You are on page 1of 12

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

KRITERIA KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM


Di tulis untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Drs. Abdul Rozak Alkam, M.Ag.

Oleh : OLEH KELOMPOK 7 : 1 2 3 4 5 6 7 WAHID ILFAN SOLEH SRI ROIHAH DENI FATKHUR ROHMAN NAHARIN SIDIQ LUSFI SUSIANING NUR HIDAYATI MUSROTOFAH

SEMESTER : VI FAKULTAS TARBIYAH

INISNU JEPARA
TAHUN 2012
i

KATA PENGANTAR

Assalammu'alaikum Wr. Wb. Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahi taufik dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat serta salam kami sanjungkan ke pangkuan Beliau Nabi Agung Muhammad SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi kita semua agar tetap berada di jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT. Amiin. Alhamdulillah kami mahasiswa Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara Cabang Bangsri telah berhasil menyelasaikan penyusunan Makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan baik dan lancar. Harapan kami semoga apa yang kami kerjakan ini dapat diterima dan membawa manfaat khususnya bagi kami semuanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran membangun demi kebaikan serta kesempurnaan tugas kami ini. Sekian dan terima kasih. Wassalammualaikum Wr. Wb. Jepara, 7 Mei 2012

KELOMPOK 7

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iii BAB I. PENDAHULUAN .... 1 BAB II. KRITERIA KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM. 2 1. Domain 3 2. Domain 5 3. Domain 6 BAB III. 8 BAB IV. 9 DAFTAR PUSTAKA PENUTUP ..................................................................... KESIMPULAN............................................................. Psikomotorik Afektif Kognitif..

iii

BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelolaan pendidikan. Kualitas sebuah lembaga pendidikan hakikatnya diukur dari kualitas proses pembelajarannya, di samping output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu criteria mutu dan keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga benar - benar measurable and observable ( dapat diukur dan diamati ). Namum kenyataannya, membuat kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran tidaklah semudah mengukur produktifitas dan kualitas pada bidang pekerjaan lain. Pembelajaran melibatkan unsur siswa dengan segala karakteristiknya, mulai dari latar belakang keluarga, lingkungan, ekonomi, kemampuan, motivasi dan sebagainya. Selain itu perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah melalui sebuah proses pembelajaran juga tidak nampak dan sulit diukur, terutama pada dimensi nilai dan sikap.

iv

Dalam makalah ini kami membahas tentang kriteria keberhasilan yang mencakup dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan iman. Dimana ranah tersebut masih dibagi secara rinci sesuai hirarkinya. BAB II KRITERIA KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM Kriteria keberhasilan pendidikan pembelajaran, mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Artinya belajar tuntas adalah tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Fungsi ketuntasan belajar adalah memastikan semua peserta didik menguasai kompetensi yang diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah ke materi ajar selanjutnya. Patokan ketuntasan belajar mengacu pada standard kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan komponen guru dan siswa. Kriteria keberhasilan adalah patokan ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dab standar kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang dapat diamati dan diukur. Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah : 1. Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata - rata 60 % 2. Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum , tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal 75 % 3. Ketercapaianketrampilan vokasional atau praktik bergantung pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan, ditetapkan idealnya 75 %

Penyusunan kriteria keberhasilan pendidikan Islam secara operasional dapat mengikuti taksonomi tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S Bloom dan kawan - kawan, yang mendasarkan tujuan pendidikan atas 3 ( tiga ) domain, yaitu : 1. Cognitive domain ( ranah kognitif ), yang berisi perilaku - perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berpikir 2. Affective Domain ( ranah afektif ) berisi perilaku - perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain ( ranah psikomotorik ) berisi perilaku - perilaku yang menekankan aspek ketrampilan motorik seperti shalat, wudlu, memandikan jenazah Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain ( ranah/kawasan ) dan setiap domain tersebut dibagi kembali kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tesebut diantaranya seperti yang diungkapakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu : cipta, rasa dan karsa. Selain itu juga dikenal istilah : penalaran, penghayatan dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis ( bertingkat ) mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai " pemahaman" yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan "pengetahuan" yang ada pada tingkatan pertama. Taksonomi ini banyak dianut oleh para pakar pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Klasifikasi dari masing - masing domain tersebut adalah : vi

1.

