You are on page 1of 20

BENTUK DAN MODEL PENGUJIAN PERUNDANGUNDANGAN DI INDONESIA

Oleh: Fery Chofa, SH, LL.M

Kekuasaan yudisial:
MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) MAHKAMAH AGUNG (MA)

Peradilan Umum

Peradilan TUN

Peradilan Militer

Peradilan Agama

Pengadilan Khusus (Tetap/Ad Hoc)

Quasi Pengadilan (KPPU/KPI)

Mahkamah Konstitusi (MK):

Obyek Pengujian -> UU thdp UUD -> Constitutional Review/Pengujian Konstitusionalitas;

Sifat Pengujian: Formil & Materil;


Bentuk Perkara : Abstract Review

Constitutional Review (MK):


Dasar Hukum: 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 -> Landasan Yuridis Konstitusional 2. UU No.24 Tahun 2003 ttg MK sebagaimana telah diubah dgn UU No.8 Tahun 2011 -> Landasan Yuridis Normatif; 3. PMK No:06/PMK/2005 ttg Pedoman Beracara dalam Pengujian Undang-Undang -> Yuridis Prosedural (Hukum Acara)

Constitutional Review (MK):


Legal Standing Pemohon (Psl 51 UU MK 2003): Pihak yg dirugikan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya oleh berlakunya UU, yaitu: 1. Individu WNI/Kelompok yg mempunyai kepentingan sama; 2. Kesatuan masyarakat hukum adat; 3. Badan hukum publik/privat; 4. Lembaga negara

Constitutional Review (MK):


Pembuktian Legal Standing: Memenuhi syarat sebagai subyek hukum pemohon yg ditentukan oleh Psl 51 UU MK 2003; Memiliki hak/kewenangan tertentu yg dijamin oleh UUD 1945; Hak/kewenangan konstitusional tersebut memang terbukti telah dirugikan oleh berlakunya UU yg dimohonkan u/ diuji; Hak/kewenangan yg dirugikan tsb bersifat riil/nyata (actual), setidaknya bersifat potensial utk terjadi menurut penalaran yg wajar (beyond reasonable doubt); Hubungan kausalitas timbulnya kerugian; Kerugian konstitusionalitas tsb kiranya dpt dipulihkan atau tdk akan terjadi lagi seandainya UU dimaksud dibatalkan

Constitutional Review (MK):


Prinsip Pembuktian: Kebenaran formil dan materil -> kebenaran hakiki dr pokok persoalan yg diuji kebenaran konstitusionalnya dgn menggali kebenaran dibalik layar (the underlying truth behind the

concrete factual); Judex Factie -> Terlibat aktif memeriksa

fakta-fakta dr lapangan Judex Juris -> memeriksa berkas dokumen yuridis

Constitutional Review (MK):


Pembuktian: 1. Kewenangan mengadili ->substansi materi, obyek pengujian, sifat formil & materil 2. Legal Standing Pemohon; 3. Konstitusionalitas materi/substansi UU; 4. Konstitusionalitas formil/prosedural pembentukan UU.

Constitutional Review (MK):


Beban Pembuktian (Burden of Proof): Secara umum berlaku prinsip: Siapa yg

mendalilkan harus membuktikannya (he who asserts must prove) -> Pemohon Presumption of Constitutionality: Pada

dasarnya semua UU dianggap konstitusional hingga dibuktikan sebaliknya oleh Pemohon. Presumption of Liberty: Pada dasarnya warganegara bebas sebelum diberlakukannya suatu UU, oleh karenanya Negara wajib membuktikan UU tsb konstitusional. Secara ex-officio: Hakim Konstitusi harus pro-aktif mencari dan menemuan sumber-sumber pembuktian

Constitutional Review (MK): Putusan


Pasal 45A (UU MK 2011) Putusan Mahkamah Konstitusi tidak boleh memuat amar putusan yang tidak diminta oleh pemohon atau melebihi Permohonan pemohon, kecuali terhadap hal tertentu yang terkait dengan pokok Permohonan.

Non Ultra Petita

Constitutional Review (MK): Putusan


1.

