You are on page 1of 12

MANUSIA DAN AGAMA

Oleh: 1. Aisyah Durrotussaadah 2. Puji Fathonah (12.7003 1D) (12.7003 1D)

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA 2013

I.

HAKEKAT MANUSIA

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.

Al-quran juga banyak memberikan informasi tentang manusia. Salah satu di antaranya dapat dilihat dari istilah-istilah manusia yang digunakan Al-quran. Menurut Quraish Shihab (1998: 275), ada tiga kata yang digunakan Al-Quran menyebut manusia yang jika ditelusuri ayat-ayat Al Quran yang menggunakan istilah atau kata tersebut, maka dapat dipahami gambaran tentang hakikat manusia dengan ke-cen-derungan sifat dan kedudukannya. 1. kata yang terdiri dari huruf alif, nun,dan sin, semacam insn, ins, ns, atau unas Al-ins Kata al-ins disebutkan sebanyak 18 kali dan semuanya dihubungkan dengan kata al-jinn. Alins dan al-jinn diciptakan agar senantiasa beribadah kepada-Nya (Qs. 51: 56). Sebagian ada membangkang menjadi penghuni neraka (Qs. 7: 179). Ada pula yang taat menjadi penghuni surga (Qs. 55: 74). Kata ini mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang ditugaskan untuk beribadah kepada-Nya. Aisyah Bint Syati berpendapat kata al-ins mengandung arti tidak liar atau tidak biadab, sebab manusia kebalikan dari jin yang bersifat metafisik. Metafisik itu identik dengan liar atau bebas karena tak mengenal ruang dan waktu. Jadi manusia itu makhluk jinak.

Al-unas Kata al-uns, jamak dari kata al-insn, terulang sebanyak 5 kali. Baharuddin (2004: 76) menyimpulkan istilah al-uns menggambarkan manusia sebagai makhluk berkelompok sesuai dengan ciri-ciri dan persamaannya seperti persamaan biologis, kebutuhan, kepentingan, suku, bangsa dan se-ba-gainya.

Al-insan Kata al-insn, terulang sebanyak 65 kali. Syed M. Naquib al-Attas (1931) berpendapat alinsn berasal dari nasiya yang berarti lupa. Manusia lupa memenuhi kewajiban dan tujuan hidupnya setelah bersaksi akan kebenaran perjanjian yang menuntunnya untuk taat pada Allah (Qs. 7: 172 dan 20: 115) karenanya ia bisa ingkar sehingga berbuat ketidakadilan (zhulm) dan kejahilan (jahl) (Qs. 33: 72). Kata al-insn juga menggambarkan hakikat manusia secara totalitas, berdimensi jasmani juga rohani (Qs. 95: 4 dan 23: 12-14).

Al-nas Kata al-ns, terulang sebanyak 243 dan di antaranya diikuti kata y ayyuh (wahai manusia). Maknanya adalah manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) yang tidak bisa hidup normal kecuali dalam kebersamaan dengan sesamanya (Qs. 49: 13).

2. kata basyar Kata basyar berarti kulit. Kata ini menggambarkan manusia dari sisi fisik biologisnya, seperti dikaitkan dengan makan dan minum (Qs. 23: 33-34), melakukan hubungan lawan jenis (Qs.3: 47), dan mengadakan penye-baran dari satu tempat ke tempat lain (nomaden)dalam rangka mencari tembat baru, mencari makan dan perjodohan (Qs. 30: 20). Dalam ilmu antropologi dikenal bahwa penyebaran manusia (Rifat Syauqi, 2011: 5).

3. kata Bani Adam, atau dzuriyat Adam. Kata ban adam atau dzurriyat adamterulang 7 kali berarti anak keturunan Adam. Isitilah ini bermakna manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dari makhluk lainnya meliputi: fitrah keagamaan, peradaban, dan kemampuan memanfaatkan alam. Istilah ini juga bermakna kelebihan manusia dari segi intelektualnya. Sebab Nabi Adam a.s. merupakan seorang yang menerima pengajaran dari Allah (Qs. 2: 31).

Selain dari istilah-istilah yang menunjukkan makna manusia, Al Quran juga menggambarkan dimensi kepribadian manusia. Al-Attas menyebut manusia memiliki hakikat ganda atau dwi hakikat (dual nature): jiwa dan raga. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani manusia dijelaskan surat al-Mukminun ayat 12-13. Dimensi jasmani berasal dari tanah atau berbentuk materi. Karenanya manusia membutuhkan halhal yang bersifat materi, seperti sandang, pangan, papan, pasa-ngan, keturunan, dan sebagainya.

