You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN I PENCAPAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN METODE AIR-HANGING DAN BATCHING

I. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Memberikan motif l pada kain kapas dengan mempergunakan zat warna reaktif. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari perbedaan metode fiksasi, waktu dan pemakaian konsentrasi alkali yang divariasikan, terhadap hasil pencapan yang dinilai dari ketajaman, kerataan motif, sifat bahan setelah dicap dan intensitas warna. II. TEORI DASAR Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap terlebih dahulu dibuat gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap. Kapas Kapas yang merupakan jenis serat selulosa. Penampang melintang dari serat kapas tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada permukaan jadi memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa. Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil (OH) yang memberikan sifat penyerapannya terhadap air. Meskipun demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa didalam air.

Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentup pasta atau larutan. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian atom oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya. Zat Warna ReaktiF Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat selulosa secara kovalen. Oleh karenanya mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin. Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan suhu tinggi dalam penggunaannya. Keunggulan zat warna reaktif dalam pemakaiannya adalah warna yang dihasilkannya sangat cerah dan mudah sekali penggunaannya. Disini cara fiksasinya dapat dilakukan dengan beberapa cara ditinjau dari segi ekonomi, diantara cara-cara tersebut yang paling menguntungkan adalah cara fiksasi tunggal, yaitu fiksasi yang dilakukan bersamaan antara alkali dan zat warnanya. Proses fiksasi zat warna ini berlangsung dengan bantuan alkali, untuk itu dipilih medium pengental yang tahan terhadap alkali dan tidak melakukan reaksi dengan zat warna reaktif yakni alginate atau emulsi yang terbuat dari agar-agar rumput laut. Sebagai alkali biasanya dipakai soda kue, soda abu atau kostik soda; sedangkan untuk mencegah terjadinya reduksi yang dapat menurunkan warna dipakai resist salt atau zat anti reduksi. Pencapan Zat Warna Reaktif Secara umum terdiri dari dua cara yaitu : a. larutan / pastanya telah mengandung zat warna, alkali, dan zat lainnya. Kemudian pasta tersebut dicapkan pada bahan, selanjutnya bahan dikeringkan,dibiarkan proses fiksasi dengan waktu yang tertentu. Setelah itu dilakukan pencucian dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk metode air-hanging. b. Larutan / pastanya hamya mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dicapkan pada motip tersebut yaitu pasta yang mengandung Na.Silikat dan NaOH untuk fiksasinya. Setelah dibiarkan dengan waktu yang tertentu kemudian bahan dicuci, disabun dan dievaluasi. Hal ini dilakukkan untuk metode batching atau blok Na.silikat.

III.ALAT DAN BAHAN Alat yang dipergunakan adalah 1. Srcreen Printing 2. Meja printing 3. Rakel 4. Mesin Stenter 5. Mesin Steamer 6. Alat bantu : - mixer - pengaduk - neraca - gelar ukur - dsb Bahan yang diperlukan adalah : Pengental : plyoprint 5% Air Zat warna reaktif dingin Teepol Zat Hidrokopik (Gliserin / Urea/0 Na2CO3 NaHCO3 IV. RESEP A. Resep Pasta Pengental 10% Pengental Air hangat B. Pasta Zat Warna Zat warna Reaktif Zat Hidroskopik NaHCO3 Na2CO3 Pengental Balance C. Resep Penyabunan: Teepol Na2CO3 Temperatur : : : 2 g/l 2 g/l 70 C selama 30 menit : : : : : : 30 90 20 5 700 x 1000 g g g g g g g : : 30 70 100 g g g :

V. FUNGSI ZAT Zat Warna Reaktif gliserin Na. Alginat NaHCO3 Na.silikat Teepol Na2CO3 Air VI. CARA KERJA Pembuatan pasta pengental Pembuatan pasata zat warna Pencapan Pengeringan Fiksasi : air hanging atau batching selama 6-12-16-20 jam Cuci dingin Cuci panas Cuci sabun panas : Bereaksi dengan serat selulosa mewarnai kain : Zat higroskopis, memperbesar penyerapan zw : Sebagai pengental tahan alkali : Alkali, untuk proses fiksasi zat warna : Sebagai zat yang membantu fiksasi zat warna dengan serat. : Menyabunkan atau melepaskan zat-zat yang tidak terfikasasi oleh serat berada di permukaan bahan. : sebagai pemberi suasana alkali dan mengurangi kesadahaan air pada waktu pencucian. : Sebagai medium pelarut.

Bilas

Keringkan Evaluasi : ketajaman & kerataan motif, ,intensitas warna dan sifat bahan.

