You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap organisme berkomunikasi untuk saling berhubungan / berinteraksi dengan sesamanya. Begitupula sel, sel yang berada pada satu organisme multiselluler, memiliki jutaan bahkan ratusan juta sel yang harus saling berkomunikasi untuk mengkoordinasi proses-proses kehidupan. Kelomok sel memiliki fungsi dan peranan yang berbeda dalam proses kehidupan. Melalui komunikasi sel, sel-sel dalam tubuh dapat bekerja secara normal bahkan dapat mempengaruhi dan mengontrol tingkah laku sel-sel yang lain. Setiap sel memiliki sejumlah lokasi reseptor/penerimaan untuk zat yang berbeda-beda. Lokasi reseptor ini merupakan sambungan komunikasi sel. Saat bahan yang tepat untuk lokasi tertentu muncul, ia memiliki kemampuan untuk menempelkan dirinya sendiri pada sel dan mengirimkan informasi. Hal ini berarti memberitahu sel untuk mulai melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh sel. Jika sel menerima pesan tersebut, sel dapat membagi pesan tersebut dengan sel terdekat lainnya dan begitu pula seterusnya. Dalam proses komunikasi sel ada yang berlangsung di dalam memberan plasma, dan ada 3 tipe reseptor di permukaan membran plasma, yaitu reseptor Gprotein linked, reseptor tyrosine kinase, dan reseptor ion channel.

B. Batasan Bahasan

1. Kinerja reseptor yang terdapat dalam membran plasma sehigga dapat menghasilkan dan menerima pesan dari sel yang lain. 2. Proses siklus sel yang berada dalam tubuh manusia.

C. Tujuan 1. Menjelaskan dan mendeskripsikan tipe-tipe reseptor yang terdapat dalam membran plasma 2. Mengetahui konsep siklus sel dalam tubuh organisme, khususnya manusia

D. Manfaat Dapat memahami proses komunikasi sel, khususnya penerimaan pesan/informasi melalui reseptor-reseptor yang berada dalam membran plasma, juga mengerti siklus sel secara keseluruhan.

BAB II RESEPTOR PERMUKAAN MEMBRAN PLASMA

A. Reseptor Reseptor merupakan protein yang berfungsi untuk mengikat ligand dan mengubah satu sinyal menjadi sinyal lain.Terdapat dua jenis reseptor, yaitu : 1. Reseptor intraseluler, terletak didalam sel, 2. Reseptor membran, terletak di dalam membran B. Reseptor Membran Reseptor membran adalah reseptor yang terdapat pada membran sel, yang terbagi kedalam tiga tipe, diantaranya :

1. G-Protein Linked Receptor (GPLR) Reseptor ini juga disebut G-Protein Coupled Receptor (GPCR). Reseptor ini merupakan perantara respon terhadap berbagai macam molekul sinyal,meliputi hormon, neurotransmiter, dan perantara lokal.Semua G-protein-linked receptors termasuk famili besar homolog, 7-pass transmembran proteins (7 TM reseptor). Pada tipe ini reseptor menggunakan G protein sebagai intermediet. Ligan berikatan dengan reseptor membentuk Ligand/ Receptor complex binds G protein. Protein reseptor ini dapat mengaktivasi atau inaktivasi (efektor) enzim yang terikat pada membran plasma atau ion channel melewati protein G secara tidak langsung. Ligan yang mengikat dan mengaktifkan reseptor ini termasuk senyawa yang sensitif terhadap cahaya, bau, feromon, hormon, dan neurotransmiter, dan bervariasi dalam ukuran dari molekul kecil untuk peptida pada protein besar.

Ligand reseptor aktifasi protein G aktivasi/hambat suatu enzim yang mengaktivasi ion channel atau second messenger.

