You are on page 1of 10

Mata Kuliah Nama/ Nomor Mahasiswa Program

: Dinamika Ekonomi Politik Internasional : Indah Pratiwi/1206190583 : S2 HI Pasca Sarjana

SOAL: Buatlah analisis tentang sistem moneter dan finansial dalam sistem internasional pasca PD II. Kaitkan dengan analisa anda dengan world governance era pasca krisis global!

SISTEM MONETE INTERNASIONAL PASCA PD II DAN ANALISA WORLD GOVERNANCE PADA ERA PASCA KRISIS GLOBAL

I.

PENDAHULUAN Sistem moneter internasional saat ini sangat fleksibel dibandingan dengan sistem

moneter sebelumnya. Dilihat dari segi fungsinya sebagai likuiditas internasional, nilai tukar dan aliran modal dan penyesuaian ketidakseimbangan ekseternal saat ini masing masing negara dapat menyesuaikan preferensi kebijakan masing-masing negara dalam sistem moneter. Flesksibilitas ini telah memberikan perubahan nyata dalam kekuatan ekonomi sejak perang dunia ke dua dan memberikan peluang munculnya pelaku ekonomi baru yang baru berasal dari negara miskin.1 Namun pada saat yang sama serangkaian krisis keuangan di negara berkembang meningkat dan dewasa ini krisis terjadi di sejumlah negara maju. Yang menjadi isu utama adalah pemegang cadangan mata uang internasional terlibat dalam maslaah kebijakan ekonomi domestik. Cara yang dilakukan AS untuk memaksimalkan pertumbuhan domestik tanpa inflasi secara jangka pendek telah menyebabkan negara lain membayar dampak tersebut. Dan dalam jangka panjang, kebijakan AS tersebut telah menimbulkan kekhawatiran stabilitas keuangan dalam ekonomi makro.2 Ini berati hal tersebut telah memainkan peranya dalam mengakumulasi berlanjutnya ketidakseimbangan sistem moneter global.

Ettore Dorrucci and Julie McKay. The International Monetary System After The Financial Crisis. 2011. European Central

Bank. Occasional Paper Series hal 12


2

Ibid hal 3

Ketidakseimbangan sistem moneter saat ini mengarah menyebabkan dibutuhkannya reformasi sistem moneter internasional untuk menghindari krisis global yang lebih buruk lagi. Selain itu, adanya negara-negara emerging market seperti China mulai memainkan perannya dalam sistem internasional dan menyebabkan menurunya dominasi AS dalam sistem moneter internasional. II. EVOLUSI SISTEM MONETER INTERNASIONAL Sistem moneter internasional atau yang sering pula disebut sebagai tata atau rezim moneter internasional, mengacu pada berbagai peraturan, kebiasaan-kebiasaan, instrument penunjang, fasilitas pelengkap, prosedur dan organisasi berkenaan dengan pembayaran internasional. Sistem moneter internasional yang dianut oleh suatu negara merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan makro ekonomi di negara tersebut yakni, bagaimana mencapai keseimbangan eksternal (mencegah terciptanya ketidakseimbangan baik itu berupa defisit atau surplus neraca pembayaran. 3 Secara umum sistem moneter internasional yang pernah ada dalam sejarah perekonoman dunia hingga saat ini terdiri atas: Standar emas Dalam standar emas, setiap negara diwajibkan untuk membakukan kandungan emas dalam koin mata uangnya dan secara pasif bersiaga untuk membeli atau menjual mata uangnya dalam jumlah berapapun pada harga tertentu yang telah dibakukan demi mempertahankan kebakuan nilai tukar mata uangnya masing-masing. Karena kandungan emas dalam setiap unit mata uang senantiasa baku, maka dengan sendirinya kurs nya pun selalu baku. Inilah yang disebut sebagai paritas logam mulia (mint parity). Kurs hanya dapat berfluktuasi di atas atau dibawah paritas logam mulia itu (di seputar titik emas) sebesar biaya pengapalan sejumlah emas yang setara nilainya dengan satu unit valas dari suatu pusat moneter ke pusat moneter lainnya. Kecenderungan dari suatu mata uang untuk mengalami depresiasi melampaui titik ekspor emas secara efektif dicegah oleh berlangsungnya arus keluar emas dari negara yang bersangkutan. Arus keluar emas ini langsung mencerminkan keberadaan dan jumlah defisit pada neraca pembayaran di negara yang bersangkutan. Sebaliknya, kecenderungan dari sebuah mata uang untuk mengalami

