You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.

Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu. B. TUJUAN a. Tujuan Umum Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar. b. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Definisi dari luka bakar. 2. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Etiologi dari luka bakar. 3. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Klasifikasi dari luka bakar. 4. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Manifestasi Klinis dari luka bakar. 5. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Patofisiologi dari luka bakar.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

6. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar. 7. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Komplikasi dari luka bakar. 8. Mahasiswa - Mahasiswi mengetahui Penatalaksanaan dari luka bakar.

BAB II LANDASAN TEORI A. DEFINISI Luka Bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001). Luka Bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. B. ETIOLOGI 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 3

3. 4.

Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar a. Fase Akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik sirkulasi. b. Fase Sub Akut. yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. c. Fase Lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. C. KLASIFIKASI Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni : 1. Berdasarkan penyebab a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik e. Luka bakar karena radiasi f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

2.

Berdasarkan kedalaman luka bakar a. Luka Bakar Derajat I Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis Kulit kering, hiperemi berupa eritema Tidak dijumpai bulae Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b.

Luka Bakar Derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai bulae (cairan yang disebabkan oleh luka bakar). Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Derajat II dangkal (superficial)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

2. Derajat II dalam (deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

c.

Luka Bakar Derajat III Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak dijumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.

Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

3.

Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu: a. Luka Bakar Mayor Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa

memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

b.

Luka bakar moderat Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 1020% pada anak-anak.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar minor Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah : Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki. Luka tidak sirkumfer. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakar Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Rule of nine a. Kepala dan leher b. Dada depan dan belakang c. Abdomen depan dan belakang d. Tangan kanan dan kiri e. Paha kanan dan kiri f. Kaki kanan dan kiri : 9% : 18% : 18% : 18% : 18% : 18%

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

g. Genital 2. Diagram USIA (TAHUN) 01 14 19 17 2 2 & 13 13 2,5 2,5 1 4 4 13 13 2,5 2,5 1 4 4

: 1%

LOKASI KEPALA LEHER DADA PERUT PUNGGUNG PANTAT KIRI PANTAT KANAN KELAMIN LENGAN ATAS KANAN LENGAN ATAS KIRI LENGAN BAWAH KANAN LENGAN BAWAH KIRI TANGAN KANAN TANGAN KIRI PAHA KANAN PAHA KIRI TUNGKAI BAWAH KANAN TUNGKAI BAWAH KIRI KAKI KANAN KAKI KIRI

5-9 13 2 13 13 2,5 2,5 1 4 4

10 - 15 10 2 13 13 2,5 2,5 1 4 4

DEWASA 7 2 13 13 2,5 2,5 1 4 4

3 2,5 2,5 5,5 5,5 5

3 2,5 2,5 6,5 6,5 5

3 2,5 2,5 8,5 8,5 5,5

3 2,5 2,5 8,5 8,5 6

3 2,5 2,5 9,5 9,5 7

5 3,5 3,5

5 3,5 3,5

5,5 3,5 3,5

6 3,5 3,5

7 3,5 3,5

D. MANIFESTASI KLINIS

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

10

Klasifikasi baru Superficial thickness

klasifikasi tradisional Derajat 1

kedalaman luka bakar Lapisan Epidermis

bentuk klinis

Partial Derajat 2 thickness superficial Partial thickness deep Deep (reticular) dermis

Full thickness

Derajat atau 4

Erythema( kemerahan ), Rasa sakit seperti tersengat, blisters( Gelembung cairan ) Epidermis Superficial Blisters ( Gelembung (Lapisan papillary) dermis cairan ), Cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full thickness 3 Dermis dan struktuir tubuh Berat, adanya eschar dibawah dermis Fascia, seperti kulit yang melelh, Tulang, or Otot cairan berwarna , tidak didapatkan sensasi rasa sakit

E. PATOFISIOLOGI Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah : 1. Respon kardiovaskuiler Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh. 2. Respon Renalis Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 11

Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal 3. Respon Gastro Intestinal Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi. 4. Respon Imonologi Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. 2.

Diagnosa medis Pemeriksaan dignostik a. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain lain. b. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

12

c. EKG d. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak. e. Dan lain-lain.
G. KOMPLIKASI 1. Hypertropy Jaringan Parut Hypertropy Jaringan Parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bias diatasi dengan tindakan tertentu. 2. Kontraktur Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. H. PENATALAKSANAAN Beberapa prinsip penatalaksanaan luka bakar secara umum dapat dirangkumkan sebagai berikut :

Hentikan proses combustio Tindakan pertama dan utama menolong kasus luka bakar adalah menghentikan kontak dengan sumber panas; tindakan ini akan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah. Tindakan yang perlu dilakukan adalah : 1. Bila sumber panas adalah api, segera hentikan proses kombusio dengan air atau bahan yang tidak mudah terbakar (basah, bahan karung basah, handuk basah) atau menyiram dengan aIr. 2. Pakaian (khususnya yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti bahan nilon, tetoron, dsb) segera dilepaskan sebagai upaya menghentikan kontak tubuh dengan sumber Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 13

panas. 3. Bila penyebab luka bakar itu adalah listrik, segera putuskan aliran listrik. Upaya mencegah terjadinya kerusakan bertambah parah Apapun penyebab luka bakar, segera netralisir suhu tinggi dengan upaya menurunkan suhu dengan cara mendinginkannya menggunakan kompres air dingin atau air mengalir selama 15-20 menit. Tidak benar melakukan pertolongan dengan memberikan minyak, margarin, kopi dsb karena akan menimbulkan reaksi dengan jaringan yang menambah derajat kerusakan jaringan, termasuk infeksi.

