You are on page 1of 11

Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran Tik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN TIK (MUSTIKA, Kiki Dina - www.repository.upi.edu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan intelektual, materinya berupa tematema esensial, aktual serta global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa kini, TIK adalah perpaduan dari cabang-cabang ilmu pengetahuan, materi TIK melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sering kali siswa merasa kesulitan memahami materi TIK yang diberikan guru dan kurang terampil menggunakan aplikasi dalam pelajaran TIK. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru yang tidak menggunakan model pembelajaran, guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagaimana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan sikap siswa cenderung pasif, pada akhirnya membuat siswa hanya mampu menyelesaikan sesuatu permasalahan terbatas kepada masalah yang dicontohkan saja. Kemudian merasa kesulitan ketika diberikan permasalahan yang baru. Selengkapnya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Makna model pembelajaran adalah sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Selengkapnya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian quasi eksperimen. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true eksperimental design, yang sulit dilaksanakan. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari preeksperimental design. Quasi eksperimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit

mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Menurut Sudjana (2005) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginformasikan suatu gejala atau peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat ini. Metode ini digunakan dengan alasan bahwa tidak mungkin ada dua kelas yang memiliki peserta didik yang kondisinya sama persis. Selain itu, metode ini juga sesuai dengan salah satu tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran problem posing dengan melihat perbedaan antara pretest dan posttest. Selengkapnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tahap Analisis Permasalahan Pada tahap ini, peneliti melakukan studi literature mengenai model pembelajaran problem posing dan mencari penelitian-penelitian lain yang mendukung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan model pembelajaran problem posing. B. Tahap Persiapan 1. Identifikasi Awal Peneliti mencari sekolah yang memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Setelah memperoleh izin, peneliti mencari informasi mengenai tentang keadaan sekolah, diantaranya mengidentifikasi silabus mata pelajaran TIK, sarana dan prasarana (laboratorium), dan keadaan peserta didik. Sekolah yang memberikan izin untuk dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMP Negeri 23 Bandar Lampung. Selengkapnya BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian quasi eksperimen dalam penerapan model pembelajaran problem posing untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran TIK di SMP Negeri 23 Bandar Lampung, penulis dapat mengemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan pada mata pelajaran TIK pada masingmasing pertemuan. 2. Peserta didik menyukai atau memberi respon positif terhadap pembelajaran TIK dengan menerapkan model pembelajaran Problem Posing.. Selengkapnya DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu, Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Searah dengan itu, pinsip penyelenggaraan pendidikan di negara kita salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Terkait dengan paparan ideal-normatif tersebut kiranya dapat dikatakan di sini bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) benar-benar memiliki peranan yang sentral dan strategis dalam kerangka keseluruhan sistem dan struktur kurikulum pendidikan nasional guna mewujudkan tujuan pendidikan yang telah digariskan. Betapa tidak? Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik spesifik dalam hal orientasinya untuk membentuk pribadi peserta didik agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki pemahaman, penghayatan dan kesadaran yang tinggi akan hak-hak dan kewajibannya serta mampu dan cakap melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang kehidupan dengan dilandasi oleh prinsip proporsionalitas, nilai-nilai spiritualitas keagamaan, nilai-nilai pluralitas sosio-budaya, nilai-nilai nasionalisme kultural, serta nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu semua kiranya tidak diartikan sebagai isapan jempol ataupun melebih-lebihkan, tetapi lebih dimaksudkan untuk menggugah dan membangun kesadaran para sejawat dan se-profesi guru, khususnya

