You are on page 1of 27

Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Difteri

Penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung, berakibat gagal jantung. Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.

Pencegahan difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi DPT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Efek samping imunisasi DPT yang mungkin timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit. Cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.

Pertusis

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau Batuk Seratus Hari disebabkan bakteri Bordetella Pertussis. Gejala pertusis khas yaitu batuk terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan dalam dan berbunyi melengking.

Penularan bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin). Bakteri pertusis juga dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Pencegahan pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.

Tetanus

Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Selain itu, antibodi dari ibu kepada jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.

Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, aborsi, narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak.

Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai timbul di hari ketujuh. Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan steril.

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DPT

DISUSUN OLEH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. : II B : S 1 KEPERAWATAN NAMA : ANA NURKHASANAH CITRA PUSTIKADEWI DWI YULIANI RIA ELLY DINIA IIN HERLINA INDAH LESTARI MIFTAHUDIN TRI YULINARNI WINA YUNITA DESI YULIANI

KELAS PRIODI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2008 / 2009

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik Sub Pokok Bahasan : Imunisasi D P T : 1. Pengertian imunisasi 2. Tujuan imunisasi 3. Sasaran imunisasi 4. Pelaksanaan imunisasi : 60 Menit : Ibu yang mempunyai anak balita : Balai desa Ds.Sungai Bungin Kec.Pangkalampam Kab.OKI : 10 November 2009/ Senin : Mahasiswa Stikes Muhammadiyah palembang : Leaflet : Penyuluhan : Tanya Jawab

Waktu Pertemuan Sasaran Tempat Tanggal/Hari Penyuluh Media Metode Evaluasi

A. PENDAHULUAN Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik atau pernafasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru- biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian. Pertussis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin , demam dan batuk ringan yang lama kelaman batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk yang menggigil dan keras. Komplikasi pertussis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat atau demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek ( sucking ) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertussis dan tetanus dalam waktu bersamaan.Maka dari itu untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi pada umumnya dan imunisasi DPT pada khususnya serta pengetahuan tentang penyakit tersebut maka perlu ditingkatkan penyuluhan imunisasi pada ibuibu yang mempunyai balita melalui kegiatan posyandu.

B. TUJUAN a. Tujuan umum Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami manfaat daripada imunisasi D P T yang dilakukan di puskesmas tanjung morawa b. Tujuan khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti : - Pengertian D P T - Pengertian Depteri - Pengetian Pertusis - Etiologi D P T - Efek samping imunisasi D P T - Manfaat Imunisasi D P T C. PESERTA Masyarakat Ds.Sungai Bungin Kec. Pangkalampam Kab. OKI D. KEPANITIAAN Ketua Sekretaris Bandaharan Seksi Acara Seksi Humas Seksi Dokumentasi Seksi Eevaluasi : Miftahuddin : Ana nurkhasanah : Citra pustikadewi : Iin herlina : Dwi yuliani ria : Indah lestari : Peranita

Seksi Perlengkapan Seksi Konsumsi E. SETTING ACARA Acara 1. Pembukaan oleh pembawa acara 2. Sambuta sambutan Ketua panitia selama 5 menit Wakil dari pendidikan 5 menit Kepala desa selama 5 menit

: wina yunita desi : Tri yulinarni

3. Penyuluhan immunisasi D P T oleh petugas mahasiswa selama 15 menit 4. Tanya jawab 30 menit dipadu mahasiswa keperawatan Petugas petugas acara Pembawa acara Moderator Notulen Penyaji Kepala desa Ketua BPD Toko masyarakat Bidan desa Wakil pendidikan F. METODE Diskusi dan tanya jawab G. MEDIA Leaflet H. RENCANA EVALUASI KEGIATAN 1. Evaluasi struktur : rencana kegiatan dipersiapkan 4 hari sebelum kegiatan dan informasi ke pengurus 2 hari sebelum kegiatan 2. Evaluasi proses Peserta yang hadir 90% Sidi Nasarudin Yuliani Ely Dinia Siden Ali : Domir : Salman Janun : Ibu Dewi : Bpk. Yudi Abdul Majid S.Kep,. Ns : : : : :

