You are on page 1of 12

HAKIKAT BELAJAR Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting/vital.

Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya berinakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa. 1. a. PENGERTIAN BELAJAR Pengertian Belajar yang Populer Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan mernbuat tafsirannya tentang "belajar". Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbetla satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar. Belajar adalah rnodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang h. ..tjar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya. Sejalan derigan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. DI dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. William Burton mengemukakan bahwa : A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose, and carried on in interaction with a rich, varied and provocative environment. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : a). Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima balk oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar. b). Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri. c). Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan, rintanganrintangan dan situasi-situasi yang tidak nlenyenangkan. d). Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. e). Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipeIajari. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar. Siswa memberikan reaksi secara keseluruhan. Siswa mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya. i). Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu.

Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, balk yang berkaitan maupun yangtidak berkaitan dengarl tujuan utama dalam situasi belajar. Perubahan Tingkah Laku Sebagai Bukti/Indikatar Belajar Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku merniliki unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur roharuah. Unsur objektif inilah yangtampak, sedangkan unsur subjektifnya tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya, seorang yang sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah : pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosionai, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Prinsip prinsip Perubahan Tingkah Laku Ada sejumlah unsur yang menjadi cir-i setiap perubahan tingkah laku, ialah : 1. Tingkah laku dimotivasi. Seseorang mau berbuat sesuatu karena adany2 tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini timbul berkat kebutuhan pada organisme tersebut. 2. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yakni adanya keadaan tegang (tension) atau ketakpuasan dalam din seseorang, clan kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu. Ini berarti, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang. 3. Tujuan yang disadari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakurrya dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulatif. Sese orang memilih perbuatanJtindakan yang hanya rnengacu ke arah pencapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya. 4. Lingkungan menyediakart kesempatan untuk bertingkah laku tertentu, dan/atau membatasi tingkah laku seseorang. Ini berarti, lingkungan sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan, clan di sisi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu. 5. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses proses dalam organisme. Persepsi, pengalaman dan konsepsi yang dimiliki seseorang mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain. 6. Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia. Kapasitas itu berupa inteligensi clan abilitas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seseorang mampu melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dapat dilakukan perulaian terhadap perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, yakni : a). Kebutuhan-kebutuhan apa yang ada pada din' organisme yang memungkinkan tumbulurya tingkah laku yang bermotivasi? b). Motivasi apa yang mendasari perubahan tingkah laku itu? c). Tujuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang? d). Apakah lingkungan menyediakan kesempatan untuk melakukan tingkah laku tertentu?

