You are on page 1of 25

Pengertian Kreativitas Belajar Menurut Para Ahli Posted on Maret 9, 2013 by totoyulianto Kreativitas Belajar 1.

Pengertian Kreativitas Belajar

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12). Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7). Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya . Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya. Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan alternatif-alternatif baru, kemungkinankemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi hasihasilnya kepada orang lain (Semiawan, DKK. 1987 : 35). Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan

lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita. Jadi kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya. Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

Sebagaimana halnya dengan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif serta ingin mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat) berfikir kritis. Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di bangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data (pengalaman) memungkinkan seorang mencipta, yaitu dengan mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu : 1. a. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif Memberikan Pemanasan

Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan

memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. b. Pengaturan Fisik

Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok. c. Kesibukan Dalam Kelas

kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif. d. Guru sebagai Fasilitator

Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81). 2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan

Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya. a. Tehnik Bertanya

Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk : Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif. Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya. Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan. Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru. Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84) b. Metode Diskusi

Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju. c. Metode Inquiri-Discovery

pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan proses pemecahanmasalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-diskovery. Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah : Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi. Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)

Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan). Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya. Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan. Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86). d. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)

Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini. 3. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan

Psikomotorik (perasaan). Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.

a.

Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)

Keterampilan berfikir lancar Keterampilan berfikir luwes Keterampilan berfikir orisinal Keterampilan memperinci Keterampilan menilai b. Cirri-ciri efektif (nonaptitude)

Rasa ingin tahu Bersifat imajinatif Merasa tergantung oleh kemajemukan Sifat berani mengambil resiko Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93). c. Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen

Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar. Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan. d. Menggabung proses berfikir dengan proses efektif

Contoh : Berfikir lancar, gabung dengan rasa ingin tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau cara pemecahan masalah

Orisinalitas dalam berfikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengamukakan pendapat yang berbeda dari biasanya dikemukakan siswasiswa lain. Contoh kombinasi antara berfikir lentur dan daya imajinasi : Guru memberikan suatu cerita yang belum penyelesaiannya lalu para siswa diminta menggunakan imajinasinya untuk memikirkan beberapa akhir cerita yang berbeda-beda. Kombinasi berfikir lancar dan rasa ingin tahu : Siswa diminta untukmenyebut dalam eaktu singkat berbeda-beda di dalam kelas yang benutknya bundar Siswa ditugaskan menjajaki lingkungan sekolah untuk mencari tanaman yang berguna. Siswa diminta mencari sebanyak mungkin sinonim (kata dengan arti sama) untuk kata tertentu dengan menggunakan kamus atau tanpa kamus (misalnya sinonim untuk indah : bagus, permai). Kombinasi antara orisinalitas dalam berfikir dan keberanian mengambil resiko : Siswa diminta untuk memikirkan jabatan atau pekerjaan yang ia minati tetapi biasanya jarang dipilih oleh anak-anak dari jenis kelamin yang sama. Banyak yang dilakukan para guru untuk meningkatkan kreativitas siswa-siswanya tanpa memerlukan banyak peralatan atau bahan-bahan yang mahal. Yang penting ialah guru sendiri harus senang, dalam arti merasa terdorong mencari variasi tugas-tugas belajar.

Sound (1975) dalam Slameto (2004 : 147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : Hasrat keingintahuan yang cukup besar Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru Panjang akal Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas Berfikir fleksibel Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak Kemampuan membuat analisis dan sintesis Memiliki semangat bertanya serta meneliti Memiliki daya abstraksi yang cukup baik Memilii latar belakang membaca yang cukup luas 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar Siswa

Kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak factor antara lain sikap dan minat siswa, guru orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990). Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar siswa : a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anak

b.

Strategi mengajar guru

Faktor-faktor diatas dijelaskan sebagai berikut: a. sikap orang tua terhadap kreativitas anak Sudah lebih dari tiga puluhh tahun pakar psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan dengan ori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan teppsikologis kita mepperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka. Menurut Amabile (1989 : 103) menegaskan ada bahwa ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah : - Kebebasan Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. - Aspek Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka danmengharagai keunikan anak - Kedekatan emosional yang sedang Kreativits anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah - Prestasi Bukan Angka

Orang tua anak kreatif menghargai prestsi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baikknya dan menghsilkan karya-karya yang baik. - Menghargai Kreativitas Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif. b.Strategi mengajar guru Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas. 1. Penilaian

Penilaian guru terhadap pekerjaan murid yang dapat dilakukan dengancara : Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka Penekanan terhadap apa yang telah kamu pelajari dan bukan pada bagaimana melakukannya. 2. Hadiah

Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan danmempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan. 3. Pilihan

Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada anak memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuain dengan ketentuan yang ada.

3.

