You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN LANDASAN TEORI Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Farmakope Indonesia IV : 6) Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu : Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (Minyak dalam Air), adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (Air dalam Minyak), adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal. Pemerian Spermaceti / Cetaceum (Farmakope Indonesia III : 141) Masa hablur, bening, licin, putih mutiara, memiliki bau dan rasa yang lemah. Titik Lebur : 42 50 C Fungsi : Zat Tambahan White Wax / Cera Alba (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 187) Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik. Titik Lebur : 62 65 C Fungsi : Penstabil Sodium Borate / Borax (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 669) Putih, kristal keras, granul atau serbuk kristal.

Titik Lebur : 75 C Fungsi : Antimikroba, Emulsi Agent Stronger Rose Water Bening, bau khas, encer. Fungsi : Zat tambahan, Pewangi Purified Water / Aqua Destilata (Farmakope Indonesia III : 96) Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak punya rasa. Rose Oil / Minyak Mawar (Farmakope Indonesia III : 459) Tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25 C kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Fungsi : Pengaroma Stearyl Alcohol / Cetostearyl Alcohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 151) Putih atau hampir putih atau granul, larut dalam etanol. Titik Lebur : 57 60 C Fungsi : Pelembut Sorbitan Monooleate / Span 80 (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 714) Seperti krim atau cairan atau padatan yang berwarna dengan bau dan rasa yang berbeda. Titik Beku : -12 C Fungsi : Nonionik Surfaktan, Suspending Agent, Emulgator Sorbitol Solution 70% (British Pharmakope Vol.I: 1331) Jernih, tidak berwarna, cairan seperti sirup, dapat dicampur dengan air, gliserol 85% dan dengan propilen glikol, larut dalam alkohol. Titik Lebur : 110 112 C Fungsi : Pemanis Polysorbate 80 / Tween 80 (Farmakope Indonesia III : 509) Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak khas. Fungsi : Zat tambahan Methyl Paraben / Nipagin (Farmakope Indonesia III : 378) Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak punya rasa, agak membakar diikuti rasa tebal. Titik Lebur : 125 128 C Fungsi : Zat Pengawet

Propyl Paraben / Nipasol (Farmakope Indonesia III : 535) Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Titik Lebur : 95 98 C Fungsi : Zat Pengawet Coconut Oil / Minyak Kelapa (British Pharmakope Vol.I: 403) Putih, berbau kelapa, mudah larut dalam alkohol 96%, sedikit larut dalam temperatur rendah. Titik Lebur : 23 26 C Fungsi : Pelembut Stearic Acid / Asam Stearat (Farmakope Indonesia III : 57) Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat mirip lemak lilin. Titik Lebur : Tidak kurang dari 54 C Fungsi : Emulsi Agent Cetyl Alcohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 155) Putih, granul, bau yang khas. Titik Lebur : 45 C sampai 52 C Fungsi : Emulgator, Pengental Gliserin / Gliserol (Farmakope Indonesia III : 271) Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Fungsi : Antimikroba Potassium Hidroxide / Kalium Hidroksida (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 61) Massa berbentuk batang atau bongkahan, putih, sangat mudah meleleh. Fungsi : Anticaking LATAR BELAKANG Adapun dibuatnya sediaan krim ini karena mudah menyebar rata, praktis, lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a ( minyak dalam air ), cara kerja langsung pada jaringan setempat, tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air ), bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun sehingga pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien, aman digunakan dewasa maupun anak anak, memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak ), bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi, bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant, bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

Namun di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan di antaranya yaitu mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatuka, .susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas, mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak ), gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas, pembuatannya harus secara aseptik. BAB II BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA FORMULA V Bahan Cream Base W/O Oleaginous Phase Spermaceti 12,5 % White Wax 12,0 % Coconut Oil 55,58 % Aqueous Phase Sodium Borate 0,5 % Stronger Rose Water 2,5 % Purified Water 16,5 % Aromatic Rose Oil 0,02 % m.f 50 g Perhitungan Bahan Spermaceti : 12,5/100 x 50 = 6,25 g White Wax : 12,0/100 x 50 = 6 g Coconut Oil : 55,58/100 x 50 = 27,79 g = 27,8 g Sodium Borate : 0,5/100 x 50 = 0,25 g = 250 mg Stronger Rose Water : 2,5/100 x 50 = 1,25 g Purified Water : 16,5/100 x 50 = 8,25 g BJ air = 1 g/ml