Ikhwan al-Shafa berpendapat jism bersifat duniawi dan memiliki natur buruk, sebab ia penjara bagi ruh, kesibukannya mengganggu kesibukan ruh untuk beribadah kepada Allah SWT, dan dengan kesendiriannya, jasad tidak mampu mencapai makrifat Allah (Ikhwan al-Shafa). Meskipun tidak menjadi esensi dari manusia itu, tetapi Islam tetap mengakui eksistensi al-jism, sehingga kebutuhannya harus tetap dipenuhi sesuai dengan ajaran-Nya. Jika unsur jasmani berasal dari bumi/tanah atau materi, maka dimensi rohani manusia berasal dari ruh (cip-taan) Allah (Qs. 32: 9). Menurut Achmadi (2008: 44), ketika ditiupkan ruh kepada manusia terjadilah getaran Ilahi sehingga ma-nusia hidup sebagai makhluk jasmani dan rohani yang mulia melebihi makh-luk lainnya. Kelebihan manusia itu terutama karena memperoleh percikan sifat-sifat kesempurnaan Ilahi:al-asm al-husn. Jadi dimensi rohaniah inilah yang menjadi modal dasar utama bagi manusia untuk mampu menjalankan tugas dan perannya sebagai hamba (abd) Allah dan khalfah-Nya di muka bumi. Dengan keterbatasan kemampuan akal manusia, kajian terhadap hakikat manusia, terutama dari dimensi ruhaniahnya tidak akan pernah tuntas dibahas, karena hanya Allah yang dapat mengetahui secara sempurna (Qs. 17: 85).

II.

TUGAS POKOK MANUSIA

Hablum Minallah, Hablum Minan Naas, Hablum Minal Alam adalah tiga tugas pokok yang telah kita sepakati melalui perjanjian yang tertulis di dalam alquran. ketiga tugas pokok itu tidak ada yang bisa dipisahkan semua harus dilaksanakan demi untuk kebaikan manusia dan alam seisinya. Keselamatan manusia tidak akan berarti jika hanya melakukan salah satu tugas saja, karena begitu kita (manusia) memasuki satu wilayah atau tugas , maka 1 diantara 2 tugas menjadi sesuatu yang juga harus dilaksanakan, dan seterusnya ketika 2 tugas dilaksanakan maka tugas yang ke 3 pun harus dilaksanakan. Mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. hanya dan hanya bisa dilakukan secara bersama - sama , tanpa ada rasa iri , dengki, hasud yang bisa menimbulkan perpecahan. karena jika perpecahan terjadi maka mau tidak mau peringatan pun akan terus ditimpakan, hingga kita kembali kepada persatuan dan kesatuan karena manusia ini adalah umat yang satu. Hablum Minallah Dalam kaitannya dengan Hablum Minallah , mungkin sebagian orang akan berpikir cukup dengan shalat dan dzikir, meninggalkan hiruk pikuk dunia dan segala permasalahannya , namun hendaklah kita tidak melupakan bahwa didalam Rahmat , Hidayah dan Inayah yang telah Allah Subhanahu Wata'ala berikan kepada kita, ada HAQ orang lain. 1. Harta yang telah kita dapatkan = ada Hak orang lain yang kekurangan. (dimintai pertanggungan jawab, QS Adz Dzaariyaat , QS Al Maauun , QS At Taubah , dll ) 2. Ilmu yang kita dapatkan = Ada Hak orang lain, (laknat allah menyertai mereka yang menyembunyikan ilmu , QS Al Baqarah , QS Ali Imran, QS Al Maidah, dll ) 3. Dan karunia , karunia Allah Subhanahu wata'ala yang lain yang telah diberikan kepada kita.

Yang kemudian akan memasukkan kita kedalam tugas yang kedua yakni Hablum Minannas. Untuk terciptanya fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim yang beriman, tidaklah bisa dilakukan sendiri, kita tidak bisa melakukan sesuatu tersebut dengan sendirian, karena kita butuh tempat untuk menanam ladang amal kita, dan itu pada orang / individu yang lain.

