You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Masalah Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain. Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum maka pemakalah mengambil tema "komponen komponen sistem kurikulum" 2. Rumusan Maslah 1. Apakah maksud kurikulum sebagai sistem? 2. Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?

BAB II PEMBAHASAN 3. Kurikulum sebagai sistem Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan. Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

Definisi diatas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan. Jadi dapat disimpulkan dilihat dari gambar diatas bahwa anatara satu komponen dengan komponen yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan hal itu ditunjukkan dengan tanda panah yang memiliki dua mata panah.

4. Komponen-komponen kurikulum Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949). Komponen-komponen kurikulum antara lain: 1. Tujuan Kurikulum Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Tujuan pendidikan antara lain: 2. Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan) Adalah tujuan yang yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh : SD, SMP, SMA

3. Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi) Adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat keilmuan yang ada didalamnya. 4. Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuankemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan prosesbelajar mengajar. 1. Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum) Kemampuan tersebut sifatnya lebih luas dan mendalam. 2. Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus) Kemampuan lebih terbatas dan harus dapat diukur pada berlangsunganya prose belajar mengajar. saat

Sedangkan di dalam KBK tujuan kurikulum : Dalam pendidikan terdapat 2 jenis standart yaitu standart akademis (academic content standarat) dan standart kompetensi (performance standart). Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni : 5. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama. 6. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons. 7. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis. 8. Komponen Isi/Materi Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenisjenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.

Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu natara lain: 9. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. 10. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial. 11. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 12. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas 13. Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan. Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 14. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topiktopik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran 15. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran 16. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi : 17. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan. 18. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral 19. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya. Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai berikut: 20. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran. 21. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan. materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk : 22. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. 23. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususankekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. 24. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. 25. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. 26. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. 27. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

28. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi. 29. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. 30. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. 31. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. 5. Strategi pelaksanaan kurikulum Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah. 6. Evaluasi kurikulum Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Jenis-jenis penilaian meliputi : a) Penilaian awal pembelajaran (Input program) b) Penilaian proses pembelajaran (Program) c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)

BAB III PENUTUP

7. Kesimpulan sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).

REFERENSI Hamid syarif. Pengembanagan kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993 Nana Sudjan. Pembinaan dan pengembangan kurikulum disekolah Bandung: Sinar Baru, 1991 Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, karakteristik, dan implementasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/

http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/komponen-komponen-kurikulum.html#.US2hTa7RvlM

KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM


03 Okt 2012 5 Komentar by widi jm in Materi Kuliah Kaitkata:Belajar Menulis

KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM Beberapa pandangan dari para ahli mengenai Sistem : Menurut Ludwig Von Bartalanfy, Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Menurut Anatol Raporot, Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan

dan perangkat hubungan satu sama lain. . Seperti yang kita ketahui bahwasanya kurikulum memiliki komponen-komponen yang didalamnya terdapat tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Dan Karena itulah komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum sehingga karena itu dikatakanlah kurikulum sebagai suatu system. Pengertian kurikulum senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangannya baik secara teori maupun secara praktiknya dalam dunia pendidikan, maka dari itu tidaklah mudah untuk menemukan pengertian kurikulum yang tepat secara teoritis. Berikut ini ada beberapa pengertian kurikulum yang ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pengertian kurikulum secara etimologis; Websters Third New Internasional Dictionary menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam bahasa latin curere berarti berlari cepat, tergesa-gesa, menjalani. Currere dikata bendakan menjadi Curriculum yang berarti lari cepat, pacuan, balapan, berkereta, berkuda, perjalanan, lapangan perlombaan, suatu gelanggang, jalan dll. Pengertiankurikulum secara tradisional; Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah. Pengertian ini lebih ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pembelajaran di suatu sekolah yang mencakup pelajaranpelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti kurikulum SD dengan nama Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada sekolah dasar kelas I s.d. kelas VI. Pengertian kurikulum secara modern; Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning menyatakan Kurikulum adalah Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah. Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan. Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha pembelajaran yang terencana dan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
http://artikelwidijayamudita.wordpress.com/2012/10/03/kurikulum-sebagai-suatu-sistem/

KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM

1. PENDEKATAN SYSTEM System adalah sekelompok / seperangkat obyek / bagian / komponen yang interdepeden dan berhubungan satu sama lain, yang dapat menyelesaikan seperangkat obyek (tujuan) yang telah ditetapkan lebih dahulu. Pendekatan adalah cara mengenal suatu obyek. Pendekatan system adalah cara pendekatan / pengenalan suatu obyekdengan mengelompokkan obyek tersebut menjadi kelompok-kelompok yang saling bergantung satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu

2. KURIKULUM SEBAGAI SUATU SYSTEM Menurut Hilda Taba memandang bahwa kurikulum sebagai system yang terdiri dari komponen-komponen tujuan (umum & khusus). Seleksi dan organisasi bahan, corak / pola belajar mengajar dan program evaluasi terhadap hasil belajar mengajar Menurut John F. Kern dalam buku Changing the curriculum mengatakan bahwa kurikulum: 1. Objectiver: Tujuan, bersumber dari murid, masyarakat dan ilmu pengetahuan. 2. Knowledges: pengetahuan, terdiri dari organisasi dan seleksi dari konsep dan prinsip ilmu pengetahuan, yang diintegrasikan, diurutkan dan pengulangan 3. School learning experiences : pengalaman belajar di sekolah yang termasuk di dalamnya adalah metode, isi pelajaran, kesiapan, perbedaan individu, hubungan guru murid, masyarakat sekolah dan masyarakat luas. 4. Evaluation: evaluasi dimana dengan melalui tes, interview dan pengukuran lain dapat dikumpulkan sejumlah informasi yang dapat dipergunakan dalam mengambil keputusan tentang kurikulum.

3. KOMPONEN KURIKULUM 1. Komponen Tujuan Kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Tujuan yang tergantung dalam kurikulum suatu sekolah 1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan Digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut. Tujuan dari sekolah dinamakan tujuan institusional / tujuan lembaga 2. Tujuan yang ingin dicapau dalam setiap bidang studi Digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki oleh murid setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu. Tujuan kurikuler disebut juga tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler. Urutan tujuan pendidikan tersebut di awali dari tujuan 1. Tujuan pendidikan nasional Adalah merupakan tujuan pendidikan yang tertinggi dalam kegiatan di Negara kita.

Secara eksplisit tujuan pendidikan nasional itu dapat dijabarkan sebagai membentuk mahasiswa yang
o o o

sehat jasmani dan rohani berpengetahuan dan berketerampilan bertanggung jawab

2. Tujuan institusional 3. Tujuan Kurikuler Lembaga pendidikan melaksanakan kegiatan pendidikan akan memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sejumlah pengalaman belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan tujuan yang akan dicapai setelah si anak mengikuti sejumlah program pengajaran yang diberikan dalam lembaga pendidikan itu. Tujuan institusional, tujuan pendidikan nasional, tujuan kurikuler ini harus mencerminkan dan menggambarkan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional itu. Penjabaran dari tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional harus nampak pada tujuan kurikuler ini. 4. Tujuan Instruksional Adalah merupakan penjabaran yang terakhir dari tujuan-tujuan yang terdahulu dan lebih atas. Dapat dicapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi pada setiap hari. Untuk tujuan instruksional ini kita bedakan 2 (dua) jenis tujuan yaitu: 1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Guru dalam merumuskan tujuan ini hendaknya memperhatikan hal-hal ini yang merupakan syarat TIK: 1. TIK hendaknya menggunakan istilah-istilah yang operasional 2. TIK hendaknya merupakan hasil belajar siswa 3. TIK hendaknya terwujud dalam tingkah laku yang spesifik 4. TIK hendaknya mengandung hanya satu jenis tingkah laku. 2. Komponen Materi (Isi dan Struktur Program) 1. Isi Kurikulum 2. Struktur program 3. Komponen Organisasi dan Strategi 1. Organisasi Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut struktur horizontal dan struktur vertical. 1. Struktur Horisontal Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk: 1. Mata-mata pelajaran secara terpisah (subject-centered) misalnya: biologi, fisika, sejarah, ilmu bumi dan sebagainya atau 2. Kelompok-kelompok mata pelajaran yang kita sebut bidang studi (broadfield) misalnya: IPS, IPA, Kesenian, Matematika, dan sebagainya atau 3. Kesatuan program tanpa mengenal mata pelajaran maupun bidang studi (integrated program) 2. Struktu Vertikal Struktur vertical suatu kurikulum berkenaan dengan a[akah kurikulum tersebut dilaksanakan melalui:

1. Sistem : kelas 2. Program tanpa kelas 3. Kombinasi antara system a dan b Dalam struktur vertikal ini tercakup pula sistem unit waktu yang digunakan. Akhirnya struktur program ini menyangkut pula masalah pejadwalan dan pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi/isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas. 2. Strategi Strategi pelaksanaan kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian. Cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. Secara umum, cara dalam menyajikan setiap bidang studi, cara (metode) mengejar dan alat pelajaran yang digunakan. Komponen metode ini menyangkut metode atau upaya apa saja yang dipakai agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Metode hendaknya relevan terhadap tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya tidak ada satu metode yang baik untuk segala tujuan\; atau dengan kata lain kita harus memperhatikan tujuan dan situasi, karena suatu metode cocok untuk mencapai suatu tujuan akan tetapi belum tentu cocok untuk mencapai suatu tujuan yang lain. Penggunaan satu metode untuk mencapai tujuan lebih dari satu tujuan;sedangkan polivalent adalah penggunaan lebih dari satu metode untuk mencapai satu tujuan. Dengan metode ini proses pengajaran (belajar mengajar) dipandang sebagai suatu sistem. 4. Komponen Sarana dalam Kurikulum Lembaga Pendidikan Guru (SPG) meliputi:

1. Sarana Personal yang terdiri dari: 1) Guru 2) Tenaga edukatif yang tidak mengajar seperti konselor 3) Tenaga teknis non edukatif misalnya tenaga tata usaha 4) Tenaga khusus dan penasihat misalnya kepala inspeksi 2. Saraba Material yang terdiri dari: 1. Bahan instruksional dalam bentuk bahan instruksional, teksbook, alat atau media pendidikan, sumber yang menyediakan bahan instruksional atau pengalaman belajar dan sebagainya 2. Sarana fisik yang terdiri dari gedung sekolah, kantor, laboratorium, lapangan, halaman sekolah, dan sebagainya 3. Biaya operasional yaitu tersedianya biaya dan dana untuk penyelenggaraan pendidikan. 3. Sarana Kepemimpinan Akan memberi dukungan, pengamanan pelaksanaan, serta memberi bimbingan, pembinaan dan menyempurnakan prigram pendidikan. 4. Sarana Administratif Sarana administratif di sini dapat disebutkan sebagai: 1. Pedoman khusus bidang pengajaran; 2. Pedoman penyusunan satuan pelajaran; 3. Pedoman praktek keguruan; 4. Pedoman bimbingan siswa; 5. Pedoman administrasi dan supervisi

5. Komponen Evaluasi (Penilaian) Kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anak didik dan sekaligus juga konsumsi bagi masyarakat juga harus dinilai terus menerus serta menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran. Penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana dalam rangka membina dan memperkembangkan kurikulum lebih lanjut. Penilaian dapat dilakukan oleh semua pihak baik dari kalangan masyarakat luas maupn dari kalangan petugas-petugas pendidikan. Dari uraian di atas, bahwa tiap komponen kurikulum saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi tujuan bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajarmengajar, dan penilaian. Artinya tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, atau psikomotor akan mempunyai bahan pelajaran yang berlainan. Proses belajar-mengajar yang lain dan harus dinilai dengan cara yang lain pula.