Tempat balai Ds. Sungai Bungin Kec.pangkalampam Kab. OKI Peserta yang aktif bartanya hanya 70% 3. Evaluasi hasil Masyarakat mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi immunisasi Masyarakat mampu menyebutkan faktor immunisasi Masyarakat mampu menjelaskan kembali

Panitia Penyuluhan Kelompok pada komunitas Ketua Sekretaris

Miftahuddin Nurkhasanah Mengetahui

Ana

Yudi Abdul Majid,Skep.Ns

LAMPIRAN

MATERI Imunisasi a. Pengertian Imunisasi DPT Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh. Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit. Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun

kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Vaksin Pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan. Selanjutnya ketiga vaksin ini dikemas bersama yang dikenal dengan vaksin DPT. (Prof. DR.A.H. Markum, 2000 : 18) Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut. b. Manfaat Imunisasi DPT Dasar Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah : a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus. b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan. c.Jenis-Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi DPT 1.Difteri Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bacteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seorang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata menderita difteri dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran dan bermain dengan temannya karena memang ia sendiri tidak sakit.

Jadi, ditinjau dari segi penularannya, anak karier ini merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan temannya yang belum pernah mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier. Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria yang merusak otot jantung. 2. Pertusis Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari. Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan, akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu komplikasi. 3.Tetanus Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka. d. Jadwal Pemberian Imunisasi Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar

antibody setelah mendapatkan imunisasi 3 kali. Dimulai sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Jiga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja (tanpa P). (Prof. DR.A.H. Markum, 2000) DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal. e. Efek Samping Imunisasi DPT Kira-kira pada separuh penerima DPT akan terjadi kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan. Anak juga sering gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat seperti demam tinggi atau kejang yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya. EVALUASI Ibu dapat mengerti : - Pengertian D P T - Pengertian Depteri - Pengetian Pertusis - Etiologi D P T - Efek samping imunisasi D P T - Manfaat Imunisasi D P T

PENUTUP Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis,

tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut. tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit ( Difteri, Pertusis, Tetanus ), untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami. Maka dari itu ntuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya balita perlu diadakan imunisasi. Salah satu imunisasi yang dapat diberikan pada balita adalah imunisasi DPT. Imunusasi DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu atau umur 2 bulan, imunisasi DPT-2 diberikan pada umur 4 bulan, imunisasi DPT-3 diberikan pada umur 6 bulan, imunisasi DPT-4 diberikan pada umur 18 bulan atau diberikan 1 tahun setelah DTP-3, DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun. Penyakit difteri, pertusis dan tetanus (DPT) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan bersama dengan WHO menetapkan vaksinasi DPT sebagai Imunisasi wajib bagi balita secara nasional.

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Topik Sasaran PELAKSANAAN KEGIATAN Hari/Tanggal Waktu Tempat Pemberi Materi : Kesehatan Ibu dan Anak : Imunisasi : Pentingnya Pemberian Imunisasi : Keluarga dengan Balita : : : :

I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta dapat memahami tentang pentingnya pemberian imunisasi pada bayi, sehingga diharapkan keluarga dengan balita mau mengimunisasikan balita mereka ke Posyandu/Puskesmas. B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta dapat: Menyebutkan kembali pengertian imunisasi Menyebutkan kembali pentingnya imunisasi Menyebutkan kembali 5 macam imunisasi dasar Menyebutkan kembali minimal 2 dari 5 imunisasi tambahan yang harus diberikan pada anak balita Menyebutkan kembali 3 manfaaat imunisasi dasar Menyebutkan kembali 3 contoh kejadian ikutan yang mungkin muncul setelah pemberian imunisasi Menyebutkan kembali minimal 3 dari 4 cara mengatasi demam akibat pemberian imunisasi Menyebutkan kembali minimal 2 dari 4 cara mengatasi nyeri/bengkak pada daerah penyuntikan.

Menyebutkan kembali 3 cara mengatasi diare akibat imunisasi

II. Materi
Terlampir

III. Metoda Ceramah dan Tanya Jawab

IV. Media Leaflet dan lembar balik

V. Kegiatan Uraian Kegiatan Penyuluh a. Mengucapkan salam. b. Menyampaikan tujuan penyuluhan a. Menanyakan kepada peserta pengetahuan tentang imunisasi (pengertian, pentingnya, manfaat dan jenis imunisasi) dan/pengalaman peserta tentang imunisasi). b. Memberi reinforcement atas kemauan peserta mengungkapkan pemahamannya tentang imunisasi . c. Memberikan penjelasan tentang pengertian, manfaat, macam-macam, kejadian ikutan pasca imunisasi, efek samping dan cara penanganan bila kejadian pasca imunisasi atau efek samping imunisasi terjadi. d. Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya tentang hal yang belum Peserta a. Menjawab salam. b. Mendengarkan a. Menyimak penjelasan.

