Professional Documents
Culture Documents
Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran
merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang menimbulkan
efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. ASHRAE (2005)
mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja di dalam mesin refrigerasi, pengkondisian
udara, dan sistem pompa kalor. Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan
membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan
kondensasi.
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran
pengganti, yakni:
1. Memiliki sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang
hendak digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran
baru yang diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan
refrigeran lama yang ber-klorin.
2. Tidak mudah terbakar.
3. Tidak beracun.
4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin
refrigerasi.
5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah
lingkungan.
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan
di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa perusahaan
pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22 dalam produk-
produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya,
dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju), namun beberapa
negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya Swedia telah
melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun
1998, sedangkan Denmark dan Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-
mesin baru hanya hingga 31 Desember 1999 (Kruse, 2000).
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran
sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang
ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan
Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom
lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan
lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya
penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002)
menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik antara produser refrigeran
dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus
dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986 hingga penghapusan dan
penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak kalangan menyebutkan bahwa
Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian internasional di bidang lingkungan yang
paling berhasil diterapkan.
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya
merupakan pengganti transisional untuk
CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti,
yakni R410A (campuran dengan sifat
mendekati zeotrop) dan R407C (campuran
azeotrop) (Kruse, 2000). Hidrokarbon
Propana (R290) juga berpotensi menjadi
pengganti R22 (Kruse, 2000). R407C
merupakan campuran antara
R32/125/132a dengan komposisi
23/25/52, sedangkan R410A adalah
campuran R32/125 dengan komposisi
50/50 (ASHRAE, 2005). Saat ini, beberapa
perusahaan terkemuka di bidang
refrigerasi dan pengkonsian udara telah
menggunakan R410A dalam produk
mereka.
Gambar 5-2. Kulkas dengan refrigeran non
CFC
Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan konsisten, maka
secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain refrigeran
alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen refrigeran yang
mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak ozon dan tidak
menimbulkan pemanasan global (ASHRAE, 2006). Beberapa refrigeran alami yang
sudah digunakan pada mesin refrigerasi adalah: amonia (NH3), hidrokarbon (HC),
karbondioksida (CO2), air, dan udara (Riffat dkk., 1997). Kata "alami" menekankan
keberadaan zat-zat tersebut yang berasal dari sumber biologis atapun geologis;
meskipun saat ini beberapa produk refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya
alam yang tidak terbarukan, misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking,
serta amonia dan CO2 yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
B. Refrigeran Primer
Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan pada sistem kompresi uap.
Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap harus mempunyai
mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu yang sesuai dengan kondisi
penggunaan
1. Jenis Refrigeran
a. Golongan Halokarbon
Sistem penomoran golongan halokarbon adalah sebagai berikut: nomor pertama dari
sebelah kanan menunjukkan jumlah atom florin pada senyawa, nomor kedua dari
kanan menunjukkan satu nilai lebih banyak dari jumlah atau, hidogren pada senyawa
dan tiga digit dari kanan menunjukkan satu nilai lebih sedikit dari jumlah atom karbon.
b. Senyawa Inorganik.
Awalnya, saat pendinginan hanya digunakan untuk tujuan khusus, hanya amoniak dan
karbon dioksida yang dapat digunakan sebagai refrogeran. Saat pendinginan mulai
dikenalkan pada masyarakat, sulfur dioksida, metil klorida dan metilen klorida digunkan
karena sesuai dengan kompresor sentrifugal. Metilrn klorida dan karbon dioksida,
karena faktor keamanannya digunakan untuk sistem pengkondisian udara (AC). Semua
refrigeran ini, selain amonia, tidak digunakan lagi, kecuali pada sistem yang lama.
Amonia mempunyai sifat termal yang baik, dan masih digunakan pada lapangan es
skating.
c. Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon sebagai refrigerant dalam sistem refrigerasi telah dikenal sejak tahun
1920-an, sebelum refrigerant sintetik dikenal. Ilmuwan yang tercatat sebagai promotor
hidrokarbon sebagai refrigerant antara lain Linde (1916) dan Ilmuwan Dunia Albert
Einstein (1920). Hidrokarbon kembali diperhitungkan sebagai alternatif pengganti CFC,
setelah aspek lingkungan mengemuka, dan timbulnya permasalahan dalam peralihan
dari CFC ke HFC, dikarenakan perlu adanya penyesuaian perangkat keras, pelumas,
serta perlakuan khusus dalam operasional penggunaan bahan HFC : R-134a ini.
Demikian sulitnya perlakuan R-134a sebagai pengganti R-12 serta masih memiliki
dampak Global Warming Potential (GWP), bahkan Greenpeace suatu LSM di Jerman
yang sebelumnya gencar mendorong peralihan R-12 ke R-134a, kemudian beralih
memperomosikan penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran, seperti GTZ-Technology
yang telah populer di daratan Eropa. Penggunaan refrigeran hidrokarbon terus meluas
ke berbagai negara di kawasan Asia Pasific, dan. dewasa ini telah banyak dikenal
berbagai merek refrigerant yang dihasilkan oleh berbagai negara, seperti yang berasal
dari negara : Inggeris, Perancis, Jerman, Belanda, Kanada, Australia, Amerika, Korea,
dan lain-lain, termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan gas alam dan minyak bumi,
disamping pemanfaatan sebagai bahan bakar, juga memiliki potensi sebagai negara
yang dapat berkecimpung dalam hal refrigerant hidrokarbon maupun produk-produk
ramah lingkungan berbasis hidrokarbon lainnya seperti : Aerosol propellant, foaming
agent, solvent, dan lain-lain.
