You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kota Pontianak yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah penduduk yang begitu pesat. Tingginya jumlah penduduk tersebut berdampak dengan meningkatnya juga kebutuhan (demand) sarana Transportasi dalam hal ini salah satu yang paling pokok ialah kebutuhan akan Angkutan Umum. Di kota Pontianak sendiri Angkutan Umum lebih banyak didominasi dengan kendaraan berupa Bus yang biasa disebut Bus Kota dan Mobil Penumpang yang biasa disebut Oplet. Dalam makalah ini akan dititik beratkan mengenai masalah Oplet yang dirasakan belum tertib baik dalam menjemput penumpang maupun menurunkan penumpang. Dipilihnya Oplet karena mengingat Oplet merupakan Angkutan umum yang dirasakan paling banyak diminati warga kota Pontianak dengan alasan tarif yang murah dan kemampuan Oplet itu sendiri untuk masuk / menuju ke tempat tujuan dimana penumpang memulai dan mengakhiri perjalanan serta dapat diandalakan dalam artian dapat melayani penumpang sewaktu - waktu / kapan saja angkutan umum tersebut dibutuhkan selalu tersedia. Oplet ternyata sangat bermanfaat bagi sebagian kalangan masyarakat kota Pontianak yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Dengan trayek yang cukup luas serta kemudahan kemudahan lainnya maka masyarakat kota Pontianak yang tidak memilki kendaraan pribadi cenderung menggunakan Oplet sebagai sarana Transportasi. Prasarana untuk angkutan Umum di kota Pontianak sendiri telah cukup banyak disediakan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan terminal-terminal yang ada di kota Pontianak walaupun secara garis besar masih tergolong terminal kelas C. Selain itu Pemerintah Kota telah membangun tempat tempat pemberhentian sekaligus tempat menunggu angkutan umum di tempat tempat yang dirasakan cukup strategis.

Terminal yang seharusnya diperuntukan sebagai tempat bertemunya penumpang dengan angkutan umum ternyata tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Masih banyak Oplet yang mengambil penumpang tidak pada terminal yang telah disediakan namun menunggu penumpang di badan jalan terutama di daerah perdagangan seperti pasar dan tempat keramaian lainnya. Dalam makalah ini penulis mencoba mengupas mengenai masalah Angkutan Umum terutama Oplet di Kota Pontianak yang menurut pengamatan penulis layak untuk dibahas karena mnyangkut kepentingan hal layak ramai serta pola tata ruang yang telah ada sebelumnya. Hal ini menunjukkan juga akan kepedulian sebagai warga kota Pontianak merasa terganggu akan kejadian ini. Untuk itulah maka akan dijabarkan secara teoritis dengan memperhatikan fakta dan data di lapangan serta konsep teoritis yang semoga dapat diaplikasikan dalam kenyataaan sebenarnya.

B. Landasan Teori Untuk membahas masalah angkutan umum yang ada di Kota Pontianak ini maka kita perlu memahami terlebih dahulu definisi dari angkutan umum itu sendiri. Secara etimologi angkutan umum terdiri dari dua suku kata yakni Angkutan dan Umum. Menurut A Munawar, Angkutan didefinisikan sebagai suatu proses pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan, sedangkan definisi Umum disini yaitu adanya sebuah kebebasan bagi siapa saja dari anggota masyarakat umum dari berbagai kalangan untuk menggunakan moda yang berfungsi untuk mengantarkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan syarat wajib membayar tarif yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam konteks Transportasi darat, maka kendaraan (Moda) umum yang dapat digunakan oleh masyarakat luas dapat berupa Mobil Penumpang, Bus Kecil, Bus Sedang, dan Bus Besar. Mobil Penumpang yang berfungsi mengangkut penumpang umum dari berbagai kalangan disebut Mobil Penumpang Umum (MPU). Bus Kecil yaitu dimana dicirikan dengan jumlah tempat duduk yang dapat memuat penumpang sekurang-kurangnya 9 (sembilan) hingga 19 (sembilan belas)

tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. Bus Sedang yakni dicirikan dengan jumlah tempat duduk yang tersedia untuk penumpang sekurangkurangnya 20 (dua puluh) hingga 30 (tiga puluh) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi. Bus Besar yakni mobil Bus yang dicirikan dengan jumlah tempat duduk sekurang - kurangnya 31 (tiga puluh satu) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi. Berbagai jenis angkutan umum di atas merupakan aset perusahaan yang menjadi sepenuhnya tanggung jawab perusahaan baik yang masih sedang beroperasi maupun yang sudah tidak layak beroperasi atau dengan kata lain telah memasuki masa konservasi. Masing - masing angkutan umum memiliki wilayah beroperasi yang berbeda-beda.Wilayah beroperasinya angkutan umum ini dinamakan Trayek biasanya diletakkan pada angkutan umum itu sendiri atau pada papan informasi di terminal - terminal. Pelayanan (services) angkutan orang dengan kendaraan umum dapat diklasifikasikan berdasarkan Wilayah Pelayanan, Operasi Pelayanan dan Peranannya. Dilihat dari Wilayah Pelayanannya Angkutan Umum dapat diklasifikasikan antara lain Angkutan Antar Kota, Angkutan Kota, Angkutan Pedesaan, dan Angkutan Lintas Batas Negara. Berdasarkan Operasi Pelayanan dan Peranannya, Angkutan Penumpang Umum dapat dilaksanakan dalam trayek tetap dan teratur, serta tidak dalam trayek. Untuk pembagian trayek tetap dan teratur adalah sebagai berikut : a. Trayek Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan lintas batas negara. Trayek yang wilayah pelayanannya lebih dari satu Propinsi. b. Trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Trayek yang wilayh pelayanannya melebihi satu wilayah kabupaten/kota namun masih dalam satu Propinsi. Untuk menunjang akan keberadaan angkutan umum itu sendiri perlu dibangun Terminal. Terminal transportasi merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu, terminal juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas, dan juga merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang serta

merupakan unsur tata ruang yang mempuyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan dalam struktur wilayah tertentu. Ada tiga aspek yang harus menjadi perhatian dalam perencanaan terminal meliputi, yakni lokasi terminal, tapak dan akses terminal. Ketiga aspek tersebut sangat dipengaruhi oleh kontur kota, bentuk kota, jaringan jalan, tata guna lahan dan kepadatan penduduk serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Di dalam Peraturan Pemerintah No.43 tahun 1993 tentang prasarana dan Sarana Lalulintas Jalan, terminal diklasifikasikan menjadi tiga bagian seperti berikut ini : 1. Terminal Penumpang Tipe A. Berfungsi melayanai kendaraan umum untuk angkutan antar Kota Propinsi (AKAP) dan/atau Angkutan Lintas Batas Negara, Angkutan Antar Kota Dalam Ptopinsi (AKDP), Angkutan Kota (SK) dan Angkutan Pedesaan(ADES) 2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota (AK), dan/atau Angkutan Pedesaan (ADES). 3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Pedesaan (ADES).

C. Tujuan dan Manfaat Dengan penulisan makalah ini maka diharapkan tujuan dan manfaat yang diharapkan akan dicapai sesegera mungkin. Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini antara lain: 1. Memberikan pandangan tentang permasalahan angkutan umum di kota Pontianak yang sering terjadi di tengah masyarakat kota Pontianak itu sendiri. 2. Memaparkan akan pentingnya pengaturan angkutan umum yang baik terutama didaerah perkotaan.