No 1.

Kegiatan Pembukaan 2 Menit Penyuluhan 30 Menit

2.

b.-

c.Peserta mendengarkan

d. Peserta bertanya

dipahaminya e. Menjawab pertanyaan peserta.

e. Peserta menyimak

3.

Penutup 3 Menit

a. Melakukan evaluasi b. Menyimpulkan materi penyuluhan c. Mengucapkan salam

a. Menjawab pertanyaan b. Menyimak kesimpulan. c. Menjawab salam.

VI. Evaluasi Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta setelah mendapatkan penyuluhan selama 45 menit diberikan pertanyaan : 1. Sebutkan pengertian imunisasi! 2. Sebutkan pentingnya imunisasi! 3. Sebutkan 5 macam imunisasi dasar yang Anda ketahui! 4. Sebutkan minimal 2 dari 5 imunisasi tambahan yang diberikan pada anak balita! 5. Sebutkan 3 manfaaat imunisasi dasar! 6. Sebutkan 3 contoh kejadian ikutan yang mungkin muncul setelah pemberian imunisasi! 7. Sebutkan 3 cara mengatasi demam akibat pemberian imunisasi! 8. Sebutkan 2 cara mengatasi nyeri/bengkak pada daerah penyuntikan! 9. Sebutkan 3 cara mengatasi diare akibat imunisasi!

Lampiran Materi IMUNISASI A. Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam upaya untuk mencegah timbulnya penyakit tertentu. B. Tujuan dari Imunisasi Tujuan dari imunisasi adalah meningkatkan kekebalan tubuh balita (individu) terhadapa penyakit untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. C. Macam-macam Imunisasi Imunisasi Dasar (wajib) 1. BCG Untuk mencegah penyaakit TBC (batuk darah) Diberikan pada saat usia bayi lahir 2 bulan, tetapi yang paling efektif pada usia 2 bulan. 2. DPT Untuk mencegah difteri (radang tenggorokan), pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari), dan tetanus (kejang). Diberikan sebanyak 3x yaitu pada saat usia bayi 3 bulan, 4 bulan, dan 5 bulan. 3. Polio Untuk mencegah penyakit polio Diberikan sebanyak 4x yaitu pada saat usia anak ketika lahir, 3 bulan, 4 bulan, dan 5 bulan. 3. Campak Untuk mencegah penyakit campak Diberikan 1x pada saat usia anak 9 bulan. 4. Hepatitis B Untuk mencegah penyakit Hepatitis B Diberikan 3x yaitu pada saat usia bayi 1 bulan, 2 bulan, dan 12 bulan. Imunisasi Anjuran 1. HIB (Haemophilus Influenza Type B) 2. MMR (Mumps/gondong, Measles/campak, Rubella/cacar jerman) 3. Thypoid

4. Varicella (cacar air) 5. Hepatitis A D. Kejadian Ikutan Setelah Pemberian Imunisasi a. BCG Demam Nyeri dan korengan pada daerah penyuntikan b. DPT Demam ringan, nyeri dan kadang bengkak pada daerah penyuntikan c. Campak Demam selama 1-2 hari pada hari ke 5-6 Kadang timbul bercak pada kulit sekitar tempat penyuntikan d. Polio Jarang ada, tapi kadang timbul diare e. Hepatitis B Bengkak dan nyeri pada daerah penyuntikan dan kadang disertai demam ringan Imunisasi Campak dan DPT dapat menimbulkan efek samping berupa demam tinggi disertai kejang-kejang. Bila terjadi segera hubungi petugas kesehatan untuk minta diganti (DPTDT) E. Cara Penanganan efek samping/kejadian ikutan setalah pemberian imunisasi 1. Bila timbul demam, lakukan: Berikan kompres hangat (dahi, ketiak dan leher) Beri banyak minum Beri pakian yang tipis dan menyerap keringat Ganti pakaina yang basah Berikan obat penurun panas sesuai anjuran dokter Beri kompres air biasa ditempat sekitar suntikan Diusap-usap sekitar daerah suntikan Beri anak (ASI/mainan) agar dapat tidur

