You are on page 1of 5

PENDAHULUAN Cirrhosis hepatic (sirosis hepatis) didefinisikan sebagai sekelompok penyakit hati kronis yang ditandai dengan hilangnya

arsitektur lobular hepatik normal dengan fibrosis, dan dengan destruksi sel-sel parenkim beserta regenerasinya berbentuk nodul-nodul. Penyakit ini mempunyai periode laten yang panjang, biasanya diikuti dengan pembengkakan dan nyeri abdomen,

hematemesis, edema dependen, atau ikterus secara mendadak. Pada stadium lanjut, asites, ikterus, hipertensi portal, dan gangguan sistem saraf pusat, yang dapat berakhir dengan koma hepatik, menjadi menonjol. [1] Di negara barat, penyebab sirosis yang utama adalah alkoholik, sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, disebutkan bahwa virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (non B-non C). Alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia diduga frekuensinya sangat kecil walaupun belum terdapat data yang menunjukkan hal tersebut Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi sirosis hepatis kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hepatis dekompensata yang ditandia gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaan secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati.

KASUS Nama Umur Alamat Ruangan : Tn. M : 51 Tahun : Bontoala Kab. Jeneponto : Melati

Tanggal MRS : 11 Mei 2013 Anamnesis Seorang pria berumur 51 tahun, masuk Rumah Sakit Pelamonia dengan keluhan bengkak pada perut yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini juga disertai dengan keluhan mual dan muntah sebanyak 1 kali, berat badan menurun (+), BAK lancar dengan warna seperti teh pekat. Riwayat penyakit sebelumnya menderita hepatitis B. Didapatkan penderita dengan kesan umum tampak sakit berat, dengan kesadaran menurun. Tanda tanda vital didapatkan : - Tekanan darah - Nadi - Pernafasan - Suhu = 130 / 80 mmHg = 84 kali / menit = 22 kali / menit = 360 C

Pemeriksaan Fisis - Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterus (+) - Leher : JVP dalam batas normal - Jantung : ictus tidak tampak, bunyi jantung I dan II murni, reguler, tidak ada bising - Paru paru : bunyi nafas vesikuler, suara napas tambahan Rh -/-, dan Wh -/-.

- Ekstremitas dalam batas normal - Abdomen : didapatkan kembung (+), ascites (+), dan terdapat nyeri (+), serta nyeri tekan (+) pada abdomen. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan SGOT SGPT HBs Ag Hasil 256 64 REAKTIF Satuan U/L U/L Nilai normal L : < 37, P : < 31 u/l L : < 42, P : < 32 u/l NON - REAKTIF

Hasil USG Abdomen : Kesan hati dengan ascites dan splenomegaly Masalah Rencana : : Sirosis hepatis dekompensata - pantau SGOT dan SGPT - Pemeriksaan HbsAg Terapi : - IVFD NaCl 0,9 % 8 ttm - Radin IV/12 jam - Ketorolac IV 12 jam - Cefotaxim inj. 5 gr/12 jam IV

PEMBAHASAN Pada kasus diatas terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada sirosis hepatis yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, post hepatitis (infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C), keturunan, dan terkait obat. Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peranan dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi. Pembentukan fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus (misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus menerus maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan digantikan oleh jaringan ikat. Pada pasien ini pernah menderita hepatitis B. Sehingga kemungkinan besar merupakan penyebab dari sirosis hepatis. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma. Mungkin disertai hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam tidak begitu tinggi. Dari hasil anamnesis pasien datang dengan keluhan bengkak pada perut yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini juga disertai dengan keluhan mual dan muntah sebanyak 1 kali, berat badan menurun (+), BAK lancar dengan

warna seperti teh pekat disertai kesadaran menurun. Dan pada pemeriksaan fisis didapatkan konjungtiva anemis (+), sklera ikterus (+), didapatkan kembung (+), ascites (+), dan terdapat nyeri (+), serta nyeri tekan (+) pada abdomen. Dan pada hari ke dua perawatan, pasien mengalami koma hepatikum. Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium pada waktu seseorang memeriksakan kesehatan rutin, atau waktu skrining untuk evaluasi keluhan spesifik. Tes fungsi hati meliputi amino transferase, alkali fosfatase, gamma glutamil peptidase, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Aspartat aminotransferase (AST) atau serum glumatil oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi tidak terlalu tinggi. AST lebih meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal tidak

mengeyampingkan adanya sirosis. Pada hasil pemeriksaan laboratorium pasien ini, didapatkan SGOT : 256 U/L, SGPT : 64 U/L. Untuk pemeriksaan radiologi yaitu USG Abdomen, sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan. Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis. Pada pasien ini, didapatkan hasil pemeriksaan USG Abdomen dengan kesan hati dengan ascites dan splenomegaly.

You might also like