Adapun tugas yang ketiga yakni Hablum Minal Alam adalah jalan yang berada diantara 2 tugas pokok manusia, dalam mencari keselamatan dan ketentraman hidup di dunia. menjaga agar alam tetap bersahabat , menjaga alam demi untuk kebaikan kita sendiri selama berada di dunia ini, adalah tugas kita (manusia) sebagai khalifah. Kesemuanya ini adalah tugas kita hidup di dunia yakni untuk, menyatukan hati dan jiwa, menghilangkan iri , hasud dan dengki, dan ketidak seimbangan. karena Allah Subhanahu Wata'ala telah menciptakan manusia dan alam semesta ini seimbang. (Al Ayat)

III.

HAKEKAT AGAMA

Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa addiin merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari

seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).

Dan secara umum, Agama adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganutpenganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral atau sosial atas dasar aturan-aturan-Nya. Oleh karena itu suatu agama mencakup aspek-aspek sebagai berikut : a. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini. b. Aspek ritual, yaitu tentang tata cara berhubungan dengan Tuhan, untuk minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan kesetiaan dan penghambaan. c. Aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi individu dalam kehidupan. d. Aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat. Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu : a. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardli), seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama primitif dan tradisional.

b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat wahyu dari Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit (dalam bahasa Arab langit disebut samawi), seperti Yahudi, Nasrani dan Islam. c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia memiliki pemikiranpemikiran yang mengaggumkan tentang konsep-konsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidupnya dan kemudian melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideologi bersama suatu masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster atau Budha. Hakekat Islam

Islam secara etimologis (lughawy) berasal dari tiga akar kata salam yang artinya damai atau kedamaian, salamah yang artinya keselamatan, aslama yang artinya berserah diri atau tunduk patuh. Sementara agama Islam dapat di definisikan sebagai suatu sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt, yang diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia dan di akhirat kelak

IV.

TUJUAN BERAGAMA

Manusia perlu memelukan agama sebab disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, manusia juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain digunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Quran Nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Quran dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Sebagaimana firman Allah swt. Yang artinya : Demi nafs serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaan.(QS.Al-Syams : 78) Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarka biaya, tenaga dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qran Surat Al-Anfal : 36, yang artinya : sesungguhya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.(QS.Al-Anfal:36) Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang-orang mengikuti keinginannya. Barbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebaginya dibuat dengan sengaja. Untuk itu, upaya membatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga uapaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.

V.

FUNGSI DAN PERANAN AGAMA BAGI MANUSIA

Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah kemanusian Islam adalah suatu sistem ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentu ajaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu dikembangkan dan diarahkan oleh ikhtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensi fisik atau nonfisik, yaitu akal, nafsu , perasaan dan kesadaran (qalb) dan ruh. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia memeluk agama. Sebagaimana firman Allah, Yang artinya : Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu. (QS.Ar-Rum : 30). Adanya potensi fitrah agama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis melalui istilah Ihsan yang digunakan Al-Quran untuk menunjukan manusia. Mengacu kepada informasi yang diberikan Al-Quran, Musa Asyari sampai pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Melalui uraian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya. Dengan arahan ajaran Islam, fitrah kemanusiaan akan membawa manusia ke arah kebaikan dan keselamatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Islam Sebagai Agama yang Lurus Islam merupakan agama yang lurus karena islam sebagai hidayah (petunjuk) dalam kehidupan umat manusia sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 38)

Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati. (Q.S Al-Baqarah : 38). Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah menurunkan agamanya sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala kebingungan dan kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya : Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati. (Q.S Al-Baqarah : 38). Dan Allah swt. Menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang benar yang Ia ridhoi itu adalah agama islam. Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah ISLAM. Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan nikmat-Ku kepada mu. Dan Aku ridhoi Islam sebagai agamu. Agama islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yang dapat dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut : 1. Pemberi makna bagi perbuatan manusia. 2. Alat kontrol bagi perasaan dan emosi. 3. Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang. 4. Pemberi reinforcement (dotongan penguat) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia. 5. Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI. 2009. Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Bandung: Value Press. Kelompok Mahasiswa. 2011. Manusia, Agama, dan Islam. Bandung: UPI Kosim, Muhammad. 2012. Hakikat Manusia menurut Al-Quran. (diakses pada 17 Maret 2013 melalui http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2708)

You might also like