2. Bila timbul nyeri/bengkak dearah suntilkan, lakukan:

3. JIka terdapat reaksi yang berlebihan (kejang lama, demam lebih dari 38,5 derajat Celcius, penurunan kesadaran) konsulatsikan pada dokter, perawat atau bidan. 4. Bila terjadi diare, lakukan: Beri bayi banyak minum air putih, oralit, kuah sayur, sari buah, atau ASI

Jika diare berlanjut atau disertai muntah-muntah segera bawa ke puskesmas, dokter, atau rumah sakit. Jangan berikan obat anti diare.

5. Hal yang perlu mendapat perhatian setelah imunisasi : Reaksi yang timbul pada imunisasi BCG dapat berupa koreng pada area penyuntikan. Walau demikian tidak boleh dilakukan pengobatan terhadap luka, seperti memberinya obat oles, salep, bethadin, obat merah, dll. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Reaksi diare setelah imunisasi setelah imunisasi POLIO boleh diberikan ASI jika lama imunisasi sudah diberikan lebih dari 6 jam (tidak boleh mewmberikan ASI setelah imunisasi POLIO sebelum 6 jam berlalu) Daerah yang disuntik tidak boleh dipijat, diberikan obat oles ataupun talk dan yang lainnya.

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut: Demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius) Kejang Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Sumber: bayisehat.com

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS)

Bias adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi dilaksanakan di seluruh Indonesia yang perencanaannya dilakukan pada tanggal 14 Nopember 1997 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan agar mendapatkan perlindungan (kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mempertahankan Eleminasi Tetanus Neonaturum, pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka panjang melalui imunisasi DT, TT dan Campak pada anak sekolah. Imunisasi yang diberikan pada BIAS ada tiga jenis yaitu: 1. Campak pada anak kelas I 2. DT pada anak kelas I 3. TT pada anak kelas II dan III Campak Sering disebut Tampek (Betawi), Gabagan (Jawa), Madewa (Bali), Mazelen (Belanda), Maesles (Inggris) dan Morbili (Latin) adalah penyakit yang sangat berbahaya untuk bayi dan anak karena sering disertai komplikasi bronchopneumonia yang banyak menyebabkan kematian pada bayi dan anak.

Bahaya penyakit campak adalah panas tinggi, radang mulut dan tenggorokan, diare, radang otak, gizi memburuk, radang paru. Cara penularannya secara kontak langsung dan melalui pernafasan penderita. Siswa yang terkena campak sebaiknya tidak diijinkan sekolah sampai sembuh agar tidak terkaji penularan ke teman-temannya. Pencegahannya dengan pemberian imunisasi Campak pada waktu bayi (9 bulan) dan diulang (booster) kembali pada waktu kelas I SD untuk menambah kekebalan seumur hidup. DT Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya dapat menyebabkan kematian anak hanya dalam beberapa hari saja. Tetanus adalah penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkancing tidak bisa dibuka Cara penularan Difteri melalui percikan-percikan ludah penderita waktu batuk dan bersin, melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makanan yang dicemari kuman-kuman penyakit. Sedangkan Tetanus penuralannya melaui tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak bersih/steril, melalui luka (tertusuk paku, beling). Difteri: kerusakan jantung, pernafasan tersumbat Tetanus: mulut terkancing, kaku, kejang, radang paru Pencegahannya dengan imunisasi DPT pada saat bayi dan Imunisasi DT pada kelas I SD serta Imunisasi TT pada kelas II dan III sebagai ulangan (booster) untuk menambah kekebalan seumur hidup. Tetanus Neonatorum adalah penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkancing tidak bisa dibuka. Cara penularan Tetanus Neonatorum melalui tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak bersih/steril, melalui luka (tertusuk paku, beling). Bahayanya: mulut terkancing, kaku, kejang, dan radang paru

