You are on page 1of 33

RINGKASAN MATERI

FILSAFAT PENDIDIKAN
Manusia, Filsafat dan Pendidikan

DOSEN: Drs. H. ANANG ABDUL RAJAK, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Eka Lusiandani Koncara

SEMESTER 5 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI DR. KHEZ. MUTTAQIEN - PURWAKARTA


2007/2008
KATA PENGANTAR

Filsafat atau falsafah berasal dari kata Philore dan Sophia dari bahasa
Yunani kuno. Philore berarti cinta dan sophia berarti kebajikan, kebaikan
atau kebenaran, dan bisa diartikan cinta atau hikmah (Ariefin, 1993 : 1).
Beranjak dari pengertian tersebut maka filosof adalah orang yang mencintai
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatiannya
padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selain itu filosof juga
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta
berupaya melakukan penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia.

Menurut Hasbullah Bakry (1970 : 9) bahwa ilmu filsafat merupakan


suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu secara mendetail mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana tentang sikap manusia semestinya ketika telah memperoleh
pengetahun. Ada pula, pendapat yang mengatakan bahwa filsafat ialah
suatu ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan budi pekerti (Salam,
1988 : 5).

Definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan di atas pada


prinsipnya menempatkan suatu berdasarkan kemampuan nalar manusia.

Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka


acuan bidang filsafat pendidikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan
yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa maka tak
mengherankan bila filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara
dipengaruhi oleh filsafat hidup menjadi anutan bangsa di negara itu
masing-masing.

Ringkasan materi ini membahas tentang pemahaman yang


komperhensif mengenai filsafat pendidikan yang dapat membantu kita
dalam memahami hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikan.

Purwakarta, Januari 2008


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN


FILSAFAT PENDIDIKAN ................................................................ 1
A. Pengertian Filsafat ..................................................................... 1
B. Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................. 2
C. Ruang Lingkup Bahasa Filsafat dan Filsafat Pendidikan ......... 3
D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ....................... 5
E. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Program Fakultas
Tarbiyah ..................................................................................... 6

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT


PENDIDIKAN .................................................................................. 8
A. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno ........... 8
1. Timur Jauh ........................................................................... 8
2. Timur Tengah ...................................................................... 10
3. Romawi dan Yunani: Antromorpisme ................................ 12
B. Reaksi Terhadap Spiritualisme di Yunani ................................ 13
1. Idealisme .............................................................................. 13
2. Materialisme ........................................................................ 14
3. Rasionalisme ........................................................................ 15
C. Pemikiran Filsafat Pra-Socrates ................................................ 15
D. Pemikiran Filsafat Pendidikan
Menurut Socrates (470-399 SM) ............................................... 16
E. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM).. 17
F. Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Aristoteles
(367-345 SM) .............................................................................. 18

ii
BAB III BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN
DITINJAU DARI ONTOLOGI, EFISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
.......................................................................................................... 19
A. Pengertian Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi .................. 19
B. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern ............................... 19
1. Aliran Progressivisme .......................................................... 19
a. Pandangan Ontologi ........................................................ 20
b. Pandangan Epistemologi ................................................. 21
c. Pandangan Aksiologi ....................................................... 21
d. Progressivisme dan Pendidikan ...................................... 21
2. Aliran Essensialisme ............................................................ 21
a. Pandangan Ontologi Essensialisme ................................ 22
b. Pandangan Epistemologi Essensialisme ......................... 22
c. Pandangan Aksiologi Essensialisme................................ 24
d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar .................. 24
3. Aliran Perennialisme ........................................................... 24
a. Pandangan Ontologi Perennialisme ............................... 25
b. Pandangan Epistemologi Perennialisme ........................ 25
c. Pandangan Aksiologi Perennialisme ............................... 26
4. Aliran Rekonstruksionisme ................................................. 26
a. Pandangan Ontologi ........................................................ 26
b. Pandangan Epistemologi ................................................. 26

iii
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini
berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari
kata Philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.

Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philoshoper (Inggris), dan


orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan
pemikiran filosofis.

Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang


menyeluruh dan sistematis. Harun Nasution berpendapat, filsafat ialah
berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke
dasar-dasar persoalan.

Jujun S. Suriasumantri berpandangan bahwa berpikir secara filsafat


merupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar
untuk sesuatu permasalahan yang mendalam.

Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa :

Filsafat adalah sesuatu lapangan pemikiran dan penyelidikan


manusia yang amat luas (komprehensif). Kebenaran filsafat adalah
kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami
perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengetian bahwa filsafat


adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha

Filsafat Pendidikan 1
untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan
ruang lingkup pengalaman manusia.

Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran


yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas


pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut
daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah
tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum
pendidikan.
Barnadib (1993 : 3) mempunyai versi pengertian atas filsafat
pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Menurut seorang ahli
filsafat Amerika Brubachen , filsafat pendidikan adalah seperti menaruh
sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan.
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak-didik menuju terbentuknya
manusia memiliki kepribadian yang utama dan ideal.
Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya
fikir (intelektual) maupun daya rasa (emosi) manusia. Prof. DR. Omar
Muhammad Al-Taomy al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.

Filsafat Pendidikan 2
Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan
sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
pengetahuannya, pengalaman dan kecakapan serta keterampilannya kepada
generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memahami fungsi
hidupnya baik jasmani maupun rohani.
Filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar
bagitercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi filsafat pendidikan
adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaa-
pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa
filosofis dalam lapangan pendidikan.
Aripin mengungkapkan bahwa keberadaan filsafat dalam ilmu
pendidikan bukan merupakan insindental, artinya, filsafat itu merupakan
teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran menganai
pendidikan.
Filsafat pendidikan memiliki batasan-batasan, sebagai berikut:
Pertama, filsafat pendidikan merpakan pelaksana pandangan filsafat dan
kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut
pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya
kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan
pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan
pendidikan. Ketiga, filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip,
kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama lainnya. Prinsip-
prinsip yang dimaksudkan ialah kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian
yang dipercayai terhadap masalah-masalah pendidikan.

C. RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT DAN FILSAFAT


PENDIDIKAN
Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran
manusia yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada

Filsafat Pendidikan 3
dan benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material
abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas.
Secara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat
pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of
Education).
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subyek dan obyek
pendidikan (The Nature of Man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang : 65)
Will Durant dalam Hamdani Ali membagi ruang lingkup bidang
studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika.
a. Logika
Studi mengenai metode-metode ideal menganai berpikir (thingking) dan
meneliti (research) yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia
melalui upaya logika agar bisa dipahami.
b. Estetika
Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang
sesungguhnya.
c. Etika
Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap
sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).
d. Politik

Filsafat Pendidikan 4
Studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang
diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam
melaksanakan pekerjaan kantor.
e. Metafisika
Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda
(ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal
pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai
hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses
pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber:


a. Manusia (people) masyarakat kebanykan mengalami kesulitan-kesulitan
dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana mempunyai
dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan diyakini, terhadap
sesuatu yang terjadi.
b. Sekolah (school), pengalaman-pengalaman seseorang kekuatan-
kekuatan (forces), jenis sekolah dan guru-guru di dalamnya, merupakan
sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
c. Lingkungan (environment), lingkungan sosial budaya di mana seorang
tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.

D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai
landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Hasan
Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan
metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang
disebutkan pendidikan. Prof. DR. Oemar Muhammad Al-Toumy al-Syaibani
secara rinci menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha
mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang
meliputi:

Filsafat Pendidikan 5
1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.
2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah
pendidikan.
3. Pokok-pokok yang menjdai dasar dari konsep pendidikan dalam
kaitannya dengan bidang kehidupan manusia (Jalaludin & Said, 1994 : 11-
12).
Kilpatrik dalam Noor Syam (1988 : 43) mengatakan bahwa :
Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah
memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih
baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-
cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia.
Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and
Philosophy secara tegas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
merupaka tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan.
Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu
sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang
dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada
menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevensi dengan
kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedogogik).
Menurut Ali Saifullah antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan terdapat hubungan yang suplementer, yaitu filsafat pendidikan
sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan
memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:

Filsafat Pendidikan 6
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep
tentang hakikat menusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi,
politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan
dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan
dalam pembangunan masyarakat (Zuhairini, 1992 : 18).

E. HUBUNGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN PROGRAM


FAKULTAS TARBIYAH
Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka
fakultas tarbiyah sebagai fakultas yang mencetak atau memproduksi calon
pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan
merupakan MKDK (Mata Kuliah Dasar Khusus) yang wajib diikuti oleh
mahasiswa.
Merujuk Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990
tentang Pendidikan Tinggi maka cita-cita dan tujuan IAIN dapat
dirumuskan:
a) Menyiapkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik atau
profesional yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur, yang
mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
Agama Islam dalam bermasyarakat;
b) Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan Agama Islam
serta mengupayakan pengalamannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memperkaya nilai-nilai kehidupan
Indonesia (RIP-IAIN Raden Fatah, 1994/1999 : 19).
Menurut Woodsidge dalam Barnadib (1994 : 16) mempelajari dan
memperdalam filsafat pendidikan khususnya bagi mereka yang bergelut
dengan ilmu pengetahuan dan keguruan, yang mempunyai beberapa alasan:
a). munculnya problem-problem pendidikan dari masa ke masa yang