Volume= Massa/BJ =(8,25 g)/(1 g/ml)=8,25 ml Rose Oil : 0,02/100 x 50 = 0,01 g = 10 mg 50 mg Cara Kerja Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan Lelehkan Spermaceti dan White Wax di penangas air Tambahkan Coconut Oil dan teruskan pemanasan sampai 70 C Larutkan Sodium Borate dalam Purified Water dan Stronger Rose Water, dihangatkan samapai 75 C Secara bertahap tambahkan fase air ke fase minyak dengan pengadukan Dinginkan hingga 45 C dengan pengadukan dan tambahkan Rose Oil FORMULA VI Bahan Cream Base O/W Oleagenous Phase Stearyl Alcohol 15 % White Wax 8 % Sorbitan Monooleate 1,25 % Aqueous Phase Sorbitol Solution 70 % 7,5 % Polysorbate 80 3,75 % Methyl Paraben 0,025 % Propyl Paraben 0,015 % Purified Water qs ad 100 % m.f 50 g 2.2.2 Perhitungan Bahan - Stearyl Alcohol : 15/100 x 50 = 7,5 g White Wax : 8/100 x 50 = 4 g - Sorbitan Monooleate : 1,25/100 x 50 = 0,625 g = 625 mg - Sorbitol Solution 70 % : 7,5/100 x 50 = 3,75 g - Polysorbate 80 : 3,75/100 x 50 = 1,875 g - Methyl Paraben : 0,025/100 x 50= 0,0125 g = 12,5 mg 50 mg - Propyl Paraben : 0,015/100 x 50 = 0,0075 g = 7,5 mg 50 mg

- Purified Water : 50 (7,5 + 4 + 0,625 + 3,75 + 1,875 + 0,0125 + 0,0075) = 32,23 g BJ air = 1 g/ml Volume= Massa/BJ =(32,23 g)/(1 g/ml)=32,23 ml Cara Kerja Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan Panaskan fase minyak dan fase air hingga 70 C Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk emulsi minyak mentah Dinginkan sekitar 55 C dan homogenkan Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental 2.3 FORMULA VII 2.3.1 Bahan Cream Base O/W Oleagenous Phase Stearic Acid 13 % Stearyl Alcohol 1% Cetyl Alcohol 1% Aqueous Phase Glycerine 10% Methyl Paraben 0,1% Propyl Paraben 0,05% Potassium Hidroxide 0,9% Purified Water qs ad 100% m.f 50 g 2.3.2 Perhitungan Bahan Stearic Acid : 13/100 x 50 = 6,5 g Stearyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg Cetyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg Glycerine : 10/100 x 50 = 5 g Methyl Paraben : 0,1/100 x 50 = 0,05 g = 50 mg Propyl Paraben : 0,05/100 x 50 = 0,025 g = 25 mg Potassium Hidroxide : 0,9/100 x 50 = 0,45 g = 450 mg Purified Water : 50 (6,5 + 0,5 + 0,5 + 5 + 0,05 + 0,025

+ 0,45) = 36,975 g BJ air = 1 g/ml Volume= Massa/BJ=(36,975 g)/(1 g/ml)=36,975 ml 2.3.3 Cara Kerja Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan Panaskan fase minyak dan fase air sekitar 65 C Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk emulsi minyak mentah Dinginkan sekitar 50 C dan homogenkan Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL KERJA 3.1 PEMBAHASAN Rose Oil / Minyak Mawar dimasukkan pada saat temperatur rendah sekitar 45 C, ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kehilangan aroma karena penguapan saat pembuatan. (Modern Pharmaceutical : 309) Surfaktan atau Emulsi Agent yang terdapat pada Formula V dan Formula VI yaitu Sodium Borate, Stearyl Alcohol, Sorbitan Monooleate, dan Polysorbate 80. Bobot Jenis (BJ) minyak mawar adalah 0,848 sampai 0,863, penetapan dilakukan pada suhu 30 C dan air akan ditetapkan pada suhu 15 C. (Farmakope Indonesia III : 459) 3.2 HASIL KERJA 3.2.1 FORMULA V Bobot pot kosong : 7,5 g Bobot pot + isi : 51 g Bobot isi : 51 7,5 = 43,5 g Bobot penyusutan : 50 43,5 = 6,5 g Persentase bobot penyusutan : 6,5/50 x 100 % = 13 % 3.2.2 FORMULA VI Bobot pot kosong : 10,5 g Bobot pot + isi : 53 g Bobot isi : 53 10,5 = 42,5 g

