You are on page 1of 30

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS juga biasa disebut sebagai hyaline membran disease ( HMD ). Jika kita berbicara tentang sistem pernapasan berarti kita berbicara tentang saluran pernapasan, paru, dan O2. Saluran pernapasan terbagi atas: rongga hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Fungsi dari saluran pernapasan yaitu tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah. Selain itu, berfungsi juga dalam menghantarkan udara dari dan ke permukaan paru. Untuk lebih lengkapnya akan d bahas d Bab 2. Paru merupakan organ elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks. Paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3 lobus, satu lobus pada paru kanan, dan dua lobus pada paru kiri. Oksigen merupakan sebuah zat berupa gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak bisa dirasakan oleh lidah. Semua makhluk hidup di dunia ini membutuhkan oksigen agar bisa tetap bertahan hidup. Oksigen kurang lebih 60% di dalam tubuh manusia, oksigen terdapat di dalam darah, daging, tulang, otot otot dan di semua komponen tubuh kita. Singkatnya, semua bagian tubuh kita tanpa kecuali butuh oksigen agar tetap tumbuh sehat. Sehingga bisa dipastikan, anggota tubuh manapun yang kekurangan oksigen akan menderita sakit. Terlebih khusus mengenai sistem pernafasannya (respiratory system)

1.2 TUJUAN PENULISAN Mahasiswa mampu mengerti dan memahami : 1. Anatomi Fisiologi sistem pernapasan 2. Proses Keperawatan Pasien Respiratory Distress Syndrome yang meliputi : a. Definisi b. Etiologi c. Manifestasi Klinik d. Pathofisiologi e. Komplikasi f. Pemeriksaan Diagnostik g. Pelaksanaan Medis h. Proses Keperawatan i. Discage Planing

1.3 METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan adalah : STUDI KEPUSTAKAAN Yaitu dengan mempelajari berbagai sumber berupa buku-buku yang membahas tentang penyakit Respiratory Distress Syndrome sesuai dengan judul karya tulis ini.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Judul Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan
2

A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Metode Penulisan D. Sistematika Penulisan Bab II Pembahasan A. Kasus Dan Kata Kunci B. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi C. ASKEP Pasien Respiratory Distress Syndrome Bab III Kesimpulan Daftar Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SISTEM PERNAPASAN Anatomi saluran pernapasan terdiri atas saluran pernapasan bagian atas( rongga hidung, sinus paranasal, dan faring), saluran pernapasan bagian bawah( laring, trakhea, bronkhus, dan alveoli), sirkulasi pulmonal ( ventrikel kanan, arteri pulmonar, kapiler pulmonal, arteriola pulmonar, venula pulmonar, vena pulmonar, dan atrium kiri), paru ( paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga pleura, dan otot-otot pernapasan.

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas Rongga Hidung Hidung terdiri atas dua nostril yang merupakan pintu masuk menuju rongga hidung. Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama lainnya dipisahkan
4

satu sama lainnya oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh mokosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu. Mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung. Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk ke saluran pernapasan bagian bawah. Dalam hidung juga terdapat saluran-saluran yang menghubungkan antara rongga hidung dengan kelenjar air mata, bagian ini di kenal dengan kantung nasolakrimalis. Kantung nasolakrimalis ini berfungsi mengalirkan air melalui hidung yang berasal dari kelenjar air mata.

Sinus Paranasal Sinus paranasal berperan dalam menyekresi mukus, membantu pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab. Sinus paranasal juga termasuk dalam wilayah pembau di bagian posterior rongganhidung. Wilayah pembau tersebut terdiri atas permukaan inferior palatum kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian superior konka hidung. Reseptor di dalam epitel pembau ini akan merasakan sensasi bau.

Faring Faring ( tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esofagus dan batabg tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas 3 bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yaitu nasofaring( di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring ( di belakang laring).

