You are on page 1of 18

PENGEMASAN BUAH MANGGIS (Garcinia mangistana L.

) MENGGUNAKAN TEKNIK MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING

PENGEMASAN TEKNOLOGI NANO BUAH MANGGIS (Garcinia mangistana L.) MENGGUNAKAN BIOBASED NANOCOMPOSITE

Oleh : M. SELPAN MAHERIYONO 05101002046

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013

1. KOMODITI DAN PROSES PENGEMASAN a. Buah Manggis (Garcinia mangistana L.) Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter dengan buah berwarna merah keunguan ketika matang meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Manggis merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi dan banyak digemari oleh masyarakat. Manggis memiliki prospek yang ukup crah untuk dikembangkan sbagai komoditas kspor maupun konsumsi alam ngeeri sebagai buah segar (Anwarudun et al, 1990). Hal ini ditunjukkan dengan produksi manggis nasional pada tahun 2011 mencapai 117.600 ton dengan jumlah ekspor manggis mencapai 12.600 ton dengan nilai 9,9 juta dollar AS (Rp 94 miliar, dengan pangsa pasar utama adalah Hong Kong. Selain itu, manggis juga diekspor ke Cina, Singapura, Malaysia dan Timur Tengah (Departemen Pertanian, 2012). Manggis merupakan salah satu komoditas buah Indonesia sebagai promadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia untuk meningkat pendapatan devisa Negara, karena manggis di luar negeri dijuluki dengan Queen of the Tropical Fruits yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam dan manis yang tidak dipunyai oleh komoditas buah-buahan lainnya. Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). b. Pengemasan Atmosfer Termodifikasi (Modified Atmosphere Packaging) Deskripsi Modified Atmosphere Packaging (MAP) merupakan salah satu cara pengemasan untuk mengatur faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan metabolik dan fisiologik komoditas yang disimpan. MAP dilakukan dengan mengatur komposisi udara disekitar bahan sehingga berbeda dengan komposisi udara atmosfer dalam rangka menghambat proses

metaboliknya sehingga umur simpan komoditas dapat diperpanjang. Gas yang umum digunakan dalam MAP adalah oksigen, karbondioksida, dan nitrogen (Sutrisno dkk, 1999). Menurut Fellow (2000) pada dasarnya MAP dibuat untuk menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas didalam kemasan berubah dan menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam kemasan buah-buahan, sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat). Menurut Castro et al, (1994) laju respirasi dipengaruhi oleh konsentrasi O2, dan suhu. Pengaruh konsentrasi pada laju respirasi O2 menjadi lebih tinggi pada suhu 250C, dari pada 00C.

Modified Atmosphere Packaging (MAP) merupakan sebuah sistem pengemasan dan cara menggunakan modifikasi atmosfer kemasan yang dimasukkan kedalam

kemasan pertama dan kedua. Kemasan pertama merupakan bagian substansi yang dapat ditembus oksigen, sementara kemasan kedua ialah substansi yang tidak dapat ditmbus oleh oksigen. Setelah produk dimasukkan, kemasan pertama disegel dan kemudian dimasukkan kedalam kemasan kedua tanpa penyegelan kemasan kedua sehingga membuat kantong antara kemasan pertama dan kedua (Colombo, 2001).

Produk dimasukkan ke dalam kemasan pertama

kemasan pertama disegel

kemasan pertama dimasukkan ke dalam kemasan kedua (tanpa penyegelan)

Gambar Skema Proses Modifiedd Atmosphere Packaging (MAP)

Gambar Kemasan Modifiedd Atmosphere Packaging (MAP)

