You are on page 1of 17

TUGAS INDIVIDU DOSEN PEMBIMBING

ULUMUL HADIST DR.LAILATUL KADAR

RESUME ULUMUL HADIST

DISUSUN OLEH:

ARWAN

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian 2011


HADIST DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL QURAN

A. Pengertian Hadis Hadis secara bahasa bermakna sesuatu yang baru, artinya sesuatu yang ada setelah tidak ada.Sedangkan hadis menurut dari istilah adalah segala sesuatu yang datangnya rasulullah baik melalui perkataan,

perbuatan, maupun persetujuannya.Dari pengertian hadis diatas dapat di simpulkan kepada 3 komponen yakni : a. Hadis perkataan yang disebut hadis qawli, yaitu semua perkataan yang datangnya dari Nabi seperti sabda beliau

Artinya:

Jika

dua

orang

muslim

bertemu

dengan pedangnya, maka pembunuh dan yang terbunuh didalam neraka. ( HR. AlBukhari ) b. Hadis perbuatan, disebut hadis fili yaitu semua perbuatan yang dilakukan oleh nabi, seperti misalnya shalatnya beliau, hajinya, perangnya dan lain- lain.

c. Hadis persetujuan, disebut dengan hadis taqriri, yaitu suatu perkataan atau perbuatan di antara para sahabat yang di setujui nabi,contohnya : Nabi diam ketika sahabat menyuguhkan sebuah nampan berisikan minyak samin, mentega, dan daging binatang dhabb ( semacam biawak tetapi bukan biawak ), beliau makan sebagian mentega dan minyak samin, dan tidak mengambil daging binatang dhabb tersebut karena merasa jijik, kalau seandainya binatang itu haram tentu beliau akan berkomentar atau berkata bahwa binatang itu haram. Di samping itu ada juga di antara ulama memasukkan defenisi hadis itu kepada hadis washfi, tarikhi, dan hammi, maksudnya kehidupan adalah nabi, semua serta sifatsifat nabi, sejarah citacita nabi seluruhnya

dicantumkan kepada defenisi hadis menurut sebagian ulama, termasuk juga para ulama Syafiiyah memasukkan bagian dari sunnah dan cita- cita Rasul SAW ( Sunnah Hammiyah ). Dari keterangan hadis diatas ada beberapa istilah yang merupakan persamaan dari pada kata hadis tersebut, antara lain adalah : sunnah, khabar, dan atsar . 1. Sunnah Untuk defenisi Sunnah ini ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Dan dari perbedaan perbedaan tersebut dapatlah di simpulkan defenisi sunnah di lihat dari keadaan hukum yang terjadi pada saat itu,kalau

menurut para ulama ahli hadis, defenisi hadis dapat di artikan segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi melalui perkataan, perbuatan, maupun persetujuan dari Nabi di namakan dengan sunnah. Kalau menurut ulama Ushul fiqih lain lagi yaitu, sunnah itu hanya perbuatan yang dapat di jadikan dasar hukum Islam. Sedangkan sunnah menurut ulama fiqih adalah segala sesuatu yang apabila di kerjakan mendatangkan tidak pahala dan dosa, bagi yang meninggalkannya mendapatkan sementara

defenisi sunnah menurut Ulama Mawizah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi dan Sahabat. 2. Khabar Secara bahasa khabar dapat di artikan sebagai berita, sedangkan menurut istilah khabar dapat di artikan segala sesuatu yang datangnya berasal dari Nabi ( perkataan, perbuatan, sifat, persetujuan ) atau dari para sahabat, tabiin, tabiinattabiin, atau orang- yang sesudahnya. 3. Atsar Secara bahasa atsar adalah bekas atau peninggalan, dan menurut istilah atsar yaitu segala sesuatu yang datangnya dari selain Nabi SAW, dan dari para sahabat, tabiin, dan orang yang sesudahnya. Di dalam buku Ulumul Hadis yang ditulis oleh Dr. H . Abdul Majid Khon menuliskan perbedaan hadis Nabawi, hadis Qudsi dan Al Quan. Hadis Nabawi adalah hadis yang mana dan redaksinya dari Nabi dan hadis Qudsi ialah
4