Filsafat Pendidikan 7
menjadi perhatian para ahli (experts) masing-masing. b). dengan
mempelajari filsafat pendidikan akan memiliki wawasan yang luas dan
didapat secara eksperimental dan empirik. c). mempelajari filsafat juga
memenuhi tuntunan intelektual dan akademik hal ini dikarenakan filsafat
meletakkan landasan berpikir logis, sistematis, kritis dan teratur.
Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat
pendidikan Islam mempunyai hubungan yang erat sekali dalam peranannya
sebagai sumber idealisme pada program pendidikan Fakultas Tarbiyah
dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana-sarjana pendidikan muslim
yang sesuai dengan tujuan pendidikan program Fakultas Tarbiyah.

Filsafat Pendidikan 8
BAB II
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT SPIRITUALISME KUNO


Sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengatahui salah
satu cerita dalam kategori filsafat spiritualisme kuno diantaranya adalah:
kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathusthara
dari keluarga Sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang didorong
oleh Ahura Mazda dalam masa pemerintahan raja-raja Akhmania (550-530
SM).
1. Timur Jauh
a. Hindu
Pemikiran spiritualisme Hindu ialah konsep karma yang berarti
setiap individu menurut kepercayaan telah dilahirkan kembali secara
berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi
suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi)
yang pada akhirnya karma akan menentukan statusnya sebagai
seorang anggota suatu kasta. Poedjawijatna (1986 : 54) mengatakan
bahwa para ahli pikir (filosof) Hindu berpikir untuk mencari jalan
lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk ke dalam kebebasan (yang
bagi mereka) suatu kesempurnaan.
b. Budha
Pencetus ajaran Budha ialah Pangeran Sidarta Gautama (kira-kira
563-483 SM) sebagai akibat dari ketidakpuasaannya terhadap
penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang sering
menimpa manusia.
Meskipun di Indonesia, ajaran Budha telah disebut agama,
namun sebenarnya ia bukanlah agama dalam arti sesungguhnya,
karena tidak ditemukan dalam agama Budha suatu ajaran tentang

Filsafat Pendidikan 9
Tuhan. Dalam hal pemurniaan dalam keadaan yang sempurna,
Budha menyalurkan 8 (delapan) jalur yang mulia (The Noble Eighfold
Path), yakni: a). pandangan yang benar (pengetahuan tentang apa-
apa yang jahat dan bagaimana caranya mendengarkannya); b).
aspirasi yang benar (motivasi yang benar untuk menaklukan
perbuatan-perbuatan yang baik hati); c). berbicara yang benar
(menjauhi bohong, fitnah, gunjingan, dan kata-kata yang hina); d).
berbuat yang benar (menjauhi pencurian, mabuk, melukai makhluk-
makhluk hidup dan imoral seksual); e). mata pencaharian yang benar
(menghindari pekerjaan yang berbahaya, perbudakan dan karir
militer); f) berusaha yang benar (usaha untuk menghapuskan emosi-
emosi yang jahat, untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang
baik); g). kesadaran yang benar (menghapus kekuasaan, ambisi dan
rasa kekesalan); h). renungan yang benar (rasa terpesona
perenungan yang tercapai melalui Yoga).
c. Tao
Pendiri Taoisme ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM.
Tulisannya yang mengandung makna filsafat: jalan Tuhan atau Sabda
Tuhan, Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak
dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Manusia harus
hidup selaras dengan Tao dan harus bisa menahan nafsunya sendiri.
Peperangan menurut Lao Tse hanya memusnahkan manusia saja,
kebahagiaan hidup sulit dicapai dengan peperangan (Jumhur &
Danasaputra, 1979 : 18).
Pada filsafat Lao Tse pengertian Tao dapat dimasukan ke dalam
aliran yang cenderung kepada spiritualisme. Ajaran-ajaran pokok
Taoisme dimuat dalam buku kecil Tao Te Ching (ajaran-ajaran Tao).
Taoisme menganggap adanya suatu pandangan yang mistik bahwa
alam semesta sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan
menurut suatu kekauatan ber-Tuhan.

