You are on page 1of 5

DINASTI BANI ABBASIYAH Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah.

Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti Abbasiyah ini. Di antaranya adalah: Meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli terhadap dinasti Baani Umayyah Pecahnya persatuan antar suku-suku bangsa Arab Timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka meiliki pemimpin kharismatik Perlawanan dari kelompok syiah

Faktor-faktor tersebut pada satu sisi mendukung jatuhnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah, dan pada sisi lainnya sekaligus mendukung keberhasilan gerakan pembentukan dinasti Abbasyiah. Pada masa kekuasaan dinasti Umayyah, sekitar pertengahan abad ketujuh, terjadi sejumlah pemberontakan di seluruh negeri. Puncak dari seluruh pemberontakan ini adalah peperangan antara kekuatan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan II. peprangan ini dimenangkan oleh kekuatan yang dipimpin Abbul Abbas. Sekalipun Marwan berhasil melarikan diri, namun pada akhirnya marwan berhasil ditangkap di Mesir dan di hukum mati. Dengan terbunuhnya Marwan dan jatuhnya negeri syiria, khususnya kota Damaskus, maka berakhirlah riwayat dinasti Umayyah dan bersaan dengan itu bangkitlah kekuasaan Bani Abbasyiah yang berusaha membuka lembaran baru sejarah Islam. Para Penguasa Dan Kebijakannya. 1. Abbul Abbas as Saffah (133-137 H/750-754 M) Abbul Abbas as-Saffah dinobatkan sebagai khalifah pertama dinasti Abbasiyah oleh pengikutnya pada tahun 133 H/ 720 M. Tindakan pertama yang ditempuhnya adalah menyapu bersih keturan dinasti Umayyah dari muka bumi. Atas perintahnya, sang paman yang bernama Abdullah membantai keturunan dinasti Umayyah secara licik. Agen-agen rahasia Abbul Abbas tersebar diseluruh wilayah negeri untuk memburu pelarian keturunan Umayyah. Salah satu keturunan Umayyah yang berhasil melarikan diri yakni Abdur Rahman, cucu Hisyam. ia berhasil mendirikan kekuasaan bani Umayyah di Spanyol. 2. Abu Jafar al-Mashur (137-159 H/754-775 M) Al-mashur dan beberapa khalifah Abbasiyah pertama merupakan penguasa yang memilikikemampuan dan kecakapan yang luar biasa yang mencurahkan segala waktu, tenaga dan pikirannya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsanya. Al-Manshur tidak pernah tidak kejam terhadap musuh-musuh yang menyebabkan kepentingan dinasti terancam bahaya. 3. Al-Mahdi (159-169 H/ 755-785) Al-Mahdi menggantikan kedudukan ayahnya, al-Manshur. Ia merupakan penguasa yang lemah lembut dan dermawan. Ia menandai awal masa pemerintahannya dengan membebaskan seluruh tahanan,penjahat kejam sekalipun. Kekayaan ayahnya yang melimpah membuatnya berkesempatan melakukan program-program pembangunan yang besar. dengan memperluas masjid kota-kota islam, dan juga membanguna ibukota kerajaan menjadi sangat megah. Kemajuan musik, sastra dan filsafat telah menghiasi masa

4.

5.

6.

7.

8.

