You are on page 1of 3

Lailatul Badriyah, Ekstrak Kunyit Sebagai Pendeteksi Boraks Pada Makanan

Ekstrak Kunyit Sebagai Pendeteksi Boraks Pada Makanan

Lailatul Badriyah Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 8 no 17b, Jember 68121 E-mail: laila_bdr60@yahoo.com

Abstrak
Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan meneteskan ekstrak kunyit ke dalam makanan yang dijadikan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa makanan yang mengandung boraks akan berubah warna menjadi merah kecoklatan setelah ditetesi ekstrak kunyit. Kata Kunci: boraks, ekstrak kunyit, kurkumin, sampel makanan.

Abstract
Content of borax in food testing can be done with turmeric extract. Turmeric extract can be used as a detector of borax as the turmeric extract containing curcumin compound. Curcumin can detect the presence of boron content in food because curcumin is able to decipher the bonds of boric acid and borax be tied into complex color rosa or commonly called the cyano compound curcumin boron complexes. The method used is to shed a turmeric extract into the food which is used as a sample. The results indicating that food containing borax will change color to red brown after etched with turmeric extract.

Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan pangan masyarakat semakin meningkat. Peningkatan tersebut sayangnya tidak diimbangi de ngan kualitas makanan yang seharusnya semakin membaik dan tentunya menyehatkan. Dewasa ini banyak sekali pedagang makanan yang melakukan berbagai kecurangan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. umumnya makanan yang dijual di masyarakaat dibuat semenarik mungkin dengan berbagai bahan tambahan dan kebanyakan bahan tambahan tersebut dapat membahayakan kesehatan. Salah satu penggunaan bahan tambahan yang dapat membahayakan kesehatan adalah penggunaan boraks untuk membuat makanan lebih awet atau memperbaiki tekstur makanan itu sendiri. Penggunaan bahan tambahan boraks pada makanan sebenarnya tidak diijinkan karena berdasarkan peraturan menteri kesehatan sudah adda larangan untuk menggunakan boraks sebagai tambahan makanan. Sebagaimana yang tertera dalam permenkes RI No.1168/MENKES/PER/X/1999[1]. Boraks merupakan suatu bahan kimia dengan rumus natrium tetraborat. Boraks tersusun atas natrium hidroksida dan asam borat. Boraks biasanya digunakan untuk bahan UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2013, I (1): 1-3

antiseptik, bahan pengawet kayu, bahan pembersih dan pembasmi kecoak. Berdasarkan penggunaan tersebut sudah dapat terlihat bahwa boraks tidak cocok sebagai bahan campuran makanan karena kandungan kimia yang terdapat dalam boraks sangatlah berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Penggunaan boraks pada makanan dapat mengakibatkan gangguan pada hati, otak serta ginjal. Pemakaian dalam dosis yang tinggi dapat juga mengakibatkan keracunan seperti mual, bercak-bercak pada kulit ataupun diare selain itu juga dapat menyebabkan kematian[2]. Bahaya penggunaan bahan tambahan boraks pada makanan sebenarnya sudah diketahui oleh masyarakat umum namun tidak banyak orang yang mengetahui cara yang mudah untuk mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat semakin resah dan khawatir untuk membeli makanan diluar. Ekstrak kunyit dianggap dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks melalui perubahan warna yang terjadi. Pembuktian hal ini perlu adnya sebuah penelitian. Oleh karena itu pada penelitian kali ini peneliti menggunakan ekstrak kunyit sebagai pendeteksi boraks pada makanan.

Lailatul Badriyah, Ekstrak Kunyit Sebagai Pendeteksi Boraks Pada Makanan

Pembahasan
Bahan kimia yang bernama boraks merupakan bahan kimia yang tidak aman bagi kesehatan jika dikonsumsi oleh tubuh. Boraks atau yang memiliki nama senyawa sodium tetraborat deksahidrat ini bersifat toksik untuk semua sel dan jaringan tubuh manusia. Boraks dapat larut dalam air.panas ataupun air dingin[3]. Boraks dalam air terurai menjadi asam borat dan natrium meta borat dan dalam keadaan asam, boraks juga menghasilkan asam borat. Oleh karena itu pemakaian boraks dalam makanan dapat berbahaya bagi tubuh karena asam borat tersebut apabila masuk ke dalam organ manusia dapat mengakibatkan rasa mual, pusing, suhu tubuh menurun dan juga dapat mengakibatkan shock. Boraks merupakan kristal lunak yang tidak memiliki warna dan memiliki ph sekitar 9,5. Boraks merupakan senyawa yang terbentuk secara alami dari deposit suatu penguapan air panas ataupun danau garam[1]. Penelitian kali ini juga menggunakan bahan ekstrak kunyit. Kunyit sendiri merupakan tumbuhan rempahrempah yang memang dapat digunakan sebagai obat. Kunyit kandungan utama yaitu kurkumin dan minak atsiri namun kunyit juga memiliki kandungan kimia yang lain yaitu karbohidrat, mineral, protein, mouisture dan juga minyak essensial[4]. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit dapat digunakan sebagai indikator adanya kandungan boraks dalam makanan. Kurkumin yang terkandung dalam ekstrak kunyit merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai zat warna kuning pada kunyit. Kurkumin dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk mendeteksi boraks. Boraks dapat dideteksi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa yang ada di dalamnya dan pada akhirnya menunjukkan perubahan warna pada makanan. Kurkumin yang diperoleh dari kunyit dapat digunakan untuk menguraikan ikatanikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks yaitu suatu zat yang bewarna merah[1]. Kurkumin yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari ekstrak kunyit. Jadi peneliti hanya menggunakan ekstrak kunyit sebagai bahan pengganti kurkumin asli.Pembuatan ekstrak kunyit sendiri dapat dilakukan dengan cara menghaluskan kunyit terlebih dahulu kemudian air yang dihasilkan kunyit tersebut diperas. Langkah berikutnya yaitu air perasan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring. Sampel makanan yang digunakan pada penelitian ini ada 4 makanan yaitu mie basah, sosis, bakso dan krupuk tahu. Teknik uji kandungan boraks dilakukan dengan cara menghaluskan semua sampel makanan kemudian diletakkan sebanyak sepucuk spatula pada plat tetes. Pengujian boraks dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak kunyit beberapa tetes pada beberapa sampel makanan tersebut, setelah itu perubahan warna dan yang terjadi diamati dan didokumentasikan. Pengamatan yang pertama dilakukan yaitu mengamati perubahan warna UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2013, I (1): 1-3

