You are on page 1of 17

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 70% BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.

) BERDASARKAN AKTIVITAS SOD (SUPEROXYD DISMUTASE) DAN KADAR MDA (MALONILDIALDEHIDE) PADA SEL DARAH MERAH DOMBA YANG MENGALAMI STRES OKSIDATIF IN VITRO Fatimah Nisma, Almawati Situmorang dan Muhammad Fajar Jurusan Farmasi, FMIPA, UHAMKA

ABSTRACT Rosellla (Hibiscus sabdariffa L ) has been used traditionally as medicine for various element. The flower of rosella was reported as containing secondary metabolite favonoid, terpenoid and vitamin C, which is considered as antioxidant. To find out the antioxidant property, an experiment in vitro has been conducted. The flower was prepared in the form of extract in 70% ethanol. The treatment were 5, i.e. K-1 normal control group without tBHP, K-2 negative control + tBHP, K-3 with the extract 0,3 mg/mL blood + t-BHP, K-4 with extract 0,6 mg/mL blood + 1 mL t-BHP and K-5 with extract 1,2 mg/mL blood + 1 mL tBHP. The result showed that ethanol extract of rosella flower could increase SOD and decrease the MDA content in red blood cells of sheep. Statistical analysis showed significant difference in the SOD. As the temporary conclusion the ethanol 70% extract of rosella flower has the antioxidant activity. Keywords: Rosella, antioxidant, SOD, MDA, SMDB ABSTRAK Rosellla (Hibiscus sabdariffa L) telah digunakan secara tradisional sebagai obat untuk berbagai elemen. Bunga dari rosella dilaporkan sebagai mengandung

favonoid metabolit sekunder, terpenoid dan vitamin C, yang dianggap sebagai antioksidan. Untuk mengetahui properti antioksidan, percobaan in vitro telah dilakukan. Bunga disiapkan dalam bentuk ekstrak dalam etanol 70%. Perawatan adalah 5, yaitu K-1 kelompok kontrol normal tanpa tBHP, K-2 kontrol negatif + tBHP, K-3 dengan 0,3 mg ekstrak darah / mL + t-BHP, K-4 dengan ekstrak 0, 6 mg / mL darah + 1 mL t-BHP dan K-5 dengan ekstrak 1,2 mg / mL darah tBHP 1 + mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga rosella dapat meningkatkan SOD dan menurunkan kadar MDA dalam sel darah merah domba. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam SOD tersebut. Sebagai kesimpulan sementara ekstrak etanol 70% dari bunga rosella memiliki aktivitas antioksidan. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pengobatan penyakit juga berkembang, tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan tanaman sebagai obat untuk mengatasi penyakit dalam meningkatkan kesehatan. Banyak sekali jenis tanaman obat tradisional yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Rosella merupakan herba tahunan, anggota dari famili Malvaceae. Rosella dapat hidup dengan kondisi lahan, cuaca, serta suhu apapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula (Wahida..2008). Setiap bagian tanaman rosella mempunyai kandungan senyawa kimia yang bermanfaat untuk pengobatan maupun sebagai bahan makanan. Salah satu diantaranya adalah corolla (mahkota) bunga rosella yang memiliki

kandungan kimia antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C, tiamin, riboflavin, flavonoid dan niasin (Maryani, H.2008). Selain sebagai antioksidan bunga rosella juga bermanfaat sebagai antihipertensi, diuretik, antelmintik, tonikum dan obat batuk (Maryani dan Hary.2008).

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6C3C6 (Sirait, M. 2007). Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari dan akar. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan, dan terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol. Biasanya antosianin juga terdapat sebagai campuran terutama dalam bunga tanaman hias dan suatu jaringan bunga dapat mengandung sampai sepuluh pigmen yang berlainan (Harborne, J.B. 1987). Kegunaan flavonoid bagi tumbuhan adalah untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan serta untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyebaran biji. Sedangkan kegunaan flavonoid bagi manusia adalah pada dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait, M. 2007). Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres oksidatif pada molekul. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik (enzim) dan antioksidan non enzimatik (ekstraseluler). Antioksidan enzim antara lain superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px), dan katalase. Sedangkan antioksidan nonenzimatik (ekstraseluler) diantaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta-karoten, glutation, ceruloplasmin, albumin, asam urat dan selenium (Priyanto. 2007). Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (Kumalaningsih.2008). 1. Antioksidan primer Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah Butil Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinon (TBHQ), propil galat, tokoferol alami maupun sintetik dan alkil galat. 2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan. 3. Antioksidan tersier Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker. Sebagaimana diketahui bahwa di dalam tubuh manusia dapat terbentuk radikal bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri, mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat menarik elektron yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga sulit untuk dideteksi. Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, dan kanker (Silalahi, J. 2006). Dalam keadaan normal suatu radikal bebas dapat dinetralisir dengan menggunakan zat antioksidan.

Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat atau menghambat stres oksidatif pada molekul target (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi redok (menerima atau melepaskan elektron) melalui absorbsi radiasi (ionisasi, UV) atau jika ikatan kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion) atau karena adanya reaksi fenton. Banyak orang beranggapan bahwa radikal bebas hanya merugikan tubuh semata, pendapat ini tidak tepat karena radikal bebas juga berperan penting dalam proses-proses biokimiawi yang diperlukan tubuh. Proses-proses itu seperti reaksi oksidasi suatu zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis Generated by Foxit PDF Creator. (Priyanto. 2007). Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan, antara lain (Muhilal. 1992) :

1. Kerusakan protein Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein akan

mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada, sebagai contoh kerusakan protein pada lensa mata mengakibatkan terjadinya katarak. 2. Kerusakan DNA Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan kerusakan DNA. Sebagai akibat kerusakan DNA ini dapat timbul penyakit kanker. Kerusakan dapat berupa kerusakan awal, fase transisi dan permanen. 3. Membran sel Terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh yang merupakan bagian dari fosfolipid dan mungkin juga protein. Serangan radikal hidroksil pada asam lemak tak jenuh dimulai dengan interaksi oksigen pada rangkaian karbon pada posisi tak jenuh sehingga terbentuk lipid hidroperoksida, yang selanjutnya merusak bagian sel dimana hidroperoksida ini berada. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa bunga rosella mempunyai senyawa antioksidan yang dibuktikan menggunakan spektrofotometri uv-vis (Maryani, H..2008) Oleh karena itu, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol 70% kelopak rosella secara in vitro untuk melindungi sel darah merah domba yang diberikan perlakuan stres oksidatif menggunakan t-BHP (tertButil Hidroperoksida), dengan parameter pengukuran yang dilakukan meliputi MDA dan SOD. MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh jamak (PUFA) yang mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang kemudian mengalami dekomposisi (Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006). Pada proses peroksidasi lipid MDA terbentuk relatif konstan proporsional sehingga merupakan indikator yang baik untuk mengetahui adanya peroksidasi lipid, khususnya in vitro. Cara yang paling banyak untuk mengukur MDA adalah TBA test, karena mudah dikerjakan dan dapat digunakan pada homogenat. Prinsipnya

adalah adanya pengaruh asam dan panas yang akan menyebabkan dekomposisi lipid peroksida dan membentuk perubahan warna menjadi warna merah muda. Perubahan warna ini diukur melalui spektrofotometri pada panjang gelombang 532 nm(Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995). SOD (Superoxyd Dismutase) merupakan salah satu antioksidan enzimatik. Ada tiga jenis SOD yang sudah diketahui, yaitu CuZnSOD, Mn-SOD dan FeSOD. CuZnSOD dan Mn-SOD terdapat pada manusia, sedangkan FeSOD tidak terdapat pada manusia. CuZnSOD terdapat di retikulum endoplasma, nukleus dan peroksisom, sedangkan Mn-SOD terdapat di mitokondria. Logam Cu+ sebagai kaalisator sedangkan Zn++ diperlukan sebagai stabilisator enzim. Fungsi SOD untuk mempercepat dismutasi O2 dan menjaga keseimbangan antara jumlah O2 dan pembentukan H2O2 (Priyanto. 2007). Karena substrat SOD kurang stabil dan sukar diukur secara konvensional, ini akan menyulitkan pengukuran SOD. Saat ini tersedia metode Adenochrom Assay yang mudah dilaksanakan dan sensitif untuk mengukur aktivitas SOD. Pengukuran didasarkan pada kemampuan SOD menghambat autooksidasi spontan dari efineprin. Larutan efineprin dalam keadaan asam akan stabil, tetapi spontan akan teroksidasi dengan adanya kenaikan pH. Autooksidasi terjadi paling cepat disertai dengan terbentuknya adenokrom dengan kecepatan linier yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30C. Sel darah merah domba dipilih karena mudah didapat dan memiliki metabolisme yang sederhana dan mudah diamati. Sedangkan t-BHP dipilih karena merupakan suatu oksidator organik yang kuat, mudah terurai dan membentuk radikal bebas (Murray, R.K. 1995). Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai antioksidan dilihat dari parameter penurunan kadar MDA dan peningkatan aktifitas SOD terhadap sel darah merah domba yang diberikan stres oksidatif dengan t-BHP secara in vitro. METODOLOGI Alat