mananya dari Allah sedangkan redaksinya dari Nabi, sedangkan AlQuran merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mujizat dengan perantaraan malaikat Jibril yang di turunkan secara mutawatir dan menjadi ibadah bagi orang yang membacanya, jadi secara singkatnya Al- Quran adalah mana lafadz dan redaksinya dari Allah SWT. Hadis memiliki peranan penting bagi Al- Quran, hadis berfungsi sebagai penjelas yakni menjelaskan makna kandungan Al- Quran yang sangat dalam dan global. Hadis merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al- Quran yang berfungsi sebagai penguat ( taqrir ) keterangan AlQuran, sebagai penjelas ( tafsir ) terhadap Al- Quran, sebagai bayan Naskhi, dan sebagai bayan Tasyrii hadis yang menciptakan hukum syariat yang belum di jelaskan oleh Al- Quran.

KEDUDUKAN SUNNAH A. Kedudukan Hadis

HADIS

DAN

INKAR

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa, kedudukan hadis adalah sebagai sumber hukum yang kedua setelah Al- Quran, hal ini dapat di lihat dari dalil dalil yang menunjukkan tentang kehujjahan hadis tersebut, antara lain : a. Dalil Al- Quran
5

Banyak sekali ayat- ayat yang menjelaskan tentang perintah patuh terhadap Rasul dan mengikuti Sunnahnya, maksudnya perintah untuk mengikuti Sunnah sebagai hujjah, antara lain adalah : Surat AliImran ayat 179 dan 32, An- Nisa: 136 dan 64, dan surat Al- Hasyr: 7. b. Dalil hadis Hadis yang menjadi dalil kehujjahan Sunnah banyak sekali, diantaranya sabda Nabi:

Artinya:

Aku

tinggalkan

pada

kalian

dua

perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku. (HR. Al- Hakim dan Malik). Dari keterangan hadis diatas dapatlah

disimpulkan , bahwa siapapun yang berpegang teguh kepada Al- Quran dan Sunnah Nabi niscaya dia tidak akan tersesat, karena Al- Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia, sedangkan bagi orang yang tidak mempedomani AlQuran dan Sunnahnya maka mereka akan tersesat. c. Ijma para Ulama

Para Ulama telah bersepakat bahwa Sunnah dijadikan sebagai hujjah dalam hukum Islam setelah Al- Quran.Imam As-SyafiI mengatakan Aku tidak mendengar seseorang yang dinilai oleh manusia atau diri sendiri sebagai atas orang orang alim yang menyalahi tidak agar kewajiban Allah SWT untuk mengikuti Rasul SAW dan berserah menjadikan mengikutinya. diri keputusannya, setelahnya Allah kecuali

B.

Inkar Sunnah Inkar Sunnah terdiri dari dua pengertian secara

bahasa dan secara istilah. Secara bahasa Inkar Sunnah terdiri dari dua kata Inkar dan Sunnah yang memiliki beberapa arti yaitu : Tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu, dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati. Sedangkan menurut istilah arti Inkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau paham kelompok, bukan gerakan dan aliran, ada kemungkinan paham ini dapat menerima Sunnah selain sebagai sumber hukum Islam. Sejarah terjadinya Inkar Sunnah ini terjadi pada dua masa, yakni masa klasik dan masa modern.Sejarah perkembangan Inkar Sunnah klasik menurut Prof.Dr.M. Mushthafa Al- Azhmi terjadi pada masa Asy- Syafii pada

abad ke- 2 H, atau abad ke- 7 M, kemudian hilang dari peredarannya selama lebih kurang 11 abad. Kemudian Inkar Sunnah timbul kembali pada abad modern dari abad 19 M hingga saat ini, yaitu di India dan Mesir. Pada zaman inkar Sunnah klasik terdapat tiga kelomok yang berhadapan Kelompok yang langsung dengan Imam AsSyafii, yaitu :