3. Memberikan alternatif pemecahahan masalah mengenai angkutan umum dalam konteks secara toritis dengan disertai aplikasi di lapangan. 4. Dapat membuka pola pikir masyarakat kota Pontianak untuk lebih tertib dan teratur dalam pengaturan angkutan umum di kota Pontianak.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kurang Tertibnya Angkutan Umum Dalam Kota (OPLET) dalam Menjemput dan Menurunkan Penumpang Angkutan Umum berupa Mobil Penumpang yang biasa disebut Oplet di kota Pontianak merupakan Angkutan umum yang banyak digunakan masyarakat kota Pontianak. Dengan banyaknya armada serta jaringan trayek yang cukup luas di Kota Pontianak yang menjangkau tempat tempat strategis seperti tempat perdagangan hingga Rumah Sakit. Untuk menunjang operasional Oplet itu sendiri telah disediakan beberapa terminal di titik yang dianggap cocok dan sesuai dengan syarat dan spesifikasi untuk dibangunnya sebuah terminal. Untuk Kota Pontianak sendiri terdapat beberapa terminal yang cukup besar dalam skala perkotaan antara lain Terminal Pasar Nipah Kuning, Terminal Pasar Dahlia, Terminal Kapuas Indah, dan Terminal Sudarso. Terminal yang seharusnya berfungsi sebagaimana fungsi dibangunnya yang telah dijabarkan dalam bagian landasan teori diatas ternyata belum sepenuhnya terpenuhi. Dalam makalah ini penulis mengamati tiga lokasi yang dirasakan terganggu akibat dari terminal yang dirasakan memliki masalah yakni Terminal Nipah Kuning, Terminal Kapus Indah, dan Terminal Sudarso. 1. Terminal Nipah Kuning Terminal Nipah Kuning teletak di jalan Kom Yos Sudarso tepat di tengah pasar Nipah Kuning pada perbatasan antara Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Terminal ini tergolong kedalam terminal tipe C mengingat wilayah cakupan nya masih dalam kota. Oplet yang beroperasi dalam Terminal Ini memiliki Trayek Nipah Kuning- Kapuas Indah, Nipah Kuning Seroja, dan Nipah Kuning Dahlia. Dengan tiga trayek tersebut maka sudah dipastikan banyaknya masyarakat yang akan menggunakan Oplet tersebut. Mengingat lokasi terminal yang

bertepatan dengan pasar tradisional serta dekat dengan pemukiman penduduk maka kegiatan lalu lintas pada waktu waktu tertentu terutama pada jam sibuk (peak hours) mengalami kemacetan. Dari hasil pengamatan menunjukkan tidak semua Oplet yang seharusnya mengambil dan menurunkan penumpang pada tempat yang telah disediakan yakni di suatu lahan di sekitar areal pasar yang cukup luas untuk memarkirkan kendaraan. Ternyata ada sebagian Oplet yang mengambil dan menurunkan penumpang tidak pada tempat yang disediakan namun malah mngambil dan menurunkan penumpang di badan jalan raya. Jumlah Oplet yang melakukan tindakan ini ternyata tidak sedikit dibandingkan dengan jumlah Oplet yang beroperasi dalam sehari. Tentu saja hal ini membuat kapasitas jalan raya itu sendiri menjadi semakin kecil dan berdampak terjadinya kemacetan dan kesemerautan (unregularity) yang akan secara beruntun berdampak hingga waktu tempuh yang semakin besar ditambah lagi kondisi perkerasan jalan yang tidak terlalu baik maka kejadian itu sangat merugikan masyarakat pengguna jalan raya. Para supir Oplet tersebut merasa akan lebih mudah mendapatkan penumpang jika memarkirkan kendaraannya di badan jalan dibandingkan di dalam terminal begitu juga pada saat menurunkan penumpang, para supir tersebut merasa lebih mudah menurunkan penumpang di badan jalan tanpa masuk terlebih dahulu ke terminal dan tidak menutup kemungkinn para penumpang itu senriri yang banyak meminta diturunkan di badan jalan tanpa masuk terlebih dahulu ke dalam terminal karena alasan jauh dan sebagainya. Namun keduanya tidak berpikir akan kemacetan dan kesemerautan yang akan terjadi dan itu pasti juga akan merugikan penumpang itu sendiri, mereka akan mengalami kesulitan bila hendak menyeberang karena jalan yang macet dan kerugian lainnya. 2. Terminal Kapuas Indah Terminal Kapuas Indah terletak di jalan Tanjungpura tepat di jantung kota Pontianak. Terminal ini tergolong kedalam terminal tipe B mengingat terminal ini melayani Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi serta Angkutan Perkotaan. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai Angkutan Perkotaannya yakni Oplet.

