-rekening yang ada dalam suatu perusahaan. Posting : Proses memindahkan ayat jurnal ke dalam buku besar. Yakni memindahkan jumlah dalam kolom debit jurnal ke dalam sisi debit rekening dan memindahkan jumlah kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit rekening. Neraca (balance sheet) : Laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan akuntansi berikut: aset = liabilitas + ekuitas. Laporan Rugi Laba : Laporan yang menunjukkan hasil kegiatan operasi perusahaan selama satu periode. Jurnal Penyesuaian : Jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo rekeningrekening ke saldo yang sebenarnya sampai dengan periode akuntansi, atau untuk memisahkan antara pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode yang lain. Jurnal Penutup : jurnal umum yang dibuat pada akhir periode akuntansi dengan tujuan untuk memindahkan atau menutup saldo Akun sementara/nominal. Akun nominal terdiri dari pendapatan dan biaya. Ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menutup rekening-rekening nominal/sementara. Laporan Keuangan : catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.

You might also like