Gambar Alat Modifiedd Atmosphere Packaging (MAP) 2. RASIONALISASI Di atas telah disebutkan bahwa manggis merupakan komoditas buah Indonesia yang diharapkan dapat diekspor dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sendiri dalam keadaan baik. Namun sering trjai krusakan akibat kesalahan penggunaan bahan kemasan sehingga buah manggis rusak atau tidak dalam keadaan

segar lagi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknik pengemasan yang tepat agar kualitas buah manggis dapat dipertahankan. Adapun salah satu teknik pengemasan untuk mengatasi hal tersebut ialah modified atmosphere packaging. Modified atmosphere packaging memiliki prinsip kerja dimana produk yang mudah rusak (perishable food) ditempatkan pada suatu kemasan/film dengan barrier, udaranya dikeluarkan dengan vakum atau semburan, dan kemasan diisi dengan gas yang ditentukan atau komposisi gas yang berbeda dengan udara biasa, diikuti dengan menutup kemasan (Kroft 2004, Rao & Sachindra 2002 dalam Sebranek & Houser 2006). Adanya gas yang diisi di dalam kemasan yang komposisinya berbeda dengan udara biasa, akan menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi. Di dalam kemasan terjadi proses pernapasan dan perembesan gas keluar atau kedalam kemasan. Oksigen akan secara terus-menerus digunakan untuk kegiatan pernapasannya yang akan menghasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi antara bagian dalam dan luar kemasan yang mengakibatkan perembesan O2 kedalam kemasan. Konsentrasi CO2 pada saat yang bersamaan akan semakin bertambah dan mulai merembes keluar kemasan sehingga buah manggis dapat bertahan lama (Sutrisno et al, 1999).

3. ANALISIS SWOT a. Superiority (Keunggulan) Adapun keunggulan dari teknik moddified atmosphere pakaging, yaitu (Sivertsvik et al, 2002): Memperpanjang umur simpan sampai sekitar 50-400% Mengurangi kerugian ekonomi karena umur simpan yang lebih panjang Mengurangi biaya distribusi, jarak distribusi yang lebih jauh Menghasilkan produk dengan kualitas tinggi Pemisahan yang lebih mudah pada produk yang diiris Bagian-bagian dapat dikontrol Presentasi produk yang lebih terimprovisasi dan penampakan jelas dari produk karena kemasan yang transparan

Sedikit atau tidak membutuhkan bahan tambahan pangan kimia Kemasan yang tertutup, penghalang untuk rekontaminasi produk Tidak berbau dan merupakan kemasan yang praktis b. Weakness (Kelemahan) Berikut ini ialah kelemahan dari teknik pengemasan atmosfer termodifikasi, yaitu (Sivertsvik et al, 2002): Penambahan biaya Membutuhkan pengontrolan suhu Formulasi gas yang berbeda untuk setiap jenis produk Menggunakan peralatan yang spesial dan adanya latihan Memerlukan keamanan pangan Memperbesar volume kemasan mempengaruhi biaya transport dan

memperbesar tempat untuk display Kerugian apabila kemasan telah terbuka atau rusak Penyerapan CO ke dalam makanan dapat menyebabkan kemasan pecah.

c. Opportunity (Peluang) Produksi buah manggis Indonesia yang besar dan banyaknya permintaan negara-negara lain atas buah manggis mengakibatkan Indonesia harus menyediakan produk buah manggis dalam keadaan bagus ketika sampai dan penyimpanannya. Oleh karena itu dibutuhkan cara agar buah manggis tersebut tetap dalam keadaan baik, sehingga dapat dan layak untuk dikonsumsi.

d. Tantangan Tantangan dalam hal ini ialah perlunya dilakukan pengawasan terhadap suhu dan kemasan agar kemasan tidak pecah.

