You are on page 1of 11

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DARI SEKTOR RIL DAN MONETER PERIODE TAHUN 2000-2012

ZUL KAIRANI Mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email : anaa_rany@yahoo.coid Pembimbing Tony S. Chendrawan, ST.,SE., M.Si
ABSTRAK This research is to examine the effect of the variable Economic growth , exchange rate on inflation. The data used in the research are time series data from 2002 until 2012. The result of the research shows that Economic growth and exchange rate has no significant effect. Economic growth has a negatively significant effect with inflation. Based on this research, regretion formula had found as : Y = -0.076 + 1.685E-6 X1 + 0.002 X2. Adjusted R2 value on this research is 0.271, this mean that 27,1% of inflation variable economic growth couldnt be explained by independent variable economic growth and exchange rate. Keyword : Economic Growth, Exchange Rate, and Inflation

1.

PENDAHULUAN

Perkembangan inflasi di Indonesia sangat fluktuatif. Hal ini dapat terlihat pada kinerja dari pemerintah dan Bank Indonesia yang berusaha menjaga kestabilan inflasi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. (Signifikan : 1) Pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global. Dampak dari krisis finansial global

yaitu terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Krisis finansial global berimbas ke Indonesia karena Indonesia merupakan negara small open economy. (Ibnu Purna / Hamidi / Prima : setneg). Amerika serikat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis global sehingga menurunkan daya beli masyarakat Amerika. Penurunan daya beli masyarakat Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia sehingga ekspor Indonesiapun menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia. Menurunnya kinerja neraca pembayaran, tekanan pada nilai tukar Rupiah, dan dorongan pada laju inflasi merupakan dampak negatif.

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Sumber : BPS dan BI sudah diolah

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012

INFLASI 6.59 11.06 2.78 6.96 3.79 4.3

PDB 8,541,259.06 8,842,701.15 9,190,669.38 9,616,611.75 10,102,168.25 10,590,578.20

% 0 3.53 3.94 4.63 5.05 4.83

KURS 9,136.35 9,679.55 10,398.35 9,084.55 8,779.49 9,380.39

% 0 5.95 7.43 -12.63 -3.36 6.84

Zul Kairani

Inflasi yang terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,06% dengan nilai PDB dan kurs sebesar 3,53% dan 5,95%. Tahun 2009 inflasi turun menjadi 2,78% sedangkan nilai PDB dan kurs meningkat menjadi 3,94% dan 7,43%. Namun pada tahun 2010 laju inflasi cenderung meningkat menjadi 6,96% sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga barang dan jasa di Indonesia dan dengan nilai PDB 4,63% dan kurs -12,63%. Dalam fungsinya sebgai alat tukar, manusia menggubakam uang dalam kegiatan ekonomi. Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk meemnuhi kebutuhan hidup manusia. Esensi dari perdagangan adalah proses pertukaran. Setiap proses pertukaran tersebut memiliki adanya satu kesamaan yaitu penetapan nilai tukar, sehingga dibutuhkan alat pertukaran atau mata uang yang dapat diterima oleh semua pelaku ekonomi dengan mudah. (Signifikan : 13) Karena setiap negara memiliki alat tukarnya masing masing maka diperlukan perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain untuk memperlancar proses perdangan internasional. Niali tukar adalah harga dari suatu mata uang domestic terhadap mata uang Negara lain. Setiap Negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang domestic negaranya dalam keadaan stabil terhadap nilai tukar mata uang asing. Ketika keadaan nilai tukar mata uang stabil diharapkan keadaan ekonomi juga stabil tapi ketika nilai tukar mata uang domestic menurun maka menyebabkan kekacauan di berbagai bidang ekonomi. Data mengenai kegiatan suatu Negara yang selalu digunakan untuk mengamati kegiatan sesuatu perekonomian antara lain adalah : tingkat pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga harga, kesempatan kerja dan pengangguran, neraca pembayaran, suku bunga, perkembangan pasar saham,

pendapatan nasional, tingkat inflasi dan kurs valuta asing. (Sadono Sukirno : 27). Penelitian ini mengenai Pengaruh inflasi dari sektor riil dan moneter di Indonesia. Dalam penelitian ini terfokus dengan sektor riil adalah PDB dan sektor moneter adalah Kurs, tujuannya ialah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh PDB dan Kurs terhadap inflasi di Indonesia.

