You are on page 1of 8

MAKALAH

RIBA DAN BUNGA BANK


Tugas Mata Kuliah Masailul Fiqih
Dosen : Sofia Gusovi, M.Ag.

Disusun Oleh:
Eka Lusiandani Koncara

SEMESTER 6 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DR. KHEZ. MUTTAQIEN
PURWAKARTA

2008
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah “Riba dan Bunga


Bank” ini yang menjadi salah satu tugas yang harus dipenuhi di semester 6 STAI Dr.
KHEZ. Muttaqien – Purwakarta.

Masailul Fiqih merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Jurusan
Pendidikan Agama Islam yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan fiqih
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan mata kuliahnya, makalah ini membahas tentang bagaimana


hukum riba dan bunga bank menurut Islam. Kami haturkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Purwakarta, Mei 2008


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

RIBA ............................................................................................................................. 1

BANK NON-ISLAM DAN BANK ISLAM ........................................................................ 4

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 5

ii
RIBA

Asal makna “riba” menurut bahasa Arab ialah lebih (bertambah). Adapun yang
dimaksud di sini menurut istilah syara‟ adalah akad yang terjalin dengan penukaran yang
tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara‟, yaitu terlambat
menerimanya.
Beberapa macam riba
Menurut pendapat sebagian ulama, riba itu ada empat macam:
1. Riba fadli (menukarkan dua barang yang sejenis dengan tidak sama).
2. Riba qardi (utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi utang).
3. Riba yad (berpisah dari tempat akad sebelum timbang terima).
4. Riba nasa‟ (disyaratkan salah satu dari kedua barang yang dipertukarkan
ditangguhkan penyerahannya).
Sebagian ulama membagi riba itu atas tiga macam saja, yaitu riba fadli, riba yad, dan riba
nasa‟. Riba qardi termasuk ke dalam riba nasa‟. Barang-barang yang berlaku riba padanya
ialah emas, perak, dan makanan yang mengenyangkan atau yang berguna untuk yang
mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama jenisnya – seperti
emas dengan emas, gandum dengan gandum – diperlukan tiga syarat:
1) Tunai
2) Serah terima, dan
3) Sama timbangannya.
Kalau jenisnya berlainan, tetapi „ilat ribanya satu – seperti emas dengan perak – boleh
tidak sama timbangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan „ilat
ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh dijual bagaimana saja seperti barang-
barang yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu.

1
Beberapa ayat dan hadits yang melarang riba
1. Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan .”
(Ali Imran : 130)

2. Firman Allah SWT:


“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah :
275)

3. Firman Allah SWT:


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya
akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Al-Baqarah : 278-
279)

4. Sabda Nabi SAW:


Dari Jabir, “Rasulullah SAW, telah melaknat (mengutuk) orang yang makan riba,
wakilnya, penulisnya dan dua saksinya”. (Riwayat Muslim)

Kaidah
1. Sesuatu yang dilarang karena zatnya, tidak boleh dilakukan kecuali apabila terpaksa,
misalnya tidak ada jalan lain.
2. Sesuatu yang dilarang guna penutup pintu kejahatan, diperbolehkan karena untuk
kemaslahatan.

Adapun dampak akibat praktek riba itu, antara lain ialah:


1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin.
2. Uang modal besar yang dikuasai oleh the haves tidak disalurkan ke dalam usaha-
usaha yang produktif, misalnya pertanian, perkebunan, industri, dan sebagainya yang
dapat menciptakan lapangan kerja banyak, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat

2
dan juga bagi pemilik modal sendiri, tetapi modal besar itu justru disalurkan dalam
perkreditan berbunga yang belum produktif.
3. Bisa menyebabkan kebnagkrutan usaha dan pada gilirannya bisa mengakibatkan
keretakkan rumah tangga, jika sipeminjam itu tidak mampu mengembalikan pinjaman
dan bunganya.

3
BANK NON ISLAM DAN BANK ISLAM

Bank non-Islam atau conventional bank, ialah sebuah lembaga keuangan yang
fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik
perorangan atau badan guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain
dengan sistem bunga; sedangkan Bank Islam, ialah sebuah lembaga keuangan yang
menjalankan operasinya menurut hukum syariat Islam. Sudah tentu Bank Islam tidak
memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam.
Sebagai pengganti sistem bunga, Bank Islam menggunakan berbagai cara yang
bersih dari unsur riba, antara lain ialah sebagai berikut:
1. Wadiah (titipan uang, barang, dan surat berharga atau deposito).
2. Mudharobah (kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana atas dasar
perjanjian profit and loss sharing).
3. Musyarakah/syirkah (persekutuan).
4. Murabahah (jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas dasar harga
pembelian yang pertama secara jujur).
5. Qardh Hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan).
6. Bank Islam juga dapat menggunakan modalnya modelnya dan yang terkumpul untuk
investasi langsung dalam berbagai bidang usaha yang profitable.
7. Bank Islam boleh pula mengelola zakat di negara yang pemerintahnya tidak mengelola
zakat secara langsung.
8. Bank Islam juga boleh memungut dan menerima pembayaran untuk:
a. Mengganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan
pekerjaan untuk kepentingan nasabah.
b. Membayar gaji para karyawan bank yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan
nasabah.

4
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman, 2004, Fiqih Islam, Bandung:Sinar Baru Algensindo

You might also like