2. Saluran pernapasan bagian bawah Laring

Laring terletak di antara faring dan trakhea. Berdasarkan letak vertebra servikalis, laring berada di ruas ke-4 atau ke-5 dan berakhir di vertebra servikalis ruas ke-6. Laring di susun oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan otot rangka pada tulanh hioid di bagian atas dan trakhea di bawahnya. Kartilago yang terbesar adalah kartilago tiroid, dan di depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun yang terlihat nyata pada pria. Kartilago tiroid dibangun oleh dua lempeng besar yang bersatu di bagian anterior membentuk sebuah sudut seperti huruf V yang di sebut tonjolan laringeal. Kartilago krikoid adalah kartilago berbentukcincin yang terletak di bawah kartilago tiroid. Kartilago aritenoid adalah sepasang kartilago yang menjulang di belakang krikoid, dan di atasnya terdapat kartilago kuneiform dan kornikulata yang sangat kecil. Di atas kartilago tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katub dan berfungsi membantu menutup laring saat menelan makanan. Trakhea Trakhea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trakhea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung trakhea bagian bawah bercabang menjadi 2 bronkus kanan dan kiri. Percabangan bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina. Trakhea tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk C yang melekat pada dinding trakhea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi mencegah

terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem pernapasan. Bagian terbuka dari bentuk C kartilago trakhea ini

saling berhadapan secara posterior ke arah esofagus dan disatukan oleh ligamen elastis dan otot polos.

Bronkhus Bronkhus mempunyai struktur serupa dengan trakhea. Bronkhus kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir vertikal dengan trakhea. Sebaliknya bronkhus kiri lebih panjang, lebih sempit dan sudutnya pun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis tesendiri jika ada benda asing yang terinhalasi, maka benda itu lebih memungkinkan berada di bronkhus kanan di bandingkan dengan bronkhus kiri karena arah dan lebarnya.

Alveoli dan Membran Respirasi Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih sederhana. Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel tipe 1. Makrofag alveolar bertugas berkeliling di sekitar epitelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada sistem pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel Tipe 2. Surfaktan terdiri atas fosfolifid dan lipoprotein. Surfaktan berperan untuk melapisi epitelium alveolar dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetik ( kelahiran prematur), maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.

3. Sirkulasi Pulmonal Sirkulasi pulmonal dianggap sebagai sistem tekanan rendah karena tekanan darah individu dalam posissi tegak, paru dapat di anggap terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas dengan suplai darah yang buruk, bagian bawah dengan suplai darah maksimal, dan bagian di antara keduanya dengan suplai darah sedang. Ketika seseorang baring dan miring ke salah satu sisi, lebih banyak darah yang melewati paru terendah. sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20-30 mmHg,tekanan diastolik di bawah 12 mmHg dan tekanan pulmonal rata-rata kurang dari 20 mmHg . kapiler pulmonal menerima kurang lebih 75% darah yang mengalir pada sirkulasi pulmonal selama sistole. Nilai tekanan yang tepat dalam kapilerpulmonal tidak pasti, hingga saat ini nilai yangmasih dipercaya adalah rentang tekanan arteri dan vena pulmonalis, sekitar 4-12 mmHg. Tekanan yang rendah ini membuat vaskulator pulmonal normal dapat meragamkan kapasitas untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya. Namun, ketika individu dalam posisi tegak, tekanan arteri pulmonal tidak cukup besar untuk menyuplai darah ke bagian apeks paru terhadap kekuatan gaya gravitasi. Dengan demikian, ketika posisi

4. Paru Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga di bagi menjadi 3 lobus, satu lobus pada paru kanan dan 2 lobus pada paru kiri. Lobus-lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri.proses patologis seperti atellektasis dan pneumonia sering kali terbatas pada satu lobus atau pada satu segmen saja. Oleh

karena itu, pengetahuan anatomi segmen paru penting bagi perawat saat melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada dilakukan untuk mengetahui dengan tepat letak lesi dan akumulasi sekret.

