You are on page 1of 10

BAB-II PENANGGULANGAN KEMISKINAN

2.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan dijumpai bukan hanya di negara berkembang seperti Indonesia, namun di negara maju permasalahan kemiskinan juga merupakan fenomena yang umum terjadi. Indonesia selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi kemiskinan, antara lain melalui upaya penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan. Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, politik bahkan juga ideologi. Secara umum kondisi kemiskinan tersebut ditandai oleh kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya. Karena sifat kemiskinan yang multi dimensi tersebut, maka kemiskinan telah menyebabkan akibat yang juga beragam dalam kehidupan nyata, antara lain: (i) secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat, (ii) rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat,(iii) rendahnya partisipasi masyarakat, (iv) menurunnya ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, (v) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan (vi) kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang. Semua indikasi tersebut merupakan kondisi yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sharp, et.al (1996: 173-191) dalam Kuncoro (2006) mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi yang dipandang dari tiga hal, yaitu: 1. Dari sudut pandang mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. 3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Kuncoro (2006) mengemukakan bahwa ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar

Nurkse, ekonom pembangunan ternama, di tahun 1953, yang mengatakan: a poor country is poor because it is poor (negara miskin itu miskin karena dia miskin). Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai salah satu Kabupaten hasil pemekaran di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Kabupaten yang banyak mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah khususnya untuk peningkatan PAD. Tetapi faktanya pada tahun 2011 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat 43.400 orang miskin, meningkat 14.205 orang dibanding tahun sebelumnya. Sehingga diperlukan masterplan (rencana induk) penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan di masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang makmur dan sejahtera.

2.2 Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Master Plan Penanggulan Kemiskinan ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara; 3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin; 4. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Nomor....Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 6. Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Nomor....Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2.3 Identitas Pekerjaan Menggambarkan nama pemberi pekerjaan, nama pekerjaan, lokasi proyek, waktu pelaksanaan. Pemberi Tugas: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Nama Pekerjaan: Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan. Lokasi Proyek: Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Waktu Pelaksanaan: 5 (lima ) bulan.

2.4 Sumber Pendanaan Biaya yang digunakan dalam melaksanakan Pekerjaan/Kegiatan : Penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan bersumber dari dana APBD Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2013.

2.5

Tujuan dan Manfaat

Tujuan kegiatan Penyusunan Masterplan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah : Mengambarkan kondisi umum tentang Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan kepada pemerintah dan masyarakat luas Mencari formula untuk dapat menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sehingga menjadi referensi bagi dinas terkait untuk melaksanakan program/kegiatannya Adapun manfaat yang diharapkan dari terlaksananya kegiatan ini adalah sebagai berikut: Teridentifikasikannya kondisi umum kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Terumuskannya strategi, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2.6 Output dan Outcome Pekerjaan Adapun output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya Master Plan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sedangkan outcome yang diharapkan adalah adanya arah dan strategi serta agenda dan program aksi yang jelas dan tepat dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB-III PROFIL PEMERINTAHAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten pemecahan dari Kabupaten Labuhanbatu, sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelum penjajahan Belanda, sistem pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhanbatu adalah bersifat monarkhi. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari. Kesultanan/kerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 kesultanan yaitu : 1. Kesultanan Kotapinang berkedudukan di Kota Pinang. 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir. 2. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama. 3. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik. Pada tahun 1862 kesatuan Angkatan Laut Belanda dibawah pimpinan Bevel Hebee datang ke Kampung Labuhanbatu (di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui Sungai Barumun. Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda secara juridis formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 Tahun 1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi 3 Onder Afdeling yaitu : 1. Onder Afdeling Batu Bara dengan Ibukota Labuhan Ruku 2. Onder Afdeling Asahan dengan Ibukota Tanjung Balai 3. Onder Afdeling Labuhanbatu dengan Ibukota Kampung Labuhanbatu. Dengan demikian secara administratif pada mulanya Pemerintahan Wilayah Labuhanbatu merupakan bagian dari wilayah Afdeling Asahan. Pada masa itu Afdeling dipimpin oleh seorang Asisten Residen (Bupati), sedangkan Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Controleur (Wedana) Controleuer Labuhanbatu pertama kali berkedudukan di Kampung Labuhanbatu kemudian pada Tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik. Tahun 1924 dipindahkan ke Marbau, Tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu dan pada Tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan, wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 Propinsi. Propinsi dibagi dalam keresidenan yang dikepalai oleh Residen. Gubernur dan Residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah. Pada tanggal 17 Oktober 1945 dibentuk Komite Nasional Daerah Labuhanbatu dan Abdul Rahman ditetapkan sebagai Ketua sekaligus Kepala Pemerintahan. Pada tanggal 10 Desember 1948 Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu disahkan dengan Keputusan Komisariat Pemerintahan Pusat (KOPEMSUS) Nomor: 89/KOM/U yang diwilayahnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Sidang Pleno Komite Nasional Daerah Keresidenan Sumatera Utara Tanggal 19 Juni 1946. Tahun 2008, kabupaten Labuhanbatu Selatan lahir sebagai salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu dengan didasarkan pada hal-hal berikut :

1. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63 Tahun 2005 tanggal 31Oktober 2005 tentang Persetujuan DPRD Labuhanbatu Terhadap Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63a Tahun 2005 tanggal 31Oktober 2005 tentang Penetapan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan 3. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63b Tahun 2005 tanggal 31Oktober 2005 tentang Kesanggupan Dukungan Dana dari Kabupaten Labuhanbatu (induk) untuk Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 4. Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 135/226/PEM/2005 tanggal 10 Maret 2005 tentang Penetapan Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 5. Surat Bupati Labuhanbatu No. 135/2698/Pem/2005 tanggal 1 November 2005 perihal Mohon Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 6. Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 1/K/2006 tanggal 12 Januari 2006 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu 7. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 903/035.K/2006 tanggal 26 Januari 2006 tentang Bantuan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi Sumatera Utara Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di wilayah Provinsi Sumatera Utara 8. Keputusan DPRD Kabupaten Labuhanbatu No. 08 Tahun 2008 tanggal 5 Mei 2008 tentang Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu (induk) Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Kabupaten Labuhanbatu 9. Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 903/452/Pem/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu (induk) Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Kabupaten Labuhanbatu 10. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/6191 tanggal 24 Juni 2008 perihal Bantuan Dana Calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Berdasarkan hal-hal tersebut, Pemerintah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tercantum dalam Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terdiri dari 5 Kecamatan dan 54desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:Sungai Kanan, Torgamba, Kotapinang, Silangkitang, dan Kampung Rakyat Di awal pembentukannya, Bupati Labuhanbatu Selatan dijabat sementara oleh Ir. Hj. R. Sabrina, M.Si yang kemudian digantikan oleh Drs. H.Abdul Rajab Pasaribu, MM sampai terlaksananya pemilihan Bupati Labuhanbatu Selatan secara langsung.

Pada tahun 2010 dilaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung untuk pertama kalinya dan terpilih pasangan Bupati dan Wakil Bupati Labuhanbatu Selatan untuk periode 2010 2015 yaitu H. Wildan Aswan Tanjung, SH dan Drs. Maslin Pulungan.

BAB-IV METODOLOGI PEKERJAAN

Pekerjaan penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

4.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang meilputi persiapan teknis dan administratif. Dalam tahapan teknis, persiapan meliputi pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja, identifikasi yang diperlukan serta penugasan tim. 4.2 Tahap Pengumpulan Data dan Survai Pada tahapan pegumpulan data sekunder dilakukan survai kepustakaan dengan mengumpulkan informasi, publikasi, peraturan perundang-undangan dan kajian yang berkenaan dengan penanggulangan kemiskinan yang ada di Indonesia. Tahap selanjutnya adalah melakukan survei lapangan. Survai lapangan ini bertujuan untuk melihat langsung fenomena kemiskinan yang ada di di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dalam survai lapangan ini juga dilakukan wawancara mendalam dengan beberapa tokoh kunci (key informan), baik dari tokoh informal maupun tokoh formal dan wawancara kepada beberapa orang masyarakat miskin yang dipllih secara sengaja (purposive). Pemilihan masyarakat miskin secara sengaja ini disebabkan karena corak kemiskinan masyarakat di beberapa lokasi diasumsikan bersifat homogen. 4.3 Tahap Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penggunaan analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis secara mendalam akar permasalahan kemiskinan masyarakat. Analisis menyangkut persoalan ekonomi dan antroplogi masyarakat yang diselaraskan dengan jenis kemiskinan yang ada, apakah bersifat natural, kultural atau struktural. 4.4 Tahap Penyusunan Laporan Data yang telah dikompilasi dan dianalisis kemudian disusun dalam sebuah laporan. Laporan disusun dengan sistimatika sebagai berikut: Bab I Bab II Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, sasaran dan ruang lingkup kegiatan. Kajian terdahulu dan review literatur penanggulangan kemiskinan. Bagian ini juga memuat tentang review penanggulangan kemiskinan secara nasional dan lokal. Kerangka pemikiran dan metodologi penelitian. Analisis kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Arah dan strategi penanggulangan kemiskinan. Penutup

Bab III Bab IV Bab V Bab VI

BAB-V TANGGAPAN ATAS KERANGKA ACUAN KERJA

5.1 Umum Dari ruang lingkup yang dijelaskan, dapat diambil sebuah kesimpulan dimana pihak pemberi kerja mengharapkan adanya hasil dari penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kerangka Acuan Kerja telah menguraikan tujuan dan lingkup pekerjaan untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik agar lebih efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan pekerjaan perlu adanya koordinasi dan diskusi dengan pemberi tugas sehingga akan dapat menghasilkan strategi penanggulangan kemiskinan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sehingga dapat menjadi nilai tambah dari pekerjaan ini.

