You are on page 1of 5

Askep Jantung Koroner.

Penyakit jantung koroner adalah suatu manifestasi khusus dan juga aterosklerosis (penumpukan plak)pada pembuluh darah arteri koroner dan hal ini berakibat kepada pasokan darah yang kaya akan oksigen yang dialirkan ke otot otot jantung mengalami hambatan.Itu sekilas mengenai penyakit jantung koroner yang telah dibahas sebelumnya.Sekarang di yang akan kita share kembali adalah mengenaiasuhan keperawatan jantung koroner.Dan semoga artikel mengenai askep jantung koroner ini bisa bermanfaat serta berguna. Penyakit jantung koroner dan juga miocard infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan karena adanya penyempitan arteri koronaria secara permanen ataupun sementara. Oksigen dalam hal ini dibutuhkan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakan 70 % dari oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut dan dikenal dengan Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung. Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami hambatan serta obstruksi aliran darah ke miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap kebutuhan yang diperlukan. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

Berikut adalah askep jantung koroner Pengkajian.Yang diperlukan dalam pengkajian asuhan keperawatan jantung koroner adalah : a. Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur.

b. Sirkulasi.Yang dikaji diantaranya yaitu :


Mempunyai riwayat Infark Miocard Akut, penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah bisa normal / meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, adanya aritmia pada gambaran EKG. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan (tachycardia / bradicardia). Irama jantung mungkin ireguler atau bisa juga didapatkan normal. Edema terjadi pada : Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku. c. Eliminasi : Bising usus didapatkan bisa meningkat atau juga bisa normal. d. Nutrisi : Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan. e. Hygiene perseorangan : Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas. f. Neuro Sensori : Nyeri kepala yang hebat, perubahan emosi. g. Kenyamanan : Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin / ISDN. Lokasi nyeri dada bagian depan substernal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, EKG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran. h. Respirasi : Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged. i. Interaksi sosial : Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol. j. Pengetahuan : Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok. k. Studi diagnostik

1. ECG menunjukan : adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari


iskemi,gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung CKMB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit : ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia. Whole blood cell : leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan. Analisa gas darah (BGA) : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis / akut. Kolesterol / trigliserid : Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis. Rontgen Thorax : Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler. Echocardiogram : Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung. Exercise stress test (treadmill): Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress / aktivitas.

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Diagnosa keperawatan dan juga intervensi keperawatan pada asuhan keperawatanpasien jantung koroner : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penurunan tekanan dan cara berelaksasi. Rencana :

Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran). Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesik) Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemiapada miokard.

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina. Rencana :

Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu. Anjurkan pada pasien agar tidak mengedan pada saat buang air besar (BAB). Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas. 3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark. Tujuan : Tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan. Rencana :

Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan). Kaji kualitas nadi. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4. Auskultasi suara nafas. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine. Kolaborasi dalam : pemeriksaan serial EKG, foto thorax, pemberian obat-obatananti disritmia. 4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia. Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan. Rencana : Kaji adanya perubahan kesadaran. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema. Kaji respirasi (irama, kedalaman dan usaha pernafasan). Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, konstipasi). Monitor intake dan out put. Kolaborasi dalam : Pemeriksaan BGA, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein. Tujuan : Tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan. Rencana :

Auskultasi suara nafas (kaji adanya crackless). Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema. Ukur intake dan output (balance cairan). Kaji berat badan setiap hari. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam. Sajikan makan dengan diet rendah garam. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung. Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia. Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta. Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta. Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

You might also like