You are on page 1of 10

TERMODINAMIKA KULKAS

Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran
merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang menimbulkan
efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. ASHRAE (2005)
mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja di dalam mesin refrigerasi, pengkondisian
udara, dan sistem pompa kalor. Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan
membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan
kondensasi.

Calm (2002) membagi perkembangan


refrigeran dalam 3 periode: Periode
pertama, 1830-an hingga 1930-an,
dengan kriteria refrigeran "apa pun yang
bekerja di dalam mesin refrigerasi".
Refrigeran yang digunakan dalam periode
ini adalah ether, CO2, NH3, SO2,
hidrokarbon, H2O, CCl4, CHCs. Periode ke-
dua, 1930-an hingga 1990-an
menggunakan kriteria refrigeran: aman
dan tahan lama (durable). Refrigeran pada
periode ini adalah CFCs (Chloro Fluoro
Carbons), HCFCs (Hydro Chloro Fluoro
Carbons), HFCs (Hydro Fluoro Carbons), R-134 R-12
NH3, H2O. Periode ke-tiga, setelah 1990-
an, dengan kriteria refrigeran "ramah Gambar 5-1. Refrigeran
lingkungan". Refrigeran pada periode ini
adalah HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2.

Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua masalah


lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat merusak ozon yang dimiliki
oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode ke-dua, yakni CFCs, dikemukakan
oleh Molina dan Rowland (1974) yang kemudian didukung oleh data pengukuran
lapangan oleh Farman dkk. (1985).

Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer diverifikasi secara saintifik,


perjanjian internasional untuk mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak
ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan sebutan Protokol Montreal. CFCs dan
HCFCs merupakan dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-
masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju (United Nation
Environment Programme, 2000). Sedangkan untuk negara-negara berkembang, kedua
refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk dihapus (phased-out)
pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs) (Powell, 2002). Pada tahun 1997, Protokol
Kyoto mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca,
termasuk HFCs (United Nation Framework Convention on Climate Change, 2005).

Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran
pengganti, yakni:
1. Memiliki sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang
hendak digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran
baru yang diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan
refrigeran lama yang ber-klorin.
2. Tidak mudah terbakar.
3. Tidak beracun.
4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin
refrigerasi.
5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah
lingkungan.

Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan
di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa perusahaan
pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22 dalam produk-
produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya,
dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju), namun beberapa
negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya Swedia telah
melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun
1998, sedangkan Denmark dan Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-
mesin baru hanya hingga 31 Desember 1999 (Kruse, 2000).

Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran
sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang
ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan
Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom
lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan
lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya
penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002)
menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik antara produser refrigeran
dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus
dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986 hingga penghapusan dan
penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak kalangan menyebutkan bahwa
Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian internasional di bidang lingkungan yang
paling berhasil diterapkan.
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya
merupakan pengganti transisional untuk
CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti,
yakni R410A (campuran dengan sifat
mendekati zeotrop) dan R407C (campuran
azeotrop) (Kruse, 2000). Hidrokarbon
Propana (R290) juga berpotensi menjadi
pengganti R22 (Kruse, 2000). R407C
merupakan campuran antara
R32/125/132a dengan komposisi
23/25/52, sedangkan R410A adalah
campuran R32/125 dengan komposisi
50/50 (ASHRAE, 2005). Saat ini, beberapa
perusahaan terkemuka di bidang
refrigerasi dan pengkonsian udara telah
menggunakan R410A dalam produk
mereka.
Gambar 5-2. Kulkas dengan refrigeran non
CFC

Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan konsisten, maka
secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain refrigeran
alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen refrigeran yang
mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak ozon dan tidak
menimbulkan pemanasan global (ASHRAE, 2006). Beberapa refrigeran alami yang
sudah digunakan pada mesin refrigerasi adalah: amonia (NH3), hidrokarbon (HC),
karbondioksida (CO2), air, dan udara (Riffat dkk., 1997). Kata "alami" menekankan
keberadaan zat-zat tersebut yang berasal dari sumber biologis atapun geologis;
meskipun saat ini beberapa produk refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya
alam yang tidak terbarukan, misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking,
serta amonia dan CO2 yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).

Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial masih


memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia dan hidrokarbon,
meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih memiliki peluang riset yang cukup
banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar,
sedangkan hidrokarbon termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena
itu refrigeran tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi langsung.
Sistem refrigerasi tak-langsung bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan kedua
refrigeran tersebut. Beberapa peneliti berusaha menekan tingkat keterbakaran
refrigeran hidrokarbon dengan cara mencampurkannya bersama refrigeran lain yang
tak mudah terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002).
Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia teknologi untuk
meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk membuat sistem tersebut aman dan
terbukti dapat digunakan dalam skala luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap dikelompokkan menjadi
refrigeran primer. Sedangkan jika fluida digunakan untuk memindahkan panas, maka
fluida ini disebut sebagai refrigeran sekunder. Penggunaan refrigeran saat ini
merupakan isu penting menyangkut pemanasan global. Pada bab ini, akan dijelaskan
jenis refrigeran, sifat, dan penggunaannya saat ini.