G Proteins dan Siklus G protein G protein berada pada membran sel dan memediasi fungsi G protein linked receptors (GPCRs). G protein merupakan heterotrimeric karena terdiri dari tiga subunit yang berbeda. Subunit-subunit tersebut adalah , , . Subunit merupakan komponen enzimatik. Subunit ini mengikat GTP dan menghidrolisisnya menjadi GDP. Subunit dan tetap berikatan satu sama lain dan berasosiasi dengan subunit saat berikatan dengan GDP.

Tipe G protein linked receptors ini berupa protein membran yang bekerjasama dengan protein G dan protein lainnya, biasanya sebuah enzim (atau disebut juga efektor). Jika tidak ada molekul sinyal ekstraseluler spesifik untuk reseptor, protein berada dalam keadaan tidak aktif. Protein G inaktif memiliki satu molekul GDP yang terikat padanya. Jika molekul sinyal terikat pada reseptor, reseptor akan berubah bentuk sehingga reseptor ini mengikat dan mengaktifkan Gprotein. Satu molekul GTP menggantikan GDP pada protein G. Protein G aktif mengikat dan mengaktifkan enzim dan memicu langkah selanjutnya dalam jalur dan

menghasilkan respon sel. Protein G kemudian mengkatalis hidrolisis GTP dan melepaskannya dari enzim, sehingga siap digunakan kembali. G-proteins memicu pembentukan cAMP, yang kemudian berlaku sebagai second messenger dalam lintasan seluler

2. Tyrosine Kinase Receptor Tyrosine Kinase Receptor atau Reseptor Tirosin Kinase (RTK) adalah reseptor yang memiliki aktivitas kinase pada protein tirosin, yaitu mengkatalisis transfer fosfat dari ATP ke gugus hidroksil (OH) tirosin pada protein target. Reseptor ini merupakan tipe reseptor membran dari P

Gambar: Protein Tirosin yang terfosforilasi Reaksi berupa ATP + Tirosin (Tirosin Kinase) ADP + Tirosin fosfat, dan berdampingan dengan enzim tirosina fosfatase yang memindahkan gugus fosfat dari tirosin fosfat. Reseptor ini merupakan reseptor membran yang terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Reseptor Tirosin Kinase merupakan protein transmembran yang

memiliki tempat ikatan ligan pada sisi luar membrane plasma dan hanya memiliki satu segmen transmembran, atau dikatakan berbentuk monomer.

Reseptor Tirosin Kinase (RTK) merupakan keluarga reseptor yang memiliki struktur yang mirip satu sama lain. Keluarga reseptor ini memiliki satu tyrosine kinase domain, yaitu yang akan memfosforilasi protein pada residu tirosin, satu hormone binding domain, yaitu tempat ikatan dengan ligan atau hormon, dan satu segmen karboksil terminal dengan tirosin ganda untuk autofosfolisasi. Contoh reseptor yang tergolong reseptor tirosin kinase adalah reseptor-reseptor pertumbuhan. Sebelum molekul sinyal terikat, reseptor merupakan polipeptida tunggal. Pengikatan molekul sinyal pada reseptor tidak mengakibatkan perubahan konformasi untuk mengaktifkan sisi sitoplasmik secara langsung. Aktivasi terjadi karena pengikatan ligan menyebabkan dua polipeptida mengumpul membentuk dimer. Pengumpulan ini mengaktifkan tirosin kinase dari kedua polipeptida yang kemudian memfosforilasi tirosin pada ekor polipeptida lainnya