2. 2.1

KERANGKA TEORITIS TINJAUAN PUSTAKA Inflasi

DAN

Inflasi adalah kenaikan harga barang barang yang bersifat umum dan terus menerus. (Prathama & Mandala : 359). Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi : Kenaikan harga. Harga suatu komoditi dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Bersifat umum. Kenaikan harga suatu komoditas dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut menyebabkan harga harga secara umum naik. Contoh, ketika harga BBM naik maka harga harga komoditas naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis. Berlangsung terus menerus. Kenaikan harga yang bersifat umum dan hanya sesaat belum dapat dikatakan inflasi. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus. Secara analitis ada dua faktor yang dapa menimbulkan inflasi sebagai berikut : (Sadono Sukirno : 483) i. Inflasi sebagai akibat perubahan permintaan agregat. Perubahan permintaan agregat yang disebabkan oleh perubahan uang dan perubahan di sektor riil. Apabila ada perubahan dalam sektor riil, maka hal ini akan mempengaruhi pendapatan nasional dan tingkat harga. Inflasi sebagai akibat perubahan penawaran agregat atau dinamakan cost-push inflation. Inflasi sebagai akibat perubahan penawaran adalah bersumber dari kenaikan biaya produksi yang menyeluruh di berbagai jenis industri dalam perekonomian.

atau ke mata uang asing seperti dollar. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, sehingga orang orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari hari. Pasar modal bertambah buruk saat ,odal terbang ke luar negeri. Orang orang menimbun barang, membeli rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga nominal yang rendah. Hiperinflasi. Harga harga meningkat jutaan atau bahkan milliaran persen per tahun.

ii.

Tiga ketegangan Inflasi : (Samuelson & Nordhaus :385) o Inflasi Rendah. Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan lahan dan dapat diramalkan. Dapat didefinisikan sebagai tingkat inflasi tahunan dengan digit tunggal. Ketika harga relatif stabil, orang orang mempercayai uang karena uang mempertahankan nilainya dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Orang orang bersedia menulis kontrak jangka panjang dalam bentuk uang karena mereka percaya bahwa harga relative barang barang yang mereka beli dan jual tidak akan terlalu jauh keluar dari garis. Inflasi yang Melambung. Inflasi dalam cakupan digit ganda atau triple misalnya, 20, 100, atau 200 persen per tahun disebut inflasi yang melambung. Dari tahun ke tahun, negara negara industri maju seperti Itali dan Jepang megalami sindrom ini. Ketika inflasi yang melambung menjadi berakar, distorsi ekonomi serius timbul. Umumnya, kebanyakan kontrak diindekskan ke indeks harga

Dampak inflasi diuraikan oleh J.M.Keynes dengan indah, yaitu Ketika inflasi terjadi dan nilai nyata mata uang berubah ubah tak tentu dari bulan ke bulan, semua hubungan permanen antara debitur dan kreditur, yang membentuk dasar pokok kapitalis, menjadi sama sekali tidak teratur dan juga menjaddi hamper tidak berarti, dan proses dari pemerolehan kakayaan menurun derajatnya menjadi sebuah permainan atau undian. (Samuelson & Nordhaus :386) (Sadono Sukirno : 487). Teori Keynes yang dikemukan dalam buku: The General Theory. Dalam buku tersebut menerangkan peranan uang dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Keynes berpendapat uang tidak netral (money is not neutral) ia mempunyai peranan dalam mempengaruhi kegiatan perekonomian. Perubahan perubahan penawaran uang akan mempengaruhi kegiatan perekonomian dan pemdapatan nasional melalui mekanisme transaksi: berikut : i. ii. iii. Pertambahan penawaran uang akan menurunkan suku bunga. Pengurangan suku bunga akan menambah investasi. Kenaikan investasi akan menimbulkan proses multiplier sehingga akhirnya pendapatan nasional meningkat lebih besar dari kenaikan investasi yang pada mulanya berlaku.

