You are on page 1of 18

MAKALAH HAMA PENTING TANAMAN UTAMA

Lalat Buah (Bactrocera spp)

Oleh : Nama NPM Dosen : IMRON FEBRI UTAMA : E1J09073 : Ir.Nadrawati, MP

PROGRAM STUDY AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013

BAB I PENDAHULUAN

Lalat buah termasuk ordo ditera family Tephritidae yaitu terdiri dari sekitar 4000 sp, terbagi dalam 500 genera (genus) Famili ini merupakan family terbesar dalam ordo dipteral dan merupakan salah satu family yang sangat penting karena sangat merugikan (Soeroto et al, 1995). Di lndonesia lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun1920 dan dilaporkan pada tanaman mangga di Jawa. Pada tahun 1938 dilaporkan bahwa lalat buah telah menyerang lombok (cabai), kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing dan sawo (Soeroto et al, 1995 ). Sampai-saat ini telah teridentifikasi lebih dari 66 spesies lalat buah (Asastro, 1992). Lalat buah (Bactrocera sp) dapat menimbulkan kerugian pada tanaman tropika, jika tidak dilakukan pengendalian secara terprogram. Kerusakan akibat lalat buah ini di tandai dengan jatuhnya buah muda yang terserang dan kemudian buah yang masak menjadi busuk dan

berbelatung (larva) (Putra, 1997). Lalat buah hidup bersimbiosis mutualisme dengan bakteri, sehingga ketika lalat meletakkan telur pada buah, akan disertai bakteri dan selanjutkan diikuti oleh jamur yang akhirnya menyebabkan buah busuk. Bakteri pada lala tbuah hidup pada dinding saluran telur, tembolok dan usus lalat (Putra, 1994). Berbagai macam cara yang dilakukan petani dengan tujuan untuk mengendalikan lalat buah (Bactrocera sp) antara lain: pembungkusan buah, pengasapan, sanitasi kebun, penggunaan pestisida kimia dan penggunaan perangkap (atraktan), penggunaan pestisida kimia sering kali menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat buah, namun dampak negatifyang ditimbulkan bagi kesehatan manusia dan lingkungan sangat besar. Karena itu perlu adanya pengendalian yang lebih aman dan ramah lingkungan adalah menggunakan pestisida nabati (Kardinan, 2005).

BAB II ISI

Menurut Evans (1967) kedudukan lalat buah dalam klasifikasi hewan adalah : Phylum : Arthopoda Classis : Insecta Ordo : Diptera Sub Ordo : Cyclorrhapha Familia : Tephritidae Genus : Bactrocera Species : Bactrocerasp. Morfologi Lalat Buah Secara umum, morfologi lalat buah tidak berbeda dengan lalat umumnya. Walaupun demikian, sebagai suatu famili tersendiri lalat buah juga mempunyai ciri khas yang tidak

dijumpai pada jenis lalat lain. Adapun ciri-ciri lalat buah antara lain : 1) Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota kelas serangga, lalat buah mempunyai bagian tubuh, yaitu: A. Kepala (Cepal) Kepala lalat buah terbentuk bulat agak lonjong, danmerupakan tempat melekat antena dengan tiga ruas. Warna pada ruas antena ini merupakan salah satu ciri khas spesies lalat buah tertentu. Selain itu, spesies lalat buah dapat dibedakan berdasarkan cirilain yang berupa bercak hitam bagian depan wajah, atau warna tertentu pada daerah kepala.

