Professional Documents
Culture Documents
KALIMAT
A. UNSUR KALIMAT
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.Subjek.
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. (1) Ayahku sedang melukis. (2) Meja direktur besar. (3) Yang berbaju batik dosen saya. (4) Berjalan kaki menyehatkan badan. (5) Membangun jalan layang sangat mahal. Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang) atau apa (yang) kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh kalimat yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya. (1) *Bagi siswa sekolah dilarang masuk. (yang benar : Siswa sekolah dilarang masuk) (2) *Di sini melayani resep obat generik. (yang benar : Toko ini melayani resep obat generik). (3) *Melamun sepanjang malam. (yang benar : Dia melamun sepanjang malam)
2.Predikat.
2
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S, prediksi dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini. Contoh : (1) Kuda meringkik. (2) Ibu sedang tidur siang. (3) Putrinya cantik jelita. (4) Kota Jakarta dalam keadaan aman. (5) Kucingku belang tiga. (6) Robby mahasiswa baru. (7) Rumah Pak Hartawan lima. Tuturan di bawah ini tidak memilik P karena tidak ada katakata yang menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri dan status pelaku/bendanya. (1) *Adik saya yang gendut lagi lucu itu. (2) *Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto. (3) *Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
3.Objek.
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nominal, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh dibawah ini. (1) a. Nurul menimang....(bonekanya) b. Arsitek merancang....(sebuah gedung bertingkat) c. Juru masak menggorek..(udang windu) Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. (1) a. Nenek sedang tidur. b. Komputerku rusak. c. Tamunya pulang. 3
Obyek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan lihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan. (1) a. Serena Williams mengalahkan Angelique Wijaya [O]. b. Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena Williams. a. Orang itu menipu adik saya [O]. b. Adik saya [S] ditipu orang itu. a. Ibu Tuti mencupit pipi Sandra [O] b. Pipi Sandra [S] dicubit oleh ibu Tuti. a. John Smith memberi barang antik [O]. b. Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.
4.Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini. (1) Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
(2) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila. S P Pel (3) Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR. S P O Beda Pel dan O adalah Pel tidak dapat dipasipkan menjadi subjek, sedangkan O dapat dipasipkan menjadi subyek. Posisi Pancasila sebagai Pel pada contoh no. 2 di atas tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasip. Contoh yang salah : Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (X)
Akan tetapi Pancasila sebagai O pada contoh no. 1 di atas dapat dibalik menjadi S dalam kalimat pasip. Contoh : Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR. S P O Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.Selain diisi oleh nomina dan frase nominal, Pel dapat pula diisi oleh frase adjektival dan frase preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalau persis di belakang P. Kalau dalam kelimatnya terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutuan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat. (1) (2) (3) (4) (5) Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil. - Sekretaris itu mengambil air minum untuk - Annisa mengirim kopiah bludru untuk kakaknya. (Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah bludru adalah Objek).
Bedakan : atasannya.
5.Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai S,P,O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frase nominal, frase preposional, adverbal, atau klausa. 1. 2. 3. 4. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (ket. Tempat) Rustam Lubis sekarang sedang belajar. (ket. Waktu) Lia memotong roti dengan pisau. (ket. alat) Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket. Tujuan) 5
5. 6. 7. 8. 9.
Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati. (ket. Cara) Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya. (ket. penyerta) Mahasiswa hukum itu berdebat bagaikan pengacara. (ket. Similatif) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebaban) Murid-murid TK berpegangan satu sama lain. (ket. Kesalingan)
1)
2)
3)
4)
b. Sayur-mayur didatangkan dari Bogor dan sekitarnya. c. Anak tetangga saya mahasiswa di Bandung. d. Pertengkaran itu terjadi tiga malam yang lalu. 8
5)
6)
mobil. c. Prof. Harun Alrosyid d. Pemerintah tanggal 1 Juni 2001. memberikan menaikkan harga BBM mulai
Kalimat
Kenalan saya dosen filsafat S P Tamu negara bertemu dengan tokoh LSM S P O terkenal. Keputusan hakim sesuai dengan tuntutan S P Pel. jaksa Pertengkaran itu terjadi tiga malam yang S P Ket lalu Mahasiswa mengirimi jaksa agung ayam S P O Pel betina Melanie memasukkan bungkusan itu S P O ke dalam mobil Ket
Kata
Frasa
Kenalan saya; dosen filsafat Tamu negara; bertemu dengan; tokoh LSM terkenal. Keputusan hakim; sesuai dengan; tuntutan jaksa
Klausa
Kenalan saya dosen filsafat Bertemu dengan tokoh LSM terkenal
Sesuai dengan tuntutan jaksa. Terjadi tiga malam yang lalu Mengirimi jaksa agung ayam betina Memasukkan bungkuan itu ke dalam mobil
Terjadi
Pertengkaran itu; tiga malam yang lalu Jaksa agung; ayam betina Bungkusan itu; ke dalam mobil
10
C.
