You are on page 1of 11

1

I . Pendid ikan Seks

a. Pengertian Pendidikan Seks


Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan
alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara
hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual
masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini
seperti yang pendapat berikut ini: sexual characteristics are divided into two
types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and
include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are
attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from
the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts
characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic
of men (microsoft encarta encyclopedia 2002).
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli
psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin
sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock,
pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot
bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain-lain. Sedangkan pada
remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut
kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah
kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk
menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang
wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi
untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi
pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.
Menurut kamus, kata "pendidikan" berarti "proses pengubahan sikap
dan tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata seks mempunya dua
pengertian. Pertama, berati jenis kelamin dan yang ke dua adalah hal ihwal
yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya persetubuhan atau
sanggama. Padahal yang disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai
pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan
tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan manusia.

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


2

Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan


upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen
agama agar tidak terjadi "penyalahgunaan" organ reproduksi
tersebut. Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut
pendidikan hidup berkeluarga.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua
merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang
pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada
perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks.
Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah
sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja
juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga
mereka dapat menghindarinya.

b. Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan pendidikan seks antara lain:


• Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,
mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan
masalah seksual pada remaja.

• Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan


perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung
jawab)
• Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam
semua manifestasi yang bervariasi

• Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat


membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
• Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial
untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan
berhubungan dengan perilaku seksual.

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


3

• Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual


agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
• Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

• Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu


melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai
peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

c. Pentingnya Pendidikan Seks di Kalangan Remaja

Pendidikan seks penting diberikan kepada remaja, baik melalui


pendidikan formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja
yang memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya, membaca
buku porno, menonton film porno, dsb. Oleh karena itu, perlu diupayakan
adanya pendidikan seks dikalangan remaja.
Secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya
berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa
melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang
dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang
bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini
bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks
dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut singgih, d. Gunarsa,
penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini
ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya
dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan
kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak (dalam psikologi praktis,
anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


4

diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu
keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia
tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan
permasalahan seksual. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat
pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang
mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak
yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal
ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa,
dan reaktif belum mencapai tahap kematangan mental dan social sehingga
mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan social yang saling
bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi, tidak saja akan
menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi
berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa krisis.
Di negara-negara berkembang, masa transisi ini berlangsung sangat
cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama kali ternyata selalu lebih
muda daripada usia ideal untuk menikah. Menurut data yang ada, sekitar
60% kelahiran anak di kalangan remaja di dunia adalah kehamilan yang tidak
diharapkan. Hal ini diperkuat oleh semakin canggihnya perkembangan
teknologi komunikasi yang menyebarkan berbagai informasi dan hiburan
budaya pop sehingga justru memancing remaja untuk mengadopsi perilaku-
perilaku yang tidak sehat, mempercepat usia awal seksual aktif, serta dapat
mengantarkan remaja pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko
tinggi. Mengingat dampaknya tersebut, maka sebagian masyarakat tidak
perlu ragu dan segera menyadari pentingnya pendidikan seks bagi remaja.

I I . Bahaya Seks Bebas

a. Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis


Remaja

Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat


rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah
meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada
sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20% pelakunya adalah
remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


5

anak hasil perzinahan, 75% gadis mengandung di luar nikah, setiap hari
terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak
hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak
tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit
gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara
liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan
hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan
ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi
pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi
dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang
membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh
tenaga tidak profesional (unsafe abortion). Secara fisik tindakan aborsi ini
memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan,
infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang
berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga
diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua
belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta
penghinaan terhadap masyarakat.
Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP,
10,53% pernah melakukan ciuman bibir, 5,6% melakukan ciuman dalam,
dan 3,86% pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr.
Budi Martino L., SPOG, seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya,
penyakit menular seksual, (PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker.
Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran
kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di
kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).
Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah
panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia,
setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan
kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu
mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50%
diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90%
terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Bahaya seks bebas
antara lain :

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


6

• HIV/AIDS

• Kemandulan
• Cacat bawaan
• Kehamilan
• Narkoba
• Putus sekolah
• Pernikahan dini
• Perceraian

• Penyakit kelamin, dll

Untuk menghindari perilaku seks remaja yang berisiko, peran orang tua
dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa
orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja. Agar hubungan orang tua
dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah remaja
dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang baik dan efektif.
Perilaku seks bebas tidak aman di kalangan remaja dapat dan banyak
menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya
dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut
lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra. Seringkali
remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya cukup pengetahuan
mengenai akibatnya. Akibat perilaku seks bebas bagi remaja antara lain:

 Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila
dilakukan pada masa subur.