Produk refrigerant hidrokarbon MUSI COOL merupakan refrigerant hidrokarbon yang
sudah diproduksi di dalam negeri dengan beberapa grade
• MC-12 dan MC-134 sebagai
pengganti refrigerant R-12 dan R-
134a
MC-12 dan MC-134 merupakan
campuran propane dan i-butane
dengan kandungan butane
serendah mungkin agar tidak
menggangu proses kondensasi pada
sistem pendingin. Refrigerant ini
digunakan pada kendaraan
bermotor, kulkas dan dispenser
• MC-22 sebagai pengganti
refrigerant R-22 MC-22 digunakan
untuk pendingin ruangan/AC jenis
Split, window maupun central.
Refrigerant ini memerlukan
kandungan propane yang sangat
tinggi yaitu 99,7 % wt dengan
impuritis butane dan olefin yang
serendah mungkin atau mendekati
nol agar kinerja sistem pendingin
berjalan optimal.
Gambar 5-3. Refrigeran hydrocarbon (Musicool)
buatan Pertamina
• MC-600 sebagai refrigerant 600a
MC-600 mempunyai kandungan i-
butane yang sangat tinggi/dominan
atau lebih besar dari 85 % wt
dengan kandungan propane
seminim mungkin. Refrigerant 600a
saat ini digunakan sebagai media
pendingin pada kulkas, yang
beroperasi pada tekanan rendah. Ke
depan prospek refrigerant ini sangat
cerah karena kecenderungan
penggunaannya tinggi.
d. Azeotrop
Senyawa azeotrop adalah suatu campuran yang tak dapat dipisahkan menjadi senyawa
penyusunnya dengan cara distilasi. Senyawa ini menguap dan mengembun sebagai
satu zat, tidak seperti campuran lainnya. Azeotrop yang paling dikenal adalah R502
yang merupakan campuran 48.8% R22 dan 51.2% R115. Azeotrop lainnya adalah R-
500, campuran dari 73.8% R-12 dan 26.2% R-152a.
2. Sifat Regfrigeran
Dalam pemilihan refrigeran, sifat refrigeran yang penting antara lain sifat
termodinamika, kimia, dan fisik. Sifat termodinamika yang penting antara lain titik
didih, tekanan penguapan dan pengembunan, tekanan dan suhu kritis, titik beku,
volume uap, COP, tenaga per ton refrigerasi. Sifat kimia berhubungan dengan reaksi
refrigeran terhadap keadaan sekitar, antara lain tidak mudah terbakar, tidak beracun,
tidak bereaksi dengan air, minyak dan bahan konstruksi. Sedangkan sifat fisik
refrigeran berhubungan dengan bahan itu sendiri,antara lain konduktivitas dan
kekentalan.
Sifat Refrigeran
Titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting:
• Refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasanya dipakai untuk keperluan
operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi)
• Refrigeran yang memiliki titik didih tinggi digunakan untuk keperluan
pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara)
Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat
menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak
terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dapat dipakai
untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke refrigerasi.
Sifat termofisik dari beberapa refrigeran disajikan pada tabel 5.1.
Pemilihan refrigeran lainnya dibuat berdasarkan atribut kerja dan lingkungan. Atribut
kerja refrigeran adalah sifat yang berkaitan dengan penggunaan refrigeran. Sifat ini
dibandingkan dengan beban kerja yang sama atau suhu evaporasi dan suhu kondensasi
yang sama. Sifat yang dibandingkan antra lain COP, efek pendinginan, serta tekanan
kondensasi dan evaporasi. Tabel 5.2 menampilkan atribut kerja bebrapa refrigeran
dengan suhu kondensasi 300C dan suhu evaporasi -150C.
Atribut lingkungan suatu refrigeran duhubungkan dengan reaksi refrigeran saat terlepas
di atmosfer. Pada refrigeran halokarbon, atom klorin pada refrigeran akan berikatan
dengan ozon di atmosfer, sehingga menyebabkan terjadinya penipisan ozon yang
menyebabkan pemanasan global. Terdapat tiga jenis atribut lingkungan yang umum
dikenal, GWP, ODP, dan tahun atmosferik.
GWP (Global Warming Potential) adalah ukuran seberapa banyak jumlah gas rumah
kaca yang diperkirakan akan mempengaruhi pemanasan global. GWP merupakan suatu
ukuran relatif yang membandingkan gas yang ingin diketahui nilainya dengan gas CO2
dalam jumlah yang sama. GWP juga harus diukur dalam waktu yang sama, umumnya
diukur dalam waktu 100 tahun. ODP (Ozone Depletion Pottential) merupakan
parameter yang menyatakan kemampuan suatu refrigeran untuk berikatan dengan
ozon di stratosfer. Umumnya, makin banyak ion klorin dalam suatu refrigeran maka
makin tinggi ODPnya. Siklus hidup menentukan lamanya suatu gas terurai di atmosfer.
Atribut lingkungan beberapa refrigeran ditunjukkan pada tabel 5.3.
C. Refrigeran sekunder
http://tep.fateta.ipb.ac.id/elearning/media/Teknik%20Pendinginan/bab5.php