Pandangan klasik, apabila permintaan agregat bertambah maka inflasi akan berlaku. Akan tetapi, dalam keadaan di mana tingkat pengangguran tinggi, pertambahan penawaran

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

uang tidak menyebabkan permintaan agregat mencapai tingkat yang diperlukan untuk mewujudkan kesempatan penuh. (Boediono:163). Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya. Teori ini menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang barang selalu melebihi jumlah barang barang yang tersedia. Jika permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga harga akan naik. Adanya kenaikan harga harga berarti bahwa sebagian dari rencana rencana pembelian barang dari golongan golongan tidak bisa terpenuhi. Pada periode selanjutnya golongan golongan akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi (dari pencetakan uang baru/kredit dari bank yang lebih besar). Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti bila permintaan efektif total tidak melebihi, pada harga harga yang berlaku, jumlah output yang tersedia.

perekonomian. Tujuan GDP adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. GDP merupakan pengukuran yang paling luas dari tota output barang dan jasa suatu Negara. Ini merupakan jumlah nilai konsumsi (C), Investasi bruto (I), pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa (G), dan ekspor neto(X) yang dihassilkan didalam suatu Negara selama satu tahun tertentu. (Samuelson & Nordhaus : 99) Dalam simbol : GDP = C + I +G +X GDP digunakan untuk banyak tujuan tetapi yang paling penting adalah untuk mengukur keseluruhan performa dari suatu perekonomian. Menurut Mankiw (2003:6) PDB merupakan nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu Negara baik domestic maupun asing dalam periode tertentu. Tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan tersebut, yaitu : a. Cara perbelanjaan / pengeluaran. Cara perbelanjaan dilakukan dengan cara menghitung dan menaksir nilai aliran perbelanjaan yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, penanaman modal, pemerintah dan sektor luar negeri. Aliran aliran perbelanjaan ini merupakan nilai perbelanjaan yang dilakukan ke atas barang barang akhir dan jasa akhir yang di produksi oleh sektor perusahaan. Barang akhir dan jasa yang dibeli rumah tangga meliputi barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perbelanjaan pemerintah sebagian besar dibiayai oleh pendapatan dari pajak dilakukan terutama untuk kepentingan masyarakat. b. Cara pendapatan Dalam cara pendapatanyang dihitung dan ditaksir adalah nilai aliran pendapatan dari faktor-faktor produksi. Aliran faktor faktor produksi yang penting adalah gaji dan upah. Komponen aliran pendapatan faktor faktor produksi yang kedua adalah

2.2

Produk Domestik Bruto ( PDB ) / GDP

Produk Domestik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam negara dengan menggunakan faktor faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk Negara tersebut/perusahaan Negara lain.(Sadono Sukirno : 35). Produk domestik bruto, menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk. Produk domestik bruto dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

keuntungan perusahaan. Di Negara Negara maju, di mana kegiatan ekonomi terutama terdiri dari kegiatan di sektor modern, bunga juga pendapatan yang relatif penting. c. Cara produksi neto atau nilai tambah Cara ketiga menghitung pendapatan nasional dilakukan dengan menghitung dan menaksir nilai tambah yaitu pertambahan nilai uang dari sesuatu barang yang di wujudkan oleh setiap perusahaan dalam perekonomian. Oleh karena cara ini memperhatikan pertambahan nilai dalam proses produksi, maka cara ini dinamakan cara produksi dan sering dinamakan juga sebagai pendekatan output neto. Secara kasar nilai tambah yang diciptakan oleh sesuatu kegiatan ekonomi dapat ditentukan dengan formula Nilai tambah = nilai penjualan nilai pembelian Diperlukan ukuran yang lebih akurat guna menghitung tingkat output dan pendapatan nasional. Biasanya para ekonom menggunakan tolak ukur indeks harga (price index), yaitu harga rata rata atas sejumlah barang. (Sugma : 34). Maka dengan demikian Produk Pomestik Bruto (PDB) dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar yaitu : 1) Produk Domestik Bruto (PDB) Nominal PDB nominal adalah nilai barang barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara dalam periode tertentu berdasarkan harga yang berlaku pada periode tersebut. PDB nominal disebut juga GDP atcurrent price (PDB yang berlaku) 2) Produk Domestik Bruto (PDB) Riil PDB riil adalah nilai barang barang dan jasa jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara dalam periode tertentu berdasarkan harga yang berlaku pada sauatu tahun tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam menilai barang barang dan

