You are on page 1of 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Seksio sesarea meningkat secara mendadak di tahun tujuh puluhan dan awal delapan puluhan.1 Wanita melahirkan dengan seksio sesarea dilaporkan meningkat empat kali dibanding 30 tahun sebelumnya.2,3 Sebabnya multifaktorial, termasuk di antaranya meningkatnya indikasi seksio sesarea ulang pada kehamilan dengan parut uterus. 2,3 Sampai saat ini belum ada hasil penelitian berdasarkan Randomised Controlled Trial (RCT) untuk menilai keuntungan atau kerugian antara persalinan dan seksio sesarea ulang pada kasus kehamilan dengan parut uterus.4 Terdapat 4 indikasi utama untuk melakukan seksio saesarea, yaitu (1) distosia, (2) gawat janin, (3) kelainan letak, dan (4) parut uterus.3 Angka persalinan dengan seksio sesarea (SS) pada awalnya telah menunjukkan peningkatan yang cukup tajam.1,2,3 Di Amerika Serikat, angka ini meningkat secara bermakna, yaitu 4,5% pada tahun 1965 menjadi 25% pada tahun 1988.1,2 Angka kejadian seksio sesarea primer dan VBAC di Amerika Serikat 1989 - 1998 dilaporkan sebagai berikut : seksio sesarea 20,7 - 22,8% dari seluruh persalinan hidup, seksio sesarea primer 14,6 16,1% pada wanita yang belum pernah mendapat seksio sesarea dan 18,9 28,3% wanita melahirkan pervaginam dengan parut uterus (VBAC) 1. Kehamilan dan persalinan setelah wanita melahirkan dengan seksio sesarea akan mendapat resiko tinggi terjadinya morbiditas dan mortalitas yang meningkat berkenaan dengan parut uterus.5 Hampir 50% wanita pernah seksio tetap memilih seksio elektif, karena takut akan resiko ruptur uterus dan morbiditas bayi. 4,5,6 Indikasi parut uterus berkisar 25 - 30% dari angka kenaikan seksio sesarea di Amerika Serikat. 6 Dilihat dari angka kejadian seksio sesarea, dilaporkan bahwa di Amerika Serikat prevalensi seksio sesarea dengan indikasi parut uterus sebesar 35%, Australia 35%, Skotlandia 43%, dan Perancis 28%.6 Di tahun sembilan puluhan, angka seksio sesarea atas indikasi parut uterus menurun dengan dikembangkannya persalinan pada parut uterus, Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) atau dikenal pula sebagai Trial of Labor After Cesarean (TOLAC).7,8 Di Amerika Serikat pada tahun dua ribuan, dari 10 wanita yang melahirkan

pervaginam terdapat satu wanita dengan parut uterus.7,8 Di Bandung (RS Hassan Sadikin) prevalensi seksio sesarea dengan parut uterus adalah 10%, tetapi indikasi awal tidak selalu karena parut uterus.8 Persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio merupakan masalah di bidang obstetri.8,9 Baik seksio sesarea maupun partus pervaginam tidak bebas dari resiko. Untuk meminimalkan resiko kegagalan persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio, dokter harus dapat melakukan seleksi dan manajemen pasien secara tepat, dokter harus dapat melakukan seleksi dan manajemen pasien secara tepat, selain itu diperlukan konseling pada pasien dalam memilih cara persalinannya. 8,9 Keberhasilan persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, anatara lain usia ibu, indikasi seksio sebelumnya, riwayat persalianan pervaginam, cara timbulnya persalinan dan jumlah skor Bioshop.8,9 Keputusan menjalani persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio ditentukan oleh dokter dan pasien, tingginya keberhasilan P4S merupakan salah satu parameter pelayanan obstetri yang baik.8,9 Komplikasi yang paling menakutkan adalah ruptura uteri dan cara mendiagnosa adalah susah karena gejala dan tanda klasik tidak selalu didapat, seperti takikardi ibu, takikardi janin, hipotensi ibu, hematuri, dan nyeri pada bekas insisi. 8,9 Komplikasi ini sangat berbahaya dan dapat dicegah menggunakan skor Flamm & Geiger,1997.9 Berikut ini akan dikemukan sebuah kasus persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio sesarea pada kehamilan aterm. 1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mendapat gambaran persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio sesarea, aman digunakan selama semua syarat terpenuhi, tidak terdapat kontraindikasi dengan mengantisipasi segala resiko serta lebih mengerti dan memahami tentang persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio sesarean. Meskipun, sistem penilaian telah dipakai unutk memperkirakan keberhasilan, namun tidak ada jaminan bahwa persalinan pervaginam akan sukses pada seorang individu. Selain itu, untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan Spontan Pervaginam 2.1.1. Definisi Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Dalam persalinan normal secara pervaginam ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menunjang kelancaran dari persalinan. Sebagai klinis, kita harus mengetahui secara pasti apakah persalinan dapat dilakukan secara normal atau harus dioperasi. Maka itu faktor pendukung persalinan normal tersebut harus dipenuhi. 2.1.2. Faktor Pendukung Persalinan Normal Dalam melakukan persalinan normal ada beberapa penilaian yang harus kita lakukan sebagai klinisi. Faktor-faktor penilaian tersebut disingkat dalam 5 P yaitu passage, passanger, power, psyche dan position. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci apa fungsi dan bagaimana penilaian faktor tersebut di lakukan. Passage (jalan lahir) Passage atau jalan lahir dibagi atas: o Bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya o Bagian lunak yaitu otot-otot, jaringan serta ligament Tulang panggul terdiri dari 3 buah tulang yaitu: o Os koksa 2 buah pada kiri dan kanan o Os sacrum o Os koksigis Tulang ini saling berhubungan dalam suatu persendian panggul. o Di depan terdapat hubungan dengan os pubis kiri dan kanan yang disebut simfisis. Simfisis terdiri atas jaringan fibro kartilago dan ligamentum. Ligamentum pubikum superior dan inferior dimana kedua ligamentum ini disebut ligamentum arkuatum. o Di belakang terdapat artikulasio sakro iliaka yang menghubungkan os sacrum dengan ilium.