B. Refrigeran Primer

Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan pada sistem kompresi uap.
Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap harus mempunyai
mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu yang sesuai dengan kondisi
penggunaan

1. Jenis Refrigeran

a. Golongan Halokarbon

Refrigeran golongn halokarbon adalah jenis refrigeran yang umum digunakan.


Refrigeran jenis ini meliputi refrigeran yang terdiri dari satu atau lebih dari tiga jenis ion
golongan halogen (klorin, fluorin, dan bromin). Beberapa jenis refrigeran halokarbon
yang umum digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis refrigeran halokarbon

Nama kimia Rumus kimia


Nomor refrigeran
11 Trikloromonofluorometan CCl3F
12 Diklorodifluorometan CCl2F2
13 Monoklorotrifluorometan CClF3
22 Monoklorodifluorometan CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotrifluoroetan CCl2FCClF2
115 Diklorotetrafluoroetan CClF2CClF2

Sistem penomoran golongan halokarbon adalah sebagai berikut: nomor pertama dari
sebelah kanan menunjukkan jumlah atom florin pada senyawa, nomor kedua dari
kanan menunjukkan satu nilai lebih banyak dari jumlah atau, hidogren pada senyawa
dan tiga digit dari kanan menunjukkan satu nilai lebih sedikit dari jumlah atom karbon.

b. Senyawa Inorganik.

Awalnya, saat pendinginan hanya digunakan untuk tujuan khusus, hanya amoniak dan
karbon dioksida yang dapat digunakan sebagai refrogeran. Saat pendinginan mulai
dikenalkan pada masyarakat, sulfur dioksida, metil klorida dan metilen klorida digunkan
karena sesuai dengan kompresor sentrifugal. Metilrn klorida dan karbon dioksida,
karena faktor keamanannya digunakan untuk sistem pengkondisian udara (AC). Semua
refrigeran ini, selain amonia, tidak digunakan lagi, kecuali pada sistem yang lama.
Amonia mempunyai sifat termal yang baik, dan masih digunakan pada lapangan es
skating.
c. Senyawa Hidrokarbon

Banyak senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai refrigeran, umumnya digunakan


pada industri minyak bumi, seperti metana, etana, propana, etilen, dan isobutilen.
Kesemuanya flammable dan eksplosif. Digolongkan sedikit beracun karena mengandung
efek bius pada tingkat tertentu. Etana, metana, dan etilen digunakan pada pendinginan
suhu ekstra rendah.

Hidrokarbon sebagai refrigerant dalam sistem refrigerasi telah dikenal sejak tahun
1920-an, sebelum refrigerant sintetik dikenal. Ilmuwan yang tercatat sebagai promotor
hidrokarbon sebagai refrigerant antara lain Linde (1916) dan Ilmuwan Dunia Albert
Einstein (1920). Hidrokarbon kembali diperhitungkan sebagai alternatif pengganti CFC,
setelah aspek lingkungan mengemuka, dan timbulnya permasalahan dalam peralihan
dari CFC ke HFC, dikarenakan perlu adanya penyesuaian perangkat keras, pelumas,
serta perlakuan khusus dalam operasional penggunaan bahan HFC : R-134a ini.