Proses-proses apa yang mempengaruhi tingkah Iaku itu? Kapasitas dan abilitas apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang? b. Penger>tian Belajar Menurut Beberapa Aliran Psikologi Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita akan mengenal beberapa aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut rnemiliki tafsiran sendiri-sendiri tentang "belajar', menurut pandangannya masingmasing. Pandanganpandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan tersendiri. Dalam uraian ini, kita akan meninjau beberapa aliran psikologi saja,dalam hubungarrnya dengan teori belajar, yakni : (1). Teori psiko 38 39 logi klasik, (2). Teori psikologi daya, (3). Teori mental state, (4). Teori psikologi behaviorisme, (5). Teori psikologi gestalt. Belajar Menurut Psikologi Klasik Menurut teori ini, manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat (matter). Jiwa dan zat ini berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat dria, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang non material, yang ada di dalam badan, yang berpikir, merasa, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, serta bertanggung jawab. Zat sifatnya terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses-proses material, yang terikat dengan hukum-hukum mekanis. Sedangkan jiwa merupakan fakta-fakta tersendiri, seperti : rasa sakit, frustasi, aspirasi, apresiasi, tujuan dan kehendak, itu semua bukan hasil daripada zat, tetapi mempunyai sumber tersendiri dalam realita yang berbeda, yang mempunyai hak berbicara dan secara relatif bebas dari hukum-hukum mekanis. Realita ini disebut mind substansi. Jiwa merupakan suatu substansi, artinya merupakan satu kesatuan tersendiri, beroperasi secara bebas dari zat, metupakan jiwa yang hidup (living soul), mempunyai kekuatan untuk berinisiatif, dapat menemukan hukum-hukum alam dan menguasainya. Jiwa bersifat permanen, dalam arti tidak dapat melepaskan dari zat, bahkan dapat menstimulir proses zat itu, sehingga menghasilkan pengalaman baru. Jiwa dapat mengakibatkan sistem syaraf memperkaya pengalaman. Pengalaman-pengalaman ini bergantung pada mind substansi. Dalam hal ini, konsepsi yang diperoleh secara langsung berasal dari dunia luar melalui sense of experience. Konsepsi-konsepsi itu adalah merupakan abstraksi dari empiris (John Locke). Selain dari itu, ada juga pengetahuan kita yang tidak bersumber dari pengalarnan, misalnya : pengettian tentang niang dan waktu. Hal ini bersifattransenden seperti: Yang absolut, Tuhan, yang tak terbatas, namun kita yakin, berdasarkan hasil pemik-iran bahwa hal-lial itu tidak ada sesuatu yang menyebabkannya, sesuatu yang tak terbatas. Pemikiran semaeam itu disebut Rational Knowledge. Konsepsi demikian adalah suatu konstruksi dari jiwa itu, yang merupakan hasil aktivitas yang kreatif. Jadi, konsepsillconsepsi ada yang diperoleh dari aktivitas kreatif (rational knowledge) yang mumi dan ada pula yang berasal dari empiris (sense of experience). Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development. Tujuan pendidikan adalah self-development atau self-cultivation atau self-realization. Belajar Menurut Psikologi Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tap daya mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Tiap orang mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatannya saja. Agar daya-daya itu berkembang (terbentuk), maka daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya. Anggapan ini sama halnya dengan daya-daya pada badan. Apabila suatu daya telah dilatih, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi daya-daya lainnya dan seseorang dapat melakukan transfer of learning terhadap situasi lain. Untuk itulah maka kurikulum harus menyediakan mata pelajaranmata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tadi. Tekanannya bukan terletak pada isi materinya, melainkan pada pembentukannya. Pendidikan dengan latihan petnilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis. Kurikulum terorganisir dan diperuntukkan bagi semua anak, dan kurang mementingkan isi, minat anak tidak diperhatikan, yang penting ialah kerja keras. Kebudayaan ditanamkan pada anak untuk mempersiapkannya ke tujuan masyarakat. Berkat kemajuan dalam psikologi, maka muncullah teori-teori baru yang disebut "Phrenologi". Phrenologi adalah kombinasi antara psikologi daya dan fisiologi yang pada prinsipnya menyatakan bahwa 40 41 otak kita terbagi menjadi beberapa daerah dan tiap daerah mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Tiap fungsi itu terletak pada bagian tertentu pada otak. Dengan demikian terdapat karakteristik mental individual. Tiap fungsi mempunyai pusatnya masing-masing dan mengandung kesatuan fungsional. Bela, jar Menurut Teori Mental State Teori 'in] berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jivva manusia terdiri dari kesankesanltanggapan-.anggapan yang rnasuk melalui penginderaan. Kesankesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu tambah lama kcsan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran. Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan kembali (reproduksi) apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan sebaiiknya apabila kesankesan itu lemah, maka akan lebih mudah lupa. Jadi yang penting menunzt teori ini ialah bahan-bahan atau materi yang disampaikan kepada seseorang. Teori irv bersifat materiaiistis, mengutamakarr bahan. - Jiwa yang balk apabila bahan yang diterima adalah balk, dalam arti sesuai dengan norma-norma etis. Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh petzgetahuan melalui alat dria yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi danbereproduksi.Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama pengalaman dan peng:aahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan seseorang, dan sebaliknya kurang ulangan dan latihan maka pengalaman/pengerahuan akan cepat terlupakan. Daiam pengajaran, teori ini sangai mempengaruhi dengan metodenya yang disebut "Formal Step". Karena itu cara belajar yang balk ialah dengan jalan memperbanyak hafalan dan dengan menggunakan lrukiun asosiasi reproduksi, dengan faktor ingatan sangat merronjol. Jiwa masrusia terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemcys misal :