jasa yang dihasilkan pada periode atau tahun berikutnya. 2.3 NILAI TUKAR (KURS)

(Sadono Sukirno:196) Transaksi ekspor dan impor dibayar dalam mata uang asing. Disamping itu di antara satu Negara dengan Negara lain akan selalu berlaku aliran keluar-masuk modal jangka panjang maupun jangka pendek. Aliran aliran uang ini di antara berbagai Negara ini adalah dalam mata uang assing. Untuk menentukan nilai uang asing itu dalam suatu Negara perlu ditentukan kurs, atau nilai pertukarannya. Dengan demikian, kurs valuta asing adalah nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan ke dalam dua sistem : kurs tetap dan kurs fleksibel. Kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata uang asing di mana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang aing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam jangka masa yang lama. Untuk mempertahankan kurs yang telah ditetapkan bank sentral maka akan ada kondisi bank sentral perlu menjual mata uang asing dari cadangannya, implikasinya cadangan mata uang asing berkurang dan penawaran uang dalam perekonomian juga berkurang (karena masyarakat harus membayar dengan rupiah untuk membeli valuta asing tersebut). Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah nilai mata uang assing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di valuta asing dari hari ke hari. Fleksibilitas harga valuta asing akan menjamin tercapainya keadaan di mana permintaan valuta asing sama dengan penawaran valuta asing. Dengan demikian bank sentral tidak perlu menyimpan cadangan valuta aing yang berlebihan untuk digunakan dalam intervensi pasar. Kurs ( exchange rate ) adalah nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda (Nopirin, 1990). Kurs dapat dibagi menjadi dua : a. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua Negara.

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

b. Kurs riil ( real exchange rate ) adalah harga relatif dari barang barang dua Negara. Kurs riil kadang kadang disebut terms of trade. Perubahan persentase dalam kurs nominal antara mata uang dari kedua negara sama dengan persentase perubahan dalam kurs riil ditambah selisih tingkat inflasi. Jika suatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi terhadap Amerika Serikat, satu dollar akan membeli jumlah mata uang asing yang semakin lama semakin banyak sepanjang waktu. Jika sesuatu negara memiliki tingkat inflasi yang relatif rendah terhadap Amerika Serikat, satu dollar akan membeli jumlah mata uang asing yang semakin lama semakin sedikit sepanjang waktu. Analisis ini menunjukkan kebijakan moneter mempengruhi kurs nominal. Menurut (Riyadi, 2006 : 90), ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah yaitu : 1) Balance of Payment (BOP) atau Neraca Pembayaran