B. Rongga dada (Toraks) Bagian punggung (dorsal) rongga dada lalat buah mempunyai ciri khas tertentu. Ciri tersebut dapat berupa garis di tengah, atau garis pinggir (lateral) berwarna kuning di masingmasing sisi latero-dorsal skutum. Dari arah dorsal tampak warna dasar skutelum. Skutelum lalat buah biasanya berwarna kuning, walaupun pada berbagai spesies terdapat tambahan warna lain, misalnya warna hitam dengan pola bercaktertentu. Sayap lalat buah biasanya mempunyai bercakbercak pada bagian tepi posterior. Bercak-bercak tersebut menutupi vena kosta serta subkosta dan vena-vena lain di sekitarnya. Kaki lalat buah juga mempunyai warna khas yang merupakan ciri suatu spesies tertentu. Sementara itu, sel anal (salah satu vena sayap) pada kebanyakan lalat buah mempunyai perpanjangan ke arah posterior C. Rongga perut (Abdomen) Dari arah dorsal, abdomen lalat buah mempunyai gambaran khas atau pola-pola tertentu, misalnya huruf T yang jelas, atau hanya berupa bercak bercak hitam yang tidak jelas. Pada kebanyakan lalat buah, abdomen berwarna coklat tua. 2) Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap. Sayap yang

berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Halter ini terbentuk kepala korek api. Pada permukaannya terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara. 3) Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosis ini, lalat buah akan melalui tahap telur, larva, pupa, dan lalat dewasa dalam satu siklus kehidupannya. 4) Alat mulut lalat buah dewasa bertipe penjilat-penyerap. Apabila dilihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulutlarva lalat buah berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang (Boror, 2001)

Bactrocera sp.

Keterangan: Sayap: terdapat pita hitam tipis pada costanamun kiri dan kanan apeks tidak simetris (a, b), Kepala: spothitam berbentuk oval pada muka (c), Toraks:pita kuning di sisi lateral subparalel (d), Abdomen: abdomen berwarnacoklat oranye dengan garis melintang pada tergum III dan garis mediallongitudinalpada tergum IV yang terputus (e), Tungkai: semua femurberwarna kuning pudar dengan apicaltibia coklat kemerahan (f), spesies secara utuh (g).

Gambar 1: Lalat buah (Bactrocera sp)(a) betina, (b) jantan ( Drew, 1987). PERILAKU LALAT BUAH DI ALAM Perilaku Makan Lalat buah termasuk salah satu jenis serangga yang banyak ditemukan pada pagi atau sore hari terbang di sela-sela tanaman buah-buahan maupun sayur-sayuran. Lalat buah membutuhkan karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Karbohidrat dan air merupakan sumber energi bagi aktivitas hidup lalat buah. Adapun protein dibutuhkan bagi kematangan seksual dan produksi telur. Sukrosa adalah salah satu bentuk karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur. Asam askorbat dibutuhkan lalat buah terutama dalam proses pergantian kulit. Apabila kebutuhan zat ini tidak terpenuhi dari pakannya, lalat buah akan mengalami kegagalan dalam berganti kulit, dan akhirnya mati. Aktivitas makan lalat buah berlangsung antara pukul 07.00-10.00 WIB. Pakan lalat buah dewasa diperoleh dari cairan manis buah-buahan, eskudat bunga, nectar, embun madu yang dikeluarkan oleh kutu-kutu homoptera, dan kotoran burung. Selain dari tanaman, lalat buah memperoleh protein dari bakteri. Bakteri-bakteri ini hidup pada permukaan buah inang larva lalat buah, yang dikenal dengan nama FFT (Fruit Fly Type) bakteri tersebut bersifat gram negative dan jenis yang banyak ditemukan merupakan famili Enterobacteriaceae. Jenis bakteri yang banyak ditemukan merupakan famili Entrobacteriaceae. Bakteri berkembang biak dan menyebar populasinya dengan menempelkan pada mulut lalat buah yang merusak buah untuk mendapatkan pakan. Pada saat itu bakteri telah berpindah inang/tempat. Lalat dewasa memuntahkan kembali kelebihan cairan yang dimakan sehingga bakteri dapat berpindah dan melekat pada permukaan buah.