guru bidang studi PKn, bahwa tantangan yang dihadapi guru PKn tidaklah ringan, apalagi di era globalisasi sekarang ini. Di era globalisasi dan pasar bebas sekarang ini manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan besar yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Manusia ibarat buih di lautan lepas yang mudah terseret oleh ombak dan tergulung oleh gelombang, serta mudah kehilangan arah dalam melangkah, kecuali bagi yang memiliki daya tahan dan daya-suai yang tinggi serta pedoman dan pegangan hidup yang kuat. Bangsa Indonesia dengan laju pembangunannya selama ini ditengarahi oleh banyak pihak masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan. Dalam kaitan ini Tilaar mensinyalir adanya beberapa masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu: (1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik; (2) pemerataan kesempatan belajar; (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan; (4) status kelembagaan; (5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (6) sumber daya yang belum profesional. Khusus dalam kaitannya dengan pelaksanaan hak asasi manusia, di kalangan masyarakat bangsa kita masih banyak dan sering terjadi pelanggaran-pelanggaran disebabkan oleh sistem pemerintahan yang sentralistisbirokratik. Sederetan pelanggaran HAM terjadi dalam kehidupan masyarakat mulai dari peristiwa Tanjung Periok, Haur Koneng, Lampung, DOM Aceh, Irian Jaya, Peristiwa Timor Timur, Kasus Udin, Marsinah, Peristiwa Banjarmasin, Peristiwa Trisakti, Pembantaian Banyuwangi, Tragedi Semanggi, Peristiwa Ketapang, Kupang, sampai dengan peristiwa pemboman Masjid Istiqlal dan belakangan yang sempat menggegerkan dunia, yaitu peristiwa bom Bali. Menghadapi masalah besar seperti itu semua, para guru, utamanya guru PKn dengan spesifikasi dan karakteristik yang ada pada bidang ajarnya harus lebih tergugah, lebih terinspirasi dan lebih termotivasi untuk mencari, menemukan dan menerapkan metode-metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga setahap demi setahap kualitas pendidikan nasional bisa ditingkatkan, dan setahap demi setahap kualitas manusia Indonesia seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan UUSPN 2003 bisa diwujudkan. Sebagai seorang guru, tepatnya guru PKn, sudah barang tentu penulis tidak terlepas dari masalah-masalah besar yang dihadapi oleh pendidikan nasional dewasa ini, yang pemecahannya perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat bangsa kita, dan dari segi waktu perlu adanya perencanaan yang matang, panjang menjangkau ke depan, menyeluruh, bertahap dan berkesinambungan. Namun, di samping masalahmasalah besar pendidikan nasional yang menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa, ada pula masalah-masalah pendidikan yang secara spesifik dan kasuistis harus diatasi dan sepertinya menjadi tanggung jawab individual penulis sehubungan dengan menjalankan tugas profesi sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas. Belakangan ini penulis mengamati gejala rendahnya partisipasi aktif dan motivasi belajar siswa di kelas dalam mata pelajaran PKn, Mereka siswa sepertinya tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran dan bahkan

banyak yang bersikap seolah mata pelajaran PKn tidak penting dan tidak banyak gunanya bagi mereka. Sebagai indikatornya, masih banyak siswa yang bicara sendiri dengan temannya ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada yang mengantuk, ada yang asyik bernyanyi sendiri secara lirih, ada pula yang terang-terangan mengerjakan soal-soal atau tugas mata pelajaran selain PKn, bahkan ada yang berani bergurau dengan temannya. Suasana belajar yang tidak kondusif seperti itu jelas merupakan masalah yang harus segera diatasi, karena berakibat pada rendahnya daya serap siswa terhadap materi pembelajaran dan penguasaan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, dan ujung-ujungnya prestasi hasil belajar mereka rendah, rata-rata hanya sampai batas ketuntasan minimal, malahan ada yang cenderung di bawah batas minimal. Hal ini terjadi terutama pada siswa SMP Negeri 2 Sugio kelas VII Semester Genap, dengan Materi Pokok Pembelajaran: Perlindungan dan Penegakan HAM. Disadari banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi dan motivasi belajar serta prestasi hasil belajar siswa; bisa dari faktor internal siswa seperti tingkat IQ atau intelegensi, bakat dan minat, kebiasaan belajar, motif berprestasi, dan sebagainya; bisa juga dari faktor eksternal seperti faktor sarana dan prasaranan belajar di sekolah, faktor kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, sumber bahan belajar, suasana proses pembelajaran, dan lain sebagainya. Untuk itu berbagai upaya diagnosa dan perbaikan metode pembelajaran yang standar telah pula dilakukan, antara lain dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakannya secara konsekuen di depan kelas, melakukan perubahan metode pembelajaran dari metode ceramah ke metode tanya jawab atau metode diskusi dan penugasan, melakukan penilaian proses, pre-tes dan post-tes, analisis butir soal berikut revisi soal-soal yang dinilai kurang layak, bahkah disusul pula dengan pemberian remedi kelas maupun remedi individual, namun tetap saja partisipasi dan motivasi belajar siswa beserta prestasi hasil belajarnya kurang memuaskan. Bertolak dari kenyataan seperti itu maka perlu dicari alternatif solusinya terutama yang berhubungan dengan faktor kegiatan pembelajaran. Salah satu solusi alternatif yang dipilih untuk diterapkan di sini dan yang diharapkan bisa mengatasi masalah khusus kegiatan pembelajaran dalam bidang studi PKn tersebut adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction). Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model (termasuk di dalamnya orientasi filosofis, strategi, metode dan teknik) dalam proses belajar mengajar di kelas yang mana siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena sosial yang ada di sekelilingnya atau di lingkungan sekitarnya. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, dan selanjutnya tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru selebihnya adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda di antara mereka. Pendekatan yang sama pernah dilakukan oleh sejawat seprofesi, Aston L. Toruan dalam PTK-PKn-nya untuk mengatasi masalah yang hampir sama di lingkungan siswa kelas X Ak SMK Negeri 3 Jakarta dengan hasil yang boleh dikata cukup memuaskan, di mana skor rerata keberanian siswa dalam bertanya dan

