You are on page 1of 5

aktor ibu (umur, paritas, usia kehamilan) dan janin (ketuban pecah dini, hidramnion) yang berhubungan dengan

kejadian BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Diketahui bersama bahwa pada saat ini angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indenesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indenesia sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per tahun atau 430 bayi meninggal dunia per hari. Menurut Millenium Development Goals (MDG), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka kematian bayi (AKB) menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (Neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa Neonatus, salah satunya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hingga saat ini, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di Dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir (Maryunani, 2009). Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Secara nasional berdasarkan analisa, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2003). Menurut Evariny (2005) Bayi lahir dengan berat lahir rendah merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Berdasarkan laporan Ardiansyah (2010) Bayi Berat Lahir Rendah secara umum di propinsi Sulawesi Tengah belum mempunyai angka sehingga angka yang diperoleh berdasarkan survei. Pada tahun 2007 proporsi BBLR berdasarkan laporan dari program AKB yang melaporkan kasus BBLR dengan jumlah 537 kasus dan yang ditangani 439 (81,75%). Sebagai perbandingan di RS Sukamto di Jakarta Timur angka kejadian BBLR pada tahun 2010 yaitu 7,23 % dan di RS Tugu Ibu Depok angka kejadian BBLR pada tahun 2010 yaitu sebesar 18,89% sedangkan RSUD Cibinong angka kejadiannya blum diketetahui pada tahun 2010, oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan penelitian di RSUD cibinong. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti faktor ibu dan janin yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. Diharapkan dari analisis tersebut dapat dijadikan masukan bagi insitusi pelayanan kesehatan. B. Tujuan

1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor ibu (umur, paritas, usia kehamilan) dan janin (ketuban pecah dini, hidramnion) yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. b.Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur ibu di RSUD di Cibinong tahun 2010 c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas di RSUD di Cibinong tahun 2010 d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia kehamilan di RSUD di Cibinong tahun 2010 e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi KPD di RSUD di Cibinong tahun 2010 f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hidramnion di RSUD di Cibinong tahun 2010 g. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. h. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. i. Untuk mengetahui hubungan Usia Kehamilan dengan BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. j. Untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dengan BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. k. Untuk mengetahui hubungan hidramnion dengan BBLR di RSUD Cibinong pada tahun 2010. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Survei awal dilakukan pada bulan Oktober 2011 di RSUD cibinong, pada tahun 2010 diperoleh hasil 1604 bayi lahir dan dari 309 (19,26%) bayi yang mengalami berat bayi lahir rendah dan (BBLR), dan 1295 (80,73%) bayi lahir normal. Atas dasar fenomena tersebut, maka rumusan masalahnya adalah faktor ibu (umur, paritas, usia kehamilan) dan janin (ketuban pecah dini, hidramnion) berhubungan terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Cibinong tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan semua pihak, antara lain : a. Bagi peneliti Dapat memberikan pengalaman awal dalam melakukan penelitian Dapat digunakan sebagai penerapan teori metodologi penelitian.

b.

Bagi institusi akademi kebidanan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pembuatan Karya

Tulis Ilmiah lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai masukan bagi rekan-rekan dan peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian. c. Bagi RSUD Cibinong

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memeberikan informasi tentang kejadian BBLR dan dapat menurunkan angka kejadian BBLR di RSUD Cibinong ini.

E. Ruang Lingkup Penelitian ini tentang faktor Ibu dan Janin yang berhubungan terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Cibinong tahun 2010, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada umur, paritas, usia Kehamilan, ketuban pecah dini, hidramnion. Objek penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di RSUD Cibinong. Desain penelitian analisis bivariat secara studi analitik dengan pendekatan case control. Data yang digunakan adalah data sekunder, dengan instrumen rekam medik. Lokasi penelitian di RSUD Cibinong periode 2010.

You might also like