Bobot penyusutan : 50 42,5 = 7,5 g Persentase bobot penyusutan : 7,5/50 x 100 % = 15 % 3.2.3 FORMULA VII Bobot pot kosong : 9,3 g Bobot pot + isi : 54,5 g Bobot isi : 54,5 9,3 = 45,2 g Bobot penyusutan : 50 45,2 = 4,8 g Persentase bobot penyusutan : 4,8/50 x 100 % = 9,6 % BAB IV KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi bobot penyusutan pada saat pengerjaan, hal itu terjadi karena pada saat proses peleburan terjadi penguapan yang berlebihan, bahan yang masih melekat pada cawan uap pada saat proses peleburan serta cream yang masih melekat pada lumpang pada saat proses pengadukan hingga mengental.

1. Penjelasan Singkat Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi ini tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak, kecuali bila dinyatakan dalam masing masing monografi. Bila dalam etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enteric, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat, seperti yang tertera pada Uji Pelepasan Obat , kecuali dinyatakan lain dalam masing masing monografi. (Farmakope Indonesia Edisi IV, Halaman 1083). 2. Alat yang digunakan pada Uji Disolusi Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian

sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 370 0.50 selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing masing monografi dalam batas lebih kurang 4%. Filed under Uncategorized | Leave a comment OCT23 Gel dan Pasta Posted on October 23, 2011 by abethpandiangan Standard BAB I PENDAHULUAN LANDASAN TEORI 1.1.1 PASTA Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit (Farmakope Indonesia edisi III). Di samping itu, Pasta yang akan dibahas disini adalah tipe Pasta Berlemak. Dimana Sebagai bahan dasar salep digunakan Vaseli, Paraffin cair. Bahan tidak berlemak seperti Glycerinum, Mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptic atau pelindung kulit. Karena itu, merupakan salep yang tebal, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan.

Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasan cairan berair yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya supaya homogeny lemak lemak ini harus dilelehkan dulu (Ilmu Meracik Obat, Moh.Anief, Gajah Mada University Press, Hal 68). Adapun bahan yang diformulasikan dalam pembuatan Pasta (Zinc Oxide Paste, USP) menurut Modern Pharmaceutical Hal, 310 yaitu meliputi Zinc Oxide , Starch , Calamine , White Petrolatum,qs,ad. 1.1.2 GEL Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi cairan. Gel satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalamm hal dimana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kicil yang berbeda, maka gel dikelompokkan sebagai sistim dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloidal. ( Ansel,C. H. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press). Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang disebut jeli. (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 7) Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315) Adapun bahan bahan yang diformulasikan untuk membuat Gel (Lubicating Jelly) menurut Modern Pharmaceutical, Hal 308 yaitu meliputi Methocel 90 H.C. 4000 , Carbopol 934 , Propylene Glycol , Methyl Paraben , Sodium Hydroxide,qs ad , dan Purified Water. 1.1.3 PEMERIAN Zinc Oxide : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 536). Starch/Pati : Serbuk hablur putih, larut dalam air panas membentuk larutan agak keruh (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 720). Calamine : Serbuk halus, merah jambu, tidak berbau praktis, tidak berasa. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam mineral (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 119).

White Petrolatum : Putih/Kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis pada cahaya setelah didinginkan pada suhu 0oC. Titik Lebur antara 380-600C. Fungsi sebagai Zat tambahan, Emollient (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 822). Methocel 90 H.C. 4000: Putih, granul, bau khas, larut dalam air. Fungsi sebagai penyalut. Titik Lebur : 1900 2000C (Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 462). Carbopol 934 (Carbomer): Putih, lembut, higroskopis, bau khas. TL nya meliputi 260oC, 30 menit. Fungsinya sebagai Emulgator dan Suspending Agent (Handbook of Pharmaceutical Excipient, Hal 111). Propylene Glycol (Methyl Glycol): Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 712). Methyl Paraben (Nipagin): Hablur kecil, tidak berwarna/serbuk hablur, putih, tidak berbau/bau khas lemah, memiliki rasa terbakar, mudah larut dalam etanol dan eter. Jarak lebur 125o 128o. Khasiat sebagai Pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV hal, 551). Sodium Hydroxide: Bentu batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat mudah larut dalam air dan dalam ethanol (95%). Khasiat sebagai Zat tambahan (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 412). Purified Water: Cairan Jernih , tidak berwarna , tidak berbau. (Farmakope Indonesia ed IV, Hal 112). Fungsi : Sebagai Pelarut LATAR BELAKANG Pada umunya Pasta memiliki Karateristik yang berbeda dengan sediaan padat yang lain, yaitu daya absorbsinya lebih besar, digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian, tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu, mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical, konsistensi lebih kenyal dari unguentum, tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum, memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %. Disamping itu, Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan, bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep. Dan pasta pun memiliki kekurangan, yaitu karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis, dapat mengeringkan kulit dan

