You are on page 1of 17

http://sumut.kemenag.go.

id/

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PASCA DIKLAT GURU MATEMATIKA MADRASAH SE SUMATERA UTARA

OLEH : Dra.Hj. Intan Pulungan, M.Pd Widyaiswara BDK Medan

ABSTRAK
Intan Pulungan, Implementasi Lesson Study Pada Pembelajaran Matematika Pasca Diklat Guru

Matematika Se Sumatera Utara.


Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan bentuk aktivitas kelompok lesson study, (2) Mendeskripsikan aktivitas guru pada proses pembelajaran matematika melalui implementasi lesson study, (3) Mendeskripsikan aktivitas

siswa pada proses pembelajaran matematika melalui implementasi lesson study (4) Mendeskripsikan respons guru pada proses pembelajaran matematika dengan adanya lesson study, (5) Mendeskripsikan respons siswa pada proses pembelajaran matematika dengan adanya lesson study, dan (6) Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa pada proses pembelajaran matematika melalui implementasi lesson study.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) aktivitas kelompok lesson study dalam pembelajaran terlaksana dengan baik, (2) aktivitas guru pada proses pembelajaran telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) aktivitas siswa pada proses pembelajaran telah menunjukkan kemajuan ditandai dengan meningkatnya keberaniaan untuk berdiskusi, bertanya, dan menjawa, (4) respons guru pada proses pembelajaran menunjukkan kemajuan hal ini ditandai dengan salah satu indikator yaitu guru semakin berani di observasi, (5) respons siswa pada proses pembelajaran sangat positif hal ini ditandai dengan salah satu indikator yaitu kehadiran observer dan tamu tidak merasa terganggu sehingga pembelajaran berlangsung alami, dan (6) hasil belajar matematika meningkat hal itu ditandai dengan tercapainya tujuan pembelajaran yaitu: (1) siswa dapat menentukan pecahan-pecahan yang senilai dan (2) siswa dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal.

http://sumut.kemenag.go.id/

I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa akan kaya dengan teori tetapi sangat miskin dalam aplikasinya
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Dalam mata pelajaran matematika misalnya, siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa hanya diajar bagaimana menghafal teori dalam konsep matematika, tidak diajar bagaimana siswa memahami konsep matematika dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, agar mereka memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, berpikir kreatif, kritis, inovatif, dan sistematis. Berkaitan dengan kenyataan tersebut Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai salah satu bentuk penjabaran dari implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan. Delapan standar nasional pendidikan itu adalah: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Berkenaan dengan standar proses dijelaskan dalam Permen Nomor 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem-belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi berbagai masalah, salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan yaitu lemahnya proses pembelajaran. Dalam
2

http://sumut.kemenag.go.id/

implementasi standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak pelaksana teknis di sekolah-sekolah. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari peningkatan kemampuan dan keterampilan guru. Salah satu kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki sebuah pendekatan, metode, dan teknik-teknik tertentu yang dapat menciptakan kondisi kelas pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh kondisi kelas yang termotivasi , aktivitas yang tinggi serta hasil belajar yang memuaskan. Demi peningkatan mutu pendidikan, proses belajar mengajar perlu ditingkatkan, hal ini terjadi bila setiap tenaga pengajar menghadapi suatu masalah dapat dijadikan bahan untuk dipelajarinya secara terus-menerus serta mencobakannya dalam praktek. Untuk itu perlu keterbukaan bagi ide-ide pembaharuan dan kerelaan untuk

mencobakannya. Hanya dengan cara demikian guru tumbuh dalam profesinya. Kecakapan seorang guru dalam mengetengahkan suatu materi yang dapat menggugah semangat/ motivasi siswa untuk mempelajarinya adalah suatu prestasi tersendiri yang dapat menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan. Langkah awal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan siswa yang berkualitas tinggi adalah bagaimana siswa dapat menyukai materi yang akan dibawakan oleh guru. Sebaik apapun pendekatan atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam membawakan materi pembelajarannya akan kurang bermakna dan akan banyak menemui hambatan bila siswa tidak menyenangi materi yang disampaikan. Pada era desentralisasi ini, guru harus lebih aktif mengambil prakarsa sendiri, karena tidak akan ada lagi intervensi dari luar yang harus dipatuhi secara mutlak. Bukan karena sesuatu yang datang dari luar dianggap pasti tidak sesuai, tetapi yang lebih penting adalah bahwa guru leluasa berperan sebagai seorang profesional. Kini guru ditantang untuk berfikir logis, kritis, kreatif, dan refleksif dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, dan melaksanakan hasil pemikirannya dalam pembelajaran di kelas.
3