Demikian sulitnya perlakuan R-134a sebagai pengganti R-12 serta masih memiliki
dampak Global Warming Potential (GWP), bahkan Greenpeace suatu LSM di Jerman
yang sebelumnya gencar mendorong peralihan R-12 ke R-134a, kemudian beralih
memperomosikan penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran, seperti GTZ-Technology
yang telah populer di daratan Eropa. Penggunaan refrigeran hidrokarbon terus meluas
ke berbagai negara di kawasan Asia Pasific, dan. dewasa ini telah banyak dikenal
berbagai merek refrigerant yang dihasilkan oleh berbagai negara, seperti yang berasal
dari negara : Inggeris, Perancis, Jerman, Belanda, Kanada, Australia, Amerika, Korea,
dan lain-lain, termasuk Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan gas alam dan minyak bumi,
disamping pemanfaatan sebagai bahan bakar, juga memiliki potensi sebagai negara
yang dapat berkecimpung dalam hal refrigerant hidrokarbon maupun produk-produk
ramah lingkungan berbasis hidrokarbon lainnya seperti : Aerosol propellant, foaming
agent, solvent, dan lain-lain.
Produk refrigerant hidrokarbon MUSI COOL merupakan refrigerant hidrokarbon yang
sudah diproduksi di dalam negeri dengan beberapa grade
• MC-12 dan MC-134 sebagai
pengganti refrigerant R-12 dan R-
134a
MC-12 dan MC-134 merupakan
campuran propane dan i-butane
dengan kandungan butane
serendah mungkin agar tidak
menggangu proses kondensasi pada
sistem pendingin. Refrigerant ini
digunakan pada kendaraan
bermotor, kulkas dan dispenser
• MC-22 sebagai pengganti
refrigerant R-22 MC-22 digunakan
untuk pendingin ruangan/AC jenis
Split, window maupun central.
Refrigerant ini memerlukan
kandungan propane yang sangat
tinggi yaitu 99,7 % wt dengan
impuritis butane dan olefin yang
serendah mungkin atau mendekati
nol agar kinerja sistem pendingin
berjalan optimal.
Gambar 5-3. Refrigeran hydrocarbon (Musicool)
buatan Pertamina
• MC-600 sebagai refrigerant 600a
MC-600 mempunyai kandungan i-
butane yang sangat tinggi/dominan
atau lebih besar dari 85 % wt
dengan kandungan propane
seminim mungkin. Refrigerant 600a
saat ini digunakan sebagai media
pendingin pada kulkas, yang
beroperasi pada tekanan rendah. Ke
depan prospek refrigerant ini sangat
cerah karena kecenderungan
penggunaannya tinggi.

d. Azeotrop

Senyawa azeotrop adalah suatu campuran yang tak dapat dipisahkan menjadi senyawa
penyusunnya dengan cara distilasi. Senyawa ini menguap dan mengembun sebagai
satu zat, tidak seperti campuran lainnya. Azeotrop yang paling dikenal adalah R502
yang merupakan campuran 48.8% R22 dan 51.2% R115. Azeotrop lainnya adalah R-
500, campuran dari 73.8% R-12 dan 26.2% R-152a.

2. Sifat Regfrigeran

Dalam pemilihan refrigeran, sifat refrigeran yang penting antara lain sifat
termodinamika, kimia, dan fisik. Sifat termodinamika yang penting antara lain titik
didih, tekanan penguapan dan pengembunan, tekanan dan suhu kritis, titik beku,
volume uap, COP, tenaga per ton refrigerasi. Sifat kimia berhubungan dengan reaksi
refrigeran terhadap keadaan sekitar, antara lain tidak mudah terbakar, tidak beracun,
tidak bereaksi dengan air, minyak dan bahan konstruksi. Sedangkan sifat fisik
refrigeran berhubungan dengan bahan itu sendiri,antara lain konduktivitas dan
kekentalan.

Sifat Refrigeran

• Tekanan penguapan harus cukup tinggi


• Sebaiknya refrigeran memiliki suhu pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga
dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya
efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi
• Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi, apabila tekanan
pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih
rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu
dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena
kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi
lebih kecil.
• Kalor laten penguapan harus tinggi, refrigeran yang mempunyai kalor laten
penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi
yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil
• Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil, Refrigeran dengan
kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil (berat jenis
yang besar) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume
langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi yang
sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih kecil
• Koefisien prestasi harus tinggi, dari segi karakteristik termodinamika dari
refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk
menentukan biaya operasi
• Konduktivitas termal yang tinggi, konduktivitas termal sangat penting untuk
menentukan karakteristik perpindahan kalor
• Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas, dengan turunnya
tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang
• Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta
tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik
• Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai,
jadi juga tidak menyebabkan korosi
• Refrigeran tidak boleh beracun
• Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak
• Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan sedikit lebih tinggi dari pada
tekanan atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya kebocoran udara
luar masuk sistem refrigeran karena kemungkinan adanya vakum pada seksi
masuk kompresor (pada tekanan rendah).

Titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting:

• Refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasanya dipakai untuk keperluan
operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi)
• Refrigeran yang memiliki titik didih tinggi digunakan untuk keperluan
pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara)
Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat
menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak
terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dapat dipakai
untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke refrigerasi.
Sifat termofisik dari beberapa refrigeran disajikan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Sifat termofisik beberapa refrigeran

R-12 R-22 R-114 R-500 R-502 R-717 R-718


Parameter
Simbol kimia CCl2F2 CHClF2 CClF2 - - NH3 H20
Berat molekul 120.9 86.5 170.9 99.29 112 17 18
Titik didih (0C, 1 atm) -29.8 -40.8 3.6 -33.3 -45.6 -33.3 100
Titik beku (0C, 1 atm) -157.8 -160.0 -77.8
Cp/Cv (g) 1.13 1.18 1.31 1.40
Suhu kritik (0C) 112.2 96.1 132.8
Tekanan kritik (kPa) 4115.7 4936.1 1423.4
Panas laten penguapan 161.7 217.7 1314.2
(kJ/kg)

3. Atribut Lingkungan dan Atribut Kerja

Pemilihan refrigeran lainnya dibuat berdasarkan atribut kerja dan lingkungan. Atribut
kerja refrigeran adalah sifat yang berkaitan dengan penggunaan refrigeran. Sifat ini
dibandingkan dengan beban kerja yang sama atau suhu evaporasi dan suhu kondensasi
yang sama. Sifat yang dibandingkan antra lain COP, efek pendinginan, serta tekanan
kondensasi dan evaporasi. Tabel 5.2 menampilkan atribut kerja bebrapa refrigeran
dengan suhu kondensasi 300C dan suhu evaporasi -150C.