merusak lapisan kulit epidermis, dapat menyebabkan iritasi kulit. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). BAB II BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA FORMULA VIII Bahan Zinc Oxide 25 % Starch 25 % Calamine 5 % White petrolatum qs ad 100 % m.f 50 g Perhitungan Bahan Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g Starch : 25/100 x 50=12,5 g Calamine : 5/100 x 50=2,5 g White Petrolatum : 50 (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g Cara Kerja Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk, aduk ad homogen Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen Masukkan ke dalam wadah 2.2 FORMULA IX 2.2.1 Bahan Methocel 60 H.C.4000 0,8 % Carbopol 0,24 %

Propylene Glycol 16,7 % Methyl Paraben 0,015 % Sodium Hidroxide qs ad pH 7, 1 % Purified Water qs ad 100 % m.f 50 g 2.2.2 Perhitungan Bahan Methocel : 0,8/100 x 50=0,4 g=400 mg Carbopol : 0,24/100 x 50=0,12 g=120 mg Propylene Glycol : 16,7/100 x 50=8,35 g Methyl Paraben : 0,015/100 x 50=0,0075 g =7,5 mg50 mg Sodium Hidroxide : 1/100 x 50=0,5 g=500 mg Purified Water : 50/100 x 12 ml=6 ml 50 (0,4 + 0,12 + 8,35 + 0,0075) = 41,1225 g BJ air = 1 g/ml Volume= Massa/BJ =(41,1225 g)/(1 g/ml)=41,1225 ml 2.2.3 Cara Kerja 1. Larutkan Methocel dalam 20 ml air (80 90) panas 2. Larutkan Carbopol dalam 10 ml air panas 3. Larutkan Methyl Paraben dalam Propylene Glycol 4. Campur ketiga larutan tersebut dengan hati-hati untuk menghindari penggabungan udara 5. Sesuaikan pH larutan menjadi 7,0 dengan menambahkan Natrium 1 % (sekitar 12 ml diperlukan) dan volume hingga 40 ml dengan aquadest 6. Aduk ad homogen BAB III PEMBAHASAN dan HASIL KERJA PEMBAHASAN Berdasarkan hasil yang di praktekkan banyak yang dijadikan perubahan. Umumnya Starch terdiri dari 5 golongan , yaitu : Amylum Manihot (Pati Singkong) Amylum Maydis (Pati Jagung)

Amylum Oryzae (Pati Beras) Amylum Solani (Pati Kentang) Amylum Tritici (Pati Gandum) (Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 483) Tetapi dari kelima Starch tersebut yang digunakan sebagai formulasi untuk sediaan Pasta adalah Pati Jagung (Corn Starch). Dan cara kerja pada pasta pun harus sangat teliti agar pasta homogeny yaitu dengan cara menyisihkan sebagian sediaan Starch, Zinc Oxyde, dan Calamine yang telah dicampur ad homogeny dan tambahkan White Petrolatum sedikit demi sedikit lalu gerus perlahan-lahan sampai sediaan menyatu dan terbentuk homogeny. 3.2 HASIL KERJA 3.2.1 FORMULA VIII Bobot pot kosong : 13,6 g Bobot pot + isi : 62,55 g Bobot isi : 62,55 13,6 = 48,95 g Bobot penyusutan : 50 48,95 = 1,05 g Persentase bobot penyusutan : 1,05/50 x 100 % = 2,1 % 3.2.2 FORMULA IX Bobot pot kosong : 13,7 g Bobot pot + isi : 59,5 g Bobot isi : 59,5 13,7 = 45,8 g Bobot penyusutan : 50 45,8 = 4,2 g Persentase bobot penyusutan : 4,2/50 x 100 % = 8,4 % BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang dipraktekkan bahwa terjadinya penyusutan drastis yang disebabkan oleh efek peleburan yang terlalu lama sehingga terjadi penguapan yang banyak dan melekatnya bahan pada cawan atau beaker glass serta penimbangan bahan yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan. Dan homogenitas yang kurang akibat dari cara pengadukan yang tidak sesuai pada saat pengerjaan.

You might also like