Alat-alat yang digunakan meliputi spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu), pipet volume, pipet Eppendorf, labu ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas beker, timbangan analitik (OHAUSS), incubator (Memmert), sentrifugator (HC1180T), penangas air, pH meter, lemari pendingin,lemari asam dan stopwatch. Bahan a. Bahan uji 1. Ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). dari Balitro. LIPI. Cibinong-Bogor 2. Sel darah merah domba (SDMD) segar dari Departemen Mikrobiologi FKUI. b. Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan meliputi: tert-Butil hidroperoksida (tBHP), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Dikalium hidrogen fosfat (K2PO4), Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida (CaCl2), Magnesium Sulfat (MgSO4), Natium dihidrogen fosfat (NaH2PO4), Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), Asam triklorasetat (TCA), Asam tiobarbiturat (TBA), Natrium hidroksida (NaOH), Tetraetoksipropan (TEP), d-l epinefrin (Lucas), Asam Klorida (HCl), Na2CO3, NaHCO3, Na EDTA, Kloroform pro analis, Etanol pro analis. c. Persiapan Bahan Uji 1. Penyiapan simplisia Kelopak bunga rosella diperoleh dari hasil budidaya para petani di Indramayu Jawa Barat. Kelopak bunga rosella yang telah diambil dibersihkan dari semua kotoran yang melekat lalu dicuci sampai bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari. Kemudian diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 40 sehingga diperoleh serbuk yang homogen. 2. Ekstraksi simplisia

Serbuk simplisia kering yang sebelumnya sudah diayak dengan menggunakan pengayak nomor 40, dimasukkan ke dalam wadah maserasi. Maserasi dimulai dengan cara menuangkan etanol 70% ke dalam wadah maserasi sampai seluruh simplisia terendam dan pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan simplisia. Simplisia direndam selama 6 hari, selama perendaman dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa-senyawa yang terdapat pada kelopak bunga rosella dapat larut dengan baik. Maserat dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jumlah pelarut yang sama. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporatopada suhu dibawah 60C sehingga diperoleh ekstrak kental.

b. Persiapan sel darah merah domba (SDMD) Darah merah domba yang sudah didefibrinasi kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama lima menit. Plasma bagian atas dipisahkan, endapan SDMD dicuci dengan PBS yang volumenya lima kali volume endapan SDMD, kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan 3000 rpm setelah itu cairan PBS dibuang. Proses diulang sebanyak tiga kali.

c. Pembuatan Kurva Standar Untuk pembuatan kurva standar digunakan larutan standar tetraetoksipropan. Dari larutan tersebut diambil 10 l, 20 l, 40 l, 80 l, 160 l, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan akuades hingga 1 ml, kocok homogen. Kemudian tambahkan 0,5 ml TCA 20%, 1 ml larutan TBA 0,67% ke dalam masing-masing tabung tersebut,

kocok sampai homogen. Untuk blangko masukkan 1 ml akuades, 0,5 ml larutan TCA 20%,dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu dikocok hingga homogen. Larutan standar blangko dibuat duplo. Semua tabung dimasukkan dalam penangas air 95-100C selama 10 menit, kemudian dinginkan pada air mengalir. Absorban diukur pada panjang gelombang 532 nm. Dari data pengukuran tersebut dibuatkurva kalibrasi dengan menghubungkan nilai absorban sebagai koordinat (Y) dan konsenterassi larutan standar (nmol/ml) sebagai absis (X). perhitungan dengan membuat persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yaitu: Y= a + bx..(1).