5. Pleura Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membran serosa yang di dalamnya mengandung cairan serosasatu bagian melekat pada kuat paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru dan bagian vesiralis dan lapisan paru yang membatasi rongga thoraks disebut pleura parietalis.

Pleura vesiralis adalah pleura yang menempel pada paru, menutup masingmasing lobus paru, dan melewati visura yang memisahkan keduanya. Pleura parietalis melekat pada dinding dada dan permukaan thoraks diafragma. Pleura parietalis juga melekat pada mediastinum dan bersambungan dengan pleura viseralis di sekeliling
9

perbatasan hilium. Dua lapisan pleura dipisahkan oleh lapisan film tipis cairan serosa.cairan ini berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antara 2 lapisan pleura selama pergerakan pernapasan berlangsung. Cairan pleuura disekresikan oleh sel epitel membran serosa. Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20 ml.

6. Otot-Otot Pernapasan Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan udara. Diafragma merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru. Pada saat istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi. Saat inspirasi, otot sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot pektoralis minor, otot serratus anterior, dan otot intercostalis sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru. Pada fase ekspirasi, otot-otot transversal dada, otot intercostalis sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru.

10

2.2 Fisiologis Pernapasan Proses Inspirasi Inspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih rendah dari tekanan luar.

Kontraksi diafragma dan interkostalis volume thoraks membesar tekanan pleura menurun paru mengembang tekanan intra-alveoli menurun udara masuk ke dalam paru. Proses ekspirasi Ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan udara luar.

Otot inspirasi relaksasi volume thoraks mengecil tekanan pleura meningkat paru mengecil tekanan intra-alveoli meningkat udara bergerak ke luar paru. Proses Pernapasan Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan ke luar dari paru-paru Transportasi Distribusi pembagian udara ke cabang-cabang bronkus Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran O2 dengan CO2, masuknya oksigen dari alveoli ke darah dan pengeluaran CO2 dari darah ke alveoli.

11

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Pemicu 4
Bayi Piko lahir pada usia kehamilan 34 minggu dan mengalami gangguan pernapasan selama kurang lebih 2 hari. Nafasnya cepat, terdengar suara merintih dan terlihat sianosis, retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal. Dokter menjelaskan, paru-paru bayi tersebut belum dapat memproduksi cukup surfaktan sehingga perlu bantuan ventilator untuk membuka alveolinya. Dokter juga memberi oksigen sebagai terapi. Untuk mengetahui ventilator bekerja dengan baik, dilakukan pemeriksaan AGD agar diketahui kadar O2, CO2 dan beberapa zat lain dalam darah.

3.1.1 KATA KUNCI PEMICU 5 1. Lahir pada usia kehamilan 34 minggu Bayi lahir secara prematur, karena usia melahirkan sempurna. 2. Nafasnya cepat Hal ini terjadi karena sistem pernapasan belum bekerja dengan total/sempurna sehingga proses inspirasi dan ekspirasi belum lancar. Surfaktan bayi juga belum cukup sehingga mempengaruhi kerja paru-paru yang akan normal yaitu 36-42

mengakibatkan bayi kesulitan dalam bernafas. 3. Suara merintih Karena proses inspirasi dan ekspirasi tidak bekerja dengan baik maka akan mengakibatkan terdengarnya suara merintih saat proses inspirasi yang

12

merupakan respon sakit saat bernafas. Dengan kata lain suara ini terdengar karena bayi berusaha untuk mengambil oksigen. 4. Sianosis Sianosis terjadi karena terjadi gangguan pada organ jantung, Jantung yang belum mampu memompakan darah ke seluruh tubuh secara maksimal. 5. retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal

mekanisme terjadinya : sesak nafas perfusi O2 dalam darah menurun hipoksia kompensasi tubuh dengan menggunakan otot tambahan pada saat bernafas retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal. Otot-otot tambahan yang dimaksudkan disini yaitu penarikan otot-otot di tulang Iga dan tulang Dada untuk mem butuhkan oksigen untuk bernafas. 6. Pemeriksaan AGD Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kadar O2 dan PH di dalam darah.