4. PERUBAHAN KURIKULUM 1. Pengertian Perubahan Disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja. Dengan kata lain, perubahan kurikulum dapat kita ketahui antara lain dengan membandingkan situasi kurikulum tersebut antara waktu sebelum dan sesudahnya perubahan terjadi. 2. Jenis-jenis perubahan Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.

1. Perubahan sebagian-sebagian Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tertentu saja dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagia. Perubahan dalam metode mengejar saja, perubahan dalam itu saja, perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain.

2. Perubahan menyeluruh Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan, perubahan mana tergambar baik di dalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanannya. Demikian pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum 1. Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaun Kolonialis. 2. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. 3. Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan.
http://anieqdresser.blogspot.com/2009/06/kurikulum-sebagai-suatu-sistem.html

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan masalah kurikulum yang menjadi pembahasan tulisan ini maka kurikulum sebagai obyek kita pandang sebagai sistem yang terdiri komponen-komponen yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan bergantung. Banyak analisa yang dilakukan terhadap kurikulum sebagai suatu sistem di mana antara analisa yang satu dengan yang lain mempunyai banyak kesamaan dalam memandang kurikulum sebagai sekumpulan pengalaman belajar. Secara spesifik Hilda Taba mengatakan bahwa kurikulum sebagai sistem yang terdiri dari komponen-komponen tujuan (umum dan khusus), seleksi dan organisasi bahan, corak atau pola belajar mengajar dan program evaluasi terhadap hasil belajar mengajar. Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuannya guru dalam proses belajar-mengajar, perlu secara terus-menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun, seringkali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut 1. 2. Apakah maksud kurikulum sebagai sistem? Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?

C. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut 1. 2. Untuk mengetahui maksud kurikulum sebagai sistem. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Kurikulum Sebagai Sistem Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan. Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Definisi diatas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan. Jadi dapat disimpulkan dilihat dari gambar diatas bahwa anatara satu komponen dengan komponen yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan hal itu ditunjukkan dengan tanda panah yang memiliki dua mata panah. B. Komponen Tujuan Tentang komponen tujuan ini kita akan mengenal tingkat-tingkat tujuan; yang satu dengan yang lain merupakan suatu kesatuan dalam mewujudkan cita-cita pendidikan dalam konteks pembangunan manusia Indonesia. Seperti telah dikemukakan dalam bagian yang lalu, kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu ekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan. Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah :

1) Tujuan Yang Ingin Dicapai Sekolah Secara Keseluruhan Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

Tujuan dari sekolah tersebut kita namakan tujuan Institusional atau tujuan lembaga, misalnya tujuan SD, tujuan SMP, tujuan SPG dan seterusnya. Atas dasar tujuan-tujuan Institusional inilah kemudian ditetapkan bidang-bidang studi atau bidang pengajaran yang akan diajarkan pada sekolah yang bersangkutan. 2) Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi Di samping tujuan institusional yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan, setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan-tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki oleh murid setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu. Oleh karena itu ada tujuan IPA dan SD tujuan matematika di SMP, tujuan ilmu keguruan di SPG, dan sebagainya. Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tertentu ada yang kita sebut tujuan kurikuler dan ada pula yang kita sebut tujuan instruksiona, di mana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler. Atas dasar tujuan kurikuler dan tujuan instruksional inilah kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang diajarkan dalam setiap bidang studi pada suatu sekolah tertentu. Dalam hubungannya dengan pembahasan tujuan pendidikan ini berikut diulas tentang tujuan pendidikan secara hirarkis sesuai dengan urutan tujuan yang ada di Indonesia. Urutan tujuan pendidikan tersebut diawali dari tujuan Pendidikan Nasional, kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler sampai pada tujuan instruksional. 1) Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Pendidikan Nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang tertinggi dalam kegiatan di negara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangat ideal, yang penggambarannya disesuaikan dengan falsafah negara yaitu Pancasila. Selanjutnya dalam GHBN telah digariskan tujuan Pendidikan Nasional adalah : Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia pembangunan sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggungrasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.