Indonesia adalah diskonto SBI, bila diskonto dinaikan maka mata uang IDR akan menguat tetapi jika tingkat diskonto diturunkan maka IDR akan melemah terhadap mata uang lainnya. 3) Bank Sentral Bank Sentral dapat melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar mata uang dengan cara membeli atau menjual devisa atau valuta asing dimilikinya. Di Indonesia misalnya, Bank Indonesia menghendaki nilai IDR stabil atau menguatkan maka tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah dengan cara menjual USDnya di pasar, sehingga supply USD bertambah dan akibatnya IDR bisa menguat. 4) Political Development Kondisi politik di suatu Negara juga mempengaruhi nilai tukar mata uangnya, suatu Negara yang kondisi politiknya stabil maka nilai tukar mata uangnya akan stabil, tetapi bila terjadi instability di bidang politik maka nilai tukar mata uangnya akan fluktuatif. Jadi nilai tukar juga dapat mencerminkan kondisi politik suatu Negara. 5) Speculations Kegiatan untuk kepentingan spekulasi yang dilakukan oleh para dealer atau broker juga dapat mempengaruhi naik turunnya nilai tukar. Berarti pada hakikatnya kegiatan spekulasi dapat memengaruhi naik turunya nilai tukar pada kondisi yang sesunggunya, yaitu clear market. 6) Unemployment Meningkatnya jumlah pengangguran akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang suatu Negara yang bersangkutan. 7) Market Sentiment Jika terjadi sentiment negative artinya bahwa nilai tukar akan mengalami penurunan tetapi jiak sentiment positif berarti nilai tukar akan menguat. 2.4 Kerangka Pemikiran
Variable X1 Produk Domestik bruto Mankiw 2003:6 Variable Y Inflasi Teori Keynes Variabel X2 Kurs / nilai tukar Nopirin, 1990

Komponen neraca pembayaran terdiri atas 3, yaitu : Current Account (Transaksi Berjalan), Capital Account (Transaksi Modal), Official Reserve Account (Cadangan Devisa Negara). Jika BOP surplus, maka akan berakibat naik atau menguatnya nilai tukar mata uang Negara yang bersangkutan. Karena dengan surplusnya BOP Negara tersebut berarti akan meningkatkan demand terhadap mata uang Negara tersebut atau bertambahnya devisa atau valuta asing yang masuk sehingga menambah supply di Negara yang neraca pembayarannya mengalami surplus. Demikian pula sebaliknya jika terjadi defisit, maka akan mengakibatkan melemahnya nilai tukar yang bersangkutan. 2) Tingkat Bunga / Diskonto dan Inflasi Apabila suku bunga cenderung naik maka dampaknya banyak investor akan menginvestasikan dananya pada mata uang tersebut, berarti permintaan terhadap mata uang meningkat dan pengaruhnya adalah kurs mata uang Negara tersebut menguat atau naik. Demikian halnya jika suku bunga mata uang tersebut berkecenderungan menurun maka kurs mata uangnya akan melemah. Di

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

2.5 Hipotesis H0 : B1 = B2 = 0 berarti tidak terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto dan Kurs terhadap inflasi. H1 : B1 = B2 0 bearti terdapat pengaruh Produk domestik bruto terhadap inflasi.

b) Library research Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan buku buku, jurnal jurnal, skripsi, dan sumber dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. c) Internet Research

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi inflasi dari sektor riil dan moneter di Indonesia. Periode yang diteliti dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2012. Data yang diambil adalah data tahunan. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tidak bebas (dependent variable) dan dua variabel (independent variable) yaitu : a. Variabel bebas yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), dan Nilai Tukar (Kurs). b. Variabel tidak bebas yaitu Inflasi Metode pengumpulan data sangat penting untuk mempertanggung jawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang di kehendaki.(Anwar Rasyadi : 20011,47). Dalam penelitian ini data dihimpun melalui penelitian tingkat inflasi di Indonesia dengan menggunakan data sebagai berikut : 1) Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series), yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan situs resmi Bank Indonesia (BI). 2) Metode Pengumpulan Data a) Field research Penulis melakukan penelitian ketempat tempat yang menyediakan data data sekunder yang dipeerlukan sebagai bahan referensi seperti BPS.

Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu yang selalu berkembang yaitu internet sehingga data yang di peroleh up date seperti : www.google.com Metode analisis dalam penelitian ini yakni menggunakan pangkat kuadrat terkecil, dengan model yang digunakan adalah regresi berganda (multiple Regression) sebagai berikut :

Y = a0 + 1 X1 + 2 X2 + e Inflasi = a0 + 1 PDB + 2 EXC + e Dimana : a0


=

intercept

1, 2 = Slope yang berhubungan dengan variable PDB dan EXC PDB EXC e = Produk Domestik Bruto di Indonesia = Kurs = Error term

4.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui data yang dipaparkan antara variable bebas dan variabel terikat terdistribusi dengan baik atau tidak dapat dilihat pada diagram Normal Probability Plot di bawah ini :

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

Dari output di atas dapat di lihat bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2.819. Dengan demikian, hal ini menyatakan bahwa pada persamaan regresi ini terjadi autokorelasi negatif karena nilai Durbin Watson berada di atas +2. a. Uji Multikoleniaritas Uji Multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnyan tidak terjadi korelasi antar variable bebas (variable independent).(Imam Ghazali:57). Untuk menguji ada tidaknya multikoleniaritas, dapat dilakukan dengan melihat nilai VIFhitung (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolenieritas adalah : Jika VIF < 5 dan nilai Tolerance mendekati 1, maka tidak terjadi multikoleniaritas antar variable bebas.(Nachrowi&Hardius:102) Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 (Constant) PDB KURS .973 .973 1.028 1.028 Toleran ce VIF

Pada kurva di atas dapat terlihat bahwa data terdistribusi dengan baik, yaitu data yang berupa titik titik yang menyebar mendekati garis diagonal. Dengan kata lain data yang dipakai adalah data normal atau mendekati normal, berarti data bisa digunakan. b. Uji Autokolerasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.(Imam Ghazali:61) Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dilakukan dengan menguji DW dengan ketentuan : a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah-2 b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 c. Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas +2 Model Summaryb

a. Dependent Variable: INFLASI Dari tabel diatas, bahwa seluruh nilai Tolerance mendekati angka 1 (0.973) dan niali VIFhitung (1.028) < 5. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwan tidak ada multikolenieritas antar variabel bebas pada persamaan regresi ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai tolerance dan nilai VIF maka model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.

Model 1 a. b.

R .521a

R Square .271

Adjusted R Square .089

Std. Error of the Estimate 3.89431

DurbinWatson 2.819

Predictors: (Constant), KURS, PDB Dependent Variable: INFLASI

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

c. Uji Heterokedasitas Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika residual dari suatu pengamatan kepengamatan yang lain konstan dan tidak berubah ubah, maka disebut homoskedasitas, dan jika residual dari suatu pengamatan kepengamatan yang lain tidak konstan dan beubah ubah maka terjadi masalah heterokedasitas.(Imam Ghazali : 69). Heterokedasitas terjadi jika titik titik pada scatterplotnya mempunyai pola teratur baik menyempit, melebar, maupun bergelombang.

lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak H1. Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) PDB KURS B -.076 -1.685E-6 .002 Std. Error 23.326 .000 .002 -.482 .292 Standardized Coefficients Beta t -.003 -1.576 .954 Sig. .997 .154 .368

a.

Dependent Variable: INFLASI

Dari hasil regresi linear berganda diatas memperlihatkan hasil uji t- statistic sebagai berikut : 1) Pengaruh t-statistik untuk variabel Produk Domestik Bruto (PDB) Variabel PDB mempunyai nilai signifikan 0.154 dan koefisiennya -1.685E-6. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0,05). Variabel PDB mempunyai nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha (a) (0.154 > 0,05). Karena nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel PDB tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel inflasi. Sedangkan koefisien yang bertanda negatif tersebut diartikan bahwa variabel PDB berpengaruh negatif terhadap inflasi. Dengan demikian menolak H1 dan menerima H0. 2) Pengaruh t-statistik untuk variabel Nilai Tukar (KURS) Variabel Kurs mempunyai nilai signifikan 0.368 dan koefisiennya 0.002. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0,05). Variabel PDB mempunyai nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha (a) (0.368 > 0,05). Karena nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel Kurs tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel inflasi. Sedangkan koefisien yang bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel kurs berpengaruh positif terhadap

Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa sebaran data berada di sekitar titik nol serta menyebar secara acak atau tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa i persamaan regresi ini terjadi homokedasitas dan tidak terjadi heterokedasitas pada pola regresi sehingga model regresi layak dipakai. 4.2 Uji Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh yang nyata dari variabel bebas X1 (PDB) dan X2 (Kurs) secara parsial terhadap variabel tidak bebasnya (Y). Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

10

inflasi. Dengan demikian menolak H1 dan menerima H0.. b. Uji F Uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukan dalalm model regresi secara bersama sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan menolak H0, dan sebaliknya.
ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 45.176 121.325 df 2 8 Mean Square 22.588 15.166 F Sig.

