You are on page 1of 14

LAPORAN KASUS ASMA BRONKIAL

Oleh Gesti Ratna Indradiwati 201110401011046

Pembimbing: dr. H. Taufiqur Rahman, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2012 BAB 1

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan, terutama dinegara maju. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak, asma merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang meyebabkan peradangan. Biasanya penyempitan ini sementara, penyakit ini paling banyak menyerang anak dan berpotensi untuk menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak. Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan. Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. Masalah utama asma bronkiale adalah sulitnya

mengidentifikasi penderita di masyarakat. Kesulitan ini timbul

karena penderita asma di luar serangan sering tidak menunjukkan gejala sama sekali, juga karena mengi ( wheezing) saja bukan gejala spesifik untuk asma. Sebagai akibat adanya kendala tersebut maka sebagian penelitian epidemiologi asma menegakkan diagnosis berdasarkan kriteria yang berdasar pada adanya riwayat serangan asma dengan menggunakan kuesioner yang telah dibakukan. Dari uraian di atas, akan dibahas sebuah kasus tentang asma bronchial yang didapatkan dari poli anak RSML pada pasien an. W, 10 bulan dengan menitik beratkan pada diagnosanya.

BAB 2 LAPORAN KASUS

Anak W, 10 bulan. Lahir tanggal 11 mei 2011. Pasien datang pada rabu, 7 Maret 2012. Datang dengan keluhan batuk pilek. Batuk dirasakan sejak hari minggu (4hari), batuknya grok-grok. Batuk disertai pilek dan sesak nafas. Pilek bening. Sesak nafasnya juga berbunyi ngik-ngik. Setelah batuk pilek kemudian muncul panas. Panasnya naik turun. Pada malam hari suhunya meningkat. Sudah dibawa ke bidan di kasih obat demacolin tablet dan sirup lupa namanya, tapi tidak ada perubahan. Sebelumnya tidak pernah seperti ini. Riwayat imunisasi lengkap. Minum Asi saja, umur 5 bulan sudah di kasih makan tambahan bubur. Sekarang bayi minum asi dan nasi tim. Bayi sekarang baru bisa merangkak. Riwayat kelahiran: Lahir SC dengan indikasi ketuban pecah dini 24 jam. Air ketuban jernih, BB: 3300. Riwayat keluarga: kakek ada penyakit paru-paru, saudara sepupu asma. Vital sign yang di dapatkan yaitu nadi: 124x/menit, respiratory rate nya 46x/menit, suhu badan 37,8C. Berat badan sekarang : 9,3Kg. Dari pemeriksaan fisik kepala bulat normal. Tidak didapatkan anemis, ikterus, sianosis, dipsnue. Didapatkan nafas cuping hidung. Dari pemeriksaan thorax didapatkan pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi, terdapat suara tambahan yaitu wheezing di kedua lapang paru. S1S2 tunggal dan tidak ada suara jantung tambahan. Abdomen flat, soefl, timpani, dan bising usus normal. Dari ekstremitas tidak didapatkan edema dan ptekie. Kemudian dilakukan nebulasi sebanyak 2kali. Nebulasi pertama yaitu dengan 1cc salbutamol + 2 tetes bisolvon +1cc normal salin. Kemudian masih terdengar wheezing di semua lapang paru tapi sudah agak berkurang. Selang 30 menit

dilakukan nebulasi ke 2 dengan 1cc salbutamol + 2 tetes bisolvon +1cc normal salin. Setelah itu kita dengarkan lagi suara wheezingnya dan ternyata masih tapi sudah berkurang. BAB 3 PEMBAHASAN Pada kasus ini didapatkan anak W, 10 bulan mengalami sesak nafas yang disertai bunyi ngik-ngik dan mempunyai riwayat atopi. Pada anak W juga di temukan wheezing pada kedua lapang paru. Hal ini baru pertama kali terjadi pada anak W. Dari anamnesa anak W yang mengalami sesak nafas ini ada banyak diagnose banding yang muncul pada pasien yang mengalami sesak seperti bronkiolitis, bronkopneumonia dan asma bronkiale. Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak < 2 tahun dengan insidens tertinggi pada usia sekitar 2-6 bulan dengan penyebab tersering respiratory sincytial virus (RSV), diikuti dengan parainfluenzae dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh sindrom klinik yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing, ronkhi. Anak usia di bawah 2
tahun dengan didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas dengan gejala batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak nafas makin hebat dengan nafas dangkal dan cepat. Sedangkan dari data pasien yang saya dapat hanya ditemukan wheezing.