Ibid. Hal 9

apresiasi melampaui titik impor emas, dicegah oleh surplus pada neraca pembayaran yang bersangkutan. Sistem Bretton Woods Pada dasarnya, Sistem Bretton Woods adalah sebuah standar tukar emas (gold exchange standard). Dalam sistem ini, Amerika Serikat diminta untuk mempertahankan harga emas secara baku dengan harga US$ 35 per ons emas dan ia diminta untuk senantiasa siaga menukar dolar menjadi emas dalam jumlah berapapun berdasarkan harga baku tersebut. Sedangkan negara-negara lain diwajibkan untuk membakukan harga mata uang mereka terhadap dolar agar tidak bergerak lebih dari 1% di atas atau dibawah nilai patokannya. Perubahan kurs yang dikarenakan oleh kekuatan permintaan dan penawaran hanya dimungkinkan sampai batas tertentu yang relatif sempit. Jika ada tanda-tanda bahwa kurs akan melampaui batas-batas tersebut, maka negara pemilik uang yang bersangkutan diwajibkan untuk melakukan intervensi mata uangnya terhadap pasar valas agar kurs bakunya tetap terpelihara. Kedua sistem di atas, baik standar emas maupun Sistem Bretton Woods sering juga disebut dengan sistem kurs tetap (fixed exchange rate), dimana pemerintah menetapkan atau membakukan nilai kurs mata uangnya pada tingkat tertentu. Sistem Kurs Mengambang (Flexible Exchange Rate System) Sistem kurs mengambang merupakan sistem moneter internasional yang mengoreksi defisit atau surplus neraca pembayaran secara otomatis oleh depresiasi atau apresiasi mata uang nasional di negara yang bersangkutan tanpa melibatkan intervensi pemerintah serta tanpa pengurangan atau akumulasi asset cadangan internasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Secara teoritis, sistem kurs mengambang terdiri atas sistem kurs mengambang bebas (freely floated exchange rate system) yakni sistem kurs yang benar-benar bebas intervensi pemerintah dan sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) yakni sistem kurs mengambang yang disertai dengan intervensi pemerintah. Namun, dalam prakteknya, sistem kurs mengambang bebas tidak pernah ada, yang ada adalah sistem kurs mengambang terkendali yang banyak dipraktekkan oleh banyak negara dewasa ini.4

Ibid hal 2

III. DAMPAK KRISIS TERHADAP WORLD GOVERNANCE Sistem moneter saat ini mengalami defisit anggaran karena sejumlah negara yang membiayai lembaga-lembaga internasional sedang mengalami krisis. Lembaga-lembaga sistem moneter seperti IMF dan Bank Dunia biasanya menerima dana dari negara-negara G7 namun pada masa krisis melanda negara-negara G7 tidak membayar Iuran yang semestinya pada Bank Dunia maupun IMF. Hal ini dimulai pada tahun 2008 saat perusahaan AS Lenham Brother mengalami krisis, kemudian gelombang krisis menyebar pada sejumlah negara lain termasuk Eropa. Kurangnya antisipasi sejumlah negara memberikan efek

menggelembungnya kredit macet sehingga menghentikan sejumlah perdagangan global. IMF dan Bank Dunia mengadakan antisipasi darurat krisis terhadap sejumlah negara termiskin di dunia. 5 Untuk membantu mengatur keuangan krisis global, lembaga-lembaga internasional mengambil langkah untuk mengatur keuangan global melalui reformasi institusi global. Dalam prosesnya G20 sebagai lembaga mulilateral, IMF dan Bank Dunia serta sejumlah lembaga lain di PBB bertemu untuk membuat rencana penanggulangan melalui sistem yang baru. Pada pertemuan ke-3 sejumlah negara untuk menyusun strategi keuangan global.6 Pertemuan tersebut yang dikenal dengan London summit tersebut mengemukakan bahwa negara-negara G20 berjanji akan menjadi sumber dana yang baru bagi IMF sehingga

kedepanya ketika komitmen dengan negara anggota gagal IMF dapat menggunakan peluang yang diberikan oleh sejumlah negara yang siap memberi panjaman tersebut.7 London Summite dimaksudkan agar IMF mendapat dana segar untuk membantu merecovery sejumlah krisis yang akan diberikan oleh negara-negara G7. Namun yang mengejutkan adalah China justru menyumbangkan $40 miliar terhadap IMF yang disusul oleh Brazil dan India yang menjanjikan kontribusi serupa. 8 Dalam hal ini kemunculan sejumlah negara berkembang dan berperanya lembaga-lembaga multilateral menunjukkan adanya nuansa baru dalam sistem internasional.