Jenis Kalimat
Kalimat nominal Kalimat adjektival Kalimat verbal Kalimat numeral Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk
Kalimat berita (deklaratif) Menurut fungsi isinya Kalimat tanya (interogatif) Kalimat perintah (imperatif) Kalimat seru (ekslamatif) Kalimat lengkap (kalimat mayor) Kalimat tak lengkap (kalimat minor) Kalimat versi Kalimat inversi
11
1)
12
Kalimat majemuk dibagi menjadi 2 yaitu Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat.
13
1.2.1. Kalimat Majemuk setara Kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) di bentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan tiap kalimat sederajat. PENGHUBUNG KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA Jenis Hubungan Penjumlahan Fungsi Menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses. Menyatakan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa ke dua Menytakan pilihan di antara dua kemungkinan Menyatakan kejadian yang berurutan Kata Penghubung dan, serta, baik, maupun
Pertentangan
Pemilihan Perurutan
Contoh kalimat majemuk setara : a. Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya. b. Yusril rajin membaca, baik sewaktu menjadi mahasiswa maupun setelah bekerja. c. Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin. d. Para peserta seminar sudah mulai datang, sedangkan panitia belum siap. e. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya. f. Ia memarkir mobilnya di lantai satu, lalu naik lift ke Lantai 7.
14
15
1.2.2. Kalimat Majemuk Bertingkat. Penghubung Antar Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat. Klausa kalimat yang menjadi pokok bahasan adalah Induk Kalimat (IK) sedangkan yang menjadi klausa kalimat keterangan atau pelengkap menjadi Anak Kalimat (AK).
Jenis Hubungan a. Waktu Fungsi Klausa bawahan menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama Klausa bawahan menyatakan syarat atau pengandaian terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama Klausa bawahan menyatakan satu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Klausa bawahan memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama Memperlihatkan perbandingan antara pernyataan pada klausa utama dengan pernyataan pada klausa bawahan Klausa bawahan menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama Klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama Klausa bawahan menyatakan cara pelaksanaan dan alat dari apa yang dinyatakan oleh Kata Penghubung sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai. jika(lau), seandainya, andakiata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala. agar, supaya, untuk, biar.
b. Syarat/pengandaian
c. Tujuan
d. Konsesif
walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun) seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat. sebab, karena, oleh karena.
e. Pembandingan
f. Penyebaban
g. Pengakibatan
h. Cara
16
i. Kemiripan
klausa utama Klausa bawahan menytakan adanya kenyataan yang mirip dengan keadaan yang sebenarnya
seolah-olah, seakanakan.
17
Contoh kalimat majemuk bertingkat (Induk kalimat terletak di depan anak kalimat). a. Dia datang ketika kami sedang rapat. b. Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi. c. Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil. d. Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut. e. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku. f. Anita menjadi mahasiswa teladan karena tekun, cerdas, dan sopan g. Gempa itu sedemikian hebatnya sehingga meruntuhkan jembatan beton. h. Petani berusaha meningkatkan panen dengan menggunakan bibit unggul. i. Ibunya diam saja seakan-akan tidak mengetahui perbuatan anaknya. Bila anak kalimat dipasang mendahului induk kalimatnya, perlu dipasang tanpa koma diantara keduanya. Contoh : - Ketika kami sedang rapat, dia datang. - Agar dapat berhasil, anda harus bekerja keras.
2)
18
3)
4)
Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S. Urutan P-S dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. P a. Menangis S pacarku kemarin karena sedihnya.
b. Berlari adik mengejar layangan putus. c. Matikan televisi itu ! d. Sepakat kami untuk membantu mereka. bentuk jamak dalam bahasa Cagil. tentang pengalamannya. pengarang itu e. Tidak dikenal
19