mengemukakan pendapat mengalami peninggkatan yang cukup berarti dari 70,33% pada siklus pertama meningkat menjadi 85,55% pada siklus kedua (mengalami kenaikan sebesar 15,22%). Sementara skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan yang juga cukup berarti dari 21,26% pada siklus pertama menurun menjadi 9,25% (mengalami penurunan sebesar 12,01%). Sedangkan skor rerata pemahaman dan ketuntasan belajar siswa tentang materi pembelajaran HAM juga mengalami peningkatan yang menurut kriteria Aston tergolong baik, masing-masing dari 7,01% dan 74,82% pada siklus pertama meningkat menjadi 7,80% pada siklus kedua untuk aspek pemahaman dan 89,96% pada siklus kedua untuk aspek ketuntasan. Lihat link terkait di sini! Berdasarkan semua latar pemikiran yang telah terurai itulah maka dalam PTK-PKn kali ini juga diterapkan strategi pembelajaran berbasis masalah, dengan harapan bisa mengatasi masalah pembelajaran yang muncul pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sugio, Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur, sebagaimana telah berhasil dicapai oleh sejawat Aston L. Toruan tersebut, meskipun dalam hal ini terdapat banyak perbedaan kondisional, antara lain perbedaan dari segi latar setting penelitian, jenjang pendidikan, subyek penelitian, dan perbedaan faktor-faktor lainnya. Satu-satunya kesamaan yang ada antara PTK yang telah dilakukan oleh Aston dengan yang dilakukan oleh penulis di sini hanyalah menyangkut kesamaan ruang lingkup spesialisasi bidang ajar, yaitu sama-sama guru PKn dan sama-sama menghadapi masalah terkait materi pokok pembelajaran HAM. Adapun formulasi judul PTK kali ini selengkapnya adalah sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Materi Perlindungan dan Penegakah HAM Pada Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2007/2008). B. Perumusan Masalah Untuk memberikan arahan bagi langkah-langkah penelitian selanjutnya maka perlu dirumuskan masalahmasalah khusus penelitian, sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bisa meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa terhadap materi Perlindungan dan Penegakan HAM pada bidang studi PKn di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan? 2. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah bisa meningkatkan prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswa terhadap materi Perlindungan dan Penegakan HAM pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan? C. Cara Pemecahan Masalah Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu dalam tulisan ini, bahwa untuk mengatasi masalah khusus yang muncul dalam proses pembelajaran dengan materi pokok Perlindungan dan Penegakan HAM dalam bidang studi PKn pada siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2007/2008 dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning). Dipilihnya model pembelajaran tersebut sebagai solusi alternatif dalam masalah ini setidaknya karena terinspirasi oleh hasil dari pengalaman serupa yang telah dicapai oleh sejawat seprofesi, Anton L. Toruan tersebut, meskipun di sana-sini terdapat perbedaan kondisional antara masalah yang dihadapi oleh Anton dalam PTK-nya dengan masalah yang dihadapi oleh penulis di sini. Namun satu hal yang boleh dibilang pasti, yaitu adanya kesamaan inti dan sifat masalah. Alasan lain dipilihnya model pembelajaran berbasis masalah dalam PTK ini adalah karena mengingat kelebihankelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran berbasis masalah itu sendiri (Lebih lanjut akan diuraikan dalam bagian kajian teori atau kerangka berpikir). D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1. Untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran HAM bidang studi PKn di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. 1. Untuk meningkatkan prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswa tentang materi pokok pembelajaran HAM bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran, khususnya proses pembelajaran dalam mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Sugio Kabupaten Lamongan - Jawa Timur. 2. Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi diri pribadi si guru (peneliti) sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme guru. 3. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi guru pada umumnya, khususnya guru bidang studi PKn, setidaknya bisa menambah dan memperkaya referensi tentang alternatif penerapan model-model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah khusus pembelajaran di kelasnya masingmasing. 4. Hasil penelitian ini diharapkan lebih jauh agar bisa memacu aktivitas dan kreativitas belajar siswa serta aktivitas dan kreativitas mengajar dari guru, sehingga proses belajar-mengajar tidak dirasakan sebagai sesuatu yang menjemukan, melainkan sebaliknya sebagai sesuatu yang menyenangkan ( Learning is fun). Singkatnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bagian dan ikon dari proses pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang sangat didambakan oleh siswa maupun guru