Ngaire Woods. Global Governance After The Financial Crisis: A New Multilaterlms or the Last Gasp of the Great

Power?. Global Policy Volume 1 Issue 1 Januari 2010 hal 20


6

Ibid., hal 58

London Summit Communique, April 2009. from: http://www.londonsummit.gov.uk/resources/en/news/15766232/communique020409 diakses tanggal 10 juni 2013
8

Ibid.

Terbentuknya G20 dan bantuan yang diberikan oleh sejumlah negara tersebut berhasil memberikan bantuan dana pada IMF sejumlah $1 trilliun. Konsekuensinya IMF justru dapat menjadi acuan munculnya multilateralisme yang terbentuk akibat krisis.9 Pada krisis sebelumnya tahun 1997-1998 negara-negara pemberi bantuan itu justru yang mengambil pinjaman terbanyak terhadap IMF. Namun sekarang justru sebaliknya IMF bangkrut dan memberhentikan stafnya sekitar 400 orang dari total 2.600 straf.10 Dan IMF mengumumkan bahwa IMF membutuhkan reformasi struktur keuangan dan tata kelola lembaga untuk meningkatkan relevansi, legitimasi dan efektifitas lembaga. Reformasi IMF didasari oleh tiga hal;11 pertama krisis keuangan IMF mendorong IMF untuk mendapatkan pemasukan baru dalam IMF. Kedua, adanya kebutuhan untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari negara-negara anggota yang menjadi kunci di IMF. Dan ketiga untuk beradaptasi dengan adanya pergeseran kekuatan AS yang digantikan dengan munculnya kebangkitan China. Selain itu kesepakatan yang terjadi antara IMF dan sejumlah negara G7 adalah disepakatinya sistem SDR pada tanggal 20 Juli 2009. Meskipun peran SDR bukan sebagai pengganti mata uang atau klaimterhadap IMF, namun sejumlah negara yang tergabung dalam IMF memiliki potensi untuk mengklaim mata uangnya yang digunakan dalam IMF. 12 Di lain sisi Presiden Bank Dunia Robert Zoellick meminta sejumlah negara industri untuk memberikan dana stimulus sebesar 0.7 % terhadap krisis yang menimpa negara berkembang yang tidak mampu membayar dana talanangan terhadap bank dunia.13 Krisis yang terjadi dalam Bank Dunia menyebabkan dua resiko yang terjadi di lembaga ini. Pertama adanya penundaan pendanaan dalam waktu dekat dan kedua sejumlah negara yang mengajukan pinjaman terhadap Bank Dunia akan menerima dana talangan tersebut dalam waktu yang lebih lama. Misalnya Botswana yang terkena dampak krisis dan telah mengajukan pinjaman pada Bank Dunia, karena Bank Dunia tidak memiliki dana talangan

Ibid.

10

IMF.The International Communitys Response to the Economic and Financial Crisis and its Impact on Development. IMF Contribution to the United Nations Conference, New York, 24 26 June: 2009
11 12

Ngaire Woods., loc cit hal 57

London Summit Communique, April 2009. from: http://www.londonsummit.gov.uk/resources/en/news/15766232/communique020409 diakses tanggal 10 juni 2013
13

Ngaire Woods., loc cit hal 57

akhirnya Botswana meminjam bantuan pada African Depelopment Bank14. Hal ini telah mendorong sejumlah negara untuk lebih tertarik pada pendekatan multilateralisme.

IV. SISTEM MONETER SAAT INI Saat ini dunia sedang mengalami krisis global yang mempengaruhi perubahan pada sistem moneter internasional. Ketidak stabilan sistem moneter saat ini dipengaruhi oleh peran penting AS dalam memainkan dominasi dolar dalam krisis global.15 Selain itu beberapa hal yang menyebabkan krisis global dan ketidak seimbangan sistem moneter saat ini adalah diakibatkan kurangnya mekanisme memadai dalam nilai tukar dan arus modal yang menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global jika sistem moneter saat ini tidak melakukan reformasi. 16 Paska Perang Dunia II fokus ekonomi globnal adalah rekontruksi untuk menghindari terjadinya great depression yang terjadi selama perang duania II. Depresi besar tersebut menajdi acuan bagi Amerika serikat untuk mengawasi transaksi internasional dengan tujuan untuk meningkatkan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi. Pada paska perang dunia II sistem moneter menggunakan sistem Bretton Wood dimana nilai tukar dunia ditetapkan oleh harga dolar Amerika. Peran sentral dolar Amerika Serikat dalam sistem moneter saat itu diharapkan dapat mengurangi kejutan kejatuhan finansial secara mendadak.17 Dalam sistem Bretton Woods negara tidak terlalu bebas memilih resim nilai tukarnya dan dolar AS terus mendominasi peranya sebagai cadangan mata uang internasional.18 Saat ini sistem moneter internasional kembali berevolusi. Evolusi tersebut didorong oleh adanya kenyataan bahwa adanya ketidakstabilan ekonomi global. Hal ini menyebabkan dominasi AS mulai menurun. Munculnya negara-negara emerging market menyebabkan adanya kekuatan baru dalam sistem internasional yang menggeser sistem unipolar AS menuju sistem multipolar.