pemerintahannya. pada masa, di Khurasan terjadi penyebaran ajaran sesat yang dipelopori oleh Hisyam ibn Hakim yang mengaku dirinya sebagai Nabi berkerudung. Musa Al-Hadi (169-170 H/785-786 M) Sepeninggalan al-Mahdi tahta kerajaan Abbasiyah dijabat oleh putera yang tertua, Musa alHadi. Sekalipun Harun adik Musa menyatakan persetujuan dan dukungan atas penobatan Musa, namun sang kakak tidak menaruh kepercayaan terhadap dukungan Harun. Musa mengatur rencana mendepak Harun dan berusaha memindahkan Khalifah kepda puteranya yang bernama Jafar. Demi terwujudnya rencana ini Musa memenjarakan penasehat utama Harun yang bernama Yahya Ibn Khalid al-Barmaki, dan beberapa pendukung Harun yang dipandang membahayakan kedudukan Musa. Ketika konflik sudah semakin kritis, Harun meninggalkan istana demi untuk menyelamatkan diri dari ancaman Musa al-Hadi. Musa alHadi meninggal setelah memegang pemerintahan tidak lebih dari dua tahun. Harun Al-Rasyid (170-194 H/786-809 M) Sesuai dengan amanat al-Mahdi, Harun al-rasyid segera menduduki tahta kerajaan sepeninggal saudaranya yakni al-hadi. Ia berkuasa selama 23 tahu. penobatan ini mengantarkan dinasti Abbasiyah pada kemajuan yang gemilang. Kebijakan pertama yang ditempuh Harun adalah melantik seorang penasehat pribadinya yang bernama yahya ibn Khalid al-Barmaki sebagai perdana mentri dan sekaligus mengangkat dua putera yahya yang bernama fadl dan jafar sebagai pejabat tinggi Harun. Al-Amin (194-198 H/809-813 M) Sepeninggal Harun, puteranya yang tertua yakni Al-Amin meneruskan kedudukan ayahnya. Ia adalah pemuda yang suka kemewahan dan kesenangan dunia. ia menyerahkan urusan pemerintahan kepada perdana menterinya, yakni Fazl Ibn rabi, sedangkan ia tetap sibuk dengan urusan peribadinya. pada saat itu al-Makmun, saudara al-Amin,menjabat gubernur untuk wilayah-wilayah timur. Ia sangat dipuja oleh masyarakat karena sikapnya sangat bertolak belakang dengan al-Amin, maka ada kecemasan pada diri al-Amin sehingga ia memecatnya dari jabatan gubernur, dan secara curang ia menunjuk puteranya yang bernama masa sebagai putera mahkota dan menghianati amanat ayahnya. Al-Makmun (198-318 H/813-933 M) Dengan kemenangan dalam perang saudara, al-Makmun menduduki tahta kerajaan Abbasiyah. Namun ia tidak segera menjalani kehidupan istana di baghdad, melainkan tetap menyibukan diri dengan kajian filsafatnya di Merv. karena itu ia menyerahkan urusan pemerintahan kepada wakilnya yakni Fadl Ibn Sahal. Sementara itu di Merv al-Makmun menetapkan keputusan yang membuat keluarga Abbasiyah bagai tersambar petir yakni pada tahun 202 H. al-Makmun menunjuk Imam Ali al-Ridha Ibn Musa al-Kadzim,seorang keturunan keluarga Ali,sebagai pengganti kedudukan Khalifah kelak. Ia juga melarang memakai pakaian hitam,yakni warna yang melambangkan semangat perjuangan Abbasiyah dan menggantinya dengan warna hijau, yakni warna yang mnelambangkan perjuangan keluarga Ali. Al-Mutasim (833-845 M) Al-mutasim mengklaim dirinya sebagai khalifah ketika al-Makmun sedang dalam keadaan sakit. Banyak tentara yang tidak sepakat atas tindakannya itu. Untuk mengamankan rakyat baghdad, al- mutasim memindahkan ibukota kerajaan ke Samarra tahun 836, sekitar 95 km dari arah hulu sungai Tigris. Di kota ini ia membangun istana kerajaan dan perkampungan untuk 250.000 tentara, dan tidak lama kemudian samarra menjadi semegah kota Baghdad,