Oplet di terminal ini melayani Trayek Kapuas Indah Nipah Kuning, Kapuas Indah Sudarso. Terminal Kapuas Indah dapat dikatakan Terminal terbesar yang ada pada saat ini di kota Pontianak, berlokasi dekat dengan dua pusat perdagangan yakni Pasar Nusa Indah dan Pasar Kapuas Indah serta tempat-tempat penting lainnya seperti BANK dan bangunan penting lainnya. Dari pengamatan penulis ternyata para supir Oplet ternyata banyak yang mengambil penumpang dan menurunkan penumpang di badan jalan Tanjungpura, lebih tepatnya di depan Bank KALBAR dan dibawah jembatan penyeberangan. Ditambah para pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di bahu jalan sehhingga menyulitkan para pejalan kaki untuk melakukan perjalalanan. Kebanyakan supir Oplet tersebut beralasan karena jika menunggu penumpang di terminal maka akan membutuhkan waktu lama sedangkan mereka berlombalomba mengejar setoran dalam satu harinya. Mereka berpendapat penumpang malas untuk masuk ke kawasan terminal dan lebih senang menunggu Oplet di bahu jalan. Namun hal ini tidak dapat dibenarkan, fungsi terminal itu sendri kurang dimanfaatkan sebagaimana mestinya baik oleh para supir Oplet maupun para penumpang itu sendiri. Hal ini bukan baru terjadi pertama kalinya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan dan sudah dianggap lumrah dan dianggap bukan merupakan sesuatu yang salah atau melanggar peraturan. Jika pada saat-saat keramaian seperti pada jam-jam sibuk dan menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Natal maka kedua pasar tersebut akan meningkat aktifitasnya. Begitu juga jumlah penumpang yang ingin menggunakan jasa Angkutan Umum berupa Oplet. Dengan melihat peluang yang begitu besar maka para supir Oplet tidak segan segan untuk memarkirkan kendaraannya di badan jalan persis tepat dekat dengan pasar Nusa Indah dan sekitar dibawah jembatan penyeberangan, di kawasan pasar Kapuas Besar untuk menunggu penumpang yang akan pulang dari berbelanja kebutuhan hari raya maupun menurunkan penumpang yang hendak berbelanja ke pasar tersebut. Tidak hanya sampai disitu, Oplet juga banyak berhenti untuk menurunkan dan mengambil penumpang di sepanjang jalan pada titik yang dirasakan ramai seperti di bawah jembatan penyeberangan dimana tempat tersebut dirasakan strategis karena banyak penumpang yang akan berdatangan dari dua arah yakni

dari pasar seroja dan pasar Kapuas atau pasar Tengah. Sudah tidak heran lagi jika sehari-harinya warga Pontianak dimacetkan karena ulah oplet yang berhenti tidak pada tempat yang telah disediakan yakni berupa terminal terminal yang dibangun memang untuk mengatur bagaimana angkutan umum tersebut untuk mengambil dan menurunkan penumpang, memang penumpang diberi kebebasan untuk tidak harus turun di terminal dan dapat turun dimana saja sesuai kehendaknya namun alangkah baiknya jika tujuan penumpang tersebut hendak ke pasar atau tempat tejpat lainnya disekitar areal pasar sebaiknya berhenti diterminal yang telah disediakan sehingga tidak mengganggu ketertiban lalu lintas. Khusus wilayah Tanjungpura, Nusa Indah dan sekitarnya telah dibangun dua terminal untuk mencukupi kebutuhan warga Pontianak, yakni Terminal Kapuas Indah dan Terminal Seroja. Namun kerdua terminal ini belumlah dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Sudah menjadi pemandangan sehari sehari jika jalan Tanjungpura macet pada saat jam-jam sibuk dan salah satu penyebabnya ialah seperti hal yang telah dijabarkan diatas, ditambah lagi dengan para pedagang kaki lima maka akan mempengaruhi tata guna lahan Kota Pontianak. Merupakan suatu hal yang ironis sekali dimana kejadian tersebut terjadi tidak jauh dari pos kepolisian yang berada hanya beberapa meter dari jembatan penyeberangan persis di tepi jalan Tanjungpura. Hal ini menunjukkan masih kurangnya kerja sama antar instansi terkait guna memperbaiki kondisi ini. Masalah ini terkesan dianggap sebagai suatu kejadian yang lumrah sehingga kalaupun ada yang mempermasalahkannya maka para instansi terkait saling melempar tanggung jawab disebabkan tidak adanya peraturan yang tegas dan transparan. 3. Terminal Sudarso Terminal Sudarso atau Terminal Sungai Raya merupakan terminal yang menghubungkan antara Kota Pontianak dengan Kabupaten Kubu Raya. Terminal ini melayani trayek Kapuas Indah-Sudarso, Kapuas Indah Teluk Mulus, Sungai raya Dahlia. Terminal ini terletak tidak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Sudarso Pontianak. Namun lokasi Terminal ini sendiri sedikit jauh dari jalan raya

