You are on page 1of 10

BAB II PEMBAHASAN

Wanita Pekerja Seks (WPS) a. Definisi Wanita Pekerja Seks (WPS) istilah yang akhir akhir ini sering muncul, walaupun tidak semua orang familier mendengar. Istilahwanita penjaja seks adalah istilah baru yang mengandung pengertian sama dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila maupun pelacur. Istilah wanita penjaja seks saat ini sering dipakai oleh para pakar, praktisi, dinas kesehatan, aktifis perempuan dan HIV/AIDS untuk mengganti istilah pelacur, dengan pertimbangan istilah ini terasa lebih halus dan terkesan tidak memojokan pekerjaan mereka sebagai pelacur (Koentjoro, 2004).

PSK / WPS adalah umumnya wanita (ada juga pria) yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki laki yang membutuhkan pemuas hubungan seksual dengan bayaran. Sedangkan pelacuran atau prostitusi adalah peristiwa penyerahan tubuh oleh wanita kepada laki laki (lebih dari satu orang) dengan imbalan pembayaran untuk disetubuhi sebagai pemuas nafsu seks si pembayar yang dilakukan diluar pernikahan (Wartono, 2000). Pekerja Seks Komersial (PSK) atau wanita tuna susila atau disebut juga pelacur adalah perempuan yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul (Romauli, 2009, p.70). Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Saat ini tingkat kemoralan bangsa Indonesia semakin terpuruk, hal ini terbukti dengan tingginya jumlah pekerja seks komersial. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit

menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini sebagian besar diidap oleh wanita pekerja seks, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan berganti ganti tanpa menggunakan pengaman seperti kondom (Widyastuti, 2009, p.115). Hubungan seksual yang dilakukan PSK biasanya berupa hubungan seksual genito genital (penis vagina) tetapi pelayanan orogenital (penis dimasukkan ke mulut) juga dilakukan dikalangan para PSK. Selain itu dalam jumlah terbatas juga ada yang melakukan hubungan onogenital (seks anal). Biasanya mereka sering disukai oleh pelanggan sekalipun yang bersangkutan sedang menstruasi tetap saja dapat melakukan hubungan seksual dengan cara bukan vaginal. (Koentjoro, 2004). Sedangkan pelacuran atau prostitusi adalah peristiwa penjualan diri dengan jalan menjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu dengan imbalan atau bayaran. Dalam kegiatan pelacuran dikenal adanya mucikari yaitu laki laki atau wanita yang mata pencahariannya baik sambilan maupun sepenuhnya, menyediakan, mengadakan atau turut serta mengadakan, membiayai, memimpin serta mengatur tempat pelacuran. Tugas dari germo pada hakekatnya adalah mempertemukan PSK dengan lelaki yang akan menyetubuhinya

Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) terhadap PMS

Pengetahuan sebagian besar informan/PSK mengenai PMS belum baik. Ratarata informan menjawab PMS adalah penyakit kelamin, tetapi mereka tidak dapat mendeskripsikannya pengertian, tanda,gejala, dan penyebab. Ada juga yang memiliki pengetahuan kurang karena tidak tahu apa pengertian penyakit menular seksual, penyebab, tanda gejala dan pencegahannya

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Para Pekerja Seks Komersial Terhadap Bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS):

1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kriteria dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Banyak diantara pekerja seks komersial ini yang berpendidikan rendah sehingga pengetahuan mereka terhadap penyakit Infeksi menular seksual juga sedikit atau minim sehingga berdampak pada meningkatnya PSK yang terkena Penyakit Menular Seksual (PMS)

2) Mass media informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Informasi-informasi yang banyak terdapat di media masa maupun sosial media ini kebanyakan masih kurang dimanfaatkan oleh pekerja seks komersial untuk mencari informasi mengenai penyakit menular seksual.

3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan sesuatu. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.Tentunya dengan sosial budaya yang ada di indonesia

saat ini sangat rentan dengan banyaknya budaya luar yang cenderung bebas dalam pergaulan dan status ekonomi yang juga menentukan pengetahuan pekerja seksual komersial tersebut,karena dengan status ekonomi yang tinggi secara tidak langsung juga meningkatkan pengetahuan mereka terhadap PMS

4) Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada di lingkungan tersebut.Lingkungan kerja PSK yang kurang mendukung untuk memperoleh informasi mengenai PMS,kadang menyebabkan banyak ketidaktahuan mengenai dampak dan akibat yang dari PMS.

5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang mana banyak sudah pekerja seks komersial mengalami kematian yang sia-sia akibat PMS ini,namun mereka masih tetap menggeluti pekerjaan tersebut dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginnya.