Selain sebagai pakan, bakteri-bakteri tersebut juga berfungsi sebagai simbion bagi produksi nutrisi esensial dalam saluran pencernaannya. Pada lalat buah betina, bakteri ini bermanfaat untuk kematangan seksual dan produksi telur. Aroma yang dikeluarkan bakteri FFT (Fruit Fly Type) memikat lalat buah betina pada saat akan bertelur. Akibatnya, lalat buah mudah menemukan dan menentukan tempat yang cocok untuk meletakkan telur (Putra, 1997). Perilaku Kawin Lalat buah merupakan serangga krepuskuler, artinya melakukan kopulasi setelah tengah hari sebelum senja. Lalat buah betina yang sedang masak seksual akan mengeluarkan senyawa pengikat (atraktan), dan diterima oleh lalat buah jantan masak seksual. Selanjutnya, perkawinan akan terjadi di dekat tanaman inang. Senyawa pemikat betina dikeluarkan melalui anus secara difusi karena adanya tekanan akibat getaran rectum. Senyawa ini akan berubah menjadi gas, sehingga akan diterima oleh alat penerima rangsang lalat jantan. Alat penerima rangsang lalat buah jantan mampu menerima senyawa pemikat dengan radius 800m (Putra, 1997). Peletakan Telur Peletakkan telur merupakan masalah yang penting bagi lalat buah, mengingat kehidupan larva sepenuhnya terjadi di dalam tubuh inang. Induk lalat buah harus memilih tanaman inang yang tepat, terutama dari segi pemenuhan gizi bagi keturunannya. Induk lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah setengah masak. Dalam kondisi seperti ini, buah mengandung asam askorbat dan sukrosa dalam jumlah yang maksimal. Buah yang terlalu masak tidak disukai oleh induk karena waktu yang tersedia sebelum panen/dipakai lebih pendek dari pada waktu hidup larva lalat buah(Putra, 2001). Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah 26oc, sedangkan kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetes apabila terkena sinar.

Siklus hidup lalat buah Lalat buah memerlukam nutrisi untuk proses pematangan telurnya. Beberapa nutrisi yang diperlukan terdapat di alam antara lain nectar dan madu. Lalat betina merupakan penyebab terjadinya kerusakan pada buah-buahan karena lalat inilah yang meletakkan telur-telurnya ke dalam buah dengan alat peletak telurnya (ovopositor). Telur-telur tersebut menetasmenjadi larva atau belatung yang merusak buah-buahan. Larva dewasa akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya akan berubah menjadi pupa. Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya terdiam diri untuk mempersiapkan diri menjadilalat buah dewasa (Ashari. 2006). Berbeda dengan lalat betina, lalat jantan tidak secara langsung menimbulkan kerugian, tetapi perananya sebagai pejantan yang membuahi lalat betina sangat berpengaruh terhadap populasi lalat buah di alam (Kardinan, 2003). Yaitu telur, larva (belatung), pupa dan akhirnya menjadi seranga dewasa dalam waktu kurang lebih 1 bulan (Kardinan, 2003). Ciri Lalat buah dewasa yaitu berwarna kuning cerahatau coklat. Ukuran tubuhnya kurang lebih sempurna dengan lalat rumah. Lalat buah dapat dijumpai dengan mudah pada pagi hari atau sore hari, di kebun buah-buahan (Kardinan, 2003). Telur berumur 2 sampai 3 hari ditusukkan oleh lalat buah betina kedalam kulit buah menggunakan alat bertelurnya (ovopositor). Setelah itu telur akan terdiam di bawah permukaan kulit buah dan menetas menjadi larva (belatung). Selama hidupnya larva atau belatung tersebut berada di dalam buah dan memakan daging buah. Akibatnya, buah tampak busuk dan berbelatung. Busuknya buah disebabkan oleh adanya bakteri yang selalu mengikuti telur-telur yang diletakkan oleh lalat buah betina. Bakteri inilah yang berperan dalam mempercepat proses pembusukan buah. Larva terdiri dari tiga masa instar atau tiga kali proses pergantian kulit. Proses ini memerlukan waktu 7-10 hari dan terjadi di dalam buah. Setelah selesai masa instar, larva akan menjatuhkan diri ke tanah dan selanjutnya akan berubah menjadi pupa. Masa pupa berlangsung di dalam tanah dengan waktu 5-25 hari atau tergantung dari keadaaan lingkungan. Selama masa ini, pupa berpuasa dan hanya terdiam diri untuk mempersiapkan diri menjadi lalat buah dewasa (Kardinan, 2003).

Gejala Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.