boraks setelah ditetesi dengan ekstrak kunyit. Mula-mula boraks tidak bewarna namun setelah ditetesi dengan ekstrak kunyit boraks tersebut mengalami perubahan warna yaitu berubah warna menjadi kuning dan lama kelamaan menjadi merah kecoklatan. Perubahan warna tersebut dijadikan sebagai standart untuk uji tes boraks dalam beberapa sampel makanan yang akan digunakan. Jika makanan tersebut berubah warna menjadi merah kecoklatan setelah ditetesi ekstrak kunyit berarti makanan tersebut dapat dikatakan mengandung boraks dan jika tidak mengandung boraks maka makanan tersebut tetap bewarna kuning. Pengamatan berikutnya yaitu pengamatan terhadap beberapa sampel makanan yang sudah dihaluskan. Pengujian yang pertama dilakukan pada mie basah yang sudah dihaluskan kemudian ditetesi ekstrak kunyit. Hasil pengamatan menunjukkan mie basah tersebut tetap bewarna kuning dan tidak berubah warna menjadi merah kecoklatan hal tersebut menunjukkan bahwa mie basah tidak mengandung boraks. Pengamatan yang ketiga yaitu mengamati sampel makanan sosis. Sosis yang digunakan pada penelitian adalah sosis yang dijual di pasaran dengan harga yang paling murah dan biasanya sosis ini juga mudah ditemukan di tempat-tempat jajanan anak-anak sekolah dasar. Hasil pengamatan ini berbeda dengan hasil pengamatan pada mie basah. Sosis yang dijual dipasaran setelah melakukan uji boraks teryata mengalami perubahan warna menajdi merah kecoklatan. Awalnya memang sosis tersebut bewarna kuning namun beberapa detik kemudian berubah menjadi merah kecoklatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sosis yang dijual di pasaran positif mengandung boraks di dalamnya. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada sampel makanan bakso. Berbeda halnya dengan pengujian sosis. Pengujian kandungan boraks pada bakso ini tidak menunjukkan adanya perubahan warna menjadi merah kecoklatan pada bakso yang sudah ditetesi ekstrak kunyit, warna yang ditubjukkan tetap kuning. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakso tersebut tidak mengandung boraks. Berbeda halnya dengan pengamatan pada bakso, pengamatan pada krupuk tahu menunjukkan hasil yang positif. Krupuk tahu yang sudah mengalami uji kandungan boraks teryata mengalami perubahan warna setelah beberapa detik. Awalnya kuning lama kelamaan berubah menjadi merah kecoklatan dan warna tersebut sama dengan warna boraks yang telah ditetesi dengan ekstrak kunyit. Penambahan boraks pada makanan ini bertujuan agr makanan tersebut terlihat lebih menarik dan lebih awet.

Kesimpulan dan Saran


Penelitian ini dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi adanya boraks dalam makanan sehingga masyarakat dapat mengetahui adanya boraks dengan cara yang sederhana yaitu hanya dengan menggunakan ekstrak kunyit. Berdasarkan hasil yang didapatkan makanan yang mengandung boraks dari keempat sampel makanan yang digunakan mie basah, sosis, bakso, dan krupuk tahu yang positive mengandung boraks adalah sosis dan krupuk tahu. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut agar kita lebih

Lailatul Badriyah, Ekstrak Kunyit Sebagai Pendeteksi Boraks Pada Makanan


mengetahui kadar boraks yang digunakan dalam makanan tersebut dengan menggunakan ekstrak kunyit.

Daftar Pustaka
[1] raisani rusli, Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri UV-VIS mengunakan pereaksi kurkumin. [Online]. Available: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/5600. [Accessed: 07-Jun-2013]. [2] yoza fitriadi, yoza Fitriadi: LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Uji Boraks dalam Suatu Bahan Oleh: Yoza Fitriadi A1F007010.[Online]. Available: http://yozafitriadi.blogspot.com/2011/01/laporan- penelitian-praktikumkimia_24.html.[Accessed: 05-Jun- 2013]. [3]harsojo and kadir I, PENGGUNAAN FORMALIN DAN BORAKS SERTA KONTAMINASI BAKTERI PADA OTAK-OTAK | harsojo | Jurnal Iptek Nuklir Ganendra. [Online]. Available: http://jurnal.batan.go.id/index.php/ganendra/article/view/255.[Accessed: 08-Jun-2013]. [4] dhanu ari atmaja, PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIK MUKOSA LAMBUNG MENCIT BALB/c YANG DIBERI PARASETAMOL Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR). [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/24318/.[Accessed: 09-Jun2013].

UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2013, I (1): 1-3

You might also like