Secara eksplisit maka tujuan pendidikan nasional itu dapat dijabarkan sebagai membentuk manuisa yang: pancasilais; Sehat jasmani dan rohani; Berpengetahuan dan berketrampilan; Bertanggung jawab; Demokrasi; Tanggung rasa; Cerdas; Berbudi pekerti yang luhur dan Mencintai bangsa dan sesamanya.

2) Tujuan Institusional Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional. Selanjutnya kita akan mengenal tujuan institusional SD, SMP, SMA, SKKA, STM, SPG dan sebagainya. Tentu saja tujun institusional itu hendaknya mencerminkan dan menggambarkan tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai melalui lembaga pendidikan itu. Agar tidak terjadi penyimpangan maka tiap tujuan institusional harus didahului dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini di samping untuk menghindari penyimpangan juga untuk menghindari salah penafsiran yang memungkinkan tidak tercapainya tujuan pembangunan dan pendidikan nasional. Sebagai gambaran maka dapat kita kemukakan kerangka tujuan pendidikan di SPG (Sekolah Pendidikan Guru) sebagai lembaga Pendidikan Guru yaitu : I. Pengertian Pendidikan

II. Dasar Pendidikan III. Tujuan Pendidikan Nasional IV. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru Tujuan khusus pendidikan Sekolah Pendidikan Guru. Dalam hubungan ini kita akan mencoba memberikan gambaran tentang tujuan umum dan khusus pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru. (1) Tujuan umum pendidikan Sekolah Pendidikan Guru; ialah agar lulusannya:

a. Sehat jasmani dan rohani. b. Menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila yang memiliki sifat-sifat yang baik dan konstruktif sebagai warna masyarakat, serta menerima dan percaya kepada kaidah-kaidah dan cara-cara pengalaman agama masing-masing baik dalam peribadatan maupun kehidupan lainnya. c. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai, serta sikap yang diperlukan untuk : 1. Melaksanakan tugasnya secara efektif sebagai guru di Lembaga pendidikan dasar yaitu SD atau TK. 2. Mengembangkan dan mengamalkan ilmu dan profesinya. 3. Menggunakan prinsip pendidikan seumur hidup di Sekolah maupun di luar sekolah sebagai alat utama bagi kemajuan pribadi dan masyarakat. 4. Mengembangkan dan membina kepemimpinan yang demokratis yang bertanggung jawab dalam interaksi sosial dengan murid-murid dan anak-anak. 5. Menggunakan prinsip kemanusiaan, demokrasi dan keadilan sosial dalam kehidupan, pergaulan, keluarga dan sekolah secara bertanggung jawab. (2) Tujuan khusus pendidikan Sekolah Pendidikan Guru ialah agar lulusannya: a. Memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk kepentingan dirinya dan atau untuk melaksanakan program pengajaran di SD, dalam bidang: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Agama/kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dianutnya. Dasar pembinaan Moral Pancasila sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945. Perkembangan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa didunia pada umumnya. Bahasa Indonesia yang tepat dan baik. Olah raga, kesehatan dan rekreasi. Bahasa Inggris yang cukup untuk memahami uraian yang sederhana. Matematika. Ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan social.

10. Kesenian yang meliputi, seni rupa, seni music, dan atau seni drama dan tari. 11. Pendidikan keterampilan yang meliputi jasa, kerajinan dan teknik, pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK), pertanian, peternakan, dan atau perikanan.