Bila penyebabnya zat kimia harap diperhatikan ketentuan berikut. Luka bakar karena asam kuat jangan diatasi dengan pemberian zat kimia yang bersifat basa karena akan timbul reaksi yang justru akan memperberat kerusakan. Hal yang harus dilakukan adalah menetralisir dengan air.

Bila penderita berada di dalam ruang tertutup, segera dibawa ke ruang terbuka atau ruangan yang memiliki ventilasi yang baik. Penatalaksanaan Luka Bakar Ringan Luka bakar derajat I dan II dangkal yang tidak terlalu luas akan sembuh secara spontan meskipun tanpa pengobatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Mengatasi rasa nyeri Kompres air dingin selama beberapa saat dalam upaya mencegah kerusakan sebagaimana dijelaskan sebelumnya , juga merupakan tindakan pertama mengatasi nyeri. Suhu yang rendah memberikan efek anestesi karena terjadi vaso konstriksi. Proses epitelisasi dalam proses penyembuhan dapat digunakan. Pemberian analgetik dalam berbagai golongan maupun bentuk Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 14

sediaan (per oral, injeksi atau suppositoria)

2.

Penatalaksanaan luka Luka bakar derajat I cukup dirawat dengan vaselin atau krim pelembab, tanpa harus memberikan antibiotik. Tidak ada ketentuan Dengan melarang luka tidak boleh kena air pada saat mandi. membersihkan kulit pada saat mandi, proses

penyembuhan akan berlangsung sebagaimana mestinya. Luka bakar derajat II superfisial a. Luka bakar yang termasuk kategori ini ditandai dengan adanya bula. Bula adalah lapisan epidermis yang terlepas dari dasarnya (dermis), merupakan suatu proses epidermolisis, dise;rtai akumulasi eksudat membentuk suatu gelembung. Bila ukuran bulae relatif kecil, cukup dibiarkan dan akan mengalami penyembuhan spontan. Bila mengganggu, cairan bula tutup sediaan dilakukan lapisan dengan krim. aspirasi epidermis tulle dan tanpa yang kassa yang

melakukan

pembuangan

menutupinya. Kemudian topikal dalam bentuk

adsorben atau hidrofil. Kadang diperlukan pemberian antibiotik Kassa kualitasnya kurang baik biasanya tidak memiliki efek hidrofilik yang baik sehingga perlu dibasahi dan diperas sehingga cukup lembab (bukan basah) dan dapat menyerap produksi eksudat. dari lapisan Balutan ini tidak perlu diganti bila tidak jenuh atau tidak kotor, dalam waktu 5-7hari biasanya epitel yang lepas dermis sudah melekat kembali (sebagai graft). Bila tidak melekat, ia bertindak sebagai sarana biological dressing yang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 15

mcmfasilitasi proses epitelisasi jaringan dibawahnya. Dalam perawatan luka ini upayakan luka tetap bersih dan tidak kena air selama 5-7hari, setelah kurun waktu tersebut justru dengan mandi kulit akan bersih dan segar, sehingga proses penyembuhan akan berjalan sebagaimana mestinya. b. Bagian tubuh terkena dalam biasanya tenggang perlu waktu diistirahatkan tertentu untuk

(immobilisasi)

mempercepat proses penyembuhan. c. Dalam hal diet, tidak ada pantangan terhadap jenis makanan apapun; bahkan diperlukan diet tinggi kalori dan tinggi protein ditambah dengan vitamin dan mineral khususnya vitamin A, D, E dan C, serta seng (Zn). Penatalaksanan luka bakar sedang dan berat Yang dimaksud dengan luka bakar sedang adalah luka bakar derajat II >15-25% (dewasa) atau atau >10-20% (anak dan orang tua), derajat III <10% tidak mengenai muka, tangan dan kaki. Luka bakar mengenai tangan dan kaki memerlukan tindakan perawatan spesialistik, karena menyangkut fungsi. Sedangkan yang dimaksud dengan luka bakar berat/kritis adalah luka bakar yang memenuhi kriteria dibawah ini, antara lain:

Luka bakar derajat II-III >25% (dewasa) dan >20% (anak, orang tua) Luka bakar derajat III pada muka, tangan dan kaki Adanya trauma pad a jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar Luka bakar listrik Luka bakar disertai cedera lainnya (misal fraktur iga/lain-lain)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