Filsafat Pendidikan 10
d. Shinto
Shinto (shintoisme) merupakan salah satu kepercayaan yang
diperlukan masyarakat Jepang. Kojiki sebagai kitab suci
menerangkan proses penciptaan alam semesta yang dilakukan oleh
para dewa, dan menjelaskan bahwa manusia itu abadi dan
menegaskan bahwa setiap orang harus memiliki bagi dirinya sendiri,
kelakuan yang mengandung nilai budi luhur, dan mengajarkan
mencuci dengan air sebagai metode pencucian keagamaan (Smith,
1986 : 16), ajaran-ajarannya mengandung nilai atau ekspresi antara
lain sozo (kreasi), sizi (generasi) dan hatten (pembangunan),
sehingga ia menjadi jalan hidup(a way of life) dan kehidupan (living),
dan mengandung nilai optimis (optimistic). Dalam agama Shinto
memiliki ajaran-ajaran moral (a moral instructions), sebagai berikut:
1. Jangan melanggar keinginan (kecintaan) terhadap Tuhan (Gods).
2. Jangan lupa kewajiban atas.
3. Jangan melanggar pernyataan (peraturan) negara.
4. Jangan lupa atas kebaikan yang mendalam dari Tuhan, di mana
kesalahan kesempatan dihindari dan menyakitkan diakhiri
(dioabti).
5. Jangan lupa bahwa alam ini merupakan satu keluarga besar.
6. Jangan lupa atas keterbatasan-keterbatasan sendiri.
7. Meskipun orang lain marah jangan kamu menjadi marah pula.
8. Jangan malas dalam urusan bisnismu.
9. Jangan menjadi seseorang yang melakukan kesalahan dalam
mengajar.
10. Jangan terbuai dengan ajaran-ajaran luar negeri. (Dixen, 1988 :
64)

2. Timur Tengah
a. Yahudi

Filsafat Pendidikan 11
Asal mula Yahudi berasal dari nama seorang putera Ya’kub, yakni
Yahuda, putera keempat dari 12 orang bersaudara. Bangsa Yahudi
dinamakan bangsa Israel. Agama Yahudi pada prinsipnya sama
dengan agama Nasrani dan agama Islam.
Kaum Yahudi sangat mementingkan pendidikan bagi
generasinya. Karenanya, pandangan ini sangat mengilhami akan rasa
kecintaan kepada anak-anak, kepercayaan terhadap keadilan,
kebenaran dan potensial masyarakat beserta ganjaran-ganjarannya di
syurga.
Kemudian pemikiran Philo (30-50) sempat mempengaruhi
penyesuaian agama Yahudi dengan filsafat Helenisme. Menurutnya,
Allah merupakan seorang figur adikodrati yang berbeda dengan
kosmos atau dengan lainnya, karena Allah dan roh yang transenden,
tampak di dunia ini. Pemikiran para filosof Yahudi, termasuk Philo,
telah menempatkan pandangannya tentang kelebihan-kelebihan
(superiority) kaum Yahudi dari bangsa lain.
Dalam kitab suci agama Yahudi, Talmud salah satu ajarannya
adalah umat Yahudi wajib untuk berusaha semaksimal mungkin agar
kekuatan umat lain di muka bumi dapat dicegah, dan kekuatan
harus dipegang oleh kaum Yahudi.
b. Kristen
Setelah melalui perkembangannya, pengikutnya telah berasal dari
kalangan atas, ahli pikir, (filosof) dan kemudian pemikir Kristen pun
mulai bangkit. Zaman ini disebut zaman rasul (pada abad pertama)
sampai abad kedelapan.
Ada dua tokoh yang pantas disebut mewakili dari aliran tersebut.
Mereka adalah Pertualinus (160-22) dilahirkan di Katargo dan
kemudian ia menjadi pemeluk agama Kristen di Roma, dan
kemudian Agustinus (354-430) ajarannya tampak menunjukkan
sistem yang merupakan totalitas.