http://sumut.kemenag.go.id/

Bergantinya sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi pendidikan secara mendadak seperti saat ini tidak akan serta merta mengubah pola pikir guru yang semula sebagai pelaksana pengajaran langsung menjadi pemprakarsa pembelajaran, seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi beragamnya kualitas dan profesionalitas guru, dari yang selalu menggerutu hingga yang senantiasa tawakkal. Untuk itu perlu tersedianya pendukung yang memadai dan proses panjang dalam program pendidikan dan pembinaan guru.

Perlu adanya gerakan dari bawah untuk mengidentifikasi kebutuhan diri dalam meningkatkan kompetensinya, agar dapat mengembangkan mutu pembelajaran pada siswa. Bertolak dari pandangan tersebut, ditawarkan suatu sistem pembinaan guru melalui lesson study dalam rangka peningkatan keprofesionalan guru. Kegiatan lesson study yang dilakasanakan di sekolah sebagai sistem pembinaan guru, kita perlu menemukan bagaimana pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia. Hal ini dapat dikaji terus-menerus sehingga kita akan menemukan bagaimana pelaksanaan lesson study yang cocok menurut budaya Indonesia. Menurut Wang-Iverson (dalam Herawati,dkk. 2009:2), laporan hasil Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996. Dalam laporan TIMMS tersebut peserta didik Jepang mempunyai rangking tinggi dalam bidang matematika. Keberhasilan itu di duga salah satu faktor pendukungnya adalah jugyokenkyu. Orang Amerika menyebutnya sebagai lesson study.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah baik di pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Matematika perlu dipelajari oleh siswa karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan pola berpiikir logis, sistematis,obyektif, kritis, dan rasional.

Kebutuhan akan pemahaman dan penerapan konsep-konsep matematika dalam berbagai lapangan kehidupan ini belum disadari dengan baik, karena kenyataan menunjukkan bahwa minat siswa-siswa kita dalam pelajaran matematika relatif rendah, sehingga sangat jarang ditemukan siswa kita yang memahami konsep dan penerapan matematika dengan baik (Halim, 2009 :82). Kenyataan ini tentu mengkhawatirkan di tengah ketertinggalan kita dalam bidang iptek dibandingkan dengan negara-negara lain.
4

http://sumut.kemenag.go.id/

Gejala demikian seharusnya lebih mendorong kita untuk lebih berani melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran matematika yang berlangsung hingga saat ini. Penumbuhan minat siswa terhadap pelajaran matematika sangat penting untuk mendapat prioritas, karena rendahnya prestasi siswa yang secara umum berawal dari minatnya yang sangat rendah yang mengantarkan pada gairah belajar yang rendah pula. Matematika sebagai salah satu pelajaran sering dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Kesulitan ini bukan hanya pada materi, tetapi juga mungkin disebabkan penggunaan metode mengajar yang kurang tepat. Untuk itu guru dalam mengajar matematika dituntut menggunakan metode yang sesuai. Selain itu, keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan karena dapat merangsang kemampuan berpikir, berdiskusi, dan kemampuan memecahkan masalah
Pencapaian tujuan pembelajaran matematika tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya guru dan metode pembelajaran yang digunakannya. Sampai saat ini masih banyak guru dalam pembelajaran hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, sedangkan anak didik hanya menerima apa yang disampaikan gurunya itu sendiri. Siswa diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa-apa yang hanya menunggu apa yang guru berikan. Hal ini membuat siswa cenderung pasif dan pembelajaran menjadi membosankan. Siswa menjadi kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapatnya, selalu meminta bantuan guru dan kurang gigih dalam melakukan uji coba penyelesaian masalah.