16

Prinsip penatalaksanaan kasus luka bakar yang masuk dalam kategori sedang dan berat mengacu kepada pola penatalaksanaan traumatologi, berdasarkan prioritas ABC. Penatalaksanaannya dibedakan pada penatalaksanaan awal segera setibanya di klinik atau di pusat pelayanan masyarakat tempat pertama kali penderita datang meminta pertolongan; penatalaksanan rujukan dan penatalaksanaan di rumah sakit rujukan. Penatalaksanaan kesehatan : Lakukan pertolongan dengan prioritas penatalaksanaan traumatologi. (airway, A), mekanisme pernafasan mechanism, B) dan sirkulasi (circulation, C). 1. Untuk gangguan saluran nafas, lakukan pembersihan jalan nafas dari kotoran, karbon, darah yang ada di lubang hidung, segera berikan oksigen 8-10 liter per menit menggunakan sungkup. Penderita diletakkan di meja periksa dalam posisi tegak (setengah duduk). Bila dijumpai sumbatan jalan nafas: a. lakukan prosedur krikotirotomi dilanjutkan pemasangan pipa ke dalam saluran nafas; atau b. lakukan pemasangan pip a endotrakheal. c. dilanjutkan dengan pemberian oksigen melalui plpa krikotirotomi atau endotrakeal. 2. Untuk gangguan mekanisme barnafas, setelah melakukan penghitungan frekuensi pernafasan, perhatikan adanya eskar melingkar di dinding dada dan adanya riwayat cedera daerah dada. a. Bila dijumpai eskar melingkar, lakukan eskarotomi dinding dada. b. Bila dijumpai adanya tanda-tanda pneumotoraks dan atau hematotoraks, segera lakukan pemasangan chest tube (water sealed drainage, WSD) untuk tindakan diagnostik dan terapi. ABC (breathing awal di klinik atau di pusat pelayanan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

17

3. Untuk gangguan sirkulasi perhatikan adanya gejala dan tanda syok. a. Bila dijumpai syok, resusitasi cairan dilakukan dengan segera berikan cairan kristaloid (ringer's lactate, RL atau ringer's acetate, AR) menggunakan beberapa jalur intravena dalam waktu singkat. Jumlah cairan yang diberikan adalah 3 (tiga) kali jumlah cairan yang diperkirakan hilang. Sebagai patokan, kondisi syok terjadi bilaminimal 25% volume cairan hilang. Sehingga, bila seseorang dengan berat badan 70kg (volume cairan tubuh 70% atau sama dengan kl. 5 liter), maka jumlah cairan yang diberikan adalah 3kali. l,25liter (25% dari 5liter), atau 3.75liter. b. Bila tidak ada gejala dan tanda syok, maka resusitasi cairan menggunakan formula cairan yang ada (Baxter/Parkland)

4. Amati kembali perihal ABC, bila persoalan yang berhubungan dengan gangguan ABC teratasi, lanjutkan dengan pengamatan lanjutan (survai sekunder). Pada kesempatan ini dilakukan pemeriksaan teliti secara sistematik dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki, halhal yang mungkin dijumpai pada suatu cedera; termasuk memperhitungkan presentasi luas dan kedalaman luka bakar. 5. Bila sirkulasi penderita sudah stabil (tidak dijumpai gejala dan tanda syok, meskipun pengertian 'stabil' bukanlah normal) penderita dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan.

6. Bila rujukan belum dapat dilaksanakan, resusitasi cairan dilanjutkan menggunakan formula yang ada (Baxter/Parkland).

7. Selama fase syok yang menjadi masalah adalah gangguan ABC, sehingga orientasi penatalaksanaan berkisar pada penatalaksanaan ABC. Tidak dibenarkan melakukan perawatan luka, seperti 18 melakukan pencucian luka dsb. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

Pemeriksaan penunjang a. b. Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis tidak Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu memperjelas l. Laboraturium - Lab. Darah: Pemeriksaan darah tepi Kadar hemoglobin ( Hb ) Kadar hematokrit ( Ht ) Jumlah leukosit Jumlah thrombosit

diperlukan. masalah yang ada.

Analisis gas darah

Fungsi sistem/ organ Fungsi metabolisme: kadar glukosa darah sewaktu, kortisol, asam laktat - Lab. Urin Berat Jenis urin Keasaman (pH) Sedimen - Mikrobiologi: kultur dan resistensi dengan bahan dal:'i luka, tempat masuk jalur intra vena dan kateter urin. 2. Radiologi Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio) 19 Fungsi hati: serum transaminase, SGOT/PT, Bilirubin Fungsi ginjal: ureum dan kreatinin

Foto torak AP posisi tegak atau setengah duduk, untuk evaluasi gambaran paru : Deteksi adanya ARDS dan edema paru (biasanya dikerjakan sesudah hari kelima) Cek ujung kanul Central Venous Pressure

DAFTAR PUSTAKA Effendi, S.Kp., Christantie: Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC, 1999 Moenadjat, Yefta: Luka Bakar : Pengetahuan Klinik Praktis . Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2003

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio)

20

You might also like