4. PEMBAHASAN a. Kemasan Biobased Nanocomposite Biobased nanocomposite merupakan bahan jenis baru dalam industri pengemasan makanan dengan sifat-sifat mekanik dan barier yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan biopolimer murninya. Bahan ini bersifat biodebradabel dan diproduksi dari dari sumber yang dapat diperbaharui , sehingga bersifat ramah lingkungan. Biobased nanocomposite sebagai packaging bahan makanan dapat digunakan untuk memperpanjang umur (shelf-life) dari fresh product seperti buah-buahan dan sayuran dengan cara mengatur respiratory exchange. Bahan ini juga dapat meningkatkan kualitas bahan daging, seafood baik yang segar, beku ataupun olahan dengan cara memperlambat kehilangan moisture, mengurangi oksidasi lemak dan discoloration dan memperbaiki penampilan produk (Akbari dkk., 2007; Robinson dan Eskin, 2001). Salah satu faktor yang paling berhubungan erat dengan shelf life stability dari suatu produk makanan adalah proses perpindahan massa yang muncul sebagai akibat dari pertukaran uap air antara makanan dengan udara sekitar (Robinson dan Eskin, 2001). Biobased nanocomposite merupakan bahan yang terdiri dari biopolymer , nanoclay dan compatibilizing agent. Komponen utama adalah biopolymer. Biopolimer mempunyai potensi komersil untuk digunakan sebagai bioplastic dan edible film, tetapi beberapa sifat-sifat dari bahan ini seperti kerapuhan, permeabilitas yang tinggi serta viscositas melting yang rendah untuk proses selanjutnya, membatasi penggunaan bahan ini secara luas (Sinha dan Bousmina, 2005). Bahan pengemas biodegradabel menggunakan biopolimer atau polimer yang berasal dari alam seperti polisakarida , lemak dan protein. Namun bahan alami ini mempunyai banyak kelemahan dalam hal sifat-sifat mekaniknya sehingga membatasi penggunaanya. Oleh karena itu perlu ditingkatkan sifat-sifat tersebut dengan cara memodifikasi polimer tersebut, salahnya satunya dengan menyisipkan partikel nano di dalam matrik polimer tersebut.

METODE PEMBUATAN BIOBASED NANOCOMPOSIT Biobased nanocomposite dikonstruksi dengan pendispersian sejenis material filler ke dalam nanopartikel membentuk flat platelet. Beberapa jenis filer yang dipergunakan diantaranya adalah montmorillonite yang dilapisi smectite clay. Platelet ini kemudian didistribusikan ke dalam matrik polimer (biopolimer) membentuk lapisan pararel ganda dan memberikan barrier yang komplek untuk gas dan uap air (LeBaron dkk., 1999; Gianelis, 1996; Wolf dkk.,1999). Berbagai metode preparasi dapat dilihat seperti pada Gambar

Gambar Metode Preparasi Nanocomposite Polimer (Sorrentino dkk., 2007) Berdasarkan tingkat dispersi, pendistribusian platelet ke dalam matrik polimer akan mempunyai tiga (kemungkinan) susunan bahan yang dihasilkan yaitu: non intercalated (microcomposites), intercalated structure dan exfoliated atau

delaminated structure (Rose, 2002; Ray dkk., 2006). Struktur ketiga jenis susunan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tiga Jenis Susunan Hasil Pendistribusian Platelet ke dalam Matrik Polimer (Rose, 2002)

Beberapa jenis partikel nano inorganik yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan karakteristik sifat polimer, tetapi hanya partikel clay yang potensial digunakan pada industri pengemasan. Bukan hanya karena ketersediaannya yang melimpah dan harga murah, tetapi lebih pada peningkatan sifat bahan polimer secara signifikan dan prosesnya yang relatif sederhana (Sorrentino dkk., 2007). Polimer yang dipergunakan sebagai matrik adalah biopolimer yang mempunyai sifat biodebradabel, sumber yang dapat diperbaharui, relatif murah harganya serta ketersediaan yang melimpah dialam. Tetapi penggunaan biopolimer secara murni mempunyai kelemahan dalam sifatsifat mekanik dan barriernya. Oleh karena itu jika dilakukan penggabungan biopolimer dengan bahan filler nanopartikel maka diharapkan dapat meningkatkan sifat-sifat mekanik dan barriernya. Biopolimer adalah polimer yang dapat diuraikan oleh alam .Menurut standar ASTM D5488-94d, biodegradabel berarti dapat terdekomposisi menjadi

karbondioksida, metana, air, senyawa anorganik atau biomassa melalui mekanisme enzimatis oleh mikroorganisme yang dapat diukur dengan tes standar, melalui jangka waktu tertentu. Bahan untuk memproduksi polimer ini dapat berasal dari sumber yang dapat diperbaharui (tanaman atau hewan) ,2004).

Biodegradabel polimer atau biopolimer dapat diklasifkasikan menurut komposisi kimianya, metode sintesa, metode pemrosesan, kepentingan ekonomi, penggunaan dan sebagainya. Penggolongan polimer biodegradabel dapat dilihat seperti pada Gambar 3.

