You are on page 1of 18

MAKALAH EKOLOGI HEWAN PENGARUH BESAR MANUSIA TERHADAP EKOLOGI, TERUTAMA PADA HEWAN

Disusun oleh: Risa Lilis Karnia Tetty ariyanti Hattahin Reza Syaifullah 201010070311055 201010070311070 201010070311081 201010070311080

JURUSAN F.MIPA BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini dunia dihadapi berbagai masalah, manusia dianggap sebagai yang paling berpengaruh di bumi seharusnya dapat mengelola bumi yang semestinya. Tetapi yang terjadi justru kebalikan dari yang seharusnya. Perilaku-perilaku manusia yang negatif akan berdampak buruk bagi kelangsungan lingkungan, hewan, dan apapun yang ada di sana. Beberapa contoh tindakan yang negatif yang telah dilakukan oleh manusia antara lain, penbangan hutan yang dapat mengakibatkan populasi hewan menurun. Meskipun begitu tidak semua manusia melakukan tindakan yang merugikan, salah satunya yaitu konservasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu atas pembiayaan pemerintah yang bekerja sama dengan ilmuan dan pemerhati lingkungan. Tentunya ini sangat berdampak baik bagi kelangsungan ekologi bumi dan makhluk hidup di dalamnya.

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana pengaruh manusia terhadap ekologi hewan? 2. Apa saja pengaruh manusia terhadap ekologi hewan? 3. Seperti apakah penelitian ekologi hewan jangka panjang?

1.3 Tujuan 1. Menjelaskan tentang pengaruh manusia terhadap ekologi hewan 2. Manjelaskan tentang macam-macam hal negatif yang dilakukan manusia 3. Menjelaskan penelitian ekologi hewan jangka panjang yang disertai dengan contoh

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ekosistem Dan Pengaruhnya Terhadap Ekologi Sebuah ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam. Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim, tanah, air, udara, nutrien dan energi. Ahli ekologi sistem adalah mereka yang mencoba menghubungkan bersama beberapa perbedaan aktifitas fisika dan biologi di dalam suatu lingkungan. Penelitian mereka seringkali terfokus pada aliran energi dan perputaran material-material yang ada di dalam sebuah ekosistem. Mereka biasanya menggunakan komputer yang canggih untuk membantu memahami data-data yang dikumpulkan dari penelitian di lapangan dan untuk memprediksi perkembangan yang akan terjadi. Para ahli ekologi mengkategorikan elemen-elemen yang membentuk atau yang memberi efek pada sebuah ekosistem menjadi 6 bagian utama berdasarkan para aliran energi dan nutrien yang mengalir pada sistem: 1. Matahari 2. Bahan-bahan anorganik 3. Produsen 4. Konsumen Pertama 5. Konsumen Kedua 6. Pengurai

( Anonymous, 2010)

Ekosistem sendiri adalah tempat atau lingkungan yang saling memberi atau menerima antara makhluk hidup dan lingkungannya. Yang mana ekosistem ini tersusun atas organisme hidup (biotic) dan organisme yang tak hidup ( abiotik). Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari tumbuhan dan hewan. Sedangkan komponen abiotik terdiri dari batu, tanah, air, sungai, dan lain-lain.Dalam
3

suatu ekosistem harus ada keseimbangan antara produsen dan konsumen. Kehidupan dapat tetap berlangsung jika jumlah produsen lebih besar dari konsumen tingkat I. Konsumen tingkat I lebih banyak dari konsumen tingkat II dan seterusnya (Anonymous,2012). Ekosistem selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tentu saja terjadi secara terus-menerus dan berkelanjutan. Mereka berubah sesuai dengan porsinya masing-masing di alam. Hal ini dapat dikatakan sebagai adaptasi. Tapi kehadiran manusia dapat mempengaruhi semuanya. Baik kecil ataupun besar. Manusia dianggap paling berpengaruh terhadap lingkungan dan ekosistemnya. Karena pengaruh tindakan manusia ini mempunyai pengaruh timbal balik yang pada umumnya bersifat dekstruktif (merusak) terhadap bumi. Yang sebenarnya manusia sendiri sangat tergantung di dalamnya. Pengaruh kuat manusia ini meliputi hal-hal dalam bidang pertanian, perikanan, agrikultur, pembukaan lahan, sampai pada konservasinya.