14

Ibid. Justin Yifu Lin, Shahrokh Fardoust and David Rosenblatt. Reform of the International Monetary System A Jagged History and Uncertain Prospects. 2012. World Bank Reseach Working Paper. Hal 2 16 Ibid. Hal 3 17 ibid 18 Ibid hal 4
15

Sistem moneter multipolar saat ini ditandai dengan adanya beberapa negara besar yang bersaing untuk menjadikan mata uangnya sebagai cadangan internasional atau transaksi internasional. Dalam makalah justin Yifu Lin dkk., mengkritisi mengani sistem mata uang yang akan dimainkan dalam sisitem internasional dunia dapat mencoba kebijakan bertahap seperti penggunaan SDR (Special Drawing Rights) dan menggabungkan sejumlah mata uang dari negara-negara maju tumbuh cepat.19 Masa transissi Sistem Moneter Internasional yang ditandai oleh ketidak stabilan dari dominasi AS saat ini mengarahkan sistem multi-mata uang yang akan menghilangkan ketidakstabilan ekonomi dunia. Pada masa kini mata uang seperti AS, Euro, Yen, dan Renmibi diharapkan dapat membentuk sistem multi mata uang yang baru. Masing-masing mata uang ini akan dipakai dengan sistem perdagangan dunia dan arus keuangan serta berfungsi sebagai pemegang arah perdagangan bagi mata uang lainya. blic Pada akhirnya ketidakstabilan yang terkait dengan koeksistensi cadangaan mata uang harus mengarah pada salah satu dominasi yang dianggap paling berhasil dalam menciptakan tatanan moneter internasional. Tanpa adanya kerja sama internasional peluang terjadinya persaingan mata uang akan sangat terbuka.20 Euro dapat menyaingi dolar namun tidak mungkin dapat mengambil peran utamanya. Dan Reminbi dapat menjadi mata uang yang paling berpengaruh pada tahun kedepan namun sebelumnya China harus mengembangkan infrastruktur keuangan agar remormasi keuanganya semakin berkembang. Dengan demikian dapat terlihat bahwa saat ini ada penantang baru dalam mengelola sistem moneter internasional yaitu seperti yang diusulkan China untuk menghidupkan kembali SDR sebagai cadangan mata uang internasional dan mulai meningglkan dari non sistem internasional. Tapi SDR dalam bentuk cadangan mata uang tidak dapat memecahkan masalah dan hanya dapat melindungi beberapa resiko saja. Bahkan dengan peningkatan penggunaan SDR akan mengakibatkan likuidasi global yang dilakukan oleh bank-bank central.21 Diciptakanya institusi global akan menimbulkan polemik mengenai bagaimana mengelola kekuatan dan cara pengambilan keputusan yang efektif dan legitimasinya harus didukung dan negara-negara berkembang yang memiliki pertumbuhan

ekonomi yang cepat hal ini diduga dapat membantu sistem moneter semakin berkembang dan

19 20

ibid Ibid hal 5 21 Ibid hal 12

oleh institusi global. Dengan demikian terciptanya institusi moneter global akan semakin jauh jika tidak didukung sama sekali oleh sejumlah instritusi. Dalam jangka pendek resiko devaluasi dolar sebagai cadangan uatama dapat dikurangi melalui jaminal SDR baik oleh AS maupun lembaga multilateral. Mata uang dolar dapat ditukar melalui SDR atau ke Euro pada saat yang sama sebaiknya bank-bank sentral dapat berperan aktif dan terkoordinasi dalam pasar valuta asing. Dengan demikian negaranegara yang memiliki mata uang dengan cadangan utama harus lebih bekerjasama memperluas cakupan sasaran kebijakan moneter diluar kebijakan inflasi yang terjadi di pasar domestik untuk menciptakan stabilitas keuangan global.22

V.