Menurut Sudirman (dalam Suherman, 2003: 233). Mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Kondisi seperti ini harus diupayakan untuk diperbaiki. Upaya tersebut dapat dilakukan diantaranya melalui perbaikan kegiatan pembelajaran. Lesson Study dapat dijadikan jembatan untuk meniti ke arah cita-cita proses pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan.
Oleh karena itu, sudah saatnya guru melakukan inovasi yang efektif dan efisien untuk mendorong siswa belajar bermakna dan memenuhi kebutuhan masyarakat, belajar yang akan menuntun mereka mendapatkan kecakapan dalam mengikuti pembelajaran. Artinya secara teoritis,

http://sumut.kemenag.go.id/
dalam pembelajaran matematika dapat mengakomodasi kebutuhan siswa sesuai gayanya dalam memahami suatu materi.
Berdasarkan dari beberapa masalah yang telah dikemukakan di atas maka, penulis merasa tertarik dengan mencoba memaparkan sebuah judul Implementasi Lesson Study dalam

Pembelajaran Matematika Pasca Diklat Guru Matematika Se Sumatera Utara. II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Lesson Study Lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi professional untuk para guru yang berasal dan dikembangkan secara sistematis dalam system pendidikan di Jepanga, dengan tujuan utama menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif (Cerbin dan Kopp, 2006) Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsipprinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, situasi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Akhir-akhir ini istilah lesson study sering disebut dan didiskusikan di lingkungan pendidikan. Pada hakikatnya, kegiatan lesson study dapat dilakukan oleh dosen dan guru sebagai salah satu pilihan sarana peningkatan kualitas pembelajaran.
Menurut Stigler dan Hiebert (dalam Herawati,dkk.2009), di Amerika, dalam bukunya The Teaching Gap, lesson study memberikan unsur kunci yang hilang dari reformasi pendidikan yaitu cara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan

keprofesionalan dengan pelaksananya secara kolaboratif berdasarkan praktek pembelajaran.

1. Hakikat belajar matematika


Seorang siswa dikatakan belajar matematika, apabila pada siswa terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Seperti perubahan dari tidak tahu suatu konsep menjadi tahu konsep tersebut dan mampu menggunakan dalam mempelajari materi selanjutnya serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 6

http://sumut.kemenag.go.id/

Dalam pembelajaran matematika perlu diketahui ciri-ciri khusus atau karakteristik matematika. Menurut Soedjadi (2007:9) merangkum pengertian matematika secara umum, dengan melihat ciri-ciri khusus atau karakteristik matematika yang meliputi: (1) memiliki objek

abstrak yang terdiri dari fakta, konsep, operasi/relasi, dan prinsip, (2) bertumpu kesepakatan, kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitive, semesta pembicaraan dan (6) konsisten dalam sistemnya.

pada (3)

berpola pikir deduktif, (4) memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan

Mengingat objek yang dipelajari dalam matematika adalah abstrak dan tersusun secara hirarkis maka konsep, prinsip, dan aturan yang terdapat dalam suatu materi harus disampaikan dengan suatu urutan yang logis dan memperhatikan kesiapan siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menyerap informasi yang diberikan guru dengan baik dan optimal.

Dari beberapa pendapat ahli di atas tentang ciri-ciri dan karakteristik matematika, serta keabstrakan dari objek-objek matematika yang tersusun secara hirarkis maka untuk mempermudah siswa mempelajari suatu konsep atau untuk dapat menyerap informasi yang diberikan guru dengan baik dan optimal haruslah memperhatikan kesiapan siswa. Ini berarti belajar matematika haruslah bertahap dan berurutan serta selalu mendasarkan kepada pengalaman belajar yang telah lalu.
Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat memerlukan daya nalar yang tinggi karena belajar matematika selalu berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Oleh karena itu, matematika erat kaitannya dengan simbol-simbol, ide, dan istilah-istilah lainnya. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Suherman, (2003:15) bahwa matematika adalah bahasa simbol; matemtika adalah bahasa numerik; matematika adalah sifat yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosionl; matemtika adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir, matematika adalah logika pada masa dewasa dan matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai kwantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang memanipulasi simbol, matemtika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah sains yang bekerja menarik kesimpulan, kesimpulan yang perlu, matematika adalah sains formal yang murni; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur, metematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, dan metematika adalah aktivitas manusia.