2.1.1 Pengaruh negatif Perubahan yang terjadi di bumi ini, berasal dari beberapa faktor internal dan eksternal. perubahan yang berasal dari faktor internal terjadi secara alamiah di alam secara berangsur-angsur dan memerlukan waktu yang lama. Selain itu dalam menjalankan kehidupannya, manusia membutuhkan tiga hal pokok. Kebutuhan pokok tersebut ialah sandang, pangan, dan papan. Semua kebutuhan manusia tersebut tersedia di alam ini. Tuhan memperbolehkan kamu untuk mengolah alam ini dengan sebaik-baiknya. Manusia dengan ilmu yang dimilikinya, mengembangkan berbagai teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi, karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas, banyak manusia yang mengolah alam dengan teknologi yang dibuatnya, secara tidak terkendali. Manusia sering tidak memikirkan dampak terhadap keseimbangan lingkungan dan apa yang terjadi di masa depan. Berikut ini adalah beberapa aktivitas manusia yang dapat mengubah keseimbangan lingkungan:
Penebangan hutan dan perburuan liar

Hutan merupakan paru-paru. Hutan merupakan tempat resapan serta cadangan air tanah bagikehidupan makhluk hidup di bumi. Selain itu, hutan merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung sebagian besar makhluk hidup. Jika pohon-pohon di hutan ditebang untuk industri dan pembukaan lahan pertanian secara liar dan berlebihan, akan berpengaruh terhadap kehidupan yang ada sebelumnya. Daerah resapan air berkurang, dan suplai oksigen berkurang merupakan akibat penebangan pohon. Selain itu, hewan yang ada di dalam hutan akan kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan. Apalagi dengan perburuan liar terhadap hewan hewan, akan semakin merusak lingkungan. Kegiatan Pembangunan Pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-pohon yang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut terancam keberadaannya. Aktivitas ini sangat mengganggu keseimbangan lingkungan. Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat terkena bencana, seperti banjir dan tanah longsor.Pengeboran minyak dan penambangan mineral secara terbuka pun akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Akibat kegiatan tersebut cukup sulit untuk ditanggulangi dan menyebabkan suatu daerah menjadi tidak produktif. Pembangunan pabrik atau industri juga sangat mempengaruhi lingkungan karena limbah pabrik dapat mencemari air dan tanah di sekitar pabrik. Pembuangan Limbah dan Sampah

Sebagian

besar

aktivitas

yang

dilakukan

manusia pasti menghasilkan sampah atau limbah. Mulai dari limbah rumah tangga, pertanian, transportasi, yang sampai digunakan limbah sebagai industri.Plastik

pembungkus merupakan contoh limbah rumah tangga. Pestisida jika digunakan berlebihan dapat menjadi limbah pertanian. Asap kendaraan merupakan limbah transportasi. Adapun contoh limbah industri berupa limbah cair dan asap.Sampah dan limbah tersebut ada yang mudah diuraikan dan ada pula yang sulit diuraikan. Jika pengolahan sampah tidak dilakukan dengan benar, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan. Apakah kamu pernah melihat sungai yang kotor dan bau? Hal itu merupakan hasil pembuangan sampah dan limbah ke sungai. Akibatnya adalah kerusakan lingkungan sungai dan akan membunuh makhluk hidup yang ada di sungai. Penggunaan pupuk dan pestisida secara belebihan Pupuk buatan dan pestisida mengandung zat-zat kimia yang berbahaya. Pupuk ditambahkan pada tanaman untuk menyediakan mineral-mineral yang diperlukan tanaman. Pestisida digunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Penggunaan pestisida dan pupuk buatan yang berlebihan menyebabkan pencemaran tanah dan air, akibatnya beberapa makhluk hidup yang hidup di tanah dan di air akan terbunuh. Bahkan penggunaan insektisida yang berlebihan juga membuat serangga kebal terhadap isektisida tersebut sehinnga serangga makin sulit untuk dibasmi (Anynomous,2011).