ANALISA SISTEM MONETER DAN WORLD GOVERNANCE Paper ini menguraikan mengenai trend baru yang terjadi dalam sistem moneter

internasional saat ini. Dalam kajian analisisnya menyebutkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi secara global telah memperkuat peran lembaga-lembaga multilateral. Adanya BRICs dan G-20 telah berhasil membentuh agenda global untuk percepatan ekonomi negara-negara berkembang. Untuk menanggulangi krisis IMF sebagai global governance membutuhkan reformasi dalam tata keuanganya. Reformasi IMF ditujukan untuk mengubah sistem moneter agar lebih independent dan mencegah dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, akan dibanjirinya jumlah pinjaman oleh sejumlah negara yang collaps terkena dampak krisis. Kedua dibutuhkanya sumber daya yang dapat menangani krisis saat ini seperti yang terjadi pada krisis sebelumnya yaitu dengan pinjaman kredit terhadap IMF. IMF dinyatakan tidak berhasil dalam menjalankan transformsi sistem keuangan di negara berkembang padahal hal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi ketidakseimbangan global. Hal ini ditujukan untuk mengatur sistem multilateral yang dapat menjadi alternatif lain untuk pembangunan dalam keadaan darurat. Lembaga-lembaga multilateral hampir tidak terpengaruh terhadap sistem global. Dalam menghadapi krisis global World Bank pada dasarnya sudah dimintai bantuan untuk menyelesaikan krisis global. Namun hal ini tidak didukung oleh negara-negara maju.

22

Ibid hal 12

Pada akhirnya negara berkembang bergerak sendiri dan menemukan solusi bersama dalam lingkup regional. Selain itu kelompok G-7 saat ini dianggap tidak mampu lagi bermain di ranah global. Akhirnya sejumlah negara berkembang memilih untuk menjalin hubungan kerja sama multilateral dan terbukti bahwa kerja sama multilateral dianggap lebih menjanjikan dibandingkan IMF maupun Bank Dunia. Pada akhirnya peran IMF dan Bank Dunia hanya akan memiliki peran terbatas dalam lingkup strategi nasional maupun regional.23 DisSistem moneter internasional saat ini menghadapi tantangan besar karena dihadapkan oleh beberapa kekuatan dalam sistem internasional. Diakuinya kelompok negara emerging market G20 dan BRICs adalah lembaga global. Kehadirannyaa saat ini lebih memunculkan peran multilateralisme dan mengurangi pengaruh unilateral AS pada masa krisis flobal.24 Saat IMF dan Bank Dunia dimasa krisis, lemaba-lembaga multilateral dianggap sebagai alternatif yang dapat diandalkan oleh sejumlah negara. Pembentukan bankbank regional seperti African Depelopment Bank, Asian Development dan sejumlah Bank lainya dianggap memberikan solusi cepat saat ini dibandingkan IMF dan World Bank untuk itu sejumlah negara memilih untuk mengambil alternatif lain sehingga multilateralisme lebih memainkan peran saat ini dalam sistem internasional. VI. KESIMPULAN Sistem moneter internasional saat ini menghadapi tantangan besar karena dihadapkan oleh beberapa kekuatan dalam sistem internasional. Diakuinya kelompok negara emerging market G20 dan BRICs adalah lembaga global. Kehadirannyaa saat ini lebih memunculkan peran multilateralisme dan mengurangi pengaruh unilateral AS pada masa krisis global.25 Saat IMF dan Bank Dunia dimasa krisis, lemaba-lembaga multilateral dianggap sebagai alternatif yang dapat diandalkan oleh sejumlah negara. Pembentukan bank-bank regional seperti African Depelopment Bank, Asian Development dan sejumlah Bank lainya dianggap memberikan solusi cepat saat ini dibandingkan IMF dan World Bank untuk itu sejumlah negara memilih untuk mengambil alternatif lain sehingga multilateralisme lebih memainkan peran saat ini dalam sistem internasional.
23

Ngaire Woods. Global Governance After The Financial Crisis: A New Multilaterlms or the Last Gasp of the Great Power?. Global Policy Volume 1 Issue 1 Januari 2010. Hal 59 24 Mansoor Dailami and Paul Dailami Masson. The New Multi-Polar International Monetary System. 2011. World Bank: policy Reaseach Working oaoer 5147 hal 4 25 Ibid., hal 4

VII. DAFTAR PUSTAKA Ngaire Woods. Global Governance After The Financial Crisis: A New Multilaterlms or the Last Gasp of the Great Power?. Global Policy Volume 1 Issue 1 Januari 2010 Mansoor Dailami and Paul Dailami Masson. The New Multi-Polar International Monetary System. 2011. World Bank: policy Reaseach Working Paper 5147 Justin Yifu Lin, Shahrokh Fardoust and David Rosenblatt. Reform of the International Monetary System A Jagged History and Uncertain Prospects. 2012. World Bank Reseach Working Paper.

10

You might also like