o Di bawah terdapat artikulatio sakro koksigea yang menghubungkan sacrum dengan os koksigis Pada kehamilan artikulasio ini mengalami relaksasi akibat perubahan hormonal. Sehingga saat persalinan dapat digeser lebih jauh dan longgar. Pada posisi dorso litotomi memungkinkan penambahan diameter pintu bawah panggul sebesar 1,5 2 cm Pintu Atas Panggul Merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus vertebra sakral 1 dan pinggir atas simfisis, dan linea innominata (terminalis). Dan terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa dan 2 diameter oblikua.

Panjang jarak dari pinggir simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata vera (diameter anteroposterior). Diameter transversa berjarak 12,5-13 cm. Diameter oblikua berjarak 13 cm. Cara mengukur konjugata vera adalah dengan jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian terbawah simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis. Konjugata vera = konjugata diagonalis 1,5 cm

Pada pintu tengah panggul terdapat penyempitan yang di batasi oleh spina iskiadika. Jarak kedua tonjolan ini disebut distansia interspinarum. Dengan jarak normal 10,5 cm, berarti distansia interspinarum cukup lebar untuk dilalui. Bidang Hodge Bagian untuk mempelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian terndah janin turun dalam panggul dalam persalinan.

Hodge 1 : bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium Hodge 2 : terletak setinggi bagian bawah simfisis Hodge 3 : terletak setinggi spina iskiadika kiri dan kanan dan disebut juga bidang 0 Hodge 4 : setinggi os koksigis Pintu Bawah Panggul Suatu bidang yang tersusun atas 2 bidang yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua tuber os iskii dengan ujung os sakrum. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke

bawah dan merupakan sudut disebut arkus pubis (90). Bila sudut kurang dari 90 maka bayi akan sulit dilahirkan.

Yang perlu diperhatikan dari pintu bawah panggul adalah jarak dari distansia tuberum (jarak antar kedua tuber os iskii) biasanya berukuran 10.5cm. Passanger (kedudukan janin) Kedudukan janin dalam rahim menjadi salah satu hal penting untuk menilai apakah suatu persalinan dapat dilakukan secara normal atau tidak. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Sikap (habitus/attitude) Hubungan bagian-bagian janin yang satu dengan bagian janin yang lain biasanya terhadap tulang punggungnya. Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifosis sehingga punggung menjadi konveks, kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat dengan dada, lengan bersilang di depan dada dan tali pusat terletak diantara ekstremitas dan tungkai terlipat pada lipat paha dan lutut yang rapat pada badan. Letak (Situs) Hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu, misalnya situs memanjang atau membujur adalah sumbu panjang janin sesuai dengan sumbu panjang ibu, dapat pada letak kepala atau letak bokong, situs melintang adalah sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu, situs miring adalah sumbu panjang janin miring terhadap sumbu panjang ibu.

Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang terbawah dan tiap presentasi terdapat 2 macam posisi yaitu kanan dan kiri dan tiap posisi terdapat 3 macam variasi yaitu depan, lintang dan belakang (kiri depan, kiri lintang dan kiri belakang begitu juga dengan posisi bayi pada kanan.) Macam-macam presentasi: o Presentasi kepala

Gambar A : Fleksi (presentasi belakang kepala) Gambar B : Defleksi ringan (presentasi puncak kepala) Gambar C : Defleksi sedang (presentasi dahi) Gambar D : Defleksi maksimum (presentasi muka) o Presentasi bokong Dengan penunjuk dari bagian janin adalah sakrum

Gambar A: Presentasi Bokong Sempurna Gambar B: Presentasi Bokong Murni Gambar C: Presentasi Bokong Kaki Tidak Sempurna o Presentasi Bahu Dengan penunjuk akromnion atau skapula

Posisi Posisi pada periksa luar dengan palpasi, ditentukan dengan menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu, sedangkan pada pemeriksaan dalam posisi ditentukan dengan menentukan kedudukan salah satu bagian janin yang terndah terhadap jalan lahir, bagian yang terendah menjadi penunjuk. Tiap posisi terdapat 3 macam variasi yaitu depan, lintang dan belakang dan biasanya penamaan posisi ini digabung dengan presentasi janin.

Power Uterus terdiri atas 3 lapisan otot polos: o Lapisan luar longitudinal o Lapisan tengah otot yang beranyaman tikar (oblik) o Lapisan dalam sirkular Pemendekan otot rahim lebih besar karena tenaga dapat disalurkan ke segala arah dan susunannya tidak terorganisasi secara memanjang. His yang sempurna bila terdapat: o Kontraksi yang simetris o Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri o Terjadi relaksasi Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu. His tertinggi terdapat pada fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada sebelumnya yang disebut retraksi.

Serviks kurang mengandung otot, oleh karena itu pergerakan yang ditunjukkan oleh serviks adalah penipisan dan pembukaan (serviks tertarik ke belakang dan terbuka). Serviks akan makin menipis jika terdapat tekanan oleh bagian janin yang keras. His yang normal terjadi 2-4 kali dalam 10 menit dengan rentang waktu 2040 detik. Hati-hati jika frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran O2 dan timbul gawat janin. His ditambah dengan tekanan air ketuban maka akan menyebabkan penipisan dari serviks. Teori dari bagaimana terjadinya persalinan o Progesteron menurun mengakibatkan uterus yang tadinya tidak beraktivitas akan beraktivitas o Produksi oksitosin dan dijumpai peningkatan reseptor oksitosin sehingga akan memicu aktivitas dari uterus o Produksi dari prostaglandin meningkatkan kontraksi dari otot polos o Produksi endothelin akan merangsang kontraksi dari otot polos o Stimulasi estrogen akan memproduksi oksitosin pada miometrium o Fetal cortisol nantinya akan memproduksi prostaglandin

Dari gambar dapat dapat dijelaskan dengan singkat: o Fetus akan memproduksi kortisol dari kelenjar adrenal yang distimulasi oleh hipofisis anterior yang nantinya akan membentuk plasental oksitosin, PGE2, PGF2 dan nantinya akan menduduki reseptor masing-masing yaitu reseptor prostaglandin dan oksitosin o Dari ibu akan langsung di produksi oksitosin dari neurohipofisis yang akan menduduki reseptor nya dan menimbulkan kontraksi o Oksitosin dan prostaglandin akan mengaktifkan fosfolipase C dan akan meningkatkan Ca intraseluler. Influx Ca kedalam sel akan meningkatkan aktifitas aktin dan myosin untuk saling berkontraksi akibat pembentukan hubungan cross bridge pada myometrium. Position Posisi ibu juga merupakan suatu faktor pendukung lancarnya persalinan. Dimana posisi ibu akan mempengaruhi kenyamanan si ibu untuk melakukan persalinan, sirkulasi ibu, dan posisi ibu sendiri yang nyaman akan mengurangi efek kelelahan yang timbul akibat proses persalinan. Posisi yang sering di gunakan untuk persalinan adalah posisi litotomi. Namun sekarang ini banyak posisi lain yang dapat digunakan. Dibawah ini adalah posisi yang dapat dipraktekkan untuk mendukung persalinan:

Psyche Segi psikologis dari ibu juga tidak kalah penting karena rasa sakit dari proses persalinan akan mempengaruhi apakah proses persalinan dapat berlangsung lancar atau tidak. Rasa cemas yang timbul akan meningkatkan tingkat persepsi rasa sakit sehingga dapat berujung kepada penggunaan tindakan anastesi. Beberapa hal yang dapat mendukung faktor psikologis ibu: o Pengalaman melahirkan sebelumnya o Dukungan dari pasangan o Status emosional dari ibu o Dukungan dari lingkungan sekitar ibu

BAB 3 LAPORAN KASUS

ANAMNESIS PRIBADI Nama Umur MR Pekerjaan Pendidikan Agama Suku Alamat TanggalMasuk Jam Status : Ny. S : 30 tahun : 55.15.60 : Ibu Rumah Tangga : SLTA : Protestan : Batak : Desa Namo Rih Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang : 14 Maret 2013 : 17.00 WIB : G5P4A0 : Mules-mules mau melahirkan : Pasien datang ke IGD pada tanggal 14 Maret 2013 jam 17.00 WIB atas keluhan mules-mules mau melahirkan. Mules-mules terasa sejak 3 jam yang lalu dan semakin lama, mulesnya terasa lebih sering dan lebih kuat. Pasien juga mengaku bahwa pasien ada perasaan ingin mengedan. Pasien juga mengeluhkan ada keluar lendir dan darah dari kemaluannya sejak 30 menit sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien ada mengeluhkan air keluar dari kemaluannya sejak 30 menit sebelum masuk ke rumah sakit. Pergerakan janin masih dirasakan aktif. Pasien mengaku hamil cukup bulan, hari pertama haid terakhir tanggal 3 Juni 2012, taksiran tanggal persalinan 10 Maret 2013 (saat ini hamil hamil 40 minggu dan 4 hari, dengan siklus menstruasi 28-30 hari.) Asuhan antenatal teratur di puskesmas Deli Serdang, tidak ada kelainan. Hipertensi, diabetes mellitus, asma, sakit jantung, ginjal, paru disangkal. Riwayat obstetri saat ini hamil yang kelima, anak ketiga pasien dilakhirkan secara seksio sesarea atas indikasi janin letak lintang oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Pasien

ANAMNESIS PENYAKIT Keluhan utama Telaah

dirawat inap selama 7 hari pasca seksio sesarea, penyembuhan luka operasi baik. RPT RPO Riwayat Haid : Riwayat seksio sesarea : : Menarche usia 13 tahun, teratur tiap bulan, siklus 28-30 hari, lama 7 hari, ganti pembalut 3-4x/hari, nyeri haid (+) pada hari pertama haid saja, HPHT; 3 Juni 2012. Riwayat persalinan : 1. Anak pertama laki-laki, aterm, usia 10 tahun, sehat, berat lahir 3000 gram, persalinan spontan pervaginam di Rumah Sakit Umum Deli Serdang oleh dokter umum. 2. Anak kedua, aterm, usia 9 tahun, sehat, berat lahir 3200 gram, persalinan spontan pervaginam di klinik oleh bidan. 3. Anak ketiga, perempuan, aterm, usia 6 tahun, sehat, berat lahir 2900 gram, seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Deli Serdang, oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi. 4. Anak keempat, laki-laki, aterm, usia 4 tahun , sehat, berat lahir 2800 gram, persalinan pervaginam di Rumah Sakit Umum Deli Serdang oleh dokter umum. 5. Pasien sekarang hamil anak kehamilan dengan usia kehamilan 40 minggu 4 hari. Antenatal care Riwayat KB STATUS PRESENS Sensorium Tekanan darah Frekuensi Nadi Frekuensi Nafas Suhu Keadaan Umum Keadaan Gizi : Compos Mentis : 120/70 : 90 x/menit : 20 x/menit : afebris : baik : baik : 12 kali ke puskesmas : (-)

Pemeriksaan Umum:

STATUS GENERALISATA

Kepala

: Tiada kelainan dijumpai; edema (-)