3.1.2 PERTANYAAN 1. 3 4 5 Jelaskan definisi dari RDS ! Jelaskan etiologi dari RDS dan ! Jelaskan patofisiologi dariRDS ! Jelaskan manifestasi klinis dari RDS !

13

6 7 8 9

Komplikasi apa saja yang dapat timbul dari RDS ? Bagaimana penatalaksanaan medik pada penderita RDS ? Sebutkan pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang dari kasus RDS ! Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari kasus di atas (pengkajian,

perencanaan, intervensi, dan diagnosa)!

3.1.3 JAWABAN PERTANYAAN Jawaban pertanyaan dibahas pada Pembahasan 3.2 !

14

3.2 RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME 3.2.1 KONSEP DASAR MEDIS PADA PASIEN RDS 1. DEFINISI RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME Respiratory Distress Sydrom atau Hyaline Membrane Disease merupakan keaadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia dibawah 35 minggu yang mempunyai berat dibawah 1000 gram. Respirstory Distress Syndrom juga merupakan gejala yang kondisi dari Dispnea dengan frekuensi pernapaan > dari

60X/menit,sianosis,merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastium, suprasternal intercostal pada saat inspirasi. Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi respirasi normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada masing-masing bayi. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli, mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory. Reduksi pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi paru menjadi buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan yang progresif. RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya setelah 3 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.

15

2. ETIOLOGI Bayi yang lahir prematur dengan operasi caesar Penurunan suplai oksigen pada bayi saat lahir Surfaktan yang tidak cukup dan belum terbentuk sempurna Faktor defisiensi/kekurangan surfaktan Lahir prematur, Seksio sesaria Ibu yang melahirkan mempunyai penyakit Diabetes Pada ibu hamil yang sakit diabetes diberikan pengobatan insulun secara reguler, ini yang dapat menghambat

pembentukan surfaktan. Aspeksia perinatal Aspeksia merupakan bayi yang tidak bisa bernafas secara spontan

3. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah : Takipnea diatas 60x/menit Pernapasan dangkal Retraksi intercostal dan sternal sianosis pernapasan cuping hidung

- hipotensi sistemik (edema,pengisian kapiler tertunda lebih dari 3-4 s - penurunan keluaran urine

16

- penurunan suara nafas dengan Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama, kedua.ketiga, dan keempat.

4. PATOFISIOLOGI

Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis

17

yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

5. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh harus selalu diusahkan agar tetap dalam batas normal ( 36,5o-37,5oC) b. Pemberian oksigen melalui ventilator c. Pemberian cairan dan elektrolit d. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder yaitu : Penisilin 50000-10000 U/kg/BB/hari dan Gentamicin 3-5 U/kg/BB/hari

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a) Foto thoraks b) Pemeriksaan AGD untuk menilai kadar O2 dan PH dalam darah c) Perubahan elektrolit ( cenderung terjadi penurunan kadar kalsium, kalium, natrium, dan glukosa serum)

18

7. KOMPLIKASI

Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi : 1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik. 4 PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
19

Phatolow

Prematuritas

Penurunan sintesis, penyimpsnsn dan pengeluaran surfaktan

Penurunan surfaktan alfeolus

Peningkatan tegangan permukaan alveolus

atelektasis

perfusi tidak merata

hipoventilasi

hiposekmia + retensi Co2 asidosis

vasokontiksi di paru

hipoperfusi paru

kerusakan endotel

kerusakan epitel

peningkatan gradium perfusi kebocoran plasma kedalam alveolus fibrin + sel nekrotik ( membrane hialin)
20

3.2.2 ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN umur kehamilan - Riwayat maternal - Menderita penyakit seperti diabetes mellitus - Kondisi seperti perdarahan placenta - Tipe dan lamanya persalinan - Stress fetal atau intrapartus