Pengendalian: Sejauh ini, lalat buah termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian. baik secara tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun hasilnya belumlah optimal. Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita upayakan sebisa mungkin agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan. Beberapa cara pengendalian hama lalat buah yang bisa diupayakan di antaranya: Penetapan Peraturan Pemerintah Hal pertama adalah melalui penetapan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni peraturan karantina antar area/wilayah/negara untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis. Sebagai contoh, pemerintah melarang impor buah-buahan dan sayuran dari negara di mana merupakan daerah endemis lalat buah. Secara Kultur Teknis

Pemeliharaan Tanah Memelihara tanaman dengan baik di antaranya melakukan mengolah dan merawat tanah

secara berkala. Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon dapat menyebabkan pupa lalat buah yang terdapat di dalam tanah terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

Sanitasi yang Baik Kebersihan kebun menentukan tingkat serangan lalat buah. Tujuan dari sanitasi

(memberishkan) kebun adalah memutus siklus perkembangan lalat buah. Lantai kebun harus terbebas dari buah-buah yang terserang lalat buah yang jatuh atau yang masih di pohon. Buah yang berisi telur dan larva lalat buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah. Buah-buah yang gugur di bawah pohon berpeluang dijadikan tempat bertelur lalat buah. Semak-semak dan gulma juga dapat digunakan lalat buah sebagai inang alternatif ketika tidak musim buah. Sanitasi kebun akan efektif jika dilakukan oleh seluruh petani secara serempak.

Pembungkusan Buah Pembungkusan buah saat masih muda dapat membantu menangkal serangan hama lalat

buah. Petani bisa menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan jambu. Untuk buah yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen. Setiap jenis pembungkus tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kapan buah harus dibungkus bergantung dari jenis buahnya. Misalnya, buah belimbing harus sedini mungkin dibungkus. Buah mangga dibungkus sebelum buah memasuki stadium pemasakan. Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah yang masak atau aroma amonia yang dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini mungkin bisa efektif mengurangi serangan lalat buah.

Gambar 5. Membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah cukup efektif untuk melindungi komoditas buah yang lebih besar Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan semakin efektif jika dibarengi dengan pengasapan (dijelaskan di bawah).

Di antara keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya pembungkusan buah kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi. Cukup praktis dan efisien jika di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup dan murah. Metode pembukusan juga menjadi hal yang sulit diterapkan pada tanaman buah hortikultura dan sayuran seperti tomat dan cabai. Kesulitan terutama karena terlalu banyak bungkus plastik dan tenaga kerja yang diperlukan untuk membungkus. Jadi, petani mungkin harus mencari solusi lain daripada solusi pembungkusan. Pengendalian Secara Mekanis

Pengasapan Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang

cukup besar bisa pula mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1 2 minggu sebelum panen. Tujuan pengasapan adalah mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar serasah atau jerami sampai menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab. Pengasapan di sekitar pohon dapat mengusi lalat buah dan efektif selama tiga hari. Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat menghindar. Namun, cara ini juga menjadi kurang efisien jika diterapkan di kebun yang luas. Cara ini hanya efisien jika diterapkan di pohon-pohon milik perseorangan yang jumlahnya terbatas atau tidak terlampau banyak. Kelemahan lain pada pengendalian pengasapan adalah sulitnya diterapkan pada komoditas sayuran.

Penggunaan Tanaman Perangkap Penelitian mengenai preferensi lalat buah terhadap tanaman buah dan sayuran, ternyata