Telinga/Hidung/Mata : Tiada kelainan dijumpai; konjungktiva anemis (-), sklera ikterik (-), sianosis (-) Leher Toraks : Tiada kelainan dijumpai; peningkatan tekanan vena jugularis (-). : Inspeksi Palpasi Perkusi : simetris fusiformis : stem fremitus kanan = kiri : sonor pada seluruh lapangan paru dijumpai, suara jantung I dan II adalah normal dan tidak dijumpai desah maupun gallop. Abdomen : Soepel, pembesaran abdomen asimetris dan tegang , hati dan limpa tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan dan tanda akut abdomen, terdapat luka parut insisi pfanennstiel pada bagian kiri. (hamil 40 minggu 4 hari.) Tidak ada kelainan. Ekstremitas Genitalia : Tiada kelainan dijumpai, akral hangat (+), edema (-). : Tiada kelainan dijumpai

Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, suara tambahan tidak

STATUS OBSTETRIKUS Abdomen TFU Bagian terbawah janin Punggung janin Gerak janin DJJ His Pemeriksaan dalam (VT) : membesar asimetris : 32cm, 3 jari bpx : kepala, __ 4/5 : kiri : dijumpai (+) : 148 x/i / teratur : 3 x 10menit / 25/ sedang relaksasi baik : porsio lunak, aksial, panjang cm, pembukaan 4 cm, selaput ketuban (-), kepala H I-II, SSL., kaput

Taksiran Berat Badan Janin (EBW) : 3100 gram

2cm, moulage (-). Pelvimetri : promontorium dan linea inominata sulit dinilai; dinding samping lurus, spina tajam, distansia interspinarum 9,5cm, sacrum konkaf, arkus pubis > 90; Kesan panggul normal, imbang feto pelvik baik. Ultrasonografi : Tanggal 14 Maret 2013, (IGD); janin presentasi kepala, tunggal, hidup, diameter biparietal 11,0 cm,lingkar perut 32,4 cm, panjang femur 9,4 cm, taksiran berat janin 3200 g, indeks cairan amnion 11.1 di korpus depan, Kesan: sesuai hamil aterm. Skor alamiah: 9 dengan keberhasilan 95% . Kesimpulan Umur Kehamilan Letak anak Panggul Kehamilan resiko tinggi Pendarahan antepartum Inpartu Keadaan janin Komplikasi His Hb Eritrosit Leukosit Hematokrit Trombosit KGD ad random Ureum Kreatinin : 40 minggu 4 hari (berdasarkan HPHT) : Kepala : Kesan panggul normal, imbang feto pelvik baik : Tidak : Tidak dijumpai : Ada dijumpai : Sehat : Tidak ada : 3 x 10menit / 35/ sedang relaksasi baik : 12.00 gr% : 4.00 x 106/mm3 : 16.21 x 103/mm3 : 34.40 % : 213 x 103/mm3 : 100,50 gr% : 13,90 mg/dL : 0.44 mg/dL

Pemeriksaan Laboratorium (14 Maret 2013)

Natrium Kalium Klorida DIAGNOSIS SEMENTARA

: 135 mEq/L : 5 mEq/L : 106 mEq/L

Riwayat seksio sesarea satu kali, multigravidarum (G5 P4 hamil 40 minggu 4 hari) (aterm), janin presentasi kepala, tunggal, hidup, persalinan kala I aktif. TATALAKSANA Darah perifer lengkap, urin lengkap, kadar glukosa sewaktu, kardiotografi, o observasi His, DJJ/ jam. Observasi tanda-tanda ruptura uteri iminen (takikardia ibu, takikardia janin, nyeri suprasimfisis dan hematuria). EDUKASI: Informed consent ke pasien dan keluarga bahwa persalinan pervaginam pada pasien seksio sesarea memiliki resiko salah satunya adalah rupture uteri, namun pasien dapat partus pervaginam dengan pengawasan ketat terhadap tanda-tanda rupture uteri. TERAPI Rencana awal partus pervaginam. Nilai ulang kemajuan persalinan sesuai partograf. IVFD RL 20gtt/i

Laporan Persalinan Spontan Pervaginam Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi. Pada jam 11.45 WIB pada kardiotografi, didapatkan frekuensi dasar 130 dpm, variabilitas 5-20 dpm, akselerasi (+), deselerasi (-). His (+), gerak janin (+). Kesan janin reaktif. Pada jam 13.00 WIB didapatkan his berkurang menjadi (2 x 10 menit /30), DJJ 144 dpm. Pemeriksaan VT: pembukaan 5 cm, ketuban (-), kepala H I-II. Tanda vital ibu baik, ditegakkan inersia PK I aktif, dilakukan Dilakukan augmentasi dengan oksitosin 2 unit (10-10/IU) di masukkan ke dalam ringer laktat 500cc, mulai 5 tetes/menit, dinaikkan 5 tetes/ menit setiap 30 menit sampai His adekuat ( 4x 10 menit/ 40).