Ligand reseptor stimulasi dimerisasi reseptor interaksi dengan protein tirosin kinase pada sitosol. 3. Ion Channel Receptor Ion-channel-linked receptors juga dikenal sebagai transmitter-gated ion channels atau ionotropic receptors. Pada membran sel, ada channel (gerbang) dimana sel saling berkomunikasi dengan sekitarnya. Channel ini terdiri dari satu molekul sederhana atau gabungan molekul-molekul kompleks dan channel ini memiliki kemampuan untuk membolehkan lewatnya atom-atom yang memiliki muatan atau disebut juga dengan ion. Regulasi ion channel dipengaruhi oleh kehidupan dalam sel dan fungsinya dalam keadaan normal dan patologik. Ion channel terdiri dari molekul tunggal atau kompleks yang membentuk dinding channel (berupa pori) yang membolehkan komunikasi antara interior dan eksterior sel. Diameter pori sangat kecil sehingga sensitive terhadap satu ion (ukuran sekitar 0.5-0.6 milyar/milimeter). Perubahan yang cepat dalam bentuk molekul menyebabkan pembukaan atau penutupan ion channel sebagai jawaban atas pengikatan suatu neurotransmiter. Ini terjadi selama aktivasi reseptor oleh sebuah sinyal spesifik dari substrat molekul tunggal. Sehingga satu bagian spesifik dari molekul yang membuat perubahan membrane potesial dapat membuka atau menutup ion channel. Pada tipe ini reseptor adalah sebuah ion channel. Ligan berikatan pada reseptor dan membuka channel. Akibatnya ion mengalir ke dalam sel, berikatan dengan berbagai protein dan mengaktifkan berbagai protein.

Ligand reseptor perubahan konformasi reseptor aliran ion tertentu mengubah potensial elektris padamembran sel.

BAB III KONSEP SIKLUS SEL

Siklus sel atau daur sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan berikutnya, yang mencakup duplikasi akurat sejumlah besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga terjadi dua sel baru yang identik. Siklus sel yang berlangsung kontinu dan berulang (siklik), disebut proliferasi. Keberhasilan sebuah proliferasi membutuhkan transisi unidireksional dan teratur dari satu fasa siklus sel menuju fasa berikutnya. Transisi antara jenjang reaksi ditentukan oleh lintasan pengendali ekstrinsik dan intrinsik yang terdiri dari beberapa cekpoin. Lintasan kendali instrinsik akan menentukan setiap tahap berjalan sebagaimana mestinya. Lintasan kendali ekstrinsik akan berfungsi sebagai respon terhadap kondisi di luar sel atau telisik defisiensi sel. A. Fase Pada Siklus Sel

Gambar skematik fasa siklus sel yang dikendalikan oleh enzim CDK. Pada sel prokariota yang tidak memiliki inti sel, siklus sel terjadi melalui suatu proses yang disebut pembelahan biner, sedang pada sel eukariota yang memiliki inti sel, siklus sel terbagi menjadi dua fasa fungsional, fasa S dan M, dan fasa persiapan, G1 dan G2:

1. Fasa S (sintesis) Tahap terjadinya replikasi DNA. Interval waktu fasa S sekitar 8 jam. Hasil replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan dua nukleus masing-masing guna proses mitosis pada fasa M. 2. Fasa M (mitosis) Interval waktu fasa M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fasa M terjadi beberapa jenjang fasa, yaitu:

Profasa, kondensasi kromosom dan pertumbuhan pemintalnya. Prometafasa, sampul inti sel terlarut dan kromosom yang mengandung 2 kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial

Metafasa,

kondensasi

kromosom

pada

bidang

ekuatorial mencapai titik puncaknya

Anafasa, tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-masing kromosom tertarik menuju pemintal kutub.

Telofasa, kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi, diikuti dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma perlahan mulai membelah

Sitokinesis, pembelahan sitoplasma selesai

3. Fasa G (gap) Fasa G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fasa sintesis zat yang diperlukan pada fasa berikutnya. Interval fasa G 2 sekitar 2 jam, sedangkan interval fasa G1 bervariasi antara 6 jam hingga beberapa hari. Sel yang berada pada fasa G 1 terlalu lama, dikatakan berada pada fasa G 0 atau quiescent. Pada fasa ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan aktif, tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada fasa G 0 dapat memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fasa tersebut hingga terjadi apoptosis.