Pembuatan Pasta pengental : a. Pengental (plyoprint) bubuk ditimbang sesuai kebutuhan, sementara air hangat untuk pembuat pengental disiapkan sesuai kebutuhan. b. Ke dalam air hangat, bubuk Alginat dimasukkan sedikit demi sedikit sambil dikocok dengan mixer sampai terbentuk larutan yang kental. Pembuatan pasta zat warna : a. Zat warna reaktif dilarutkan dengan air hangat, diamkan sebentar sampai dingin. b. Urea dan zat warna dilarutkan dengan 15 ml air hangat, diamkan sebentar sampai dingin c. Pengental sesuai kebutuhan ditakar, d. Kemudian larutan zat warna dan urea yang sudah dilarutkan dicampurkan dan diaduk e. Setelah teraduk rata maka terakhir dimasukan alkali Pencapan : a. Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan konstan pada meja cap. b. Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap c. Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada bagian pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan. d. Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel. e. Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif. f. screen dilepaskan ke atas. g. Untuk screen ke dua (warna berbeda), screen dipasangkan dengan mempaskan posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat. h. Dilakukan proses pencapan seperti point di atas. i. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering kemudian angkat secara hatihati. j. Untuk yang metode air-hanging setelah dicap maka diangin-angin dengan udara. Sedangkan unutk batching maka setelah zat warna mongering maka didilakukan pencapan pasta yang mengandung Na.Silikat dan NaOH k. Setelah bahan difiksasi dengan waktu pengerjaan yang divariasikan, selanjutnya bahan di cuci dingin, cuci panas, cuci sabun. l. Setelah dicuci sabun maka bahan dibilas dan dikeringkan m. Lakukan perbanding dengan hasil proses lain sehingga diperoleh suatu penilaian.

VII. PERHITUNGAN A. Pasta Zat Warna Zat warna Reaktif Zat Hidroskopik NaHCO3 NaHCO3 Pengental Balance B. Resep Penyabunan: Air Teepol Na2CO3 Temperatur VIII. DISKUSI Pada proses pencapan dengan zat warna reaktif dingin ini relatif memberikan warna yang sesuai dengan yang kita inginkan dan warna yang tidak begitu tua. ini menunjukkan bahwa jumlah zat warna yang bereaksi dengan serat dalam jumlah yang kecil. Faktor yang mempengaruhi ini diantaranya adalah : 1. Proses penetrasi pasta cap ke dalam bahan dalam proses pencapan kurang maksimal. 2. Adanya alkali pada pasta cap memungkinkan dapat merusak sistem reaktif pada zat warna sehingga kemampuan untuk bereaksi dengan bahan menurun. Hasil cap yang diperoleh dalam praktikum ini belum menunjukkan hasil yang maksimal karena adanya cacat-cacat printing seperti berikut : 1. Out Setting, Perpaduan antara dua motif dengan warna yang berbeda tidak pas. Ini terlihat pada bagian sambungan motif yang renggang atau nampak warna dasar diantaranya. Ini disebabkan pada saat pengambilan / pemisahan warna pada pembuatan film tidak sempurna. Juga disebabkan pemasangan screen ke dua yang kurang tepat pada motif pertama. 2. Over lap, Hasil pencapan antara satu warna dengan warna lain saling tumpang sehingga muncul warna sekunder dari perpaduan dua warna tersebut. : 500 ml : 2 g/1000 ml x 500 = 1g : 2 g/1000 mll x 500 = 1g : 70 C selama 30 menit : 30 g / 1000 g x 50 g = 1,5 g : 90 g / 1000 g x 50 = 4,5 : 20 g/1000 g x 50 = 1 : 5 g/1000 g x 50 = 0,25 g : 700 g/1000 g x 50 g = 35 g : X 50 g (untuk setiap warna)

3. Motif kurang tajam, Disebabkan karena screen mampet oleh pengental. Pengental yang digunakan mongering pada bagian screen yang bermotif akibat perakelan yang kurang sempurna atau terlalu lambat 4. Sisi motif kurang tegas Disebabkan karena pasta cap terlalu encer, sehingga kemampuan untuk menahan migrasi kurang. 5. Terjadi perbedaan ketuaan warna dalam proses fiksasi batching Hal ini di karenakan pasta cap tidak seutuhnya menempel pada bahan, oleh karena itu fiksasi yang terjadi pun pada contoh uji batcingan yang lebih cepat hasil capnya lebih muda di bandingkan dengan yang proses fiksasi batchingnya lebih lama. IX. KESIMPULAN Pencapan zat warna reaktif dingin metode 1 ini yaitu air-hanging dan batcing , zat warna reaktif tersebut yang zat warnanya mempunyai gugus reaktif sehingga tahan terhadap panas dan bereaksi dengan serat pada suhu tinggi. Akan tetapi memiliki hasil yang kurang sempurna karena beberapa kesalahan keliruan pada praktikum masih cukup banyak.

X. DAFTAR FUSTAKA Catatan Praktikum Cap I, Agus Kustanto, STTT, BAndung, 2004 Proses Pengerjaan campuran kain polyester kapas , Soenaryo S.Teks, STTT, Bandung, 1974.

LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN I


PENCAPAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN METODE AIR HANGING DAN BATCHING

Disusun Oleh : Rifandi Ramdan Sofyan Septiana Nur Fatimah KELOMPOK DOSEN (11020059) (11020069) 2

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung 2013

You might also like