menolak secara keseluruhan akan Sunnah dan hanya menerima Al Quran sebagai hujjah, kelompok yang hanya menerima Sunnah apa bila serupa dengan Al Quran, dan kelompok yang hanya menerima Sunnah Mutawatir, dan menolak Sunnah Ahad. Adapun alas an mereka mengingkari Sunnah adalah, antara lain : a. Al Quran turun sebagai penerang atas segala sesuatu Nahl : 89). b. Penulisan Sunnah di larang, andai kata Sunnah di jadikan sebagai dasar hukum islam mengapa Nabi melarang untuk penulisannya. c. Al Quran bersifat qathI sedangkan Sunnah secara sempurna bukan yang di terangkan, adapun dasar mereka adalah (QS. An

bersifat zhanni. Dasar mereka adalah QS. Yunus : 36. Itulah di antara alas an- alas an mereka untuk mengingkari Sunnah Nabi.

SEJARAH PENGHIMPUNAN DAN PEMBINAAN HADIS Sejarah penghimpunan dan pembinaan hadis di bagi kepada 5 periode, yaitu : Masa Nabi Muhammad SAW dari tahun 13 SH s/d 11 H, Masa Sahabat dari 12- 98 H, Masa Tabiin, Masa TabiinatTabiin dan Masa setelah TabiinatTabiin. Pada masa Nabi untuk pengumpulan hadis itu di larang oleh Nabi hingga sampai kepada masa sahabat, di masa sahabatpun yakni setelah Nabi wafat pada masa Abu Bakar, proses pengumpulan hadis belum terealisasi, sebab Abu Bakar merasa takut karena Nabi tidak pernah memerintahkan untuk menulisnya atau mengumpulkannya, di samping itu juga karna masih banyak masalah yang timbul pada saat itu diantaranya adalah adanya kelompok orang orang yang murtad, adanya orang- orang asing yang masuk Islam yang tidak paham bahasa arab secara baik Umar dan bin benar Khatab hadis, sehingga juga takut pernah setelah mereka tidak bisa untuk dan membedakan mana yang AlQuran dan mana yang Hadis, berkeinginan bermusyawarah membukukan

beristikharah selama sebulan. Namun keinginan itu tidak jadi di laksanakan, karena khawatir mereka akan meninggalkan AlQuran . Proses penulisan hadis di lakukan secara berangsur-angsur setelah ada hukum yang membolehkannya untuk di bukukan, proses ini juga di lakukan setelah pengumpulan AlQuran selesai di bukukan sehingga tidak ada kekhawatiran akan

bercampurnya antara AlQuran dan hadis, begitulah proses sejarah pengumpulan dan pembinaan hadis, mulai dari periode Nabi, sahabat, tabiin dan seterusnya hingga saat ini, hadis menjadi sumber hukum yang kedua setelah AlQuran.

ILMU

HADIS

DAN

SEJARAH

PERKEMBANGANNYA A. Ilmu Hadis Ilmu Hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang di riwayatkan. Sedangkan perawi adalah orang- orang yang membawa, menerima, dan ,menyampaikan berita dari Nabi, mereka adalah orang yang ada dalam sanad Hadis. Ilmu hadis dapat di bagi kepada dua bagian, yaitu : Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. Ilmu hadis Riwayah adalah Ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati- hati bagi segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi SAW baik perkataan, sifat serta perbuatan, persetujuan, dan maupun

segala sesuatu yang di sandarkan kepada sahabat dan tabiin. Ilmu hadis Riwayah ini di himpun secara formal berdasarkan intruksi dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz oleh Muhammad bin Syihab Az- Zuhri yang wafat tahun 124 H, agar berguna dan bermanfaat bagi semua umat. Di antara kegunaan dan manfaatnya adalah sbb :

10

1.

Memelihara hadis secara berhati- hati dari segala kesalahan dan kekurangan dalam periwayatannya.

2.

Memelihara kemurnian syariah islamiah karena hadis merupakan sumber hukum setelah AlQuran

3.

Menyebarluaskan hadis keseluruh umat islam sehingga hadis dapat diterima oleh umat manusia.

