You are on page 1of 11

Makalah Filsafat Ilmu Ontologi

Disusun Oleh Nama: Widiawati NIM : 06122502023 BKU : Dosen

Dosen Pengasuh Prof. Dr. Waspodo Prof. Dr. Nuraini F. Kurdi Dr. Somakim, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang

2012
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam. Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam. B. Tujuan Penulis atau mahasiswa mengharap mengetahui: 1. Pengertian ontologi

2. Aliran-aliran ontologi 3. Aspek ontologi C. Manfaat Mempelajari Ontologi Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut: 1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada. 2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi. 3. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.

PEMBAHASAN A. Pengertian Ontologi Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos. Logic Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi. Secara garis besar ontologi membedakan ada itu antara: adamutlak, ada terbatas, ada-umum dan ada khusus. Kewajiban pendidkan melalui latar belakang ontologis ini ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis. Scope ontologi ini kadang-kadang dibedakan antara metafisika dengan kosmologi. Untuk menyelidiki realita semesta yang tak terbatas itu dianggap perlu ada semacam pengkhususan.

1. Metafisika diartikan dengan beberapa pengertian. a. Kadang-kadangmetafisika diartikan dengan ontologi itu sendiri b. Secara etimologis metafisika berarti di balik atau di belakang fisika (meta = di belakang). Istilah ini terjadi secara kebetulan. 2. Kosmologi Kosmologi memusatkan perhatiannya kepada realita kosmos, yakni keseluruhan sistem semesta raya. Kosmologi meliputi baik realita yang khusus maupun yang umum, yang universal. Jadi, kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata, dalam arti alam fisis yang material. Walaupun kosmologi tak mungkin merangkul alam semesta dalam arti menghayati secara indera, tetapi kosmologi menghayati realita semesta secara intelektual. Implikasi pandangan ontologi di dalam pendidikan ialah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari. Melainkan sebagai suatu yang tak terbatas, realitas fisis, spiritual, yang tetap dan yang berubah-ubah (dinamis). Juga hukum dan sistem kesemestaan yang melahirkan perwujudan harmoni dalam alam semesta, termasuk hukum dan tertib yang menentukan kehidupan manusia. B. Aliran-aliran Ontologi Didalam pemahaman Ontologi terdapat beberapa pandanganpandangan pokok pemikiran, diantaranya : 1. Monoisme, : Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :

a. Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satusatunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri b. Idealisme, Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme berasal dari kata Ideal yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis denganntya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani 2. Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern) 3. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara 4. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno,

yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang realitas Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain 5. Agnotitisme, Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani, kata agnosticisme belum barasal dari bahasa orang Grick. Ignotos dan yang berarti Unknowartinya not, Gno artinya Know. Timbulnya aliran ini dikarenakan dapatnya mengenal mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal Akal merupakan salah satu anugrah dari Alloh SWT yang paling istimewa bagi manusia. Sifat akal adalah selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri. Pengetahuan yang dimiliki manusia bukan di bawa sejak lahir, tapi lewat sebuah proses berpikir dan mendapatkan pengalaman. C. Aspek Ontologi Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.

Ontologi

membahas

tentang

yang

ada

yang

universal,

menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens Bagus; ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh.. 1. Objek Formal Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliranaliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. 2. Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara : a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)

e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik) f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja. Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut : a. b. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif) Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain c. d. e. f. g. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang) Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja

PENUTUP Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ontologi mempelajari tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan hubungannya dengan daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan . Pembahasan ontologi tidak mencakup pada proses, prosedur dan manfaat dari suatu objek yang ditelaah ilmu, tetapi lebih kepada perwujudannya. Telaah matematika secara ontologi menunjukkan bahwa

matematika bersifat metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal dan universal. Hal berarti bahwa matematika telah memenuhi aspek ontologi dalam filsafat ilmu, selanjutnya matematika perlu ditelaah secara epistemologi dan aksiologi.

DAFTAR PUSTAKA

Ani.

2011. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu. (http://bermenschool.wordpress.com/ diakses 28 September 2012 pukul 14.40).

Nurrachmawati, Nita. 2008. Ontologi dalam Filsafat Ilmu. (http://blog.uinmalang.ac.id/nita/2011/01/25/ontologi-dalam-filsafat-ilmu/ diakses 28 September 2012 Pukul 14.30). Syam, Mohammad Noor. 1986. Filsafat Kependidikan dan dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Winarto, Joko. 2011. Ontologi. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/22/ontologi/ diakses 28 September 2012 Pukul 14.34).

You might also like