2.1.2 Pengaruh positif Selain terdapat dampak negatif, terdapat juga dampak positif dari interaksi manusia terhadap lingkungan dan beberapa makhluk hidup yang ada di sana. Pemerintah, pemerhati lingkungan, dan beberapa ilmuan saling bekerja sama untuk terus menjaga, mengolah, memelihara lingkungan demi kelangsungan kehidupan di bumi. Beberapa contoh kegiatan yang telah dilakukan antara lain:
Suaka margasatwa

Suaka Margasatwa adalah Hutan Suaka Alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. Pemerintah bertugas mengelola kawasan suaka margasatwa. Suatu kawasan suaka margasatwa dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspekaspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan suaka margasatwa sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan suaka margasatwa dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain; perlindungan dan pengamanan kawasan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan, pembinaan habitat dan populasi satwa. Dan sesuai dengan fungsinya, cagar alam dapat dimanfaatkan untuk; penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata alam terbatas, kegiatan penunjang budidaya, dll.

Cagar alam

Kawasan

cagar

alam

adalah

kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan cagar perkembangannya alam berlangsung secara alami. Rencana pengelolaan sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam bentuk kegiatan seperti perlindungan dan pengamanan kawasan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan. Salah satu cagar alam yang ada di Indonesia adalah Cagar alam yang berada di Morowali, Sulawesi Tengah. Cagar Alam Morowali kaya dengan berbagai macam jenis flora dan fauna. Berbagai flora yang terdapat di cagaralam Morowali, diantaranya Hutan Mangrove, Hutan Aluvial, Hutan Lumut, dan Hutan Pegunungan. Sedangkan untuk berbagai jenis fauna, diantaranya, Mamalia (babirusa, kera, kus-kus), Burung (maleo, elang putih, belibis), Reptile (ular sanca, ular hijau, ular rumput), biawak dan kura-kura juga ada dalam kawasan ini (fidelia, 2011).

Penghijauan

Penghijauan

merupakan

kegiatan

penanaman pada lahan kosong di luar kawasan hutan, terutama pada tanah

milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan, pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras, tanaman pupuk hijau, dan rumput pekan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan, dan ditingkatkan kembali kesuburannya.

Konservasi

konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada daripada Konservasi saat dulu, lebih saat juga upaya buruk sekarang. dapat konservasi

dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Taman wisata alam 9

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Gambar diatas menunjukkan tempat Pusat Latihan Gajah Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, yang kini berubah menjadi Taman Wisata Alam. Dengan harapan, habitat gajah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lokasi ekoturisme andalan di Provinsi Bengkulu. Dan sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk:
1. pariwisata alam dan rekreasi 2. penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya

wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut).
3. pendidikan 4. kegiatan penunjang budaya 5.

(Anonymous, 2012)

2.2 Penelitian Ekologi jangka panjang Penelitian ekologi jangka panjang ini membutuhkan waktu yang lama. Biasa dilakukan oleh para mahasiswi yang sedang melakukan penelitian sebagai bagian dari tugas kelulusan, karena tergabung dalam proyek, atau memang sengaja dilakukan oleh lembagalembaga tertentu dengan adanya bantuan pendanaan dari lembaga-lembaga tertentu pula. Tujuan dari penelitian ekologi ini sendiri membantu kita untuk menjaga dan mengatur sumber-sumber alam dan melindungi lingkungan. Walau dalam penelitian ekologi terdapat masalah-masalah proses ekologis penting yang terjadi dalam kurun waktu yangcukup panjang dan tidak dapat ditemukan dengan menggunakan penelitian jangka pendek (Sukarsono,2009). Pendekatannya dapat dilakukan secara laboratories, lapangan dan matematik. Dalam ekologi hewan salah satu kendala yang sulit adalah pengukuran, metode dan teknik pengamatan. Hal ini disebabkan oleh sifat hewan yang senantiasa bergerak dan berpindahpindah baik secara liar maupun jinak. Misalnya menyangkut penentuan kelimpahan dan perilaku hewan yang diteliti, ukuran tubuh mulai dari milimikron sampai yang besar dan tinggi, stadia perkembangan, kecepatan dan daya gerak yang berbeda-beda, lingkungan yang
10