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0.521 atau 52,1%. Hal ini berarti bahwa sebesar 0.271 atau 27,1% menunjukkan bahwa variabel inflasi dapat dijelaskan oleh PDB dan kurs sebesar 27,1%, sedangkan sisanya 72,9% dijelaskan oleh faktor faktor lain yang tidak disertai dalam penelitian ini.

5. A.

PENUTUP KESIMPULAN

1.489 .282a

166.501 10

a. Predictors: (Constant), KURS, PDB b. Dependent Variable: INFLASI

Dari tabel diatas nilai F diperoleh sebesar 1.489 dengan tingkat signifikan 0.282. Karena tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, sehingga variabel PDB dan Kurs tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap inflasi.

c. Koefisien square)

Determinasi

(adjusted

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto dan nilai tukar terhadap inflasi. Berdasarkan hasil analisis data pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji secara parsial (Ujit) menunjukan bahwa variabel Produk domestik bruto dan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi. 2. Berdasarkan hasil uji secara simultan (Uji-F) menunjukan bahwa variabel Produk domestic bturo dan nilai tukar secara bersama sama tidak memiliki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap inflasi. 3. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0.271 yang berarti 27,1% dijelaskan oleh variabel bebas (independen) dan sisanya 72,9%dijelaskan oleh variabel diluar penelitian

Koefisien determinasi ini menunjukkan seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam sebuah model penelitian. Model Summary
b

B.

SARAN penelitian, maka

Berdasarkan hasil peneliti menyarankan : 1.

Model 1

R .521a

R Adjusted R Std. Error of Square Square the Estimate .271 .089 3.89431

a. Predictors: (Constant), KURS, PDB b. Dependent Variable: INFLASI

2.

Dalam mengendalikan inflasi, perlu adanya intervensi pemerintah melalui stabilitas harga, mengatur penyebaran uang di masyarakat, memperluas dan mengatur lalu lintas pembayaran uang giral untuk meredam inflasi. Dalam mengendalikan nilai tukar yang fluktuatif, perlu adanya sterilisasi dan intervensi otoritas moneter (Bank Indonesia) serta pengaturah terhadap

PDB, Kurs, & Inflasi (Juni 2013)

Zul Kairani

11

harga jual dan harga beli valas untuk menghindari spekulasi.

Sunyoto, Danang. 2007 . Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat. Yogyakarta: Amara Books, Suryadireja, Holid. 2012. Analisis variabel moneter terhadap laju inflasi Indonesia, Skripsi : UIN Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Amin , JB Sugma Muhammad. Analisis pengaruh suku bung, SBI, Inflasi, PDB dan Kurs dollar terhadap Surat Utang Negara (SUN). Skripsi : UIN Jakarta Boediono. 1994. Ekonomi Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta Makro.

Cahyo, Mario Duwi. 2011. Analisis Pengaruh Inflasi, suku bunga kredit, dan nilai tukar terhadap kredit bermasalah sektor industri pada Perbankan Indonesia. Skripsi. UIN Jakarta Ghazali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Diponegoro http://www.setneg.go.id/index.php?option =com_content&task=view&id=3698&Itemid= 29 Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis ekonomi dan Keuangan. Jakarta : LP-FEUI Rasyadi, Anwar. 2011. Pengaruh PDB dan tingkat Partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap kemiskinan di Indonesia. Skripsi : UIN Jakarta Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets and Liability Management, Edisi ketiga. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI Samuelson, Paul dan William Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. Jakarta : PT. Media Global Edukasi. Sukirno, Sadono. 2005. Makroekonomi Modern. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

You might also like