You are on page 1of 15

DESINFEKTAN & ANTISEPTIK

OLEH : dr. EDY JUNAIDI

Desinfektan : bahan kimia yang menghambat atau membunuh mikroorganisme Antiseptik : bahan disinfeksi dengan toksisitas rendah pada sel host, dapat diberikan langsung pada kulit, mukosa atau luka. Tindakan disinfeksi dilakukan dengan : Membunuh Menyingkirkan Mengencerkan, secara bermakna jumlah mikroorganisme infeksius.

Disinfeksi, menggunakan : - Bahan kimia - Fisik ( pemanasan, penguapan, radiasi, dll) Pencegahan infeksi juga dapat dilakukan dengan cara : - Washing, mengencerkan jumlah patogen - Menggunakan barier, misal glove, kondom,dll
Efektifitas desinfektan, antiseptik dan sterilant dipengaruhi oleh : Resistensi intrinsik mikroorganisme Jumlah & populasi campuran mikroorganisme Adanya materi organik, misal darah, nanah, feces, dll Stabilitas dan konsentrasi desinfektan & antiseptik Suhu dan durasi kontak pH Hidrasi dan ikatan bahan/obat dengan permukaan

Penggunaan desinfektan & antiseptik, pertimbangkan : toksisitas jangka pendek dan jangka panjang didasarkan pada : - Aktivitas biosidal dan - Kemungkinan akumulasi di lingkungan / tubuh

ALKOHOL Golongan alkohol yang sering digunakan sebagai antisepsis dan disinfeksi : ethanol dan isopropyl alchohol (isopropanol) Kerja cepat Baktericidal pada bakteri vegetatif, M. tuberculosis, jamur dan virus lipofilik Konsentrasi baktericidal optimum 60 - 90% Bekerja melalui denaturasi protein

Tidak digunakan sebagai sterilant, karena : - Non sporisidal - Penetrasi pada jaringan dengan materi organik buruk - Kerja singkat, mudah menguap (residual activity <<) Skin-drying effect, dapat ditambahkan emolien pada formulasi Mudah terbakar Dapat merusak kornea bila diberikan langsung instrument yang digunakan perlu dicuci air steril CHLORHEXIDINE Kelarutan dalam air rendah Aktif terhadap bakteri vegetatif dan mikobakterium, aktivitas sedang terhadap jamur dan virus Aktif pada pH 5,5 - 7,0

Kerja obat : mudah diabsorpsi membran bakteri kebocoran molekul kecil dan presipitasi protein Residual activity (+) pada penggunaan berulang Paling aktif terhadap kokus gram (+), efektifitas kurang terhadap batang gram (+) dan gram (-), germinasi spora dihambat Aktivitas obat tidak dihambat oleh adanya darah dan materi organik Anion dan katin pada moisturizer, neutral soap dan surfaktan menetralisir aktivitas kerja obat Skin-sensitizing/irritating capacity sangat rendah Toksisitas oral rendah sulit diabsorpsi GIT Jangan digunakan pada operasi telinga tengah ketulian sensorineural

HALOGEN Iodine o Larutan 1 : 20.000 bersifat bakterisidal dalam 1 menit, membunuh spora dalam 15 menit o Paling aktif sebagai antiseptik pada kulit utuh o Jarang digunakan lagi reaksi hipersensitivitas serius, mewarnai pakaian Iodofor Merupakan kompleks iodine dengan bahan aktif permukaan, polyvinyl pirrolidone (Povidone-iodine) Aktivitas = iodine Bakterisidal terhadap bakteri vegetatif, mikobakterium, jamur dan lipid-containing virus Digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan Efek iritatif dan reaksi hipersensitivitas kulit relatif kecil (dibanding tincture iodine)

Chlorine Oksidator kuat, sering tersedia sebagai larutan sodium hipoklorit 5,25% Spektrum kerja besar, bergantung konsentrasi formulasi Umumnya tersedia dalam konsentrasi 1 : 10, memberikan kadar 5000 ppm chlorine Kerja diinaktivasi oleh adanya darah, serum, feces atau bahan lain mengandung protein bersihkan dulu !!! Larutan hipoklorit kontak dengan formaldehid terbentuk karsinogen, bis-chloromethyl Terbentuk gas chlorine yg iritatif bila tercampur dengan asam dan urine bersifat korosif aterhadap aluminum, perak dan stainless steel Chlorine dioxide dan chloramine T efek kerja dan bakterisidal lebih panjang