kecuali ia tidak mampu menandingi baghdad sebagi pusat perkembangan intelektual muslim. Al-Mutasim meninggal pada tahun 842 H. Menurut Gibbon, pada masa pemerintahan al-Mutasim ini kebesaran Abbasiyah dan bangsa Arab mulai mundur Kondisi Sosial Dan Kemajuannya Pada Masa Abbasiyah Seni musik mengalami kemajuan pesat pada masa Abbasiyah, ulaiyah merupakan salah satu pakar musik yang tersohor pada masa itu. seni tari juga berkembang dikalangan masyarakat. Bersamaan dengan kemajuan seni musik dan seni tari, minuman keras, perjudian juga berkembang di tengah masyarakat.catur,panahan,menunggang kuda, berburu merupakan permainan yang populer. sistem perbudakan tetap berkembang pada masa Abbasiyah. Kondisi Perekonomian Masyarakat memiliki bergam profesi untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka. periode Abbasiyah banyak mencapai kemajuan pada bidang perdagangan dan perniagaan. Baghdad, Basrah, dan Alexandria merupakan pusat bisnis pada saat ini. kegiatan industri juga berkembang pesat pada masa Abbasiyah.Tidak hanya perdagangan dan industri yang mengalami kemajuan, tapi di bidang pertanianpun ikut maju karna memang kondisi abbasiyah itu terletak di tepian sungai. Kemudian mereka menyadari bahwa pertanian sumber utama pemasukan negara; dan karna pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang setatusnya mengalami peningkatan secara rezim baru ini. Lahan-lahan pertanian yang terlantar, dan desa-desa yang hancur di berbagi wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun kembali secara bertahap. Daerah rendah di lembah Tigris-efrat, yang merupakan daerah terkaya setelah mesir, dan dipandang sebagai surga aden, mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Mereka membuka kembali saluran irigasi yang lama dari sungai Efrat, dan membuat saluran irigasi baru, sehingga membentuk sebuah jaringan yang sempurna Kondisi Keilmuan Dalam bidang kedokteran dan filsafat, mereka tidak menghasilkan karya yang cukup independen seperti dalam bidang kimia, astronomi, matematika, dan geografi. Dalam bidang hukum, teologi, filologi, dan bahasa, sebagai orang arab dan muslim, mereka berhasil mengembangkan pemikiran dan penelitian yang orisinal. Karya-karya terjemahan mereka, yang banyak dipengaruhi oleh pikiran arab selama beberapa abad, serta sebagai kontribusi baru mereka, masuk kedataran eropa melalui suriah, spanyol, dan sisilia, kemudian membangun dasar-dasar ilmu yang mendominasi pemikiran eropa abad pertengahan. Transmisi pengetahuan ini, dari sudut pandang sejarah budaya, tidak kalah pentingnya dengan penemuan ilmu baru. Seandainya pemikiran hasil aristoteles, galen dan ptolemius hilang tanpa jejak, maka dunia menjadi miskin seolah-olah pengetahuan tersebut tidak pernah dihasilkan. Bagi orang arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang sebenarnya, sejauh hal itu bisa dipahami oleh pikiran manusia. Secara khusus, nuansa filsafat mereka berakar pada tradisi filsafat yunani, yang dimodifikasi dengan pemikiran para penduduk di wilayah taklukan,serta pengaruh timur-timur lainnya yang disesuaikan dengan nilai-nilai islam, dan diungkapkan dengan bahasa arab. Orang arab percaya bahwa karya-karya aristoteles merupakan kodifikasi filsafat yunani yang lengkap, seperti halnya karya galen yang mempresentasikan ilmu