yang paling disukai oleh lalat buah berturut-turut sebagai berikut: jambu air, belimbing, mangga, dan jambu biji. Tanaman yang lebih rendah dapat digunakan sebagai tanaman perangkap, misalnya bila Anda mengutamakan budidaya tanaman mangga maka disekeliling kebun mangga dapat ditanami jambu air atau belimbing. Tanaman aromatik atau tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih/kemangi (Ocimum) yaitu O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga tanaman kayu putih (Melaleuca bracteata) dan tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini mengandung bahan aktif yang disukai lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan kadar yang berbeda. Dengan menanam salah satu tanaman tersebut disekitar lahan, maka diharapkan dapat mengurangi serangan lalat buah secara signifikan. Minyak kayu putih dan minyak selasih berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sesuai dengan fungsinya sebagai atraktan, minyak tersebut hanya bersifat menarik lalat buah tetapi tidak membunuhnya. Jadi tujuan sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian lalat buah dari tanaman budidaya utama. Oleh karena itu, penggunaan minyak tersebut akan lebih optimal bila dilengkapi dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah. Pemanfaatan Musuh Alami dan Agens Hayati Selanjutnya kita juga bisa memanfaatkan musuh alami (natural enemy) untuk menekan populasi lalat buah, baik berupa prasitoid maupun predator. Yang termasuk parasitoid untuk lalat buah di antaranya Biosteres sp dan Opius sp, dari famili Braconidae. Adapun predator yang bisa memangsa lalat buah antara lain semut/lebah (hymenoptera), laba-laba (arachnida), kumbang tanah carabid dan staphylinid (coleoptera), cocopet (dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo neuroptera) dan kepik penratomid (hemiptera).

Secara Biologi Pengendalian lalat buah secara biologi bisa dilakukan dengan cara menghasilkan lalat buah jantan yang mandul. Teknik ini memang masih dalam penelitian oleh para ilmuwan, tetapi dianggap kurang praktis karena untuk membuat lalat jantan mandul diperlukan alat dan teknologi khusus. Untuk menghasilkan serangga jantan mandul biasanya diperlukan sejumlah jenis lalat buah jantan yang disinari dengan sinar gamma (biasanya cobalt 60 atau phosphor 132). Secara teori, cara ini memang cukup ampuh karena populasi lalat di alam secara perlahan-lahan dapat ditekan. Dengan melepaskan lalat jantan yang sudah dibuat mandul, telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril alias tidak bisa menghasilkan keturunan. Jika sudah mencapai umur maksimal (1-2 bulan), lalat betina akan mati dengan sendirinya, begitu pula dengan lalat jantan mandul yang dilepas. Meskipun demikian, masih perlu diperhitungkan populasi lalat jantan fertil yang berada di alam sehingga lalat jantan mandul dapat berkompetisi untuk memperoleh betina. Menurut beberapa penelitian, gerakan lalat jantan yang telah dimandulkan menjadi lebih lamban dibandingkan dengan lalat jantan yang ada di alam sehingga sering kalah bersaing dalam memperebutkan lalat betina. Sekali lalat betina dikawini oleh lalat jantan, sperma yang diperoleh akan disimpan di dalam spermateka atau kantung sperma, selanjutnya lalat betina tidak memerlukan sperma lagi. Karena itu, jika lalat jantan mandul yang dilepas berhasil mengawini lalat betina terlebih dahulu, hasil yang diharapkan akan tercapai. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan, lalat jantan mandul lebih banyak kalah bersaing dengan lalat jantan fertil untuk menjadi pejantan pertama yang dapat mengawini lalat betina.

Aplikasi Umpan Protein Metode lainnya untuk mengendalikan lalat buah adalah penerapan umpan protein, yang mana dapat menarik lalat buah baik jantan maupun betina. Metode ini aman bagi manusia, namun mungkin diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan yang harus digunakan. Aplikasi umpan protein dapat dilakukan dengan cara memasang tabung/botol umpan protein. 1 liter umpan protein dicampur dengan 9 liter air kemudian ditambah 100 gram sodium benzoate ditambah dengan ME atau Cue lure (bergantung jenis tanamannya) dan 16 ml fipronil atau 10 ml luvinuron. Bahan-bahan umpan protein ini bisa Anda beli di toko-toko bahan kimia atau toko obat pertanian skala menengah-besar. Setiap 2 minggu sekali tabung diisi ulang dengan 250 ml campuran tersebut. Untuk hamparan tanaman yang luas cukup dipasang 4 buah tabung umpan protein per hektarnya. Penggunaan Perangkap Atraktan Salah satu cara yang dianggap paling efektif, mudah dan ramah lingkungan untuk mengendalikan lalat buah adalah penggunaan perangkap atraktan (pemikat) lalat buah. Cara ini dianggap aman karena tidak meninggalkan residu pada komoditas yang ditanam. Bahan pemikat ini biasanya ditempatkan di dalam perangkap berupa botol plastik atau tabung silinder sehingga lalat buah akan masuk dan terperangkap di dalam. Atraktan dapat digunakan untuk tiga fungsi utama, yakni: 1. mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah di sekitar lahan budidaya; 2. menarik lalat buah kemudian membunuhnya dengan menggunakan perangkap; 3. mengacaukan perilaku kawin, berkumpul, dan perilaku makan lalat buah. Mekanisme kerja perangkap adalah memancing lalat buah masuk ke dalam perangkap dengan menggunakan methyl eugenol yang ditempatkan di dalam botol perangkap. Di dasar botol perangkap bisa diisi air sehingga sayap lalat buah akan lengket jika menyentuh air tersebut dan akhirnya lalat buah akan mati tenggelam.