ditempati juga berbeda-beda seperti; habitat daratan, perairan tawar ataupun laut serta keunikan dan kespecifikan perilaku hidupnya termasuk aktivitasnya dalam sehari. Metode dan teknik penelitian bukan saja ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas, tetapi hal lain yang sangat penting adalah tujuan, sasaran dan manfaat dari penelitian itu. Penelitian ekologi hewan yang bersifat deskriptif ataupun eksperimental dengan data kuantitatif memerlukan desain (rancangan), prosedur kerja serta pengolahan data secara statistic. Penelitian eksperimen, pada dasarnya melibatkan 2 komponen atau perangkat obyek yang diteliti, yakni; perangkat eksperimen (perlakuan) dan control. Perangkat control merupakan suatu perangkat obyek yang diamati dan kondisinya serupa benar dengan perangkat eksperimen, kecuali ada hal-hal tertentu merupakan faktor atau proses yang diteliti atau yang diberikan sebagai perlakuan. Pada umumnya penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium yang kondisinya sangat berbeda dengan kondisi di lingkungan alami atau kondisi habitat alami yang ditempati hewan yang diteliti. Kondisi lingkungan dalam suatu penelitian laboratorium merupakan kondisi yang dapat dikendalikan oleh peneliti, misalnya dibuat sangat berbeda dalam satu atau lebih faktor lingkungan dibandingkan dengan kondisi lingkungan alami atau dibuat sedemikian rupa yang sangat mirip dengan kondisi lingkungan alami. (Stiawan,2012) Dalam studi kasus yang ada, para ahli ekologi mengkhawatirkan yangmenghabiskan tentang jumlah manusia sumber-sumber yang tidak dapat

diperbaharui seperti ; batubara, gas, dan minyak, juga polusi yang ditimbulkannya karena pemakaian yang terus menerus. Jika jumlah penduduk terus bertambah maka masalah-masalah kekurangan minyak, polusi, pembukaan hutan, kemacetan, kemiskinan dan gangguan cuaca juga akan semakin memburuk..

2.2.1 Berikut merupakan contoh penelitian ekologi yang berkelanjutan dan waktu yang lama: Contoh dari penelitian ekologi lanjut salah satunya yaitu penelitian ekologi biawak komodo di Balai Taman Nasional Komodo, Indonesia pada tahun 2002-2006 yang dilakukan oleh Tim S Jessop, Claudio Ciofi, M Jeri Imansyah, Deni Purwandana, Achmad Ariefiandi, Heru Rudiharto, Aganto Seno, Ibrahim, Andy Phillips yang
11