KARAKTERISTIK BIOBASED NANOCOMPOSITE Sebuah review yang comprehensive dalam penerapan biobased

nanokomposit film untuk industri pengemasan makanan adalah sangat penting. Berbagai studi telah banyak dilakukan dan menyatakan bahwa penambahan partikel nano ke dalam polimer biobased akan meningkatkan beberapa sifat bahan seperti kekuatan mekanik bahan (tensile strength dan modulus young), sifat thermal, sifat antibakteri dan barriers properties dibandingkan polimer dasarnya. Starch clay nanocomposite film diperoleh dari mendispersikan secara homogen partikel montmorrilonite dalam bahan starch-based yang berbeda melalui teknik polymer melt processing. Dengan kenaikan kandungan clay (0- 21%), secara signifikan menaikan tensil strength dan (15-92 %) dan menurunkan water vapour permeability. Jenis sumber starch (corn, wheat dan potato starch) tidak memberikan pengaruh yang signifikan, tetapi film dari regular corn starch menunjukan sifat-sifat

yang lebih baik dibandingkan high amylopectin ataupun high amylase based nanocomposite film. Analisa pengaruh kandungan tiga jenis plasticizer (glycerol, urea, formamide) terhadap struktur dan sifat starch clay nanocomposite film menunjukan bahwa film dengan 5 % glycerol menunjukan water vapour

permeability yang paling rendah dan tensil strength serta transition temperature (Tg) yang paling tinggi. Pengaruh kondisi operasi proses extrusion (screw configuration, barrel temperature profil screw speed dan barrel moisture content) terhadap struktur dan sifat-sifat nanocomposite film juga diinvestigasi dalam penelitian ini. Dari analisa menunjukan bahwa peningkatan shear intensity akan meningkatkan exfoliation dan disperse dari clay platelets.Kombinasi kandungan moisture (20 %) dan shear screw configuration yang tinggi menunjukan exfoliation yang hampir lengkap , water vapour permeability yang terendah serta tensile strength yang tertinggi (Avella dkk., 2005; Okada dkk., 2002; Tang, 2008) Nanocomposite dari bahan trietil citrate (TEC) plasticized celluloe acetate (CA) dengan clay yang dimodifikasi secara organic. Dalam prose situ ditambahkan Maleic anhydride grafted cellulose acetate butyrate (MA-g-CAB) sebagai compatibilizer. Dilakukan evaluasi pengaruh kandungan compatibilizer terhadap performance nanocomposite. Dari hasil analisa diperoleh bahwa cellulosic plastic based nanomposite dengan kandungan compatilizer 3 % berat menunjukan struktur exfoliated yang lebih baik dari pada yang tidak mengandung compatibilizer atau mengandung 7.5 % berat. Penggunaan compatibilizer ini juga menaikan tensile strength, modulus elasticity dan kestabilan termal dari bahan (Misra dkk., 2003). Composite film dari kitosan dan polylactic acid (PLA) melalui solution mixing dan fil casting menunjukan keefektifan permukaan bahan dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam spectrum yang luas bakteri gram positif dan gram negative (Sebastien dkk., 2006). Sementara organo montmorillonite (OMMT) dengan aktivitas antibakteri dibuat dari Na- Monmorillonite (Na - MMT) dan chlorhexidine acetate (CA) dengan kandungan OMMT kurang dari 0.5 % massa, menunjukan sifat-sifat mekanik yang baik . Tes aktivitas antimikroba dengan staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukan bahwa film dari polimer ini

kuat menghambat berbagai jenis mikroorganisme , meliputi bakteri gram positive dan gram negative (Meng dkk., 2009). Bahan nano- scale biodegradabel biocomposite yang terdiri dari bacterial cellulose (BC) dalam matriks polylactic acid (PLA) dibuat dengan solution

exchange process dan compression molding. ABC (diasetilasi) memberikan kenaikan modulus yang paling tinggi. Tensile strength paling tinggi diperoleh dari PLA yang digabung dengan BC (Piao, 2006). Sementara Poly acrylic acid (PAA) digunakan sebagai crosslinking agent untuk memberikan water resisten terhadap PVOH. Hasil analisa menunjukan film dengan 10 % CNXLs / 10 % PAA /80 % PVOH memberikan (Tamhane, 2006). sifat mekanik yang paling tinggi dari semua perlakuan

b. Sumber Ide Ide tersebut di atas didapat dari berita di google, yaitu kompasiana. (http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/12/20/teknologi-nanokompositpada-proses-pengemasan-makanan-423796.html). Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa adanyat teknologi nanokomposit untuk pengemasan makanan terutama nanokomposit yang biodagreble.. Oleh karena itu penulis mencoba mengambil teknik tersebut sesuai dengan keunggulannya terhadap bahan makanan.