sehingga tidak sedikit para supir Oplet memakirkan kendaraaannya di badan jalan Imam Bonjol persis di persimpangan perbatasan antara jalan Imam Bonjol dengan Kabupaten Kubu Raya. Oplet-oplet yang seharusnya menunggu penumpang di terminal ternyata malah bertumpuk di badan jalan untuk menunggu penumpang dan sekaligus menurunkan penumpang. Hal ini sangat menggganggu kenyamanan baik dari segi estetika maupun faktor keamanan dan kenyamanan pengguna jalan raya tersebut. Alasan mengapa hal ini terjadi ternyata memiliki kesamaan dari terminal terminal lainnya yakni lebih mudah mendapatkan penumpang dan mempersingkat waktu untuk masuk ke terminal yang cukup jauh dari jalan raya. Sikap mental baik masyarakat penumpang maupu supir angkutan umum itu sendiri yang kurang menyadari akan pentingnya suatu keteraturan dan ketertiban dalam menggunakan fasilitas angkutan umum. Target utama para supir Oplet di terminal ini selain warga sekitar namun juga masyrakat dari Rumah Sakit Sudarso yang sedang ada keperluan di rumah sakit tersebut. Ketika waktu menurunkian penumpang supir oplet tersebut langsung menurunkan penumpang teoapat di edpan rumah sakit Sudarso, namun warg yang hendak p-ulang terkadang terkesan malas untukpergi terminal untuk menaiki Oplet mereka lebih senang menunggu atau mencari oplet di badan jalan Imam Bonjol , disana juga banyak terparkit Oplet oplet yang siap untuk mengangkut penumpang. Hal ini juga yang membuat supir Oplet lebih banyak memarkirkan Opletnya di badan jalan Imam Bonjol dibandingkan menunggu di terminal. Dalam mengkaji permasalahan ini diperlukan pemahaman mengenai prosedur dan mekanisme kerja serta batasan tanggung jawab dari masing-masing instansi terkait. Pihak pihak yang berperan dalam masalah ini yaitu pihak Pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) serta masyarakat pengguna Angkutan umum itu sendiri. Dinas Perhubungan Kota Pontianak merupakan instansi pemerintah yang sangat terkait langsung dalam konteks permasalahan yang terjadi. Sebagai suatu institusi pemerintah yang memiliki wewenang untuk mengatur segala macam sistem perhubungan atau transportasi yang mencakup tiga kawasan utama yakni