berjudul Ringkasan Penelitian Ekologi Biawak Komodo Di Balai Taman Nasional Komodo, Indonesia.Pada tahun 2002 sebuah proyek penelitian selama 5 tahun diinisiasi di Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) untuk membangun dasar-dasar pemantauan dan identifikasi kecenderungan ekologis pada populasi biawak Komodo dan spesies mangsa utamanya. Dalam pelaksanaan penelitian tersebut , 10 lokasi studi dipilih mencakup seluruh kawasan BTNK untuk menyediakan sebuah dasar yang dapat secara nyata mengembangkan manajemen hidupan liar dan konservasi spesies terrestrial kunci. ringkasan beberapa kunci temuan dari penelitian yang dilaksanakan antara tahun 2002-2006 salah satunya yaitu kebiasaan komodo dalam bersarang. Kegiatan besarang oleh betina biawak Komodo menunjukkan kencenderungan penurunan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2002, sebanyak dua puluh tujuh (27) sarang tercatat aktif, namun pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan jumlah sarang aktif menjadi 22, 17, 17, dan 7 pada 2003, 2004, 2005, dan 2006, secara berturut-turut. Kelimpahan sarang pada biawak Komodo secara positif berkorelasi dengan luas lembah (dalam hal ini semakin besar lembah, semakin banyak pula sarang yang ditemukan). Kebanyakan betina yang bersarang lebih memilih untuk menggunakan sarang gundukan (sarang gundukan ex burung Gosong Megapodius reindwardt) dari pada tipe lain, yaitu sarang lubang tanah dan sarang bukit. Setelah melatakkan telurnya, betina biawak Komodo akan menjaga sarang selama sekitar tiga bulan. Penjagaan sarang ini nampaknya berkaitan dengan masa berkurangnya aktivitas mencari makan pada betina sebagaimana teramati terjadinya pengurangan berat badan (rata-rata 3.42 kg). Interval aktivitas bersarang pada betina menujukkan bervariasi, Dimana hanya satu betina yang tercatat bersarang selama empat tahun berturut-turut, dua betina aktif selama dua tahun berturut-turut, dan kebanyakan betina tercatat hanya aktif sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan betina berbiak tidak selalu setiap tahun. Setiap tahun, antara 12 -36 tetasan akan keluar dari sarang sekitar bulan February atau Maret (rata-rata 19.56 tetasan per sarang per tahun). Tetasan-tetasan tersebut memiliki ratarata ukuran SVL 18.48 cm, panjang tubuh total 42.20 cm, dan berat 91.43 grams. Grafik 1. Kecenderungan aktivitas bersarang oleh Biawak Komodo

12

Grafik 2. Berat badan betina selama masa bersarang (SR) dan non bersarang (NSR).

a. Pergerakan Spatial dan Wilayah Aktivitas

Pergerakan pada tetasan dari sarang mereka menunjukkan pola yang secara adalah linear (lurus) dan konsisten dengan natal dispersal. Jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas pada tetasan secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan anakan. Namun, terdapat kesamaan penggunaan habitat pada kedua kelas biawak Komodo yang belum dewasa ini dalam menggunakan hutan musim keraing dari pada tipe habita lainnya. Selama masa awal hidup mereka, tetasan sangat arboreal dibandingkan anakan, dan tingkat arboreal mereka sangatlah kuat berkorelasi dengan ukuran tubuh individual. Pada Komodo dewasa, aktivitas baik betina maupun jantan menunjukkan variasi bulanan untuk jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas. Betina yang bersarang menunjukkan aktivitas yang selalu berpusat di sarang yang mereka jaga selama masa bersarang (Agustus hingga Desember). Betina bersaran mengalami peningkatan jarak pergerakan harian setelah bulan ketiga. Namun, wilayah inti mereka tidak menunjukkan perbedaan bulanan yang signifikan. Jarak pergerakan harian pada Komodo dewasa jantan bervariasi stiap bulannya. Pergerakan tertinggi pada jantan dewasa tercatat pada bulan Juni, ketika musim kawin dimulai, dan terendah pad abulan September, ketika musim kawin berakhir dan betina mulai bersarang. Secara umum, jarak pergerakan harian dan ukuran wilayah aktivitas pada biawak Komodo berukuran lebih besar memiliki jarak dan ukuran yang secara signifikan lebih besar dari pada Komodo berukuran lebih kecil. jarak pergerakan dan
13

ukuran luas wilayah aktivitas secara signifikan dan positif berkorelasi dengan ukuran tubuh individu. Perbedaan dalam ekologi spasial ini menunjukkan terdapatnya perubahan penting dalam tekanan seleksi yang berlaku pada setiap kelas ukuran yang berbeda pada biawak Komodo. Table 1. Average of rates of movement (m) and size of home ranges (ha) for each size class. Daily movement Hatchling Juvenile Nesting Female Adult Male 32.61 129.14 285.82 573.00 Home range 3.02 24.31 75.17 705.00

b. Dugaan Kepadatan Mangsa

Indeks tahunan kepadatan spesies mangsa besar untuk biawak Komodo, Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Kerbau air (Bubalus bubalis) dinilai setiap tahunnya dari 2003-2006. Indeks tahuna kepadatan rusa mengindikasikan kecenderungan penurunan dalam empat tahun terakhir. Kepadatan mangsa diketahui berkaitan secara positif dengan luasan pulau, di mana pulau besar, Komodo dan Rinca, secara signifikan lebih tinggi dari pada kepadatan di pulau kecil, Nusa Kode dan Gili Motang. Kepadatan tertinggi tercatat di pulau Komodo, sedangkan terendah di Gili Motang. Indeks kepadatan kerbau di pulau Rinca menunjukkan kecenderungan berfluktuasi selama empat tahun terakhir ini, sedangkan di pulau Komodo cenderung stabil.