DAFTAR ISI
hal i ii iii iv 1 2 2 2 3 3 4 14 17 18 18 19 20 21 23 27 32 36 36 38 39

LEMBARAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Permasalahan C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran B. Hakekat Metode Tanya Jawab C. Hipotesis Tindakan BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Persiapan penelitian C. Siklus Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Siklus 1 B. Siklus 2 C. Siklus 3 BAB V KESIMPULAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS KODE 005


Peningkatan Prestasi Belajar PKn melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Struktural pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori (atau lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke yang menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak sepeti botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebikaksanaan sang mahaguru. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah paradigma pengajaran. Kita perlu menelaah kembali praktikpraktif pembelajaran di sekolah-sekolah . peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahua. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi . lebih celaka lagi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengajar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Tampaknya perlu adanya perubahan dalam menelaah proses belajar siswa interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (pear teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. System pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai system pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Dalam system ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Ada beberapa alas an penting mengapa system pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolahsekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugarkan para siswa untuk bekerja dalam kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil.

Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang. Berbagai dampak negative dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok melainkan pada penstrukturannya, jadi system pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok. Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam menggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif model Struktural terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul Peningkatan Prestasi Belajar PKn melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Struktural pada Siswa kelas . Tahun pelajaran. B. Rumusan Masalah Merujuk pada uraian latar belakang di atas dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran kooperatif model Struktural berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas .tahun pelajaran 2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran PKn dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Struktural pada siswa kelastahun pelajaran C. Tujuan Penelitian Berdasarkan atas rumusan masalah di atas , maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa kelas. Tahun pelajaran 2. Ingin mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penguasaan mata pelajaran PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Struktural pada siswa . Tahun Pelajaran.. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif model Struktural dalam Pembelajaran PKn 2. Sebagai penentuan kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn .

3 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap social untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar. 5. Menambah pengetahuan dan wawaan penulis tentang peranan guru PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn 6. Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn E. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif adalah Pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesame siswa sebgai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. 2. Motivesi belajar adalah Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi: 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelastahun pelajaran 2. Penelitian ini dilakukan pada bulan April semester genap tahun pelajaran .. 3. Meteri yang disampaikan adalah pokok bahasan

Ssambungan

You might also like