10

darat, laut dan udara termasuk juga mengatur masalah Angkutan Umum di perkotaan. Dinas perhubungan merupakan instansi yang berhak mengeluarkan produk perangkatr peraturan yang mencakup segala perasalahan angkutan umuum di kota Pontianak. Dengan melihat kasus permasalahan Ankutan umum yang telah dipaparkan diatas, maka sudah seharusnya Dinas Perhubungan membuat aturan yang jelas tentang prosedur atau tata cara pengambilan dan penurunan penumpang di terminal yang telah disediakan. Dinas Pekerjaan Umum (PU) dalam hal ini merupakan instansi pemerintah yang bertanggung jawab akan infrastruktur yang menunjang keberadaaan Angkutan Umum itu sendiri. Dalam makalah ini lebih dititik beratkan pada infrastruktur di Terminal-terminal di Kota Pontianak. Kondisi infrastruktur terminal terminla di kota Pontinak saat ini masih cukup memprihatinkan dari tiga terminal yang dijadikan objek penelitian semua terminal tersebut memiliki kondisi infratruktur yang buruk mulai dari perkerasan jalan, kondisi bangunan sekitarnya hingga akses menuju terminal tersebut. Rasa nyaman dan aman kurang didapatkan di area terminal sehingga para supir lebih merasa nyaman serta cepat mendapatkan penumpang bila menunggu dibadan jalan. Jika kejadian ini terus berlangsung maka mau tidak mau pihak Kepolisian dalam hal ini Polantas akan ikut bertanggung jawab akan dampak yang akan terjadi akibat ulah supir supir Oplet tersbut. Tidak menutup kemungkinan aksi para supir Oplet yang dengan sengaja memarkirkan kendaraannya di badan jalan yang sempit akan menimbulkan kecelakaan lalu,lintas di jalan raya dan Tindak kriminalitas lainnya. Memang seharusnya masalah ini bukan sepenuhnya tanggung jawab pihak kepolisian semata namun lebih merupakantanggung jawab bersama dari semua pihak yang berhubungan debngn konteks permasalahan. Fungsi serta peranan masing masing instansi sangat diperlukan untuk menangani masalah ini agar tidak berlanjut dalam kurun jangka waktu yang panjang.

B. Penyebab Terjadinya Masalah Angkutan Umum di Kota Pontianak

11

Adapun penyebab terjadinya permasalahan mengenai angkutan umum ini antara lain : 1. Kurang sadarnya masyarakat kota Pontianak baik dari kalangan pengguna angkutan umum maupun supir angkutan umum itu sendiri akan ketertiban serta kenyamanan dalam berlalu lintas di jalan raya. 2. 3. Perangkat peraturan daerah yang dirasakan kurang jelas dan tegas dalam mengatur permaslhaan angkutan umum di kota Pontianak. Kesinergisan antar instansi terkait yang diraskan masih kuran dalam bekerja sama mengatasi permasalah angkutan umum dan terkesan saling lempar tanggung jawab. 4. Fasilitas dan kondisi infrastruktur terminal itu sendiri dirasakan masih kurang sehingga baik para supir maupun calon penumpang lebih merasa nyaman dan cepat jika naik dan turun di luar areal terminal.

C. Alternatif Pemecahan Masalah Adapun alternatif pemecahan masalah yang meliputi segi teknis serta strategi manajemen lalu lintas yang dapat dilakukan antara lain: 1. Melakukan rekayasa dan manajemen lalu lintas dengan mengatur sistem tata cara pemberhentian Angkutan Umum dengan tujuan untuk menurunkan atau menaikan penumpang di jalan raya. 2. Membuat perangkat peraturan yang tegas dengan sanksi yang diberikan apabila para supir Angkutan Umum masih melanggar peraturan yang telah dibuat sehingga menimbulkan efek jera. 3. Memperbaiki serta meningkatkan kualitas serta kuantiatas terminal terminal yang ada di Kota Pontianak sehingga para supir dan masyarakat merasa nyaman dan aman bila hendak keterminal. Membuat kesan yang tertata rapi di terminal - terminal agar tidak terkesan kumuh dan semeraut sehingga masyarakat dan para supir angkutan umum merasa nyaman dan