Retraksi (-), ronkhi (-). Walaupun pada pasien ini beumur 10 bulan, dan insiden paling banyak yaitu kurang dari 2 tahun. Bronkopneumonia Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan

meningitis, sepsis atau ileus. Tanda yang mungkin ada adalah suhu 390 C, dispnea : inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas. Pada pasien ini memang didahului dengan ISPA dan pasien ini hanya terdengar wheezing tanpa ada ronkhi, demam juga tidak terlalu tinggi. Disini pasien tidak melakukan pmeriksaan darah lengkap, jadi kita tidak bisa mengetahui apakah terjadi leukositosis apa tidak. Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya. Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Disini pasien mengeluhkan batuk dan ada bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pasien juga mengalami batuk. Nafasnya sesak dan ada riwayat atopi pada keluarga. Dari auskultasi ditemukan suara nafas tambahan yaitu wheezing yang sangat khas pada asma. Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1) serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

Tabel 3.1 Penilaian Derajat Serangan Asma Parameter klinis, Fungsi paru, laboratorium Ringan Sedang Berat Ancam an henti nafas

Sesak timbul- Berjalan pada saat Bayi: (breathless) menangis keras

Bicara Posisi Kesadaran

Kalimat Bisa berbaring Mungkin iritable

Berbicara Bayi : - Tangis pendek dan lemah - Kesulitan makan/minum Penggal kalimat Lebih suka duduk Biasanya iritable

stirahat Bayi : Tidak mau makan/minu m Kata-kata Duduk bertopang lengan Biasanya iritable Ada Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop berat Ya

Sianosis Mengi (wheezing)

Tidak ada

Tidak ada

Sedang, sering Nyaring, hanya pada akhir sepanjang ekspirasi ekspirasi, inspirasi sedang Biasanya ya

Bingun g dan mengan tuk Nyata/J elas Sulit/tid ak terdeng ar

Sesak nafas minimal Obat Bantu Biasanya tidak nafas

Retraksi

Dangkal, interkostal

Geraka n paradok torakoabdomi nal retraksi Sedang, Dalam, Dangka ditambah retraksi ditambah l / suprasternal nafas cuping hilang

Laju nafas

Meningkat

Meningkat

hidung Meningkat

menuru n

Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar : Usia laju nafas normal < 2 bulan < 60 / menit 2 12 bulan < 50 / menit 1 5 tahun < 40 / menit 6 8 tahun < 30 / menit Laju nadi Normal Takikardi Takikardi bradika rdi

Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar : Usia laju nadi normal 2 12 bulan < 160 / menit 1 2 tahun < 120 / menit 3 8 tahun < 110 / menit Pulsus paradoksus (pemeriksaanny a tidak praktis) Tidak ada < 10 mmHg Ada 10-20 mmHg Ada > 20 mmHg Tidak ada, tanda kelelah an otot nafas

PEFR atau FEV1 > 60% (% nilai dugaan/ % nilai terbaik) 40-60% - pra bronkodilator - pasca bronkodilator SaO2 % PaO2 PaCO2 3.2 > 95%

> 80% 60-80%

< 40% < 60% Respon < 2 jam

91-95%

90% < 60 mmHg > 45 mmHg

Normal biasanya > 60 mmHg tidak perlu diperiksa < 45 mmHg < 45 mmHg Pembagian derajat penyakit asma pada anak Asma episodik jarang Asma episodik sering

Parameter klinis, kebutuhan obat

Asma persisten

dan faal paru Frekuensi serangan < 1x/bulan Lama serangan < 1 minggu

> 1x/bulan 1 minggu Biasanya sedang Sering ada gejala

Intensitas serangan Biasanya ringan Di antara serangan Tanpa gejala Tidur dan aktifitas Pemeriksaan fisis diluar serangan Obat pengendali (anti inflamasi) Uji faal paru (di luar serangan) Variabilitas faal paru (bila ada serangan)