2 + 5 + 3 = 10. Satuan-satuan angka 2, 5, 3, adalah unsur-unsur, sedangkan satuan 10 adalah hasil asosiasi yang membentuk mental state manusia. Karena ada yang berang;apan seorang manusia pada hakikatnya sama dengan 10.000 butir telur ayam. Belajar Menurut Psikologi Behavioristik Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori Psikologi Daya dan teori Mental State. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Berkat pandangan dalam psikologi dan naturalisnae science maka timbullah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons psikologis. Aliran lama memandang badan adalah skunder, padahal sebenarnya justna menjadi titik pangkal bertolak. Natural science melihat sernua realita sebagai gerakan-gerakan (movement), dan pandangan ini mempengaruhi timbulnya Behaviorisme. Metode introspeksi sesung,guhnya tidak tepat, sebab menimbulkan pandangan yang berbeda-beda terhadap objek luar. Karena itu harus dicari metode yang objektif dan ilmiah. Dan' eksperimen menunjukkan, bahwa tikus dapat membedakan antara wama hijau dan wama merah dan dapat pula dilatih. Jadi kesadaran itu tiada gunanya. Dalam behaviorisme, masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Dengan tingkah laku segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan. Behaviorisme dapat menjelaskan kelakuan manusia secara saksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif. Dar] uraian tersebut, ternyata konsepsi behaviorisme besar pengaruhrrya terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi pada dasamya kelakuan anak adalah terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulusstimulus tertentu. Dengan latihan-latihan maka hubunganhubungan itu akan semakin menjadi kuat. lnilah yang disebut S-R Bond 42 43 Theory. Kelakuan tadi akan dapat ditransferkan ke dalam situasi baru menurut hukum transfer tertentu pula. Keberatan terhadap teori ini, ialah karena teori ini menekankan pada refleks dan otomatisasi dan melupakan kelakuan yang bertujuan (a purposive behavior). 2. TEORI BELAJAR Teori Conectionisme dan Hukum-hukum Belajar Apa yang telah dikemukakan dl atas kemudian menjadi dasar dari teori Conectionisme. Teori ini mempunyai doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus dan respons, asosiasiasosiasi dibuat antara kesankesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan (Bond) atau koneksi-koneksi dapat diperkuat atau diperlemah serasi dengan banyaknya penggunaan dan pengaruh-pengaruh dari penggunaan itu. Thomdike dengan S-R Bond Theorynya menyusun hukum-hukum belajar sebagai berikut : a. Hukum pengaruh (The law of effect). Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya. b. Hukum latihan (The law exercise).