 Aborsi tidak aman


Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat
mengakibatkan kematian.

 Penyakit kelamin
Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan
dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. virus yang bisa
ditularkan melalui hubungan seks bebas adalah virus HIV dan sipilis.

 Tertular HIV/AIDS

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


7

Untuk menghindari perilaku seks remaja yang berisiko, peran orang tua
dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa
orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja. Agar hubungan orang tua
dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah
remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang baik dan
efektif.
HIV singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus ini adalah
virus yang diketahui menjadi penyebab AIDS [Acquired Immune Deficiency
Syndrome]. Jika seseorang positif HIV, ini berarti mereka terinfeksi virus
tersebut. Seseorang yang terinfeksi dengan HIV tidak mempunyai AIDS
selama virus tersebut secara serius merusak sistem kekebalan, membuat
mereka lemah/mudah terserang infeksi, beberapa di antaranya
menyebabkan kematian. HIV ditularkan melalui cairan tubuh kebanyakan
dalam darah, sperma, cairan vagina dan ASI.

Penyebab seseorang dapat menjadi HIV positif, antara lain :


- Berhubungan seksual tanpa menggunakan pelindung dengan orang yang
terinfeksi (kasus kebanyakan).
- Berbagi jarum suntik atau alat suntik yang terkontaminasi atau alat tindik.
- Darah dan produk darah melalui, contohnya, transfusi, pencangkokan
organ atau jaringan yang terinfeksi
- Penularan melalui ibu yang terinfeksi kepada anak dalam kandungan atau
pada saat kelahiran dan pemberian ASI.

Seseorang tidak akan menjadi HIV positif dengan melakukan :


- Berjabat tangan
- Berbagi alat potong
- Berpelukan
- Minum dari mata air
- Menggunakan gelas yang sama
- Berteman dengan penderita
- Bermain bersama
- Belajar bersama atau bersekolah di tempat yang sama

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


8

Meski orang Indonesia yang sekuler telah mengenal program Keluarga


Berencana dengan slogan “2 anak cukup”, pembicaraan mengenai seks masih
dianggap tabu oleh sebagian penduduk. Saat ini epidemi HIV/AIDS
terkonsentrasi pada tingkat penularan HIV yang masih rendah pada penduduk
secara umum. Namun pada populasi tertentu, tingkat penularannya cukup tinggi,
yaitu diantara para pekerja seks komersial dan pengguna jarum suntik yang kian
meningkat.
Seperti halnya Vietnam dan China, epidemi HIV/AIDS di Indonesia masih
digolongkan baru timbul. Para pakar memperkirakan ada sekitar 90.000–
130.000 orang Indonesia yang terjangkit HIV. Tapi UNICEF yakin angka ini akan
bertambah jika tidak ada perubahan perilaku populasi yang beresiko dan
menjadi perantara. Tidak sulit melihat gambaran penularan ini di masyarakat
umum. Diperkirakan ada 7–10 juta laki-laki Indonesia mengunjungi pelacuran
tiap tahunnya. Mereka biasanya enggan menggunakan kondom. Diperkirakan
juga ribuan perempuan telah terinfeksi secara seksual oleh laki-laki yang
menyuntikkan obat-obatan.