10

4. Interfasa Merupakan sebuah jeda panjang antara satu mitosis dengan yang lain. Jedah tersebut termasuk fasa G1, S, G2. B. Cekpoin pada siklus sel

Aktivitas selular yang terjadi pada cekpoin, tidak dapat berlangsung tanpa enzim intraselular yang disebut CDK. Holoenzim CDK aktif terdiri dari sub-unit katalik dan sub-unit kendali siklin. Ikatan yang dibentuk antara sub-unit siklin dan sub-unit katalitik membutuhkan proses fosforilasi pada treonina oleh enzim lain yang disebut CAK, yang terdiri dari siklin H dan CDK7. Transisi G0 ke G1 Fasa transisi dari fasa G 0 ke fasa G1 disebut fasa prima atau fasa kompetensi replikatif. Berbagai protein disintesis pada fasa G 1 setelah fasa G0, sejumlah protein dihasilkan untuk mengembalikan fungsi metabolik yang pada saat fasa G 0. Transisi ke fasa S Transisi ke fasa S dari fasa G 1 dikendalikan oleh dua buah cekpoin, yaitu "kompetensi" dan "restriksi" yang terletak sekitar 12 dan 2 jam sebelum fasa S dimulai. Tiga faktor pertumbuhan untuk melewati dua cekpoin ini, yaitu PDGF, EGF dan IGF-1.

11

Fasa S Pada eukariota, berbagai aktivator diperlukan sebagai persiapan untuk memasuki fasa S guna melakukan replikasi DNA. Fasa S dimulai dengan terjadinya paparan pulsa dengan [3H] timidina pada sel, kemudian terjadi paparan lanjutan nonradioaktif dengan timidina "dingin". Kedua prosedur tersebut menghasilkan beberapa titik replikasi yang mulai terjadi pada beberapa kromosom pada rantai ganda DNA.

12

BAB IV KESIMPULAN

Sel dalam satu organisme multiseluller terdapat ratusan bahkan jutaan sel yang saling berkomunikasi untuk saling berinteraksi guna mengatur proses kehidupan suatu organisme. Didalam tubuh kita terdapat tiga tipe reseptor yang berada di permukaan membrane plasma, diantaranya G-protein linked, reseptor tyrosine kinase, dan reseptor ion channel. G-Protein Coupled Receptor (GPCR) merupakan perantara respon terhadap berbagai macam molekul sinyal,meliputi hormon, neurotransmiter, dan perantara lokal. Selanjutnya, Reseptor Tirosin Kinase (RTK) adalah reseptor yang memiliki aktivitas kinase pada protein tirosin, yaitu mengkatalisis transfer fosfat dari ATP ke gugus hidroksil (OH) tirosin pada protein target. Sedangkan Ion-channel-linked receptors adalah suatu gerbang, dimana terjadi proses komunikasi antarsel di sekitarnya. Siklus sel adalah kegiatan yang terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan berikutnya, yang mencakup duplikasi akurat sejumlah besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga terjadi dua sel baru yang identik. Siklus ini mencakup dua fase yaitu interfase dan mitosis atau fase pembelahan. Interfase terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap G1 dimana terjadi aktivitas biosintesa yang tinggi, tahap S yaitu merupakan tahap replikasi dan transkripsi DNA, tahap G2 merupakan tahap persiapan diri sel untuk membelah. Fase mitosis pembelahan nukleus dan pembelahan sitoplasma. Cekpoin adalah mekanisme dari pengendalian yang menjamin ketepatan pembelahan sel dalam sel eukariotik. Cekpoin memverifikasi apakah setiap fase dari siklus sel berlangsung sebagaimana mestinya sebelum bergerak ke fase berikutnya. Dengan kata lain cekpoin berfungsi juga sebagai mekanisme sensor sehingga dapat diketahui seberapa akurat proses pembelahan berjalan.

13

DAFTAR PUSTAKA
__________, G-Protein Linked Receptor, http://wikipedia.org/, 5 September 2010, 15.18 WIB W.F Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Penerbit : EGC __________,

14

You might also like