Atau prinsip use and disuse. Apabila hubungan itu sering dilatih, maka la akan menjadi kuat (Fixed). c. Hukum kesediaan/kesiapan (The law of readiness). Apabila suatu ikatan (Bond) slap untuk berbuat, perbuatan itu memherikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak slap maka akan menimbulkan ketidalqpuasan/ketidaksenangan/terganggu. 3. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digwurkan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang sennila), yang oleh Thorndike disebut dengan "Perubahan Asosiatif' (associative shifting). 4. Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu. 5. Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi (prepotent element) itu. Belajar Menurut Psikologi Kognitif Teori kognitif berpijak pada tiga hal, ialah : 1). Perantara sentral (central intermdiaries). Proses-proses pusat otak (central brain), misalnya ingatan atau ekspektasi merupakan integrator tingkah laku yang bertujuan. Pendapat ini berdasarkan pada inferensi tingkah laku yang tampak (diamati). 2). Pertanyaan tentang apa yang dipelajari? Jawabannya adalah struktur kognitif, bahwa yang dipelajari adalah fakta, kita mengetahui di mana adanya, yang mengetahui alternate routes illustratis cognitive structure. Variabel tingkah laku nonhabitual adalah struktur kognitif sebagai bagian dari apa yang dipelajari. 3). Pemahaman dalam pernecahan masalah. Pernecahan suatu masalah ialah dengan cara menyajikan pengalaman lampau dalam bentuk struktur perseptual yang mendasari terjadinya insight (pemahaman) di mana adanya pengertian mengenai hubunganhubungan yang esensial. Preferensi yang digunakan adalah the contemporary structuring of the problem. Hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilerrgkapi dengan prinsipprinsip, sebagai berikut : 1. Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus (multiple responses). 2. Belajar dibimbing/diarahkan ke suatutingkatan yangpenting melalui sikap siswa itu sendiri. Prinsip prinsip Belajar Teori Kognitif l. Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepada siswa adalah kondisi belajar yang penting. Suatu masalah belajar yang terstruktur dan disajikan upaya gambaran-ganrbaran yang esensial terbuka terhadap inspeksi dari siswa. 2. Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu yang niur 44 45 dasar bagi guru atau perencana pendidikan. Susunannya dari yang sederhana ke yang kompleks, dalam arti dar-i keseluruhan yang sederhana ke keseluruhan yang lebih kompleks. Masalah bagian keseluruhan adalah masalah organisasi, dan tidak bertalian dengan teori pola kompleksitas. Sesuai dengan pandangan mengenai pertumbuhan kognitif, maka organisasi pengetahuan tergantung pada tingkat perkembangan siswa. 3. Belajar dengan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rote learning atau belajar dengan formula. Berbeda dengan teori Stimulus Respon, teori yang menitikberatkan pada pentingnya kebermaknaan dalam belajar dan mengingat (retention).

4.

Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang benar dan tepat dan mengoreksi kesalahan belajar. Siswa menerima atau menolak sesuatu berdasarkan konsekuensi dari apa yang telah diperbuatnya. Dalam hal in] kognitif setara dengan penguatan (reinforcement) pada S-R theory, tetapi teori kognitif cenderung menempatkan titik beratnya pada pengujian hipotesis melalui umpan balik. 5. Penetapan tujuan (goal-setting) penting sebagai motivasi belajar. Keberhasilan dan kegagalan menjadi hal yang menentukan cara menetapkan tujuan untuk waktu yang akan datang. 6. Berpikir devergen menuju ke ditemukaiiiiya pemecahan masalah atau ke terciptanya produk yang bernilai dan menyenangkan. Berbeda dengan berpikir konvergen yang menuju ke mendapatkan jawaban jawaban yang benar secara logika. Berpikir devergen menuntut dukungan (umpan balik) bagi upaya tentatif seseorang yang orisinal agar supaya dia dapat mengamati dirinya sebagai kreatif potensial. Belajar Menurut Psikologi Gestalt Dalam aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama ialah : field, pattera, organisme, closure, integration, wholistic, configuration, dan gestalt. Karena itu psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory. 46 Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan Yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atao unsur-unsur. Unsur-msur itu berada dalam keseluruhan menura struktur yang telah tertentu dan saling berinteralisi satu sama lav Contoh : Kepala manusia bukan merupakan penjumlahan daripad.r batok kepala, telinga, mata, hidung, mulut, rambut, dagu, dan sebagainya, melainkan kepala itu adalah suatu keseluruhan yang bermakna, di mana unsur-unsur tadi terletak pada struktumya masing-masing. Mata tidak mungkin terletak di ibu Jan, hidung tidak mungkin terletak di tengah-tengah dada dan seterusnya. Pada struktumya masing-masing itulah bagian-bagian dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bagianbagian itu hanya bermakna dalam hubungan keseluruhan itu. Lagi pula sesuatu hal, perbuatan, benda, dan lain-lain hanya bermakna dalam hubungan dengan situasi tertentu. Misalnya : emas (perhiasan) hanya bermakna dalam situasi di mana ada pesta; para tamu umumnya memakai perhiasan yang indah-indah, akan tetapi akan tidak bermakna dalam situasi padang pasir di mana seseorang sedang mengalami rasa haus dan dahaga. Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah : 1). Timbulnya kelakuan adalah berkat interaksi antara individu dan lingkungan di mana faktor apa yang telah dimiliki (natural endowment) lebih menonjol. 2). Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong timbulnya kelakuan. 3). Mengutamakan segi pemahaman (insight). 4}. Menekankan kepada adanya situasi sekarang, di mana individu menemukan dirinya. 5). Yang utama dan pertama ialah keseluruhan, dan bagian-bagiav hanya bermakna dalam keseluruhan itu. Prinsip prinsip Belajar Gestalt (Field Theory) 1). Belajar dimulai dar-i suatu keseluruhan. Keseluruhan yang nmn ,I1 jadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dan' hal-hal yang kompleks menuju ke halhal yang sederhana. Dan' keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas harian