12. Ilmu keguruan yang pedagogik, dasar dan tujuan pendidikan nasional Indonsia, sistem dan administrasi pendidikan dasar di Indonesia, dasar psikologis daipada interaksi belajr mengajar. Psikologi pendidikan, psikologis perkembangan.

b. Memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk: 1. Menjalankan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga Negara Indonesia yang bermoral Pencasila dan sehat. 3. Merencanakan dan melaksanakan interaksi edukatif dengan murid dalam mengerjakan bidang pengajaran yang diberikan dipendidikan dasar yang meliputi kemampuan menyusun program pengajaran, kemampuan melaksanakan metode teknik dan alat yang sesuai kemampuan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan dan memberikan bimbangan kepada murid yang menghadapi kesulitan. 4. Memimpin dan melaksanakan tugas administrasi sekolah. 5. Berinteraksi dengan murid masyrakat, dan kalangan dunia pendidikan. 6. Mengarang dan menulis. 7. Melaksanakan kegiatan dalam memanfaatkan sumber lingkungan.

8. Melaksanakan penelitian sederhana. c. Memiliki nilai dan sikap yang meliputi:

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Cinta kasih kepada anak, bersedia untuk menyesuikan diri kepada berbagai kedaan anak dan memperlakuan anak secara objektif. 3. Menghargai seni budaya bangsa sendiri, dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan asing. 4. Bersedia untuk saling mengoreksi cara-cara mengajar yang bias dilakukan. 5. Disiplin, berdedikasi, loyal dan bertanggung jawab terhadap tugas dan mengutamakan prestasi. 6. Makarya dan efiesien. 7. Hidup sehat.

C. Komponen Materi (Isi dan Struktur Program)

1) Isi Kurikulum Sebagaimana kurikulum 1975 maka untuk kurikulum SPG yang berlaku saat ini berisi: (1) Pokok-pokok bahasan: adalah merupakan perincian bidang pengajaran untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (2) Bahan pengajaran: adalah urutan penyampaian pokok bahasan tersebut dari tahun yang satu ke tahun pelajaran yang berikutnya, dari semester yang satu ke semester yang berikutnya. (3) Sumber bahan: yaitu berupa resources di mana proses belajar mengajar memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Sumber ini dapat beupa tempat (museum, kantor, stasiun dan sebagainya), orang (camat, Kep. Desa, petani, sopir dan sebagainya), atau barang cetakan (buku, majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya). (4) Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), adalah merupakan penjelsan terperinci dari setiap bidang pengajaran yang telah ditentukan pembagian dan penyebaran waktunya dalam seminggu, catur wulan/semester seperti yang diatur dalam struktur program kurikulum, Dalam GBPP berisi: (a) Tujuan kurikuler (b) Tujuan instruksional (c) Pokok bahasan/sub pokok bahasan (d) Bahan pengajaran (e) Sumber bahan 2) Struktur Program Untuk struktur program ini jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Program Pendidikan (di SPG). Program pendidikan di SPG terdiri dari: 1. Pendidikan Umum meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olah Raga dan Kesehatan. 2. Pendidikan Keguruan meliputi Ilmu Keguruan dan Praktek Keguruan. 3. Pengajaran di SD/Pendidikan Spesialisasi/Pengembangan; meliputi IPS, Matematika, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Keterampilan. D. Komponen Organisasi dan Strategi Di samping tujuan dan isi, setiap kurikulum juga mengandung unsure organisasi dan strategi.