Domain Kognitif Bloom membagi domain kognitif kedalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian : bagian pertama berupa adalah pengetahuan dan bagian kedua berupa kemampuan dan ketrampilan Intelektual. Domain Kognitif, mencakup : a. Knowledge ( kemampuan Hafalan ) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta - fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh ketika diminta menjelaskan pengertian jual beli orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari jual beli, syarat jual beli, dsb. b. Comprehension ( kemampuan pemahaman ) Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, lapoaran, tabel, diagram, arahan, peratuaran, dsb. Sebagai contoh orang dilevel ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb. c. Aplication ( kemampuan penerapan ) Di tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada ditingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart. d. Analysis ( kemampuan menganalisa ) Di tingkat analisis seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi - bagi atau menstruktur informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di vii

level ini seseorang akan mampu memilah - milah penyebab meningkatnya reject, membanding - bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab dan menggolongkan setiap penyebab kedalam tingkat keparahan yang ditimbulkan. e. Synthesis ( Kemampuan berpikir sintesis ) Satu tingkat di atas analisa, seseorang ditingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, ditingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. f. Evaluation ( Kemampuan mengevaluasi ) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb. 2. Domain Afektif Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Domain Afektif mencakup : a. Receiving ( sikap menyimak ) Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya dan mengarahkannya. b. Responding ( Sikap merespon )

viii

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada dilingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. c. Valuing ( sikap menilai ) Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan kedalam tingkah laku. d. Organization ( Sikap mengorganisasi nilai ) Memadukan nilai - nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. e. Characterization by a value or value ( sikap mengklasifikasi nilai ) Memliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya. 3. Domain Psikomotorik Domain Psikomotorik, mencakup : a. Perception ( Ketrampilan persepsi ) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membatu gerakan. b. c. Set ( ketrampilan kesiapan ) Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk melakukan gerakan. Guided response ( Ketrampilan merespon ) Tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba - coba. d. Mechanism ( ketrampilan mekanis ) Membiasakan gerakan - gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e. Complex overt respons ( ketrampilan nyata berbagai tindakan ) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola pola gerakan yang kompleks. f. Adaptation ( Ketrampilan beradaptasi ) ix

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. g. Origination ( Ketrampilan berkreasi ) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Meskipun Taksonomi S. Bloom dan kawan-kawan itu banyak dianut dan diakui oleh para pakar pendidikan. Tetapi taksonomi ini hendaknya perlu dicermati. Sebab criteria tersebut hanya terbatas pada sejauh mana peserta didik berhasil mengembangkan dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan keberhasilan pendidikan Islam bukan hanya terbatas pada ketiga dimensi tersebut, tetapi dimensi lain yang lebih pokok dan belum dikaji oleh Bloom, yaitu dimensi iman/domain iman (Muhaimin,konsep pendidikan Islam,hlm :72) Domain iman amat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran Islam tidak hanya menyangkut hal-hal rasional saja,tetapi juga menyangkut halhal yang irasional. Dimana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya kecuali didasari dengan iman yang bersumber dari Al-quran dan Al-hadist. Pendidikan Islam tidak hanya mengenal empiris sensual (empiris yang ditangkap oleh indra) dan empiris logis(empiris yang dapat ditangkap oleh rasio) tetapi lebih dari itu, pendidikan Islam juga mengenal empiris trasendental ( empiris yang dapat ditangkap oleh domain iman manusia). Keberhasilan pendidikan islam, disamping diukur dengan tiga domain( kognitif, afektif, dan psikomotorik) juga diukur dari sejauhmana keberhasilannya dalam mengembangkan domain iman. Hal ini ditandai dengan kesadaran akan identitas sebagai seorang mumin yang mampu menhadapi tantangan-tantangan yang dapat menggoyahkan iman, dan senantiasa waspada dan selalu meningkatkan kualitas keimanannya. BAB III KESIMPULAN Dari hasil pemaparan diatas, maka kami mencoba membuat kesimpulan sementara sebagai berikut:

1. Criteria keberhasilan pendidikan Islam secara operasional dapat mengikuti taksonomi tujuan pendidikab yang dikembangkan oleh Benyamin s. Bloom dkk. Yang mendasarkan 3 domain : cognitive domain, affective domain, dan psychomotor 2. Cognitive domain( ranah kognitif ), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan ketrampilan berfikir. 3. Affective domain (ranah afektif ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,seperti minat, sikap, apresiasi,dan cara penyesuaian diri. 4. Psychomotor domain ( ranah psikomotor ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan padaaspek ketrampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin 5. Setiap domain memiliki cakupan , yang mana cakupan itu juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan keberhasilan dalam pendidikan Islam. BAB IV PENUTUP Demikian penyampaian makalah untuk materi Ilmu Pendidikan Islam ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanaya. Namun kami yakin sebagai manusia biasa jauh dari kesempurnaan, banyak sekali kesalahan - kasalahan dalam penyusunan makalah ini yang mungkin disebabkan pemahaman kami yang kurang dan atau sebab - sebab yang lain. Tentunya sangatlah besar harapan kami masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah yang kami susun ini. Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini.

xi

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, B. S. ed. Et al. ( 1956) Taxonomi of Edocational Objectivis: Handbook I, Cognitive Domain. New York: David Mck Gronlund, N. E ( 1978 ). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed . New York: Macmilan Publishing Krathwohl, D.R.ed.et al ( 1964 ), Taxonomy of educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York : David McKay

xii

You might also like