yang beruntun. Belajar dimulai clan satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan. 2). Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagiaqbagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermalaia dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, misal : sebuah ban mobil hanya bermakna kalau mmjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya bennakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang kayu hanya bermakva sebagai tiang kalau menjadi satu dari sebuah rumah dan sebagainya. 3). lndividuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil. Contoh : mula-mula anak melihat/mengenal wajah ibunya sebagai satu keseluruhan/kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian la melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya. 4). Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubwlgan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah pisang karena la sedang lapar. 3. CLRI-CIRL BELAJAR Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka pada hakikatnya "Belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang,.. clan perubahan tingkah laku tersebut tak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan, dan sebagainya)" (Hilgard dan Gordon, 1975, h. 17). Dengan pengertian tersebut, maka temyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu : 1). Belajar berbeda dengan kematangan Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara cepat mengubah tingkah laku, maka berarti prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan perubahan-perubahan tak dapat diklasifikasikan sebagai belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kematangan, tetapi juga tidak sedikit perubahan tingkah yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat di sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya. 2). Belajar dibedalurn dari perubahan fisik dan mental Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi letih/lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat menyebabkan tingkah laku berubah, atau karena mengalami kecelakaan tetapi hal ini tak dapat dinyatakan sebagai hasil perbuatan belajar.

Gejala-gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadinya kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya berhenti belajar, menjadi bingung, rasa kegagalan, dan sebagainya. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai 48 3). Ciri belajar yang hasilrrya relatif menetap 4. UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM PROSES BELAJAR Perbuatan belajar adalah suatu proses yang kompleks. Proses itu sendiri sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan belajar tersebut. Karena itu, untuk memahami suatu perbuatan belajar diperlukan kajian terhadap perbuatan itu secara unsuriah. Dengan kata lain, setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur, yang sifatnya dinamis. Grnsur-unsur tersebut dikatakan dinamis, karena dapat berubah-ubah, dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau menjadi lemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam din' siswa dan yang ada di luar diri siswa bersangkutan. Perubahan unsur-unsur tersebut sudah tentu ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar dan hasil yang diperoleh. Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1). motivasi siswa, (2). bahan belajar, (3). alat bantu belajar, (4). suasana belajar, (5). kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis itu, yang sering berubah, rnenguat atau melemah, dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut. Mo6vasi Siswa, Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu per 50 belajar. Jadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh penzbahan fisik dan mental bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti sebenarnya. buatan atau tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk metalcukan perbuatan belajar. Dorongan itu dapat timbul dari dalam diri subjek yang belajar yang bersumber dari kebutuhan tertentu yang ingin mendapat pemuasan; atau dorongan yang timbul karena rangsangan dari li~ar sehingga subjek melakukan perbuatan belajar. Motivasi yang timbul karena kebutuhan dari dalam din' siswa dianggap lebih baik dibandingkan dengan motivasi yang disebabkan oleh rangsangan dari luar. Narnun dalam praktiknya, sering motivasi dari dalam itu tidak ada, atau belum timbul. Keadaan ini memeriukan rangsar.gan dari luar sehing,a timbul motivasi belajar. Bahan Belajar Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yangpenting mendapat perhatian oleh guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Karena itu, penentuan bahan belajar mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Bahan-bahan yang bertalian dengan tujuan itu telah digariskan daiam silabus dan GBPP. Dalam silabus dan GBPP telah dirumuskan secara rinci materi belajar yang ditentukan untuk dipelajari oleh siswa, berupa topik-topik inti, topik buku inti, serta uraian deskripsi dan bahan kajian lainnya. Rincian yang lebih terurai terdapat dalam buku sumber/sumber rujukan. Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengar. bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih inenarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut

juga alat peraga atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-alat yang dapat dilihat (media visual), alat yang dapat didengar (media audio), dan alat-alat Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku (performance) yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, seseorang bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan perbuatan itu sendiri secara nyata. Jadi istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku itu dikuasai secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman. Yang dapat didengar clan dilihat (Audio-Visual Aids), serta sumbersumber masyarakat yang dapat dialanu secara langsung. Suasana Belajar Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan, sudah tentu tidak mermojang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu, guru dan siswa smantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang balk clan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal iru berarti bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa. Kondisi Subjek Belajar Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan clan keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar secara efisien clan efektif apabila berbadan sehat, memiliki inteligensi yang memadai, slap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang bertaiian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar. Siswa yang sakit/kurang sehat, inteligensi rendah, belum slap belajar, tidak berbakat untuk mempelajari sesuatu, dan tidak memiliki pei:~? _alaman appersepsi yang memadai, kiranya akan mempengaruhi kelancaran kegiatan dan mutu hasii belajarnya. 5. RANGKiJMA1f, PERTANYAAN DAN TUGAS Rangkuman 1. Belajar adalah modifikasi atau memperkuat tingkah iaku melalui pengalaman dan latihan. Belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. 2. Belajar berbeda dari kematangan, perubahan fisik dan mental, yang mana perubahan yang disebabkan oleh belajar bersifat menetap secara relatif. 3. Menurut psikologi klasik, belajar adalah suatu proses pengem bangan dan latihan jiwa (mind). Menurut psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan baik. Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah membentuk hubungan stimulus-respons dengan latihan-latihan. Menurut psikologi kognitif, belajar adalah proses-proses pusat otak atas struktur kognitif (fakta) dalarn bentuk pemaharnan dan pemecahan masalah. Menurut psikologi gestalt, belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman. Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari (1), motivasi yakni dorongan untuk berbuat, (2). bahan belajar, yakni materi yang dipelajari, (3). alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar, (4). suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik clan psikologis yang menunjang belajar, (5). kondisi subjek belajar, ialah keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar.

Pertanyaan dan Tugas 1. Sebutkan clan jelaskan sekurang-kurangnya dua buah definisi "belajar". Berikan masingmasing sebuah contoh. 2. Sebutkan clan jelaskan ciri-ciri belajar. Ber-ikan dengan sebuah contoh konkrit. 3. Lakukan serangkaian observasi terhadap sejumlah guru yang sedang mengajar. Selidiki bagaimana mereka memberiican petun_ juk tentang kegiatan belajar kepada siswanya. 4. Lakukan serangkaian wawancara dengan sejumlah guru yan g dianggap telah berpengalaman luas. Pertanyakan pins' apa yang mereka berikan kepada siswanya, dengan alasan apa prinsip itu digunakan. 5. Uraikan pengertian belajar menurut psikologi klasik dan psikologi daya. Sebutkan perbedaan antara kedua pendapat tersebut berdasarkan prinsip-prinsipnya. 6. Jelaskan perbedaan antara psikologi behavioristik dan psikologi kognitif, dari segi pengertiannya dan pr-insip-prinsip belajamya. 7. Sebutkan prinsip-prinsip belajar psikologi gestalt dan connectionisme theory. 52 53

You might also like