Sikap Pekerja Seks Komersial Dalam Upaya Pencegahan PMS


Pandangan PSK yang sudah setuju terhadap kegunaan kondom, ternyata tidak cukup menjamin upaya PSK memakai kondom. Dalam hal ini sebagian PSK mengakui ada beberapa tamu yang tidak menyukai memakai kondom dengan alasan tidak nyaman dipakai. Namun ada beberapa PSK yang mengatakan tidak mempermasalahkan pelanggan untuk memakai kondom mereka cenderung akan mengikuti kemauan pelanggan asalkanmereka mendapatkan uang dari pelanggan.PSK menganggap profesi mereka sebagai WPSTL tidak beresiko

terhadap kemungkinan tertular PMS atau HIV/AIDS, mereka lebih takut terhadap terjadinya konsepsi/kehamilan daripada tertular PMS atau HIV/AIDS. Mereka menganggap fungsi kondom hanya untuk mencegah kehamilan bukan untuk pencegahan HIV/ AIDS dan PMS. Berdasarkan penuturan PSK tentang penggunaan kondom untuk mencegah PMS atau AIDS, hampir seluruh PSK mengatakan setuju. Sikap tersebut menunjukkan menggunakan alat pelindung juga dirasakan PSK. PSK aman dengan

Pencegahan terhadap masalah Penyakit Menular seksual kepada pekerja seks komersial sebagai betuk pengetahuan terhadap PMS.
Pencegahan Primer Pencegahan primer dilakukan pada masing masing individu sebelum menderita sakit dan juga upaya untuk memberi pengetahuan kepada PSK. Upaya yang dilakukan ialah: a) Promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan,salah satunya adalah penyuluhan yang harus di lakukan menyeluruh agar pekerja seks komersial ini tahu dan paham terhadap bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS). b) Perlindungan khusus (Specific protection) yaitu perlindungan spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu misalnya melakukan imunisasi, penggunaan kondom dalam melayani pelanggan.

2) Pencegahan Sekunder Pencegahan dilakukan pada masa individu yang mulai sakit. Upaya yang dilakukan ialah : a) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and promptreatment) yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini

merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi serta cacat misalnya melakukan tes skrinning secara teratur. b) Pembatasan kecacatan (Disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi harus diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan misalnya pengobatan secara rutin.

3) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial,karena para pekerja seks komersial juga butuh untuk melanjutkan hidupnya.

Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) yang dapat dapat menyebabkan Penyakit Menular Seksual (PMS). 1) Pekerja Seks Komersial(PSK) Sering berganti ganti pasangan seksual / mempunyai lebih dari satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal sehingga mudah sekali untuk terkena penyakit menular seksual. 2) Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lainnya pasanganya terus bergantian. 3) Terkadang pekerja seks komersial terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunnyai keluhan PMS dan tidak diberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut saehingga dapat tertular PMS baik dari pasangan maupun dirinya. 4) Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pasangan yang berisiko menyebabkan tertularnya PMS.

UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH

Penanggulangan masalah yang dihadapi antara lain: 1. Pada keluarga: a. Aktif dalam kegiatan keagamaan seperti perkumpulankaum ibu, kelompok pengajian dan lain-lain. b. Bina hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga baik antara suami dan istri, istri dan anak, suami dan anak serta suamiistri dan anak-anak. c. Memainkan peran dalam keluarga secara benar sesuai fungsinya

2.

Pada wanita tuna susila a. Intesifikasi pemberin pendidikan keagamaan dan kerohanian untuk memperkuat keimanan terhadap nilai-nilai religius dan norma kesusilaan. b. Memperluas lapangan pekerjaan bagi kaum wanita disesuaikan dengan kodrat dan haknya dan menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka, yang bersedia meninggalkan profesi pelacuran dan memulai hidup susila. c. Penyempurnaan perundang-undangan mengenai larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran. d. Pemberian suntikan dan pengobatan oleh tenaga kesehatan dengan interval waktu tetap untuk menjamin kesehatan pada protitusi dan lingkungannya.

3. Pada remaja a. Menciptakan bermacam-macam kesibukan dan kesempatan rekrias

bagi anak-anak puber dan adolense untuk menyalurkan energinya b. Penyelenggaraan pendidikan seks pda remaja di sekolah dan di luar

sekolah

c.

Konseling pada remaja.

4. Masyarakat Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK. 5. Pemerintah a. Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi b. Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK c. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia

lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya(menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya) untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Di Indonesia, pelacur (pekerja seks komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Jika dilihat dari pandangan yang lebih luas, kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya yang dilakukan pekerja seks adalah suatu kegiatan yang melibatkan banyak pihak. Jaringan perdangan ini juga membentang dalam wilayah yang luas, yang kadang-kadang tidak hanya di dalam satu negara tetapi beberapa negara. Oleh sebab itu perlu diakui bahwa eksploitasi seksual, pelacuran dan perdagangan manusia semuanya adalah tindakan kekerasan terhadap perempuan dan karenanya merupakan pelanggaran martabat perempuan dan juga merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia. Jenis dari pekerja seks komersial tersebut terbagi dalam dua bentuk yakni; pekerja seks komersial jalanan dan pekerja seks komersial terselubung. Dari sekian banyak faktor penyebab munculnya pekerja seks komersial yang utamanya adalah masalah ekonomi atau finansial yang begitu mendesak bagi pelaku yang terutama berasal dari kalangan menengah ke bawah. Dampak yang diakibatkan oleh pekerja seks komersial tidak hanya merugikan pekerja seks komersila itu sendiri tetapi juga bagi keluarga serta masyarakat. Sehingga, upaya yang dilakukan untuk menekan atau menanggulangi masalah pekerja seks komersial ini bisa dimulai dari keluarga, pekerja seks itu sendiri, para remaja yang biasanya sering terjerumus dalam masalah susila seperti ini, dari masyarakat serta dari pihak pemerintah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Widyaastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Romauli, Suryati dan Vindari, Anna Vida. 2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

http://subadra.wordpress.com/2007/06/23/bali-tourism-watch-keberadaanpekerja-seks-komersial-sebagai-dampak-negatif-pariwisata-di-bali/diakses tanggal 06 April 2013

You might also like