4.

Mengikuti dan meneladani akhlak dan tingkah laku Nabi yang secara terperinci di muat dalam hadis.

5.

Melaksanakan hukum- hukum islam dan menjaga etika- etikanya.

Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah adalah Ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan, syaratsyaratnya, hukumnya, berkaitan macamkeadaan dengannya macamnya, perowi serta (mengenai dan haldefenisi hukumhal ini yang lebih

jelasnya dapat di lihat di kitab Tadrib ArRawi, juz 1, hal 40, karangan As-Suyuthi). Ilmu hadis Dirayah ini berbeda dengan Ilmu hadis Riwayah, ilmu hadis dirayah ini lebih mengarah kepada penelitian kondisi dan sifatsifat periwayatan yang meriwayatkan dan yang di riwayatkan serta keadaan sanad dan matannya, apakah di terima atau di tolak, shahih datangnya dari rasul atau dhaif.

B.

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU HADIS

11

Sesuai dengan perkembangan hadis, ilmu hadis selalu mengiringinya sejak masa Rasulullah SAW meskipun belum dinyatakan sebagai ilmu secara eksplisit. Walaupun pada masa Nabi tidak di nyatakan adanya ilmu hadis, namun para peneliti hadis memperhatikan adanya dasar- dasar dalam AlQuran maupun Hadis Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah wafat, para sahabat sangat berhati- hati dalam meriwayatkan hadis karena mereka lebih focus kepada penulisan dan pengumpulan Al Quran pada masa Abu Bakar tahap awal dan pada masa Utsman bin Affan tahap kedua. Pada masa ini di kenal dengan masa taqlil arriwayah ( masa pembatasan periwayatan ), para sahabat tidak meriwayatkan hadis kecuali dengan menghadirkan para saksi dan bersumpah kalau bahwasanya hadis yang di riwayatkannya itu benar- benar berasal dari Rasulullah. Perkembangan ilmu hadis semakin pesat ketika para ahli hadis membicarakan tentang daya ingat para pembawa dan perowi hadis kuat ingatannya atau tidak, kemudian cara mereka menerima dan menyampaikan hadis benar atau tidak, jika ada hadis yang kontradiksi apakah mereka hapus atau mereka kompromikan dan lain- lain. Pesatnya perkembangan pengumpulan hadis ialah pada abad ke 3 H, yang disebut dengan masa kejayaan atau masa keemasan hadis. Di samping itu perkembangan ilmu hadis juga sangat pesat, karena perkembangan antara hadis dengan ilmu hadis itu beriringan.Namun ilmu hadis belum menyatu dan belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri, penulisannya masih terpisah- pisah, dan masih dalam bentuk bab-bab.
12

Dan akhirnya pada abad ke-4 H perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan berdiri sendiri yang merupakan penggabungan dan penyempurnaan dari berbagai ilmu yang berkembang pada abadabad sebelumnya secara terpisah dan berserakan.

C.

Cabang- cabang Ilmu Hadis Ilmu hadis ini banyak sekali cabangnya, para Ulama

menghitungnya secara beragam. Namun cabang- cabang ilmu hadis yang terpenting yang di lihat dari segi sanad atau matannya dapat di bagi kepada beberapa bagian berikut ini, yaitu : a. Ilmu Rijal Al- Hadis Ilmu ini membahas tentang keadaan pribadi para perowi hadis, mulai dari keadaan dirinya, keluarganya, baik dari segi kelahirannya, wafatnya, sampai kepada siapa guru- gurunya, dari siapa mereka dapatkan sunnah, siapa murid- murid mereka atau kepada siapa mereka menyampaikan periwayatan baik dari kalangan para sahabat, tabiinnattabiin. Tujuan bersambung langsung ilmu atau ini adalah untuk sanad ataukah mengetahui suatu tidak, hadis. atau hadis tersebut, tabiin, atau

tidaknya gurunya

Maksudnya adalah apakah perowi hadis itu bertemu dengan pengakuan saja. Adapun orang yang pertama sekali
13