c. Analisis SWOT Keunggulan Beberapa kelebihan karakteristik nanocomposite yang menjadikan bahan ini mempunyai potensi sebagai bahan pengemas diantaranya adalah: Peningkatan ketahanan bahan sehubungan dengan peningkatan kekuatan Sifat-sifat barrier yang lebih baik (untuk pengemas) Sifat-sifat optical yang lebih baik sehubungan dengan ukuran nanopartikel yang sangat kecil Pemrosesan yang lebih mudah karena viskositas yang lebih rendah Sifat-sifat recycle yang baik (Akbari dkk., 2007).

Kelemahan Kelemahan dari teknik kemasan ini ialah harus diari biopolimer yang sesuai dan tidak merusak lingkungan. Bahan yang bersifat biodebradabel dan diproduksi dari dari sumber yang dapat diperbaharui , sehingga bersifat ramah lingkungan.

Peluang Dengan banyak terjadinya keruakan lingkungan akibat penggunaan plastik dan kemasan lain yang merusak lingkungan dan daya tahan untuk mempertahankan buah yang rendah, maka tenik pengemasan ini dapat diterapkan untuk menapatkan kualitas buah manggis yang baik dan tahan lama serta ikut mendukung aksi GO GREEN. Ditambah lagi buah manggis ini juga merupakan komoditi yang akan diekspor. Tantangan Tenik pengemasan yang baru ini memerlukan orang yang ahli dalam proses pembuatannya. Selain itu

d. Tahap Pewujuan Proses Adapun tahap-tahap untuk mewujudkan proses tersebut ialah: Dilakukannya sosialisasi tentang adanya teknologi pengemasan terbaru yang tidak kalah baik dari teknik kemasan yang berteknologi tinggi lain, yaitu tenologi pengemasan biobase dagreble yang ramah lingkungan. Kebijakan dari pemerintah alam penggunaan kemasan biodegrable. Pengalihan penggunaan kemasan secara perlahan menggunakan kemasan biodegrable.

5. LABEL Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurangkurangnya dicantumkan hal-hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan) : a. Nama produk Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. b. Daftar bahan yang digunakan Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulaid ari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah untuk komposisi yang diketahui secara umum aau makanan dengan luas permukaan tidak lebih dari 100 cm2, maka ingradien tidak perlu dicantumkan. c. Berat bersih atau isi bersih Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas. d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik

pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon. e. Keterangan tentang halal Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama Mo. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah

makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap

halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama. f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa. Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai : - Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati - Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati. Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa: 1. Sayur dan buah segar 2. Minuman beralkohol 3. Vinegar / cuka 4. Gula / sukrosa 5. Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan Adapun Desain Label untuk kemasan buah manggisini ialah:

DAFTAR PUSTAKA Anwaruddin, M.J., I. Sutarto dan M. Reza. 1990. Stimulasi Pertunbuhan Bibit Buah Manggis. Bultin Pnlitian Hortikultura 5 (2) : 33-38. Castro, J.M., M.A.Rao, J.H. Hotchkiss and D.L Downing. 1994. Modified Atmosphere Packaging of Head Lettuce. J. Food Processing and Preservation. 4(2) : 295-304Cortivo, Gionmarco. 2008. Polimer Sebagai Bahan Baku

Kemasan Pangan. Majalah Food Review referensi industri & teknologi pangan Indonesia vol.III no.2 Februari 2008. PT. Media Pangan Indonesia. Bogor Colombo, Edward A. Method for creating Modified Atmosphere Packging. Unites States : Snited States Patent. Departemeen Pertanian Indonsia. 2012.

(http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=1057; (diakses tanggal 11 Juni 2013) Fellows,P.J. 2000. Food Processing Technology. Principles and Practice: 2nd Ed. Woodhead Publishing Ltd. Cambridge

You might also like