FENOL Golongan fenol yang sering digunakan : o-phenylphenol, 0benzyl-p-chlorophenol, p-tertiary amylphenol. Dapat terjadi absorpsi dan iritasi kulit Sering ditambahkan deterjen bersihkan materi organik yang dapat mengurangi aktivitas kerja Bekerja dengan merusak dinding sel dan membran, presipitasi protein dan inaktivasi enzim Bersifat bakterisidal, fungisidal, dapat menginaktivasi virus lipofilik ( sporisidal ) Digunakan pada dekontaminasi permukaan keras rumah sakit dan lab., seperti lantai, counter, bed, dll Penggunaan sebagai antiseptik kulit dapat menyebabkan edema serebral dan kejang pada bayi prematur

AMONIUM KUARTERNER Merupakan cationic surface-active detergent Bekerja dengan inaktivasi enzim penghasil energi, denaturasi protein, merusak sel membran Bersifak bakteriostatik, fungistatik, sporistatik Bakterisidal terhadap bakteri gram (+), aktivitas sedang pada bakteri gram (-) Kerja sediaan diinaktivasi dengan adanya darah, serum, atau serat pada kapas/ pakaian, detergen anionik (sabun), berbagai deterjen nonionik, ion-ion kalsium, magnesium, ferrum, dan aluminum. Banyak digunakan sebagai sanitizer

ALDEHYDES Formaldehyde dan glutaryldehyde digunakan sebagai disfektan atau sterilant berbagai instrumen Tidak korosif terhadap logam, plastik dan karet Spektrum kerja terhadap mikroorganisme luas Kegagalan disinfeksi/sterilisasi dapat terjadi akibat : - Pengenceran dibawah konsentrasi efektif - Adanya materi organik - Kegagalan penetrasi larutan pada kanal kecildari instrumen Formaldehyde terdapat sebagai 40 % w/v solution in water Glutaryldehyde sering dipakai sebagai larutan 2% w/v Formaldehyde memiliki bau menyengat dan sangat iritatif pada mukosa saluran napas dan mata, potensial karsinogen

SENYAWA PEROKSIGEN Hydrogen peroxide dan peracetic acid, spektrum kerja luas terhadap bakteri, spora, virus, dan fungi pada konsentrasi yang sesuai Keuntungan : produk dekomposisinya non toksik dan aman bagi lingkungan Bekerja sebagai oksidator sangat kuat, terutama digunakan sebagai disinfektan dan sterilant H2O2 banyak digunakan sebagai desinfektan respirator, implant dari resin akrilik, peralatan plastik, soft contact lens, karton pembungkus susu,dll Peracetic acid, sediaan komersial H2O2 90%, acetic acid dan sulfuric acid sebagai katalis Lebih aktif dari hidrogen peroksida sebagai bakterisidal dan sporisidal Banyak digunakan dalam industri pengolahan makanan dan minuman produk dekomposisinya tidak menimbulkan bau, perubahan rasa dan non toksik

STERILANT Ethylene dioxide, diencerkan dengan fluorokarbon atau karbon dioksida untuk kurangi resiko ledakan, digunakan sebagai sterilant pada 440 - 1200 mg/L pada suhu 450-600 kelembaban 40 - 60 % (bila autoclaving tidak memungkinkan, misal instrumen dari lensa dan material mengandung plastik dan karet) Ethylene dioxide digolongkan sebagai mutagen dan karsinogen Alternatif sterilant yang lebih banyak digunakan saat ini : - Hydrogen peroxide, peracetic acid, ozone, gas plasma, chlorine dioxide, formaldehyde, dan propylene dioxide Banyak dikembangkan sistem otomatis untuk meningkatkan penetrasi bahan yang digunakan

BAHAN PENGAWET Mencegah pertumbuhan bakteri dan fungi pada produk farmasetik, reagen dan sera, kosmetik dan lensa kontak. Pengawet harus tidak iritan dan toksik terhadap jaringan, efektif mencegah pertumbuhan mikroorganisme kontaminan, memiliki kelarutan dan stabilitas tetap aktif selama penggunaan Bahan pengawet yang sering dipakai : - asam organik seperti benzoic acid dan garamnya - paraben ( alkil ester dari p-hydroxibenzoic acid) - sorbic acid dan garamnya - senyawa fenolik - amonium kuarterner - alkohol - dll

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA!!!


SEMOGA BERMANFAAT !!! Wassalamualaikum wr wb.

You might also like