5.2 Tanggapan Terhadap Latar Belakang Dalam latar belakang terlihat secara jelas bahwa pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih dibayangi oleh adanya kemiskinan terutama kemiskinan yang berada di kawasan perkebunan. Hal ini menimbulkan fenomena tersendiri sebab Pemerintah Kabupaten Labusel sulit melakukan intervensi sebagai akibat rakyat miskin tersebut umumnya merupakan karyawan kebun. 5.3 Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan Dalam Kerangka Acuan Kerja secara jelas telah dinyatakan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu. Eengan adanya dokumen ini diharapkan tercapainya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sehingga terwujud masyarakat yang makmur dan sejahtera.

BAB-VI ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1 Tenaga Ahli Pada bagian ini disampaikan mengenai organisasi pelaksanaan pekerjaan yang diusulkan untuk pekerjaan ini. Susunan personel yang solid dan kompeten akan sangat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pekerjaan dalam memenuhi kerangka waktu dan ruang lingkup substansi maupun hasil yang diinginkan dari pekerjaan ini. Struktur organisasi yang dibentuk terdiri dari 3 susunan utama, yakni: 1. Pihak Pemberi Kerja: 2. Tim Ahli (yang terdiri dari 1 team leader sekaligus tenaga ahli dan 1 orang tenaga ahli), dan 3. Asisten Tenaga Ahli (1 orang) Jalur penugasan dari pemberi kerja melalui Ketua Tim yang akan diteruskan kepada anggota tim ahli ataupun tenaga penunjang sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan.

Tabel-6.1 Tenaga Ahli Yang Direncanakan No Posisi Nama Team Leader sekaligus Tenaga Kasyful Mahalli, SE, MSi 1 Ahli Tenaga Ahli Pembangunan 2 Wilayah 3 Tenaga Ahli Sosiologi Agus Suriadi, S.Sos. M.Si Adapun uraian struktur organisasi pelaksana penelitian adalah sebagai berikut: Team leader sekaligus tenaga ahli. Bertugas sebagai pimpinan proyek penelitian dan bertanggung jawab penuh atas berlangsungnya pekerjaan dari awal hingga tahap akhir penelitian serta bertanggung jawab terhadap pengolahan dan analisis data. Team leader dari pelaksana program ini miminal memiliki pendidikan strata dua dibidang ekonomi pembangunan serta memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Tenaga Ahli Bidang Pembangunan Wilayah, Merupakan penanggung jawab dalam pelaksanaan penelitian di bidang pembangunan wilayah. Tenaga ahli ini minimal memiliki pendidikan strata dua di bidang Perencanaan wilayah serta memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun. Tenaga Ahli Bidang Sosiologi. Merupakan penanggung jawab dalam pelaksanaan penelitian di bidang sosiologi. Tenaga ahli ini minimal memiliki pendidikan strata dua di bidang sosiologi serta memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun.

6.2 Waktu Pelaksanaan Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah 5 (lima) bulan kelender.

6.3 Laporan Kegiatan Sistem pelaporan dalam pekerjaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap: Laporan pendahuluan. Laporan ini berisikan mengenai latar belakang kegiatan, gambaran umum wilayah studi, metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan yang meliputi susunan tenaga ahli yang akan dilibatkan, jadwal pelaksanaan pekerjaan serta tata cara pelaporan. Laporan antara. Laporan antara merupakan rancangan laporan akhir. Laporan akhir. Laporan akhir ini berisikan keseluruhan pelaksanaan pekerjaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembahasan, pengumpulan dan pengolahan data hingga hasil analisa data yang telah dilakukan. Laporan dalam kegiatan ini dibuat dalam bentuk buku ukuran A4, diserahkan melalui 3 tahap yaitu: Tahap I. Laporan pendahuluan dicetak sebanyak 5 eksemplar. Tahap II. Laporan antara dicetak sebanyak 5 eksemplar. Tahap III. Laporan akhir, dicetak sebanyak 5 eksemplar.

6.4 Jadual Kegiatan Kegiatan penyusunan Master Plan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini dilaksanakan dengan jadual sebagaima terlihat pada tabel berikut. Tabel-6.2 No Jadual Kegiatan BULAN KE Uraian Pekerjaan I II III IV V

1 2 3 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tahap Persiapan Survai Lapangan Laporan Antara Laporan Akhir

You might also like