III. Pencegahan Seks Bebas


a. Pencegahan HIV/AIDS

HIV/AIDS adalah masalah kesehatan dan masalah sosial. Karena


penyebaran HIV/AIDS sangat kuat dipengaruhi oleh tingkah laku manusia,
dan segala usaha untuk pencegahannya haruslah mempertimbangkan faktor
ini. Usaha pencegahan di antara populasi umum terdiri dari perbaikan
ketrampilan dan pengetahuan, dalam cara yang dapat diterima oleh nilai-
nilai agama dan norma-norma budaya, tentang bagaimana virus ini
berpindah, konsekuensi dan pencegahannya, penggunaan metode IEC yang
telah ada.
Penyebarluasan pengetahuan melalui jalur pendidikan formal dan
informal begitu juga melalui jalur agama dicapai dengan cara sistematis
memasukan material tentang HIV/AIDS ke dalam kurikulum reguler mereka.

b. Pencegahan Menurut Agama

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


9

Dalam agama tentu saja seks bebas sangat dilarang, maka dari itu
untuk mencegah terjadinya seks bebas khususnya pada anak-anak remaja,
yang sangat rentan untuk melakuakan hubungan seks bebas, di perlukan
adanya penyuluhan agama lebih banayak dan menanamkan nilai-nilai agama
ke dalam diari anak tersebut. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan agama dengan
kecenderungan seseorang untuk tidak menggunakan narkoba, dan tidak
melakukan seks bebas. Karena itu pengetahuan agama sangat penting
untuk menghindarkan remaja dari narkoba dan seks bebas.
Pengetahuan agama lebih signifikan untuk menghindarkan seseorang
melakukan perilaku beresiko tinggi untuk dijangkiti AIDS dibandingkan
dengan pengetahuan yang tinggi tentang AIDS, karena remaja sangat perlu
ditanamkan nilai-nilai agama dan moral yang dapat membentangi mereka
dari perilaku yang beresiko tinggi untuk dijangkiti AIDS.

c. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga

Keluarga sangat lah penting bagi pertumbuhan seorang anak, dan nilai-
nilai moral yang sangat penting merasuk kepada anak melalui lingkungan
dan keluara. Dan orang yang sangat berperan penting dalam hal itu adalah
orang tua. Maka diharapkan orang tua dapat memberikan contoh dan
nasehat-nasehat yang sangat berarti kepada anak, sehingga seorang anak
akan dapat menyikapi hal-hal yang buruk dengan baik seperti menolak
berhubungan seks secara bebas dan menjauhinya.
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja
menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah
lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang
tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak
tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia
12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari
film porno, dan hanya 5% dari orang tua.
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang
menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter
bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu
menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


10

sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu
yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation). Terlebih lagi ketika remaja
tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku
amoral yang merusak masa depan remaja.
Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang
seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba, serta
berkembangnya penyakit menular seksual (PMS).

IV. Penutup
Seperti kita ketahui bahwa masalah HIV/AIDS bukan semata-mata
masalah kesehatan tetapi mempunyai implikasi politik, sosial, agama dan
hukum. Bahkan bila tidak dilakukan penanganan yang sungguh-sungguh
maka dampaknya secara nyata, cepat atau lambat dapat menyentuh hampir
semua aspek kehidupan manusia dan pada akhirnya hal ini akan mengancam
upaya bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Penanggulangan HIV/AIDS yang cukup efektif dilakukan melalui
pendidikan baik kepada peserta didik, guru maupun tenaga kependidikan
baik pada jalur pendidikan formal maupun non formal, yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara termasuk mengintegrasikan materi HIV/AIDS pada
setiap kegiatan pelatihan atau kegiatan belajar mengajar yang relevan,
bahkan dapat pula dilakukan secara khusus melalui media komunikasi,
informasi dan edukasi yang relevan.
Strategi pencegahan HIV/AIDS ini disusun dengan mengacu kepada
strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007 dan keputusan
menteri pendidikan nasional tentang pedoman pencegahan HIV/AIDS melalui
pendidikan. Strategi nasional ini dimaksudkan sebagai acuan dan pedoman
bagi para pengelola pendidikan baik di pusat maupun daerah, serta lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dalam melakukan upaya pendidikan pencegahan
HIV/AIDS. Setiap unit kerja/lembaga penanggung jawab program dapat
mengembangkan lebih lanjut strategi yang tetap serta program yang sesuai
dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI


11

WRITTEN BY : ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

You might also like