Pada jam 14.00 WIB tercapai his adekuat dengan 5 tetes/menit. Pada jam 17.45 WIB tercapai persalinan kala II dengan His (4 x 10 menit/45/KRB), DJJ 154 dpm. Pemeriksaan VT pada jam 17.45 WIB, pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV, UUK kiri depan. Pada His adekuat tampak kepala meju mundur di introitus vagina lalu menetap. Pada His adekuat berikutnya kira-kira jam 18.05 WIB, ibu dipimpin mengedan dengan UUK sebagai hipomoklion berturut-turut UUK, UUB, dahi, wajah dan seluruh bagian kepala.

Dengan pegangan biparietal bahu depan dilahirkan dengan menarik kepala ke arah bawah, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu posterior. Dengan sangga susur seluruh badan dilahirkan. Tali pusat diklem di dua tempat, kemudian digunting di antaranya. Melakukan injeksi oksitosin 10 IU IM. Dengan penegangan tali pusat terkendali, plasenta dilahirkan dengan kesan: lengkap. Evaluasi jalan lahir, kesan: tidak ada laserasi. Keadaan umum ibu pasca persalinan spontan pervaginam baik. : IVFD RL + oksitosin 10-10 IV 20 gtt/i Cefadroxil 2 x 500 mg Asam mefenamat 3 x 500 mg Vitamin B kompleks 2 x 1 :

Terapi

Rencana

Awasi keadaan umum ibu, kontraksi, dan tanda-tanda pendarahan, cek Hb 2 jam pasca persalinan sponton pervaginam. Diagnosa :

Pasca persalinan spontan pervaginam + riwayat seksio sesarea + NH1

Hasil Laboratorium (tanggal 15 Maret 2013) Hb Leukosit Trombosit Ht : 11.20 gr/dl : 15.20 x 103 /mm3 : 219 x 103 /mm3 : 32,6%

FOLLOW UP Tanggal Tekanan Darah Nadi Suhu Fek. Napas Cor Pulmo ASI Luka operasi Flatus/Defekasi Urine Fundus uteri Kontraksi Diagnosa 15/3/2013 110/80 mmHg 76 x/i 37.2 C 20 x/i Normal Normal + + +/+ + (50cc/j) 1 jari bp Kuat Pasca persalinan 16/3/2013 100/80 mmHg 72 x/i 36.0 C 20 x/i Normal Normal + + +/+ + (80cc/j) 2 jari bp Kuat Pasca persalinan 17/3/2013 110/80 mmHg 80x/i 35.8 C 20 x/i Normal Normal + + +/+ + (70cc/j) 2 jari bp Pasca persalinan riwayat seksio sesarea + NH4 Cefadroxil 2 x 500 Asam mefenamat 3 x Vitamin B kompleks

spontan pervaginam + spontan pervaginam + spontan pervaginam + riwayat seksio sesarea riwayat seksio sesarea Terapi + NH2 IVFD RL 20gtt/I mg 500 mg 2x1 Mobilisasi bertahap Menunggu post operasi hasil Laboratorium 2 jam + NH3 IVFD RL 20gtt/i mg 500 mg 2x1 Aff kateter dan infus

Cefadroxil 2 x 500 Cefadroxil 2 x 500 mg Asam mefenamat 3 x Asam mefenamat 3 x 500 mg Vitamin B kompleks Vitamin B kompleks 2 x 1 Rencana Pasien pulang. Kontrol ke poli ibu hamil 21/03/2013. tanggal

BAB 4 PEMBAHASAN Prevalensi persalinan seksio seaseran meningkat 5.5% dari semua persalinan pada tahun 1970 ke 24.7% pada tahun 1998.1 Pada tahun 1988 dan pada tahun 1994, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyimpulkan, konsep persalinan seksio sesaren Konsep rutin seksio sesaren berulang harus diganti dengan keputusan

yang spesifik diantara pasien dan dokter untuk metode persalinan. kontraindikasi, wanita dengan riwayat seksio sesarean

Ketidakadaan

dengan insisi segmen uterus

bagian bawah dan digalakkan untuk menjalani partus percobaan.20 ACOG mempublikasi

BAB 5 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Chesnut H.D., Vaginal Birth after Cesarean Delivery In: Chesnut D.H., Polley L.S., Tsen L.C., Wong C.A., Chesnuts Obstetric Anesthesia Principle and Practice fourth edition. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2009. P.402-429.

You might also like