Perangkap lalat buah itu sendiri bisa dibuat dari bahan sederhana, pada umumnya adalah bekas botol plastik minuman. Botol ini dimodifikasi sedemikian rupa dan diisi dengan zat pemikat lalat buah yaitu methyl eugenol. Zat pemikat atau atraktan ini bisa kita beli di toko-toko obat pertanian. Walaupun begitu, kita pun bisa menggunakan bahan alami lainnya yang mudah diperoleh dan murah seperti ekstrak daun selasih/kemangi dan daun melaleuca. Bisa pula berupa cue lure atau umpan protein seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika mau, atraktan dapat dicampur dengan insektisida dan diteteskan pada kapas, namun hal ini tidak disarankan. Perangkap dipasang pada tiang atau ranting pohon setinggi 2-3 meter dari permukaan tanah. Untuk area lahan 1 hektar, dibutuhkan kurang lebih 16 buah perangkap. Dipasangkan terus menerus selama tanaman berbuah dan zat pemikat harus diisi ulang jika menunjukkan tidak lagi berfungsi.

Gambar 8. Pemasangan perangkap metil eugenol lalat buah menggunakan lem

Secara Kimiawi Pengendalian lalat buah dengan insektisida berbahan aktif spinosad bisa membunuh lalat buah. Pestisida sebagai umpan dengan bahan aktif spinosad sangat digemari lalat buah baik jantan maupun betina. Namun sayangnya penyemprotan dengan insektisida sering menyebabkan pemborosan karena banyak yang tidak tepat sasaran, mengingat sifat lalat buah yang selalu bergerak. Penggunaan insektisida juga bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia. Masih ada lagi cara pengendalian lalat buah secara kimia, yakni menggunakan protein baik (pencampuran protein hidrolisat yang merupakan makanan lalat buah dengan insektisida). Namun, cara ini belum populer dilakukan khususnya di Indonesia. Selain itu, daya jangkau efektivitasnya tidak terlampau luas. Keunggulan penggunaan protein baik adalah daya bunuhnya yang tinggi. Jika lalat buah mengonsumsinya, kemungkinan besar akan langsung mati sehingga tidak memerlukan perangkap lagi. Penggunaan insektisida juga dapat merugikan perdagangan nasional karena produk pertanian yang diekspor bisa ditolak oleh negara tujuan. Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk menemukan cara pengendalian hama lalat buah yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, Donald J. dkk. 1996.

Pengenalan

Pelajaran Serangga. Terjemahan Soetiyono

Partosoejono. Yokyakarta. Gajah Mada University Press.

Nugroho, S.P. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius. http://agustinaajeng.wordpress.com/ .[ 23 Febuari 2011]

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman Pengendalian Lalat Buah. Direktorat PerlindunganHortikultura. Jakarta.

Kalie MB.

1992.

Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat.

Penebar Swadaya.

Jakarta.

Putra, nugroho Susetya. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius.

Hamdani, A., 2006. Jenis Lalat Buah yang Berperan sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Laporan PKL PS. Biologi. Universitas Mataram, Mataram.

Imron Febri Utama

04 Februari 1991

You might also like