Filsafat Pendidikan 12
Pertumbuhan agama Kristen ditandai oleh dua hal yang unik.
Dari satu sekte Yahudi, agama ini telah menjadi satu agama dunia,
dan agama inipun untuk sebagian telah meninggalkan dan untuk
sebagian kehilangan tanah asalnya dan menjadi agama yang
terutama dibagian dunia sebelah barat (Roham, 1993 : 3).
Agama Kristen ini mempunyai kitab suci (suatu kepercayaan)
yang dikenal dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. Kitab suci
agama Kristen ini berasal dari Injil yang diturunkan kepada Isa Al-
Masih guna dijadikan tuntunan bagi umat Bani Israil, Injil yang
diakui syah oleh gereja ada 4 yaitu:
1. Injil karangan Markus ditulis tahun 60.
2. Injil karangan Matius ditulis tahun 70.
3. Injil karangan Lukas ditulis tahun 95.
4. Injil karangan Yahya ditulis tahun 100.
Agama Kristen ini juga mempunyai ajaran-ajaran, pokok
ajarannya pada masa Yesus mengajarkan konsep Tuhan, dalam arti
monoteisme murni, kemudian dikembangkan oleh Paulus dalam
lingkungan jemaat-jemaat Asing di Asia Kecil tersimpul dalam
dokrin-dokrin (Sou’yab, 1993 : 329)
Yesus Kristus dikenal sebagai guru, ajaran-ajaran yang
diberikannya sangat mempengaruhi ilmu pengetahuan, dan cara-
cara menagajar di sekolah seluruh dunia sampai sekarang.
Adapun tokoh-tokoh Kristen diantaranya adalah Martin Luther ia
anak seorang pekerja tambang, yang dibesarkan salah satu desa di
Jerman. Ia seorang yang cerdas dan ayahnya memasukannya ke
universitas di Erfurt. Akhirnya ia jadi seorang biarawan. John Calvin,
ia dibesarkan dalam keluarga yang cukup terkenal, ayahnya
sekretaris pada seorang uskup di Prancis. Ia belajar di Paris dan
tamat sebagai Doktor Hukum tahun 1531. Yang ketiga adalah John
Wesley di Inggris, di rumah seorang pendeta yang miskin, lahirlah

Filsafat Pendidikan 13
anak ke 15 dari 19 bersaudara pada tahun 1707, tetapi orang-orang
memusuhi ayahnya.

3. Romawi dan Yunani : Antromorpisme


Antromorpisme adalah suatu paham yang menggunakan antara sifat-
sifat yang ada pada manusia (yang diciptakan). Paham ini muncul pada
zaman Patristik dan Skolastik, yaitu pada akhir zaman kuno dan selama
zaman pertengahan filsafat barat yang dikuasai oleh pemikiran Kristiani.
Secara garis besar, zaman Patristik dapat dibedakan menjadi dua zaman,
yaitu a). zaman patristik Yunani, dan b). zaman patristik Latin.
Aliran-aliran filsafat yang mempunyai pengaruhnya yang sangat
besar di Roma, adalah pertama, Epistemologi, yang dimotori oleh
Epicuros (341-270). Epicuros mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki
apabila hidup secara relevan dengan alam manusia, yang mana rasa suka
itu anggaplah sebagai sifat yang hendaknya selalu dimiliki. Kedua, aliran
Stoa, yang dipelopori oleh Zeni (336-126). Aliran ini mempunyai
pendapat bahwa adanya kebajikan apabila manusia hidup sesuai dengan
alam (Poedjawijatna, 1986 : 22).
Romawi dan Yunani sama-sama memiliki paham Antromorpisme.
Dalam hal ini dipahami dalam sifat-sifat yang ada persamaannya pada
manusia tentunya tidak sama dengan paham yang dianut oleh aliran
dalam Islam, misalnya Qadariyah.

B. REAKSI TERHADAP SPIRITUALISME DI YUNANI


1. Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), ia adalah murid
Sokrates (Ali, 1996 ; 23). Aliran Idealisme, adalah suatu aliran ilmu
filsafat yang mengagungkan jiwa, menurutnya cita adalah gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera

Filsafat Pendidikan 14
(Suryadipura, 1994: 133), dalam pertemuannya antara jiwa dan cita
melahirkan sesuatu angan-angan yaitu idea.
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan dua maca realita; pertama, yang
nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku mahluk hidup dalam
lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan
ada yang mati demikian seterusnya.; kedua, adalah realitas sejati, yang
merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan fikiran
yang utuh didalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli,
kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari
yang nampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki (Ibid., 1978:
61). Adapun bua pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato
adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum dikenal dan
dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua pendapatnya tentang idea
yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan
persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu sampai sekarang belum
terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya
tentang keabadian, yamg keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos,
yang kelima, pandanganya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990: 28).

2. Materialisme
Aliran Materialisme adalah sesuatu aliran filsafat yang berisikan
tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya,
sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan
menurut matearilisme (Poewadarminta, 1984: 683). Aliran ini, berfikir
dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya,
kenyataannya aliran ini memberikan pernyataan bahwa segala sesuatu
yang ada di semua alam ini adalah semua yang dapat dilihat atau
diobservasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-
peristiwanya.