d. Pengelompokkan Bahan Uji Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Sel darah merah domba dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 6 (enam) tabung dengan pembagian perlakuan sebagai berikut: 1) Kelompk I : Kelompok kontrol normal (1ml SDMD + 1 ml KRP) 2) Kelompok II : Kelompok negatif (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP). 3) Kelompok III : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0.3 mg 4) Kelompok IV : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0,6 mg). 5) Kelompok V : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml t-BHP + 1 ml ekstrak etanol kelopak bunga rosella1.2 mg.

e. Perosedur Pengukuran Kadar MDA Masing-masing kelompok diinkubasi pada suhu 37C selama 15 menit, lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Kemudian diambil 1 ml supernatan dan ditambahkan 0,5 ml TCA 20%, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. 1 ml supernatan didapat kemudian ditambahkan dengan 1 ml TBA 0,67%, kemudian dikocok hingga homogen. Setelah itu dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100C, larutan kemudian didinginkan dengan air mengalir. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm.

f. Prosedur Pengukuran Aktivitas SOD Sebanyak 1 ml SDMD 50% diinkubasi pada suhu 37C selama 15 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Lalu endapan yang didapat dicuci dengan larutan NaCl 0,9% dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, dilakukan sebanyak 3 kali. Sebanyak 500 l hemolisat diambil dan ditambahkan 800 l kloroform-etanol (3:5), kocok sampai homogen selama 1 menit. Kemudian sentrifus selama 10 menit. Supernatan dapat disimpan dalam lemari pendingin. Untuk tabung blangko dimasukkan 2800 l buffer karbonat, 100 l akuades dan 100 l epinefrin. Dikocok hingga homogen dan dibaca absorbannya pada panjang gelombang 480 nm pada suhu 30C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4. Untuk tabung sampel dimasukkan 5 l sampel, kemudian ditambahkan 2800 l buffer karbonat, 95 l akuades dan 100 l epinefrin. Kemudian dibaca absorbannya pada panjang gelombang 480 nm pada suhu 30C, setelah menit ke 1, 2, 3, 4.

g. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan uji homogenitas Levene. Bila data homogen dan terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji analisa varian (ANAVA) satu arah pada taraf kepercayaan (=0,05). Bila nilai sig < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Tukey). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Tanaman Identifikasi tanaman yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian BiologiLIPI Bogor. Hasilnya menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah spesies Hibiscus sabdariffa L.dari suku Malvaceae dan di Indonesia dikenal dengan nama tanaman rosella . 2. Ekstraksi Bunga Rosella a. Hasil Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella Sepuluh kilogram bunga rosella segar dibersihkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka. Setelah kering berat bunga rosella menjadi 1,5 kg, kemudian dibuat serbuk dan diayak dengan ayakan no 40 dan didapat serbuk bunga rosella dengan berat 1,3 kg. Sebanyak 0,9737 kg serbuk bunga rosella di ekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi yang didapat adalah sebanyak 0,3294 kg ekstrak etanol 70% bunga rosella dengan rendemen sebesar 33,83% . b. Karakteristik Ekstrak Tabel I. Hasil Uji Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Bunga Rosella

c. Penapisan fitokimia 1. Serbuk bunga rosella Serbuk bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid. 2. Ekstrak etanol 70% bunga rosella Ekstrak etanol 70% bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan triterpenoidsteroid. 3. Kurva Kalibrasi Tetraetoksipropan (TEP) Sebelum melakukan penetapan kadar MDA, dibuat kurva kalibrasi TEP yang akan digunakan sebagai standar. Dari data hasil kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis: Y= 0,0012 + 0,0225 x Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai (r) yang mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat hubungan antara konsenterasi larutan TEP dengan absorban. 4. Perhitungan Kadar MDA (Malonildialdehid) Kadar rata-rata MDA yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan adalah sebagai berikut: KI (normal, tanpa t-BHP) : 3,1378 0,2561 KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 11,7511 0,3834 KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 7,3422 0,2450 KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,8088 0,1865

KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP)

: 6,1570 0,4692

Berdasarkan hasil uji kadar MDA pada masing-masing kelompok uji dapat dilihat bahwa pada kelompok V dengan dosis ekstrak 1,2 mg/ml persentase kadar MDA yang diperoleh dapat menurunkan kadar MDA tetapi belum mendekati normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella mampu menurunkan kadar MDA dalam SDMD.