Grafik 3. Indeks kepadatan tiap pulau untuk Rusa Timor (a) dan Kerbau Air (b).

14

c. Dugaan Populasi dan Kepadatan

Ekstrapolasi untuk melakukan pendugaan kelimpahan populasi di pulau besar, Komodo dan Rinca, tidak memungkinkan dilakukan karena perbedaan mencolok tipe habitat di kedua pulau tersebut. Namun ekstrapolasi dapat dilakukan untuk pulau kecil, Nusa Kode dan Gili Motang, yang memiliki tipe habitat lebih seragam. Kelimpahan populasi di pulau Nusa Kode diduga terdapat 86,5 individu; sedangkan di Gili Motang diduga berada pada tingkat 126,8 individu. Kepadatan biawak Komodo secara signifikan berbeda antara tiap pulau. Populasi di pulau Rinca secara signifkan lebih padat (30.58 individu / km2) dari pada populasi di tiga pulau lainnya. Kepadatan biawak Komodo secara signifkan berkorelasi positif kuat dengan indeks kepadatan
15

rusa pada masing-masing pulau. Hasil dugaan kelimpahan populasi di pulau Nusa Kode dan Gili Motang saat ini berada pada tingkat sekitar atau bahkan dibawah beberapa batas teoritis yang digunakan untuk menandai terjadinya gejala kepunahan. Stokastisiti (faktor-faktor tidak terduga yang bersifak buruk) demografik seringkali merupakan komponen utama ancaman terhadap viabilitas ukuran populasi pada tingkatan populasi yang berjumlah 100 individu atau kurang.

BAB III PENUTUP

16

3.1 Kesimpulan
1. Manusia tentunya berpengaruh besar terhadap ekosistem dan ekologi yang ada di

Bumi.
2. Pengaruh yang di bawa dapat berupa dampak positif dan negatif 3. Penelitian ekologi hewan jangka panjang tidak dilakukan oleh sembarang pihak. 4. Penelitian lanjut yang sudah dilakukan dapat menjadi acuan dalam melakukan

pembangunan lanjut di bidang ekologi

17

DAFTAR PUSTAKA

Sukarsono, 2009.EkologiHewan. Umm press, Malang. Mulyana, 2004.Suakamargasatwahttp://www.pendakierror.com/Konservasi.htm#konservasi Ibayati, 2009.Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan

Ekosistem.http://www.crayonpedia.org/mw/diakses 22maret 2012 Anonymous, 2010.RingkasanpenelitianBiawak Komodo.http://komododragon.wordpress.com/tag/ekologi-spasial/ Mia, 2002.KomplekpenelitianEkologi.http://eprints.undip.ac.id/6923/ Anonymous, 2010.http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/beberapa-aspekbiologi-dan-ekologi-colobocentrotus-atratus-di-pantai-pasir-panjang-cagar-alam-pulausempu-kabupaten-malang-magdalena-putri-nugrahani-38375.html Anonymous, 2010.http://id.merbabu.com/artikel/ekologi.html Anonymous, 2010.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2273581-macam-tujuanpenelitian/ Fidelia, 2010.KeindahanCagarAlam. http://travel.ghiboo.com/keindahan-cagar-alammorowali Anoymous, 2010.Penelitiandalambiologi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/metode %20penelitian%20biologi-pertama.pdf Tugino, 2011.Keseimbanganekosistem.http://tugino230171.wordpress.com/2011/05/01/keseimbangan -ekosistem/#more-4043diakses 22 maret 2012 Andre, 2012.Pendekatanekologidalamhewan.http://andre4088.blogspot.com/2012/03/pendekatandalam-ekologi-hewan.html

18

You might also like