12

aman bila berada di terminal. Perbaikan infrastruktur di terminal juga dapat dilakukan untuk kelancaran arus lalu lintas dari dan ke terminal. 4. Adanya taransparansi akan peraturan yang jelas dan tegas dalam mengatur masalah angkutan umum tersebut sehingga masyarakat luas dapat ikut berperan mengawasi pelaksanaannya dilapangan. 5. Dibuatnya iklan - iklan layanan masyarakat dalam memberi contoh mengenai angkutan umum yang tertib. Pembuatan iklan tersebut dapat menggunakan media cetak maupun elektronik agar lebih mudah dicerna masyarakat. 6. Diadakannya forum forum diskusi serta dialog interaktif yang melibatkan para instansi atau organisasi yang berhubungan dengan konteks permaslahan mengenai masalah angkutan umum di kota Pontianak sehingga masyarakat luas dapat berperan serta menyumbangkan pemikirannya dalam mengatur angkutan umum di kota Pontianak. 7. Dilakukannya tindakan preventif berupa pengayoman ataupun sosialisasi oleh instansi - instansi terkait seperti Kepolisian dan Dinas Perhubungan kepada para supir Oplet ataupun warga lainnya mengenai pengaturan angkutan umum yang baik dan benar serta tidak mengganggu jalannya arus lalu lintas. 8. Diadakannya studi kelayakan terhadap setiap terminal yang ada di kota Pontianak, apakah layak atau tidak serta mencermati berbagai aspek yang mempengaruhi sehingga didapatkan hasil studi untuk menanalisa kekurangan serta kelebihan menyangkut terminal tersebut dari berbagai aspek masyarakat.

13

BAB III PENUTUP

Angkutan Umum memang merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus ada di dalam sistem transportasi di Pontianak mengingat kota Pontianak sudah berkembang seiring kemajuan jaman mengikuti Ibu Kota propinsi yang ada di Indonesia yang telah terlebih dahulu menjadi sebuah kota metropolitan bahkan megapolitan dengan monbilitas hidup yang tinggi dalam menjalankan aktifitasnya sehari -hari. Padatnya pergerakan orang di daerah perkotaan seperti Pontianak tentunya membutuhkan angkutan yang memadai agar dapat memudahkan dan memperlancar pergerakan orang diwilayah kota dari tempat asal ketempat tujuan tanpa adanya hambatan. Dari berabagai jenis angkutan umum yang ada dikota Pontianak, ternyata masyarakat kota Pontianak lebih banyak menggunakan kendaraan angkutan umum berupa mobil penumpang yang disebut Oplet dibandingkan kendaran umum lainnya mengingat tarif yang murah serta jangkauan trayek yang luas. Oplet merupakan angkutan umum yang sudah khas di kota Pontianak disaat kota kota besar lainnya sudah banyak menggunakan jalur angkutan yang lebih modern seperti dengan adanya jalur BUSWAY, Oplet masih tetap bertahan. Namun dengan tetap eksisnya Oplet sebagai sarana angkutan umum yang sangat diminati warga Pontianak, Oplet ternyata merupakan salah satu penyebab kemacetan di jalan raya jalan raya di kota Pontianak. Masih banyak Oplet yang menurunkan maupun menjemput penumpang pada tempat yang tidak semestinya. Pada kurun waktu 2 tahun terakhir ini pemerintah kota Pontianak telah berupaya meningkatkan kualitas dari terminal terminal yang ada di kota Pontianak. Salah satunya ditunjukkan dengan diadakannya renovasi tehadap terminal pasar Kapuas Indah, hal ini menunnjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini, sudah sepatutnya masyarakat kota Pontianak secara bersama sama ikut berpatisipasi serta mengawasi jalannya pembangunan

14

infrastruktur

tersebut

mengingat

infrastruktur

tersebut

ditujukan

untuk

kepentingan bersama. Dalam menyikapi masalah ini maka semua elemen masyarakat mulai dari pemerintah, swasta, akademisi serta para stake holder yang ada bersama dukungan masyarakat kota Pontianak harus menyikapi masalah ini secara serius dengan berupaya mencarikan jalan keluar (solution) yang relevan dan objektif sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi serta budaya (culture) masyarakat kota Pontianak. Kebutuhan akan sebuah angkutan umum yang aman, nyaman, serta ekonomis namun tidak membuat kemacetan merupakan sebuah tuntutan yang harus dipenuhi demi meningktnya kualitas hidup masyarakat kota Pontianak.

15

Daftar Pustaka Abubakar, Iskandar Ir Msc.Yani, Ahmad A.TD.Sutiono, Edy A.TD.1995. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib Edisi ke II. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Munawar, A.2005. Buku Dasar - dasar Rekayasa Transportasi.Yogyakarta: Beta Offset. Warpani, Suwardjoko. P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: ITB

16

You might also like