yang sibuk memperkenalkan ilmu rijalul hadis ini adalah imam Al- Bukhari, beliau wafat tahun 256 H, kemudian diteruskan oleh Muhammad bin Saad, dan seterusnya dari kalangan para sahabat. b. Ilmu Al- Jarh wa At- Tadil Ilmu ini membahas tentang kepribadian para perowi, membahas tentang nilai cacat atau adilnya seorang perowi dengan menggunakan ungkapan katakata tertentu, seperti : Utsbatunnas, tsifatuntsifatun, dan seterusnya atau sebaliknya. Nilai ukuran cacat atau keadilan seorang perowi di cantumkan dalam berbagai buku jarh wa tadil berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian seseorang yang telah tahu persis tentang persoalan ini yang didasarkan pada fakta dan data yang akurat. Adapun tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan, kecacatan, atau kadhabitan seorang perowi hadis. Jika sifatnya adil dan daya ingatnya kuat maka hadisnya dapat di terima sebagai hadis yang shoheh atau sebaliknya, jika cacat keadilan dan kedhabitannya maka hadisnya tertolak.

c. Ilmu Ilal Al- Hadis

14

Al- Illah secara bahasa yaitu penyakit, menurut istilah ialah ilmu yang membahas tentang sebabsebab yang tersembunyi yang menjadikan cacatnya kebenaran suatu hadis, seperti menyambungkan hadis yang munqatu dan mengangkat hadis mauquf, memasukkan suatu hadis ke hadis yang lain. Ilmu dalam ini bertujuan untuk di mengetahui letak siapa

diantara periwayat hadis yang terdapat kecacatan periwayatannya, mana cacatnya, apakah pada sanad atau matan. Adapun ulama yang focus terhadap ilmu ini adalah Ibnu Al- Madini yang wafat pada tahun 234 H, dan sahabat- sahabat yang lain. d. Ilmu Gharib Al- Hadis Ilmu Gharib Al- Hadis yaitu : Ilmu yang membahas tentang makna matan hadis yang sulit dan asing bagi kebanyakan di pakai manusia, Arab. karena tidak umum orang

Contohnya tentang shalat : Shalatlah berdiri, dan barang siapa yang tidak mampu berdiri hendaklah duduk, dan jika tidak mampu duduk, hendaklah tiduran di atas lambung.Tidur di atas lambung itu termasuk Gharib karena masih kurang jelas di pahami, apakah lambung yang sebelah kiri atau lambung sebelah kanan, maka kemudian di jelaskan oleh Ali di atas lambung kanan.

15

e. Ilmu Mukhtalif Al- Hadis Ialah ilmu yang membahas tentang hadis- hadis yang kontradiksi tapi dapat di kompromikan, baik dengan cara pembatasan yang mutlak, pengkhususan yang umum, atau dengan yang lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui hadis mana saja yang kontra satu dengan yang lain dan bagaimana pemecahannya atau langkah- langkah apa yang di lakukan para ulama dalam menyikapi hadishadis yang kontra tersebut. f. Ilmu nasikh wa mansukh Ilmu ini membahas mengenai hadis- hadis yang kontradiktif yang tidak mungkin di kompromikan, maka salah satunya yang

datangnya belakangan sebagai Nasikh dan yang datangnya duluan sebagai Mansukh. Contohnya : kawin kontrak dulu di perbolehkan dalam pertempuran yang cukup lama, berbulan- bulan misalnya, kemudian di larang Rasulullah SAW, begitu pula masalah ziarah kubur dan membekam. Tujuannya adalah untuk mengetahui salah satu proses hukum yang di hasilkan dari hadis dalam bentuk Nasikh Mansukh dan mengapa terjadi Nasikh Mansukh. g. Ilmu Fan Al- Mubhamat

16

Yaitu ilmu yang membahas tentang seseorang yang samar namanya dalam sanad dan matan. Contonya : dalam hadis hanya di sebutkan seorang laki- laki bertanya kepada Rasulullah, demikian pula dalam sanad disebutkan dari seorang lakilaki meriwayatkan dan seterusnya.

17

You might also like