Metode dan Tehnik Belajar Kreatif

Metode dan tehnik-tehnik belajar kreatif membantu anak didik berfikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam gagasan dan macam-macam jawaban dalam pemcahan masalah.: Adapun tehnik-tehnik belajar kreatif yaitu: Pemikiran dan perasaan terbuka Sumbang saran Daftar pertanyaan yang memacu gagasan Menyimak sifat benda tau keadaan Hubungan yang dipaksakan Pendekatan morfologis Pemecahan masalah secara kreatif (Munandar,1999: 100) Tehnik-tehnik relajar kreatif dijelaskan sebagai berikut: a. Pemikiran dan perasaan terbuka

Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 1001003). b. Sumbang Saran

Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan menggali gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi : Kebebasan dalam memberikan gagasan Penekanan pada kuantitas Kritik ditangguhkan Kombinsi dan peningkatan gagasan Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104). c. Daftar pertanyaan yang memacu gagasan

Tehnik ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru. d. Menyimak sifat benda atau keadaan

Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi. Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut. e. Hubungan yang dipaksakan

Tehnik lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara memaksakan suatu hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan

dengan unsure-unsur lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari memaksakan hubungan ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubunganhubungan yang lazim atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru. f. Pendekatan Morfologis

Pada tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Kita mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya Dengan meninjau setiap kemungkinan kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru dan kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109). g. Pemecahan masalah secara kreatif

parners, Noller dan Biondi (1971) dalam Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan masalah secara kreatif (PMK) meliputi: Tahap mengumpulkan fakta Tahap menemukan masalah Tahap menemukan gagasan Tahan mnemukan jawaban Tahap menemukan penerimaan 4. Langkah-Langkah Penerapan KBK

Secara garis besarnya penerapan KBK mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. 1. Pengembangan Program

Pengembangan program KBK mencakup : a. Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan oleh guru sebelum tahun ajaran karena merupakan pedoman bagi pengembangan program. Program berikutnya, yakni program semester, program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan. Sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain : Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan. Skope dan sekvensi setiap kompetensi, untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Penyusunan kalender, penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efetivitas dan hak-hak peserta didik. b. Program Semester

Program semester berisikan Garis-Garis Besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya program semester

ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan dan keterangan-keterangan. c. Program Modul (Pokok Bahasan)

Program ini merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul berisikan tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar jawaban dan kunci jawaban. d. Program Mingguan dan Harian

Melalui tahap ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar diatas rata-rata kelas bisa diberikan pengayaan sedangkan bagi yang lembat dilakukan pengulangan. e. Program Pengayaan dan Remidial

Program ini merupakan penjabaran dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program harian dan mingguan, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi modul yang diulang, peserta didik yang wajib dan yang mengikuti program pengayaan. f. Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar dan karier. 2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre tes, proses dan post tes. a. Pre tes (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi pre tes antara lain : Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah memiliki peserta didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuantujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang mendapat penekanan dan perhatian khusus. b. Proses

Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan prilaku yang positif dan menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi. c. Post tes

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Kegunaannya, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain : Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan baik secara individual maupun kelompok. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar. Sebagai komponen acuan untuk melakukan perbaikan. 3. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dalam penerapan KBK dilakukan dengan :

a.

Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. b. Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. c. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselengarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar. Tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang kelas. d. Benchmarking

Merupakan suatu standar untuk kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. e. Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. 5. Efektivitas Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi yang dalam pengembangannya memberikan kewenangan sangat besar kepada sekolah melalui pengambilan

keputusan partisipatif, sangat ditentukan oleh kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat yang terlibat secra langsung dalam pengelolaan sekolah. Keberhasilan tersebut antara lain dilihat dari indikator-indikator berikut : Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia. Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber pendidikan melalui pembagian tanggung jawab yang jelas, transparan dan demokratis. Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah, baik dalam intra maupun ekstrakurikuler. Adanya kompetensi yang sehat antara sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalu upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Timbulnya kemandirian ketergantungan dikalangan warga sekolah, bersifat proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif dan berani mengambil resiko) Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar

menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together) Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.(Mulyasa,2006:181182) Keberhasilan KBK seperti yang dikemukakan diatas Sangat ditentukan oleh kepala sekolah dan guru.Kepala sekolah mengkoordinasikan, menggerakkan dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran sekolah melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Secara garis besar tapan penerapan kurikulum meliputi:Tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1.Tahap perencanaan. Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi yang ingin dicapai, usaha ini mempertimbangkan metode atau teknik, sarana dan prasarana pencapaian yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yaqng terlibat, dan sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta situasi, kondisi serta faktor internal dan eksternal. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan dalam proses penerapan kurikulum, terdapat tahapan proses-proses pembuatan keputusan meliputi: Identifikasi masalah yang dihadapi

Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia waktu. Evaluasi setiap alternatif tersebut Penentuan alternatif yang baik (Parter,1996 dalam Hamalik).

anggaran dan

Proses evaluasi atau pemilihan alternatif tersebut dilakukan melalui teknik SWOT (Strength, weaknees, oppurtunity,dan thereat).Setiap alternatif dipertimbangkan kekuatannya, serta disesuaiakan dengan peluang yang ada dan hambatannya yang dihadapi.Hasil nyata dari tahap ini adalah blue print (cetak biru) yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan.Pada proses pengembangan rencana blue print tersebut dipertimbangkan metode dan sarana yang digunakan, waktu yang dibutuhkan, kualitas dan kuantitas personal yang trlibat, serta besarnya anggaran yang diperlukan. 2.Tahap pelaksanaan Implementasi Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan blue print yang telah disusun dalam fase perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.Jenis kegiatan dapat bervariasi,sesuai dengan kondisi yang ada. Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu,menurut departemen/devisi/seksi masing-masing ataugabungan,bergantung pada perencanaan sebelumnya.Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan.sSecara umum, hasilnya akan meningkatkan pemamfaatan dan penerapan kurikulum. 3.Tahap Evaluasi Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol,apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana, dan sebagai fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. Kedua melihat hasil akhir yang dicapai.

You might also like