Tabel 5.2. Atribut kerja beberapa refrigeran

Tekanan Tekanan Rasio Efek Laju aliran massa per COP


Refrigeran evaporasi kondensasi tekanan refrigerasi kW refrigerasi (L/det)
(kPa) (kPa) (kJ/kg)
11 20.4 125.5 6.15 155.4 4.9 5.03
12 182.7 744.6 4.08 116.3 0.782 4.70
22 295.8 1192.1 4.03 162.8 0.476 4.66
502 349.6 1308.6 3.74 106.2 0.484 4.37
717 236.5 1166.6 4.93 1103.4 0.462 4.76

Atribut lingkungan suatu refrigeran duhubungkan dengan reaksi refrigeran saat terlepas
di atmosfer. Pada refrigeran halokarbon, atom klorin pada refrigeran akan berikatan
dengan ozon di atmosfer, sehingga menyebabkan terjadinya penipisan ozon yang
menyebabkan pemanasan global. Terdapat tiga jenis atribut lingkungan yang umum
dikenal, GWP, ODP, dan tahun atmosferik.
GWP (Global Warming Potential) adalah ukuran seberapa banyak jumlah gas rumah
kaca yang diperkirakan akan mempengaruhi pemanasan global. GWP merupakan suatu
ukuran relatif yang membandingkan gas yang ingin diketahui nilainya dengan gas CO2
dalam jumlah yang sama. GWP juga harus diukur dalam waktu yang sama, umumnya
diukur dalam waktu 100 tahun. ODP (Ozone Depletion Pottential) merupakan
parameter yang menyatakan kemampuan suatu refrigeran untuk berikatan dengan
ozon di stratosfer. Umumnya, makin banyak ion klorin dalam suatu refrigeran maka
makin tinggi ODPnya. Siklus hidup menentukan lamanya suatu gas terurai di atmosfer.
Atribut lingkungan beberapa refrigeran ditunjukkan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Atribut lingkungan refrigeran primer

Tahun atmosferik ODP GWP


Refrigeran
Karbon dioksida 50-200 0 1
Metana 12 + 3 0 21
R-11 50 + 5 1.0 4000
R-12 120 1.0 8500
R-22 13.3 0.055 1700
R-502 - 0.283 5600
R-717 (Amonia) - 0 Tidak ada

C. Refrigeran sekunder

Seperti dijelaskan sebelumnya, refrigeran sekunder merupakan fluida yang membawa


panas dari benda yang didinginkan ke evaporator suatu sistem pendinginan. Suhu
refrigeran sekunder akan berubah saat refrigeran mengambil panas namun tidak
berubah fasa. Air dapat digunakan sebagai refrigeran sekunder, namun hanya untuk
kondisi operasi di atas titik beku air. Refrigeran yang umum digunakan adalah
campuran garam dan air (brine) atau anti beku yang mempunyai titik beku di bawah
00C. Beberapa anti beku yang umum digunakan adalah campuran air dengan etilen
glikol, propiln glikol atau kalsium klorida. Etilen glikol dapat digunakan dalam industri
makanan karena tidak beracun.

Refrigeran Inorganik Penggunaan


Amonia (NH3) Untuk cold storage, pabrik es, pendinginan bahan
pangan
Air (H2O) Pendinginan tipe ejektor
CO2 Sebagai karbondioksida padat atau es kering dan hanya
digunakan untuk refrigerasi angkutan
Refrigeran 11 (CCL3F) Pendinginan dengan kompresor sentrifugal untuk sistem
AC ber-kapasitas besar
Refrigeran 12 (CCL2F) Pendinginan dengan kompresor piston untuk refrigerasi
unit kecil terutama water cooler, kulkas
Refrigeran 22 (CHCLF2) Pendinginan dengan kompresor tipe piston untuk unit
refrigerasi kapasitas besar seperti pengemasan dan
central AC
Refrigeran 502 Untuk bahan pangan beku dalam kabinet, terutama untuk
pendinginan di pasar swalayan

Sumber : Musicool refrigerant. http://www.up-3.com/up3.php?page=viewproducts&id=8

http://tep.fateta.ipb.ac.id/elearning/media/Teknik%20Pendinginan/bab5.php

You might also like