http://sumut.kemenag.go.id/

Selanjutnya (James dan James dalam Suherman, 2003:16) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa: Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu; aljabar, analisis, dan geometri. (Johnson dan Rising dalam Suherman, 2003:17) dalam bukunya mengatakan bahwa; Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasi-kan, pembuktian yang logika, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah didefenisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada bunyi.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur yang memerlukan daya nalar yang tinggi yang berhubungan dengan hal-hal abstrak deduktif dan induktif dimana simbol-simbol, ide, istilah lainnya sebagai pembantu untuk memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang telah ditetapkan sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari untuk memecahkan bermacam problem dan permasalahn dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manusia dapat meraih kehidupan yang ditandai dengan berbagai macam perkembangan teknologi yang sangat pesat.
B. Pengertian Hasil Belajar a. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan dampak dari pembelajaran siswa setelah mengikuti proses belajar. Perubahan tingkah laku dari sutu proses hasil belajar dilandasi oleh motivasi yang tinggi dan dapat membuahkan kecakapan, pemahaman, sikap dan keterampilan serta dapat diidentifikasi dan bahkan dapat diukur berupa kemampuan menjelaskan dan menyebutkan sesuatu, menggeneralisasikan fakta atau melakukan perbuatan Proses belajar merupakan suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses assimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Paham konstruktivisme mengakui dan menghargai dorongan diri siswa untuk meng-konstruksikan pengetahuan sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal akan terjadi.
Belajar merupakan proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Dahar, 1988:13). Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup mempunyai cici-ciri sebagai berikut: (1) 8

http://sumut.kemenag.go.id/

perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontinu, (2) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (3) perubahan dalam belajar bersifat permanent, (4) perubahan terjadi secara sadar apa yang telah dipelajari, (5) perubahan dalam belajar dapat digunakan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan pada masyarakat umum.

Hasil belajar merupakan hasil dari proses kompleks. Hal ini disebabkan banyak faktor yang terkandung di dalamnya baik yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1. Faktor fisiologi seperti kondisi fisik dan kondisi indera. 2. Faktor Psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan motivasi, kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah : 1. Lingkungan : alam, masyarakat/keluarga . 2. Faktor Instrumental : kurikulum/bahan pengajaran sarana dan fasilitas.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya sebagai perancang (designer) kegiatan belajar mengajar Arikunto, (2006:6) berpendapat dalam bukunya menyatakan, tujuan instruksional merupakan tujuan yang menggambarkan, pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati atau diukur. Pengetahuan dpat dikelompok atas empat kategori yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta merupakan pengetahuan tentang objek yang nyata. Konsep merupakan pengetahuan tentang seperangkat objek konkrit atau defenisi, aksioma dan dalil, dengan kata lain konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan atau dikelompokkan dalam sejumlah objek, Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan demi tindakan yang bersifat linear dalam suatu tujuan. Prinsip merupakan hubungan dua konsep atau lebih yang bersifat kausatif maupun aksiomatik. Untuk megetahui hasil belajar siswa dilakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah penilaian ini memiliki makna. Menurut Arikunto, (2006:6), penilaian memiliki tiga makna yaitu makna bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah. Makna bagi siswa maksudnya adalah dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Makna bagi guru maksudnya adalah dari hasil penilaian guru akan dapat mengetahui siswa-siswa yang mana yang telah menguasai materi dan mengetahui siswa yang belum berhasil mengetahui materi. Makna penilaian bagi 9

http://sumut.kemenag.go.id/

sekolah yaitu dengan guru mengadakan penilaian dapat mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah apakah sudah sesuai dengan harapan atau belum yang akan mencerminkan kualitas suatu sekolah, sebagai pedoman bagi sekolah untuk pemenuhan standard kurikulum untuk sekolah tersebut.
Penilaian biasanya menggunakan alat ukur yang disebut tes. Bentuk tes yang digunakan dapat berbentuk tes tertulis, seperti tes objektif dan tes uraian. Tes objektif adalah tes yang hasil penilaiannya akan sama dengan siapapun yang menilain. Tes uraian adalah tes yang menuntut proses berfikir, prosedur penilaian serta proses jawaban yang ditunjukkan dengan langkah-langkah secara rinci. Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif dan tes uraian pada aspek pemahaman konsep, penalaran.