Tidak dpt diterima (Niet Onvankelijke

Verklaard):

Legal standing pemohon Tdk terpenuhi

Permohonan tdk beralasan Formil dan Materil

Constitutional Review (MK): Putusan


2. Permohonan dikabulkan jika beralasan:
Materil: Ayat, pasal, bagian Yg bertentangan dinyatakan dgn tegas
Formil: Dinyatakan ketentuan Pembentukan UU bertentangan dengan UUD 1945

3. Permohonan ditolak jika UU yg diuji tdk bertentangan dgn UUD 1945

Constitutional Review (MK): Putusan


Tidak memuat: a. Amar selain yg menyatakan UU yg diuji bertentangan dgn UUD 1945 secara formil & materi; b. Perintah kepada pembuat UU; c. Rumusan norma baru pengganti norma yg dinyatakan bertentangan dgn UUD 1945

(Pengekangan Kewenangan?)

Constitutional Review (MK): Putusan


Diambil dgn: 1. Musyawarah mufakat (deliberative principle) sidang pleno; 2. Setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan/pendapat tertulis; 3. Suara terbanyak/voting bila mufakat tdk tercapai; 4. Suara terakhir dr ketua sidang pleno bila voting tdk jalan; 5. Pendapat yg berbeda (dissenting/concurrent opinion) dimuat dlm amar putusan.

Constitutional Review (MK): Putusan


Sifat dan Akibat: Final -> memperoleh kekuatan hukum sejak diucapkan (ex nunc/non retroactive) dan tdk ada upaya hukum lain yg dpt ditempuh; Mengikat (binding) -> Segala perbuatan hukum dan akibat hukum menjadi sah atau tdk sah sejak diputuskannya UU yg diuji; Dampak Umum (Erga Omnes Effect) -> Putusan berlaku umum, bukan bg para pihak dlm persidangan saja (Inter Partes Effect)

Judicial Review (MA):


Dasar Hukum: 1. Pasal 24A ayat (1) UUD 1945 -> Landasan Yuridis Konstitusional 2. UU No.14 Tahun 1985 ttg MA jo UU No 5 Tahun 2004 jo UU No 3 Tahun 2009 -> Landasan Yuridis Normatif; 3. PERMA No 1 Tahun 2004 ttg Hak Uji Materil (Hukum Acara)

Judicial Review (MA):

Obyek Pengujian -> Peraturan Perundangundangan dibawah UU thdp UU; Sifat Pengujian: Formil & Materil; Bentuk Perkara : Concrete Review &

Abstract Review

Judicial Review (MA):


Legal Standing Pemohon (Psl 1 Perma 1 2004): Perorangan dan Kelompok Masyarakat yg merasa dirugikan atas berlakunya perundang-undangan di bawah UU.

Judicial Review (MA):


Permohonan Keberatan Diajukan kepada 1. Langsung ke MA (dg Reg P/HUM/Thn ) 2. Melalui PN tempat Kedudukan Tergugat (dg Reg P/HUM/Thn /PN ) Satu peraturan perundangan-undangan atau beberapa namun saling berkaitan 180 hari sejak berlakunya peraturan perundang-undangan yang dimaksud

Obyek Tenggang waktu

Waktu menjawab Tergugat


Putusan

14 hari setelah salinan gugatan diberikan oleh Panitera (baik MA & PN)
Bila dikabulkan : peraturan tersebut tidak sah dan tidak berlaku untukumum dan memerintahkan instansi yang bersangkutan untukmencabutnya. Bila tidak dilaksanakan dalam 90 hari maka batal demi hukum Putusan Judicial Review tersebut tidak dapat diajukan peninjauan kembali

Upaya hukum

Judicial Review (MA):


Permohonan Keberatan Diajukan kepada 1. Langsung ke MA (dg Reg P/HUM/Thn ) 2. Melalui PN tempat Kedudukan Tergugat (dg Reg P/HUM/Thn /PN ) Satu peraturan perundangan-undangan atau beberapa namun saling berkaitan 180 hari sejak berlakunya peraturan perundang-undangan yang dimaksud 14 hari setelah salinan gugatan diberikan oleh Panitera (baik MA & PN)

Obyek Tenggang waktu Waktu menjawab Tergugat

Putusan

Bila dikabulkan : peraturan tersebut tidak sah dan tidak berlaku untukumum dan memerintahkan instansi yang bersangkutan untukmencabutnya. Bila tidak dilaksanakan dalam 90 hari maka batal demi hukum

You might also like