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene menunjukkan bahwa data kadar MDA dalam SDMD terdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut

diperlihatkan dari nilai Sig > 0,05. Hasil analisa statistik Anava satu arah menunjukkan nilai Sig < 0,05, artinya terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi kadar MDA dalam SDMD dengan masing-masing kelompok uji. Hasil uji

perbandingan berganda (Tukey) memperlihatkan adanya perbedaan bermakna ( Sig < 0,05 ) antara kelompok I dengan kelompok II, III, IV, dan V, kelompok II dengan kelompok III, IV, dan V, kelompok III dengan kelompok V serta kelompok IV dengan kelompok V. Namun, tidak terdapat perbedaan (Sig > 0,05) bermakna antara kelompok III dengan kelompok IV.

5. Perhitungan Kadar SOD

Kadar rata-rata SOD yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Batang Aktivitas SOD Pada Masing-masing Kelompok Uji

KI (normal, tanpa t-BHP) : 63,3333 8,1650 KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 26,6667 11,9257 KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 41,6667 9,1287 KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 55,5556 13,6083 KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 72,2222 13,6083 Berdasarkan hasil uji aktivitas SOD pada masing-masing kelompok uji dapat dilihat bahwa pada kelompok IV dengan dosis 0,6 mg/ml dan kelompok V dengan dosis ekstrak 2,8 mg/ml dapat meningkatkan aktivitas SOD. Hasil uji normalitas KolmogorovSmirnov dan uji homogenitas Levene aktivas SOD menunjukkan nilai Sig > 0,05, artinya data aktivitas SOD terdistribusi normal dan homogen. Hasil analisa statistik melalui Anava satu arah menunjukkan nilai Sig < 0,05 (Sig = 0,000) yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas SOD terhadap masing-masing kelompok uji. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok II dan III,

kelompok II dengan kelompok IV dan V, kelompok III dengan kelompok V. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok IV dan V serta kelompok IV dengan kelompok V. Dari hasil penelitian ini pemberian dosis ekstrak etanol 70% bunga rosella pada dosis 0,3 mg/ml, 0,6 mg/ml, 1,2 mg/ml memperlihatkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Sedangkan pada pengujian aktivitas SOD, pemberian ektrak etanol 70% bunga rosella pada dosis 0,6 mg/ml dan 1,2 mg/ml tidak memperlihatkan adanya perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (K1). Dengan demikian dapat dikatakan aktivitas MDA belum mendekati normal dan aktivitas SOD pada dosis 0,6 mg/ml sudah mendekati normal, tapi pada dosis 1,2 mg/ml melebihi normal. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas SOD dalam SDMD. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada dosis 2,8 mg/ml dapat menurunkan kadar MDA hampir mendekati keadaan normal dan meningkatkan aktivitas SOD dalam sel darah merah domba. Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan menggunakan ekstrak selain ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan berbagai variasi dosis untuk mencapai dosis optimal. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal 770.

Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Badan Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal 13-15. Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 163-164. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB.

Bandung. Hal. 71-72. Hary. Bukti Khasiat Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2 Agustus 2008. Isnansetyo,A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytopankton dan Zooplankton. Kanisius. IPB Bogor. Hal 116. Kumalaningsih,S. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya. http://

www.antioxidantcentre.com. 13 Juli 2008. Maryani, H. dan L. Kristiana. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 2-4, 6-7, 25-27. Muhilal. 1992. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran. Dalam: Jurnal Cermin Dunia Kedokteran no. 73. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Bogor. Hal. 9-11. Murray, R.K. 1995. Biokimia Harper, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal 132-135. Pearce, E.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Hal 133-134. Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta. Hal 253.

Priyanto. 2007. Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum. Leskonfi. Depok. Hal 43-44, 48, 51,53. Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta. Hal 12. Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta. Hal 40. Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. ITB. Bandung. Hal 129-130. Soewoto, H. dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika. Jakarta. Hal 153. Wahida. Cara Hidup Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. Agustus 2008 2

You might also like