Dengan demikian fungsi penilaian yang kita kehendaki adalah di samping sebagai alat seleksi dan mengklasifikasi, juga sebagai sarana untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara maksimal. Dengan kata lain, penilaian pencapaian belajar siswa tidak hanya merupakan suatu proses untuk mengklasifikasikan keberhasilan dan kegagalan dalam belajar, tetapi juga yang tak kalah pentingnya adalah untuk meningkatkan efesiensi dan keefektifan pengajaran. Jerome Bruner (Suherman, dkk, 2003) memberikan batasan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari disamping hubungan yang terkait antara konsepkonsep dan struktur-struktur matematika itu. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh keberhasilan pengajaran matematika yang dicapai oleh siswa dengan pengalaman belajar melalui interaksi dengan matematika dalam konteks kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan dengan ditandai adanya perubahan pada diri seorang siswa. Pemahaman belajar matematika tersebut berupa pemahaman terhadap konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. C. Kerangka pikir Anggota kelompok lesson study pada dasarnya dapat direkrut dari guru, dosen, supervisor akademik, pejabat pendidik, atau pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka mempunyai komitmen, minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan mmperbaiki kualitas pendidikan.
10

http://sumut.kemenag.go.id/

Dalam implementasi lesson study yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito, dkk (dalam Doni ,dkk .2007) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada praktek. Lesson

study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas tiga tahap pokok, yakni: 1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang diguakan, yang selajutnya disebut tahap Plan
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan yang sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do. Pada tahapan ini rencana pembelajaran yang telah disusun bersama diimplementasikan oleh seorang guru yang ditunjuk (disepakati) oleh kelompok dan diamati oleh guru lain dan pakar/ahli dari luar. Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Peranan pengamat selama lesson study adalah mengumpulkan data sesuai dengan lembar observerasi dan bukan membantu apalagi mengganggu siswa. Setelah pembelajaran berlangsung untuk mengetahui respons siswa terhadap lesson study, peneliti memberikan angket kepada siswa. Selanjutnya, setiap akhir pembelajaran diberikan tes uraian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dengan adanya lesson study. Untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan pembelajaran biasanya dilakukan dengan menggunakan handycam, kamera.
3. Melakasanakan refleksi melalui berbagai tanggapan/pendapat dan diskusi

bersamapengamat/obsever. Kegiatan ini disebut tahap See. Rencana pembelajaran yang sudah diimplementasikan perlu dilakukan refleksi dan dianalisis. Refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran memuat butir-butir: (1) refleksi dari guru pelaksana pembelajaran, (2) tanggapan umum dari observer/pengamat, (3) presentasi dan diskusi tentang hasil pengolahan data dari pengamat, (4) tanggapan dan saran

dari ahli/pakar. Hasil diskusi dan analisis dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk merevisi materi pelajaran, pendekatan pembelajaran. Lebih jelasnya, kerangka pikir dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

11

http://sumut.kemenag.go.id/

- Guru mata pelajaran

PEMB.KELOMPOK LESSON STUDY (guru mata pelajaran)

diberikan
TAHAPAN LESSON STUDY

PLAN
(merencanakan)

Menentukan guru model Merencanakan RPP Menyiapkan format observasi SEE (merefleksikan)

DO (melaksanakan)

-Refleksi dari guru model Tanggapan umum dari observer berd. Hsl pengamatan -Tanggapan dan saran dari ahli/pakar.
angket

Guru melaksanakan pembelajaran

observasi

Respons Siswa

Respons guru

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Tes uraian

HASIL TES

Gambar 2. Kerangka Berpikir

12

http://sumut.kemenag.go.id/

III.
1.

Kesimpulan

Melalui lesson study guru telah terlibat dalam kegiatan lesson study baik lesson study berbasis MGMP maupun Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS), aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah merencanakan (Plan) proses pembelajaran, melaksanakan (Do) pembelajaran yang dihadiri oleh observer, TIM JICA dan pendamping (dosen) Universitas Negeri Malang, mengadakan refleksi (See) yang dihadiri oleh seluruh observer dengan maksud mengoreksi kembali pembelajaran yang telah dilaksanakan terutama bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.