Pencegahannya dengan pemberian imunisasi DPT pada bayi, DT pada kelas I, TT pada kelas II dan III SD sebagai ulangan (booster) untuk menambah kekebalan seumur hidup dan imunisasi TT pada wanita usia subur (WUS) 15-39 tahun/Ibu hamil sampai dengan status T5. BIAS dilaksanakan 2 kali setahun yaitu pada : 1. Bulan September untuk pemberian imunisasi Campak pada anak kelas I 2. Bulan Nopember untuk pemberian imunisasi DT pada anak kelas I, TT pada anak kelas II dan III. BIAS dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok Pesantren, Seminari, SDLB). Sasaran kegiatan BIAS adalah seluruh anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok Pesantren, seminari, SDLB) laki-laki dan perempuan. Untuk anak yang tidak sekolah pada pelaksanaan BIAS agar diajak ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi, sedangkan untuk anak yang sakit pemberian imunisasi ditunda dan apabila sembuh agar diajak ke puskesmas terdekat untuk diimunisasi. Jadwal Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Bulan Kelas September Nopember

Campak

DT

II

TT

III

TT

Vaksin DT

Deskripsi Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis sedikitnya 30 IU (International Unit) untuk potensi toksoid Difteri dan sedikitnya 40 IU untuk potensi toksoid Tetanus.

Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri dan tetanus

Komposisi Tiap Toksoid Aluminium Thimerosal 0,1 mg ml mengandung tetanus : Toksoid yang fosfat difteri yang 3 dimurnikan 15 40 Lf. Lf. mg

dimurnikan

Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikkan. Vaksin DT dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk individu usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin jerap Td. Vaksin DT lebih dianjurkan untuk diberikan pada usia anak-anak daripada vaksin DTP jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertussis. Untuk anak-anak sedikitnya 3 kali penyuntikan secara intramuskuler dengan dosis 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Vaksin DT dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella, Mumps, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib. dan Yellow Fever.

Efek Samping Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Kontraindikasi Dosis kedua atau selanjutnya dari vaksin DT jangan diberikan pada anak yang menderita gejala-gejala berat setelah pemberian dosis sebelumnya. Seseorang yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) baik tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi DT harus berdasarkan jadual standar tertentu.

Penyimpanan dan Daluarsa Vaksin DT harus disimpan dan ditransportasikan pada kondisi suhu 2o - 8oC. TIDAK BOLEH DIBEKUKAN. Daluarsa : 2 tahun

Kemasan Vaksin DT tersedia dalam vial 10 dosis

indonesia version

Dokter : "sakit apa anda?" Pasien : "saya sakit flu, dokter." Dokter : "sudah berapa lama anda sakit flu?" Pasien : "saya mengalami flu sejak satu minggu yang lalu." Dokter : "apa anda mengalami demam yang tinggi juga?" Pasien : "iya, dokter." Dokter : "apa sebelumnya anda sudah berobat ke rumah sakit?" Pasien : "belum pernah, dokter." Dokter : "kalau begitu, anda akan saya periksa, oke?" Pasien : "oke dokter." (setelah beberapa menit proses pemeriksaan tubuh pasien) Pasien : "bagaimana dokter?" Dokter : "menurut saya anda mengalami gejala awal penyakit demam berdarah." Pasien : "anda serius, dokter?" Dokter : "ya, sebaiknya anda segera dirawat di rumah sakit." Pasien : "ya sudah jika begitu, besok saya akan pergi ke rumah sakit terdekat. Terima kasih banyak dokter." Dokter : "sama - sama. semoga anda segera sembuh." Pasien : "ya dokter."

English Version

Doctor : "What is wrong with you, sir?" Patients : "I got the flu, doc." Doctor : "How long have you had the flu?" Patients : "I had the flu since a week ago." Doctor : "What you are experiencing a high fever, too?" Patients : "Yes, doc." Doctor : "What you previously have been treated at the hospital?" Patients : "Not yet, doc." Doctor : "If that, first I will check your body, okay?" Patients : "Okay doc." (After a few minutes the process of checking a patient's body) Patients : "How doc?" Doctor : "I think you are experiencing early symptoms of dengue fever." Patients : "You're serious, doc?" Doctor : "Yes, you should be hospitalized immediately." Patients : "Yes already, if so, tomorrow I will go to the nearest hospital. Thank you so much doc." Doctor : "You're welcome. I hope you get well soon." Patients : "Yes doc."

You might also like