Filsafat Pendidikan 15
Tokoh-tokoh metrialisme di antaranya Leukipos dan Demokritos
(460-370 SM), mereka mengemukakan pendapat bahwa kejadian
seluruh alam terjadi oleh atom kecil, yang mempunyai bentuk dan
bertubuh dan lanjutnya jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai
bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak
(Suryadipura,1994: 130), demikian atom-atom tersebut membentuk satu
kesatuan yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-
atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan
ditambahkan juga bahwa kemungkinan yang dimiliki manusia tidak
melebihi kemungkinan kombinasi-kombinasi atom oleh karena itu atom
itu tidak pernah melampaaui potensi-potensi jasmani karena kedua-
duanya memiliki sumber yang sama, demikian juga bahwa adanya suatu
keberakhiran itu atau kematian itu karena hancurnya struktur atom-
atom, peleburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau
alam lainnya.
Karls Marxs, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang
nyata adalah dunia materi dan didalam suatu susunan kehidupan yaitu
masyarakat. Demikian halnya dengan Thomas Hobbes yang disebut
dengan materialismus monistis, yaitu sangat mengagung-agungkan
materi atau kebendaan (Suryadipura, 1994: 130).

3. Rasionalisme
Aliran ini memfokus akal (rasio) sebagai satu-satunya alat yang
paling fundamental dan tepat untuk dijadikan basis pencarian
kebenaran. Pelopor aliran Rasionalisme adalah Rene Descartes (1595-
1650), ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17
(Salam, 1988: 78), menurutnya sumber pengetahuan yang dapat
dijadikan patokan dan dapat diuji kebenarannya adalah rasio, sebab
pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-
syarat yang dituntut ilmu pengetahuan ilmiah, dengan demikian dunia

Filsafat Pendidikan 16
pengetahuan (empirik) bukanlah utama untuk menentukan kebenaran
dalam ilmu pengetahuan yang didapat dari proses akal.
Dalam pendapat yang agak berbeda filosuf Blaise Pascal (1632-1662),
menyatakan akal adalah tumpuan utama dalam menjelajahi
pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan
kesanggupan dalam menganalisa bahan (objek), tetapi pada sisi lain,
akal idak dapat menemukan pengertia yang sempurna tanpa adanya
keterkaitan atau keterpaduan dengan pengalaman. Demikian dengan
halnya Spinoza (1632-1677), ia mengeluarkan pendapat bahwa akal
adalah tumpuan dari segala sesuatu, tidak ada pengetahuan yang
terlepas dari akal, bahkan Tuhanpun menjadi sasaran akal dengan
interprestasi religius.

C. PEMIKIRAN FILSAFAT PRA-SOCRATES


Pada masa ini keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan
penghuninya, yang mana keterangan tersebut masih berdasarkan
kepercayaan. Para pemikir belum puas atas dengan keterangan itu
kemudian mencoba mencari keterangan melalui budinya. Oleh karena
filosuf-filosuf itu berusaha mencari inti alam, dalam sejarah mereka disedut
filosuf alam dan filsfat mereka dinamakan filsafat alam.
Menurut Poedjawijatna (1983: 23-25) filosuf filosuf alam yang
terkenal pada masa ini adalah:
1. Thales (624-548 SM) berpendaoat bahwa dasar pertama atau intisari alam
ialah air.
2. Anaximandros, menyatakan bahwa dasar pertama atau intisari alam ini
ialah zat yng tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinamakan to apeiron.
3. Anaximanes (590-528 SM) menngatakan bahwa intisari alam adalah
udara.

Filsafat Pendidikan 17
4. Pitagoras, menyatakan dasar segala sesuatunya ialah bilangan sehingga
orang yang tahu dan mengerti betul akal bilangan, maka ia akan
mengetahui segala sesuatunya.
5. Heraklitos, mengatakan bahwa di dunia ini segala sesuatunya berubah.
6. Parmenides, ia dilahirkan di Elea, maka itu penganutnya disebut kaum
Elea. Pendapatnya merupakan kebalikan filsafat Heraklitos. Parmenides
mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-
ubah itu, serta pengetahuan mengenai yang tetap;pengetahuan budi dan
pengetahuan indera.

D. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT SOCRATES (470-


399 SM)
Socrates yang dilahirkan di Athena, ia adalah putra seorang pemahat
dan seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu
Sophonicus dan Phaenarete (smith, 1986: 19). Adapun prinsip-prinsip dasar
pendidikan menurut Socrates adalah, metode diakletis, yang digunakan
oleh Socrates yang mana telah menjadi dasar teknis pendidikan yang
direncanakan untuk mendorong seorang belajar untuk berfikir secara
cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan memperbaiki pengetahuannya.
Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang
penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akanmenghasilkan
perkembangan intelektual yang terus mnerus dan standar moral yang tinggi
(Smith, 1986: 25). Salah satu pendirian Socrates yang terkenal bahwa
kekuatan utama adalah pengetahuan. Jadi bagi Socrates yang terkenal
adanya pendidikan sudah membuktikan bahwa keutamaan tidak dapat
diajarkan dan pendidikan tidak mungkin dijalankan. Cara mengejar
Socrstes pada dasarnya disebut dialekta, yang disebabkan dalam pengajaran
itu dialog memegang peranan penting (Hadiwijono, 1980: 36). Dalam
pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara brpikir secara

Filsafat Pendidikan 18
induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan
berpangkal dari banyak pengetauan tentang hal khusus.

E. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURU PLATO (427-347


SM)
Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya
menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan
sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. Plato dilahirkan dalam keluarga
Aristoraksi yang kaya (mungkin di Athwna disekitar tahun 427 SM). Bagi
Plato, pendidikan itu adalah suatu bangsa dengan tugas yang harus
dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendidikan itu
memberikan kesempatan kepadanya untuk penampilan kesanggupan diri
pribadinya. Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan
memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang
paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan
panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara.
Tujuan pendidikan menurut Plato adalah untuk menemukan kemampuan-
kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia akan
menjadi sorang warga negara yang baik, dalam suatu masyarakat yang
harmonis, melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang
anggota kelasnya.

F. PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ARISTOTELES


(367-345)
Aristoteles adalah murid Plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan
intelek yang terkemuka, mungkin sepanjang masa. Aristoteles dilahirkan
tahun 394 SM di Stagira sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice yang
meonjol di sebelah barat Laut Egea. Menurut Aristoteles, agar orang dapat
hidup baik, maka ia harus mendapatkan pendidikan. Menurut Aristoteles,
untuk memperoleh pengetahuan, manusia harus lebih dari binatang

Filsafat Pendidikan 19
binatang lain berdasarkan kekuatanya untuk berfikir, harus mengamati
secara hati-hati menganalisa struktur-struktur, fungsi-fungsi organisme itu,
dan segala yang ada dalam alam. Oleh karena itu prinsip pokok pendidikan
menurut Aristoteles adalah pengumpulan serta penelitian fakta-fakta suatu
belajar induktif.

Filsafat Pendidikan 20
BAB III
BEBERAPA ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN
DITINJAU DARI ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI

A. PENGERTIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI


Ontologi memiliki arti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata ini
dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ontologi berupaya mengetahui
tentang hakikat sesuatu. Ontologi dibatasi adanya mutlak, keterbatasan,
umum dan khusus.
Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari
benda atau diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek), manusia
juga melakukan berbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya
mengetahui (mengenal) benda atau hal yang telah diselidiki tadi (subjek).
Epistemologi membahas sumber , peroses, syarat, batas fasilitas, dan
hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaaan dan jaminan bagi
guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan, apakah
yang baik atau yang bagus itu. Definisi lain mengatakan aksiologi adalah
suatu pendidikan yang menguji dan yang mengintegrasikan semua nilai
tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam
kepribadian anak.

B. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN


1. ALIRAN PROGRESSIVISME
Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangkan rasa
progressivisme dalam semua realita,terutama dalam kehidupan adalah

Filsafat Pendidikan 21
tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis
dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progressivisme
dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa
kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk
kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan
memperaktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji
kebenaran suatu teori. Prossivisme dinamakan environmentalusme
karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi
pembinaan kepribadian (Noor Syam,1987:228-229).
Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang meliputi : Ilmu Hayat, Antropologi, dan Psikologi.
Adapun tokoh-tokoh Progressivisme ini adalah:
1. William james(New York,11 Januari 1842)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti, juga aspek dari
eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup.
2. John dewey(Vermont,20 oktober 1859)
Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan dengan
problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktek.
3. Hans Vaihinger, menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis.
Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-
satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
4. Ferdinant Schiller dan Georges santayana.

a. Pandangan Ontologi
Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang
amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah
kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci

Filsafat Pendidikan 22
pengertian manusia atas segala sesuatu. Pengalaman adalah suatu
sumber evolusi maju setapak demi setapak. Pengalaman adalah
perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan.
b. Pandangan Epistemologi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses,
kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi
dan pengalaman.
c. Pandangan Aksiologi
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian
adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.
d. Progressivisme dan Pendidikan
Aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James
dan John Dewey yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup
praktis. Oleh karena itu Filsafat Progressivisme tidak mengakui
kemutlakan kehidupan, menolak absolutisme dan otoriterisme dalam
segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu
mengalami perubahan, sebagaimana dikembangkan oleh Imanuel Kant.
Progressivisme dianggap sebagai The Liberal Road of Culture (kebebasan
mutlak menuju ke arah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut
bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka (open
minded).