Melalui lesson study terbangun kolegalitas antara guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga dosen tidak merasa lebih tinggi atau guru tidak merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rangka lesson study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).

3.

Melalui lesson study aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat antara lain: (1) kemampuan berdiskusi, bertanya, dan menjawab meningkat, (2) kreativitas siswa dalam menjawab masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran bertambah, (3) siswa telibat secara aktif dalam proses pembelajaran artinya pembelajaran berpusat pada siswa (student centered)

4.

Melalui lesson study telah terjadi perubahan-perubahan di antaranya: (1) kerja sama antara guru sudah mulai tampak, (2) guru semakin berani untuk di observasi, (3) masing-masing guru sudah merasa tidak sendiri, (4) peningkatan kemampuan melakukan inovasi pembelajaran, dan (5) guru lebih memahami perbedaan karakter siswa, baik personal maupun gaya belajar siswa.

5.

Melalui lesson study respon siswa terhadap pembelajaran meningkat, hal ini dapt di lihat

yaitu: (1) siswa menyatakan bahwa pembelajaran berlangsung menarik, (2) siswa memahami atau mengerti materi yang diajarkan, (3) terpenuhi haknya untuk di bimbing, (4) terbiasa dengan beda pendapat, (5) terbiasa dengan presentasi, dan (6) terbiasa diamati guru lain dan tamu

13

http://sumut.kemenag.go.id/
6. Melalui lesson study hasil belajar matematika di tinjau dari aspek kognitif siswa telah mengerti materi yang di jelaskan oleh guru model, yaitu: (1) dapat menentukan pecahanpecahan yang senilai, (2) dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal

IV.

Rekomendasi

1. Bagi peneliti yang berminat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini, diharapkan mencermati kelemahan-kelemahan dan keterbatasan penelitian ini, sehingga penelitian selanjutnya dapat menyempunakan hasil penelitian ini 2. Dalam rangka mewujudkan paradigma baru kediklatan, maka diharapkan Balai Diklat Keagamaan kiranya dapat mejadikan lesson study sebagai model pelaksanaan diklat yang akan dilaksanakan. 3. Bagi Balai Diklat Keagamaan bekerjasama dengan salah satu perguruan tinggi dan madrasah di lingkungan terdekatnya untuk dijadikan sebagai madrasah binaan untuk mengiplementasikan lesson study

14

http://sumut.kemenag.go.id/

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Cerbin, Bill dan Kopp, Bryan. 2005a. Lesson Study for College Teacher: An Online Guide. (online) http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/intro.htm. Diakses 19 September 2007) Dahar, Ratna wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga Desilia. 2009. Tahap-tahap lesson study. Online (http://psyeducacao.blogspot.com/2009/05/tahap-tahap-lesson-study.html), Diakses tanggal 11 November 2009. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Doni. 2007. Pelatihan Lesson Study Bagi Guru-Guru SMA dan Pengurus MGMP kota Makassar. Jakarta: Sistem Sekolah Cerdas Indonesia. Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hendayana, Sumar., dkk. 2007. Pedoman Implementasi Lesson Study. Jakarta: Direktorat Jenderal PMPTK DEPDIKNAS
Herawati, dkk.2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang: Banyumedia Publishig

Indonesia 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

15

http://sumut.kemenag.go.id/
Putu Ashintya, dkk.2008. Lesson Study. Surabaya: Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (BPPNFI) Regional IV Surabaya.

Ruslan. 2005. Prinsip Dasar Evaluasi. Disampaikan pada Diklat Guru Sekolah Dasar Mata Pelajaran Matematika. Makassar.

Sentiasa. 2009. Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran. Disajikan dalam "Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru- Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida Soedjadi, R. 2007. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdikbud Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Suherman, Erman. Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA.

16

You might also like