Tidak terganggu Sering terganggu Normal (tidak Mungkin terganggu Tidak pernah normal ditemukan kelainan) (ditemukan kelainan) Tidak perlu PEF/FEV1 > 80% Variabilitas > 15% Perlu PEF/FEV1 60-80% Variabilitas > 30% Perlu PEF/FEV1 < 60% Variabilitas 20-30% Variabilitas > 50%

Sering Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi Biasanya berat Gejala siang dan malam Sangat terganggu

Dari penilaian tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa An W mengalami serangan asma ringan episode jarang.

Sesuai dengan tabel penatalaksaan diatas, An W ini dilakukan nebulasi pertama dengan salbutamol 1cc+ normal salin 1cc + 2 tetes bisolvon dan diulang lagi dengan selisih 30 menit. Kemudian wheezing berkurang dan pasien boleh pulang. Obat asma dibagi menjadi 2kelompok besar yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda ada yang menyebutnya obat pelega, atau obat serangan. Obat kelompok ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada gejala lagi maka obat obat ini tidak digunakan lagi. Kelompok kedua adalah obat pengendali, yang sering disebut sebagai obat pencegah, atau obat profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratorik akut. Dengan demikian pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka waktu yang relative lama, tergantung derajat penyakit asma dan responnya terhadap pengobatan. Obat-oat pengendali diberikan pada asma episodic sering dan asma persisten. Obat pereda (reliever) adalah golongan agonis yang kerjanya pendek dan golongan santin. Contoh obat golongan agonis yaitu : terbutalin, salbutamol, orsiprenalin, heksoprenalin, fenoterol. Sedangakan contoh obat golongan santin yaitu: teofilin. Obat pengendali ( controller) ada beberapa golongan yaitu: 1. Golongan anti inflamasi non-steroid : kromoglikat, nedokromil. 2. Golongan anti inflamasi steroid : budesonid, flutikason, beklometason. 3. Golongan beta agonis (kerja panjang) : prokaterol, bambuterol, salmeterol, klenbuterol. 4. Golongan obat lepas lambat/ lepas terkendali : terbutalin, salbutamol, teofilin. 5. Golongan antileukotrin : zafirlukas montelukas

6. Golongan kombinasi steroid + LABA : budesonid + formoterol, flutikason + salmeterol. Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak karena perbedaan kemampuan menggunakan alat inhalasi. Demikian juga kemauan anak perlu dipertimbangkan. Lebih dari 50% anak asma tidak dapat memakai alat hirup biasa. Perlu dilakukan pelatihan yang benardan berulangkali. Tabel berikut memperlihatkan anjuran pemakaian alatinhalasi sesuai dengan usianya. Tabel 3.3 Jenis alat inhalasi disesuaikan dengan usia. Umur < 2 tahun 2-4 tahun 5-8 tahun >8 tahun Alat inhalasi Nebuliser, aerochamber, babyhaler Nebuliser, aerochamber, babyhaler Nebuliser Nebuliser

Pemberian obat secara inhalasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu obat bekerja langsung pada saluran nafas, onset kerjanya cepat, dosis obat yang digunakan kecil, serta efek samping yang minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit rendah. Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang didapatkan atau gelombang ultrasonic. Aerosol yang terbentuk dihisap penderita melalui mouth piece atau sungkup. Dengan nebulizer dihasilkan partikel aerosol yang berukuran antara 2 5 mikron. Pada orang normal saat istirahat pengendapan aerosoldalam paru terjadi sebanyak 30 % - 60 % dosis yang diberikan. Bronkodilator yang diberikan dengan nebulaiser memberikan efek

bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan efek. Hasil pengobatan dengan nebulaizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulaizer yang digunakan. Ada nebulaizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang

dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang. Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini efektif untuk mencegah timbulnya penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga. Salbutamol mempunyai beberapa bentuk sediaan yaitu: oral, inhalasi aerosol, inhalasi cair, dan injeksi. An W ini dilakukan nebulasi pertama dengan salbutamol 1cc+ normal salin 1cc + 2 tetes bisolvon dan diulang lagi dengan selisih 30 menit. Kemudian wheezing berkurang dan pasien boleh pulang.