2. ALIRAN ESSENSIALISME
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-
nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas
(Zuhairini, 1991 : 21)

Filsafat Pendidikan 23
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
essensialisme.
Realisme modern, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan
dunia fisik, sedangkan idealisme , pandangan-pandangannya bersifat
spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama
dengan substansi gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini
ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta
adanya kosmos.

a. Pandangan Ontologi Essensialisme


Sifat yang menonjol dari ontologi essensialisme adalah suatu konsep
bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya
dengan tiada cela pula.
Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia.
Adapun uraian mengenai realisme dan idealisme ialah:
1. Realisme yang mendukung essensialisme yang disebut realisme
obyektif karena mempunyai pandangan sistematis mengenai alam
serta tempat manusia di dalamnya.
2. Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis
dibandingkan dengan realisme obyektif. Maksudnya adalah bahwa
pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh
dikatakan meliputi segala sesuatu.

b. Pandangan Epistemologi Essensialisme


Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistemologi essensialisme.

Filsafat Pendidikan 24
1. Kontraversi Jasmaniah Rohaniah
Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama
menganggap bahwa rohani kunci kesadaran tentang realita. Sebaliknya
realist berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di
dalam melalui jasmani.
Konsekkuensinya kedua unsur rohani dan jasmani adalah realita
kepribadian manusia.
2. Pendekatan (Approach) Idealisme pada Pengetahuan
a) Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini
memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.
b) Menurut T.H Green, approach personalisme itu hanya melalui
introspeksi.
c) Dalam filsafat religious yang modern, ada teori yang mengatakan
bahwa apa yang dimengerti tentang sesuatu adalah karena
resonansi pengertian Tuhan.
3. Pendekatan (Approach) Realisme pada Pengetahuan
a) Menurut Teori Asosiasionisme
Pikiran atau ide-ide serta isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur
penginderaan dan pengamatan.
b) Menurut Teori Behaviorisme
Perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku,
sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalisme
mekanisme biologis.
c) Menurut Teori Koneksionisme
Semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya)
oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara)
stimulus dan respon.
4. Tipe Epismologi Realisme
a) Neorealisme

Filsafat Pendidikan 25
Menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar
dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek.
b) Cretical Realisme
Menyatakan bahwa media antara intelek dengan realita adalah
seberkas penginderaan dan pengamatan.
c. Pandangan Aksiologi Essensialisme
1. Teori Nilai Menurut Idealisme
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah
hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak
interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
2. Teori Nilai Munurut Realisme
Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi
bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada
keteraturan lingkungan hidupnya.

d. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar


Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai
pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku.
Dengan mengambil landasan pikiran tersebut, belajar dapat
didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai
substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri
(Poedjawijatna, 1993 : 120-121). Pandangan realisme mencerminkan
adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:
1. Determinisme mutlak
2. Determinisme terbatas

3. ALIRAN PERENNIALISME
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis
diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka

Filsafat Pendidikan 26
perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji
ketangguhannya.
Perennialisme memandang pendidikan sebgai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi
kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Noor Syam, 1986 : 296).
Filsafat perennialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia
Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri,
kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai
pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.
Perennialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar
penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan
yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada
dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut
ajaran dan interprestasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni
yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.

a. Pandangan Ontologi Perennialisme


Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti
benda individual, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme
membedakan suatu relaita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut
istilah ini.

b. Pandangan Epistemologi Perennialisme


Perennialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat
diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada
kepercayaan.

Filsafat Pendidikan 27
Menurut perennialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika.
Jadi epistemologi dari perennialisme, harus memiliki pengetahuan
tentang pengertian dari kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan
menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode
deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran
hakiki, dan tujuan dari epistemologi perennialisme dalam premis mayor
dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.

c. Pandangan Aksiologi Perennialisme


Perennialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas
supranatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam
tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subyek telah memiliki
potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu
adapula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah
yang tidak baik.

4. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris rekonsttruct yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstrusinisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.
Rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.

Filsafat Pendidikan 28
a. Pandangan Ontologi
Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala
sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu
bersifat universal, yang mana realita itu ada di mana dan sama di setiap
tempat.

b. Pandangan Epistemologi
Kajian epistemologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran
pragmatisme (progressive) dan perennialisme.
Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat
dibuktikan dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri,
realita dan eksistensinya.
Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang
membicarakan dua hal pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence),
dengan jalan pemikirannya adalah silogisme.

Filsafat Pendidikan 29

You might also like