kedokteran yunani. Dengan demikian, filsafat dan kedokteran yunani yang berkembang saat itu senyatanya merupakan ilmu yang dimiliki barat. Sebagai muslim, orang arab percaya bahwa alquran dan teologi islam merupakan rangkuman dari hukum dan pengalaman agama. Kontribusi orisinal mereka terletak diantara filsafat dan agama di satu sisi, dan di antara filsafat dan kedokteran di sisi lainnya. Dengan berlalunya waktu, para penulis arab akhirnya menerapkan kata falasifah atau hukama (filosof atau sufi) terhadap para filosof yang pemikiran spekulatifnya tidak dibatasi agama, dan menerapkan istilah mutakallimun atau ahl kalam (ahli bicara, ahli dialektika) pada orang-orang yang memposisikan sistem pemikirannya di bawah ajaran agama samawi. Untuk menjawab para penulis skolastik eropa kristen, kelompok mutakallimun merumuskan teori mereka dalam bentuk proposisi sehingga mereka disebut sebagai ahli pembuat proposisi. Kalam perlahan-lahan berubah maknanya menjadi teologi, dan mutakallimun akhirnya sinonim dengan teolog. Contoh teolog adalah imam al-gozali dan contoh filosof adalah al-kindi, al-farabi dan ibn sina. Selanjutnya kajian ilmiah tentang perbintangan dalam islam mulai dilakukan, seiring dengan masuknya pengaruh buku india, siddhanta (bahasa arab, sindhind), yang dibawa kebagdad pada 771, diterjemahkan oleh Muhammad ibn Ibrahim Al-Fazari, dan digunakan sebagai acuan oleh para sarjana belakangan. Tabel berbahasa pahlawi (zik) yang dihimpun pada masa dinasti sasaniyyah ikut dimasukan dalam bentuk terjemahan (zij). Unsur-unsur yunani, yang baru muncul belakangan, termasuk di antara unsur penting pertama. Terjemahan awal karya ptolemius, almages, disususl kemudian oleh dua karya yang lebih unggul: karya al-hajjaj ibnu mathar yang selsai ditulis pada 212 H./827-828 M; dan karya Hunayn ibnu Ishaq yang direpisi oleh tsabit ibn qurroh (w. 901). Pada awal abad ke9 sebuah observasi (rasyid) rutin pertama dengan menggunakan peralatan yang cukup akurat dilakukan di jundaysabur (persia sebelah barat daya). Berdekatan dengan bayt al-hikmah di pintu masuk syammasiyah, bagdad, al-makmun membangun sebuah observatorium dengan supervisor seorang yahudi yang baru masuk islam, sind ibn ali dan yahya ibn abi mansur (w. 830 atau 831) Sarjana hindu itu yang memperkenalkan buku astronomi, sindhind, keistana al-mansur diklaim juga telah memperkenalkan ilmu aritmatika hindu dengan sistem angka (disebut dalam bahasa arab dengan istilah hindi) dan nol. Oleh karna itu, buku-buku hindu yang diterjemahkan oleh al-fazari turut memberi jalan bagi masuknya sistem angka ke dalam islam. Tabel-tabel al-khawarizmi dan habasy al-hasib (meninggal antara 867 dan 874) mungkin telah berjasa memasyarakatkan penggunaannya di seluruh dunia arab. Namun,ahli matematika dan astronomi arab agak lambat mengadopsi penemuan orisinal orang hindu ini. Pada akhir abad ke 11, kita menemukan bahwa abu bakr muhammad al-karaji (secara keliru disebut karhkhi, meninggal antara 1019 dan 1029) masih menulis semua bilangan menggunakan huruf dalam bukunya, al-kafi fi al-hisab (tuntutan aritmatika). Setelah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, orang arab memberikan kontribusi ilmiah terbesar dalam bidang kimia. Dalam ilmu kimia, dan ilmu pengetahuan fisika lainnya, orang arab telah memperkenalkan tradisi objektif, sebuah perbaikan penting terhadap tradisi pemikiran spekulatif orang yunani. Meskipun terkenal akurat dalam mengamati berbagai fenomena alam, dan giat menghimpun berbagai fakta, orang arab tetap saja sulit memberikan hipotesis yang memadai. Menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar ilmiah, dalam menjelaskan sistem yang sudah baku merupakan titik kelemahan tradisis intlektual mereka.

Bapak kimia bangsa arab adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), hidup dikuffah sekitar 776. Setelah al-razi (w.925), ia merupakan tokoh terbesar dalam bidang ilmu kimia pada abad pertengahan. Sebuah legenda menyebutkan bahwa putra mahkota dinasti umayyah, khalid ibn yazid ibn muawwiyah (w.704), dan imam syiah 4 Jafar al-sodiq dari madinah (w.765), pernah menjadi gurunya. Seperti orang mesir dan yunani, Jabir percaya pada pendapat bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat di ubah menjadi emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk mengetahuinya ia telah menghabiskan banyak tenaga dan waktu. Ia telah mengakui dan menyatakan pentingnya eksperimen secara lebih seksama dari pada ahli kimia sebelumnya, dan telah melangkah lebih maju baik dalam perumusan teori maupun dalam praktek kimia. Beberapa abad setelah kematiannya, dalam pembangunan sebuah jalan besar di kufah, laboratoriumnya ditemukan kembali, dan di dalamnya ditemukan sebuah mangkok dan sebongkal emas.

You might also like