Status infant saat lahir - Prematur Apgar score, apakah terjadi aspeksia - Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

Cardiovaskular - Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat - Murmur sistolik - Denyut jantung dalam batas normal

Integumen - Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal - Pitting edema pada tangan dan kaki - Mottling

Neurologis - Immobilitas, kelemahan, flaciditas - Penurunan suhu tubuh


21

Pulmonary - Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 100 x ) - Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal - sianosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase desaturasi hemoglobin

- Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Insufisiensi respiratory berhubungan dengan penurunan volume dan komplians paru, perfusi paru dan vintilasi alveolar 2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus. 3) Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sensible dan insensible 4) Koping keluarga infektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis

22

3. INTERVENSI DAN RASIONAL a. Diagnosa Keperawatan I Tujuan 1. Kaji infant yang beresiko mengalami RDS yaitu : - Riwayat ibu dengan daibetes mellitus atau perdarahan placenta - Prematuritas bayi - Hipoksia janin - Kelahiran melalui operasi caesar Pengkajian diperlukan untuk menentukan intervensi secepatnya bila bayi menunjukkan adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk memperbaiki prognosa 2. Kaji perubahan status pernafasan termasuk : - Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit, mungkin 80 100 x) - Nafas grunting - Nasal flaring - Retraksi intercostal, suprasternal atau substernal dengan penggunaan otot bantu nafas - Cyanosis - Episode apnea, penurunan suara nafas dan adanya crakles Perubahan tersebut mengindikasikan RDS telah terjadi, panggil dokter untuk tindakan secepatnya - Pernafasan bayi meningkat karena peningkatan kebutuhan oksigen - Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis untuk menghentikan ekhalasi udara dengan menekan pita suara - Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi dari respirasi dengan membuka lebar jalan nafas - Retraksi mengindikasikan ekspansi paru yang tidak adekuat selama inspirasi - Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan PO2 dibawah 40 mmHg - Episode apneu dan penurunan suara nafas menandakan distress nafas semakin berat

23

3. Kaji tanda yang terkait dengan RDS - Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki selama 24 jam - Kelemahan otot - Denyut jantung dibawah 100 x per menit pada stadium lanjut - Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 mmHg, pco2 diatas 65 mmHg, dan pH dibawah 7,15 Tanda-tanda tersebut terjadi pada RDS - Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan penurunan permeabilitas vaskuler - Tanda ini terjadi karena ekshaution yang disebabkan kehilangan energi selama kesulitan nafas - Bradikardia terjadi karena hipoksemia berat - Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory dan acidosis metabolik jika bayi hipoksik 4. Monitor PO2 trancutan atau nilai pulse oksimetri secara kontinyu setiap jam Nilai PO2 traskutan dan pulse oksimetri non invasif menunjukkan prosentase oksigen saat inspirasi udara.

Tujuan 2. Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi pulmonal Intervensi, Rasional 1. Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan sbb - Oksigen yang dihangatkan 31,7C 33,9C - Humidifikasi 40% 60% - Beri CPAP positif - Beri PEEP positif Untuk mencegah terjadinya hipotermia dan memenuhi kebutuhan oksigen tubuh

2. Berikan pancuronium bromide (Pavulon) Obat ini berguna sebagai relaksan otot untuk mencegah injury karena pergerakan bayi saat ventilasi

24

3. Tempatkan bayi pada lingkungan dengan suhu normal serta monitor temperatur aksila setiap jam Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan kebutuhan oksigen dan menurunkan produksi CO2. 4. Monitor vital signs secara kontinyu yaitu denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, serta auskultasi suara nafas Perubahan vital signs menandakan tingkat keparahan atau penyembuhan 5. Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas Karena perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas mengindikasikan peningkatan metabolisme oksigen dan glukosa. Informasi yang penting lainnya adalah perubahan kebutuhan cairan, kalori dan kebutuhan oksigen. 6. Pertahankan energi pasien dengan melakukan prosedur seefektif mungkin. Mencegah penurunan tingkat energi infant 7. Monitor serial AGD seperti PaO2, PaCo2, HCO3 dan pH setiap hari atau bila dibutuhkan Perubahan mengindikasikan terjadinya acidosis respiratorik atau metabolik

b. Diagnosa Keperawatan 11 Tujuan : Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi

Intervensi Rasional 1. Berikan infus D 10% W sekitar 65 80 ml/kg bb/ hari Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat secara oral 2. Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk dapat memasukkan makanan jika diindikasikan atau untuk mengevaluasi isi lambung Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah tidak mungkin dilakukan.

25

3. Cek lokasi selang NGT dengan cara : - Aspirasi isi lambung - Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi masuknya udara pada lambung - Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung, selang tidak akan memproduksi gelembung Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan 4. Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut : - Elevasikan kepala bayi - Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip gravitasi dengan ketinggian 6 8 inchi dari kepala bayi - Berikan makanan dengan suhu ruangan - Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat energi bayi 5. Berikan TPN jika diindikasikan TPN merupakan metode alternatif untuk mempertahankan nutrisi jika bowel sounds tidak ada dan infants berada pada stadium akut.

c. Diagnosa Keperawatan III

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi Rasional 1. Pertahankan pemberian infus Dex 10% W 60 100 ml/kg bb/hari Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah ketidakseimbangan 2. Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, tergantung dari urine output, penggunaan pemanas dan jumlah feedings Mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien. Takipnea dan penggunaan pemanas

26

tubuh akan meningkatkan kebutuhan cairan 3. Pertahankan tetesan infus secara stabil, gunakan infusion pump Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan dapat menjadi keadaan fatal. 4. Monitor intake cairan dan output dengan cara : - Timbang berat badan bayi setiap 8 jam - Timbang popok bayi untuk menentukan urine output - Tentukan jumlah BAB - Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidak seimbangan cairan sebagai dasar untuk penggantian cairan 5. Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit.

d. Diagnosa Keperawatan IV

Tujuan : Meminimalkan kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara orangtua dan infant

Intervensi Rasional 1. Kaji respon verbal dan non verbal orangtua terhadap kecemasan dan penggunaan koping mekanisme Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan membangun strategi koping yang efektif 2. Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya, perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant Membuat orangtua bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta mengurangi tingkat kecemasan
27

3. Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi perkembangan infant Informasi dapat mengurangi kecemasan 4. Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk mengunjungi dan ikut terlibat dalam perawatan anaknya Memfasilitasi proses bounding 5. Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas Rujukan untuk mempertahankan informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada anaknya.

4. DISCARGE PLANING Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk perawatan dirumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus sudah

dipersiapkan/diberikan pada keluarga pasien ini adalah: a. Pengertian dari penyakit RDS. b. Penjelasan tentang penyebab penyakit. c. Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh keluarga. d. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan. e. Klien dan keluarga dapat pergi ke Rumah Sakit/Puskesmas terdekat apabila ada gejala yang memberatkan penyakitnya. f. Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menaati program pemulihan kesehatan.

28

BAB 4 PENUTUP

A. KESIMPULAN Respiratory distress syndrome adalah keadaan abnormal pada saluran pernapasan bayi yang diakibatkan oleh surfaktan yang belum terbentuk sempurna. dengan frekuensi pernapasan > dari 60X/menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastium, suprasternal intercostal pada saat inspirasi. Respiratory Distress Syndrome juga biasa disebut Hyaline Membrane Disease. Penyakit Respiratory Distress Syndrome bisa disembuhkan bila penanganannya cepat dan tepat. Kita juga bisa mengatasi agar sang ibu tidak melahirkan secara prematur, yaitu: ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kesehatannya, tidak melakukan aktivitas yang berat.

29

DAFTAR PUSTAKA

Joyce. 2000. Pendekatan Proses Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Medika Salemba. Jakarta

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Medika. Salemba

30

You might also like