BAB 4 KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa anak W dengan anamnesa yang didapatkan dan di dapatkan riwayat atopi pada keluarganya dengan pemeriksaan yang sudah didapatkan maka disimpulkan anak W mengalami asma bronkhiale. Dan anak W mendapatkan terapi berupa nebulasi sebanyak 2x dengan selang waktu 30 menit. Nebulasi menggunakan (salbutamol 1 cc + 1 cc normal salin + 2 tetes bisolvon)

You might also like

  • Thorax & Abdomen Imaging
    Thorax & Abdomen Imaging
    Document6 pages
    Thorax & Abdomen Imaging
    Rio Endranatha
    No ratings yet
  • Orang Tua Dan Setan
    Orang Tua Dan Setan
    Document1 page
    Orang Tua Dan Setan
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document10 pages
    Bab I
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Rang Kuman
    Rang Kuman
    Document3 pages
    Rang Kuman
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Nenek Huda
    Nenek Huda
    Document2 pages
    Nenek Huda
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Anjing Yang Nakal
    Anjing Yang Nakal
    Document1 page
    Anjing Yang Nakal
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Don Geng
    Don Geng
    Document2 pages
    Don Geng
    zuhirda
    No ratings yet
  • Katak Dan Permata
    Katak Dan Permata
    Document2 pages
    Katak Dan Permata
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Katak Dan Tikus
    Katak Dan Tikus
    Document1 page
    Katak Dan Tikus
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Ahli Bintang
    Ahli Bintang
    Document1 page
    Ahli Bintang
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Enam Serdadu
    Enam Serdadu
    Document3 pages
    Enam Serdadu
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Nenek Dan Lalat
    Nenek Dan Lalat
    Document1 page
    Nenek Dan Lalat
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Don Geng
    Don Geng
    Document2 pages
    Don Geng
    zuhirda
    No ratings yet
  • Dongeng Kisah
    Dongeng Kisah
    Document1 page
    Dongeng Kisah
    zuhirda
    No ratings yet
  • Tiga Serdadu
    Tiga Serdadu
    Document3 pages
    Tiga Serdadu
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Tiga Serdadu
    Tiga Serdadu
    Document3 pages
    Tiga Serdadu
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • 1 Free Sex
    1 Free Sex
    Document66 pages
    1 Free Sex
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Don Gene
    Don Gene
    Document3 pages
    Don Gene
    zuhirda
    No ratings yet
  • Vertigo
    Vertigo
    Document9 pages
    Vertigo
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Vertigo
    Vertigo
    Document26 pages
    Vertigo
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Kakek Dan Cucunya
    Kakek Dan Cucunya
    Document1 page
    Kakek Dan Cucunya
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Jack Si Pemalas
    Jack Si Pemalas
    Document1 page
    Jack Si Pemalas
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Gembala Dan Janinya
    Gembala Dan Janinya
    Document1 page
    Gembala Dan Janinya
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Profilaksis Tetanus
    Profilaksis Tetanus
    Document18 pages
    Profilaksis Tetanus
    Gde Ganjar Oka Narasara
    No ratings yet
  • Renny Minpro
    Renny Minpro
    Document61 pages
    Renny Minpro
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Profilaksis Tetanus
    Profilaksis Tetanus
    Document9 pages
    Profilaksis Tetanus
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Faktor HB0
    Faktor HB0
    Document86 pages
    Faktor HB0
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Rangkuman Case1 Rifat
    Rangkuman Case1 Rifat
    Document3 pages
    Rangkuman Case1 Rifat
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Kuisioner Imunisasi Print
    Kuisioner Imunisasi Print
    Document4 pages
    Kuisioner Imunisasi Print
    Gesti Ratna Indradiwati
    No ratings yet
  • Rifat Case 1
    Rifat Case 1
    Document3 pages
    Rifat Case 1
    Afri Yati
    No ratings yet