1. Organisasi Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut struktur horizontal dan struktur vertikal. a. Struktur Horizontal Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk: 1. Mata-mata pelajaran secara terpisah (subject-centered) misalnya: biologi, fisika, sejarah, ilmu bumi dan sebagainya atau 2. Kelompok-kelompok mata pelajaran yang kita sebut bidang studi (broadfied) misalnya: IPS, IPA, Kesenian, Matematika, dan sebagainya atau 3. Kesatuan program tanpa mengenal mata pelajaran maupun bidang studi (integrated program). Selanjutnya, dalam struktur horizontal tercakup pula jenis-jenis program yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut, misalnya program pendidikan umum, program pendidikan keguruan, program spesialisasi dan sebagainya. b. Struktur Vertikal Struktur vertical suatu kurikulum berkenaaan dengan apakah kurikulum tersebut dilaksanakan melalui: 1. Sistem Kelas, misalnya kelas I, II, III, dan seterusnya di mana kenaikan kelas diadakan disetiap tahun secara serempak atau 2. Program tanpa kelas, di mana perpindahan dari suatu tingkat program ke tingkat program berikutnya dapat dilakukan setiap waktu tanpa harus menunggu teman-teman yang lain atau 3. Kombinasi antara system a dan b. Selanjutnya, dalam struktur vertical ini tercakup pula system unit waktu yang digunakan, misalnya apakah system semester atau catur wulan. Akhirnya struktur program ini menyangkut pula masalah penjadwalan dan pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi/isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas. 2. Strategi Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.

Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup baik cara yang berlaku secara umum, maupun cara dalam menyajikan setiap bidang studi, termasuk cara (metode) mengajar dan alat pelajaran yang digunakan. Komponen metode ini menyangkut metode atau upaya apa saja yang dipakai agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam hal ini tentu saja metode yang dipergunakan hendaknya relevan terhadap tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, dengan mempertimbangkan kemampuan guru, lingkungan anak serta sarana pendidikan yang ada. Dalam pelaksanaannya tidak ada satu metode yang baik untuk segala tujuan; atau dengan kata lain kita harus memperhatikan tujuan dan situasi, karena suatu metode cocok untuk mencapai suatu tujuan akan tetapi belum tentu cocok untuk mencapai suatu tujuan yang lain. Untuk itu guru harus mengetahui kapan ia harus menggunakan kombinasi metode mengingat sifat-sifat polyvalent dan polipragmatis dari suatu metode. Dengan polipragmatis dimaksud adalah penggunaan satu metode untuk mencapai tujuan lebih dari satu tujuan; sedang polyvalent adalah penggunaan lebih dari satu metode untuk mencapai satu tujuan. Dalam metode penyampaian seperti kurikulum yang berlaku misalnya (kurikulum 1975) kurikulum SPH juga menggunakan pendekatan PPSI yang dikembangkan melalui satuan pelajaran dan modul. Dengan metode ini proses pengajaran (belajar mengajar) dipandang sebagai suatu system. Adapun macam-macam metode dapatlah kita kemukakan sebagai contoh metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, sosiodrama, bermain peranan, kerja kelompok diskusi, symposium, seminar, dan sebagainya. E. Komponen Sarana dalam Kurikulum Lembaga Pendidikan Guru (SPG) meliputi: 1. Sarana Personal yang terdiri dari: a. Guru b. Tenaga edukatif yang tidak mengajar seperti konselor c. Tenaga teknis non edukatif misalnya Tenaga Tata Usaha d. Tenaga khusus dan penasihat misalnya Kepala Inspeksi 2. Sarana Material yang terdiri dari:

a. Bahan Instruksional dalam bentuk bahan instruksional, teksbook, alat atau media pendidikan, sumber yang menyediakan bahan instruksional atau pengalaman belajar dan sebagainya. b. Sarana fisik yang terdiri dari gedung sekolah, kantor, laboratorium, lapangan, halaman sekolah dan sebagainya.

c. Biaya operasional yaitu tersedianya biaya dan dana untuk penyelenggaraan 3. Sarana Kepemimpinan

Sarana kepemimpinan ini akan member dukungan dan pengamanan pelaksanaan, serta memberi bimbingan, pembinaan dan menyempurnakan program pendidikan. 4. Sarana Administratif Sarana administrative di sini dapat disebutkan sebagai: a. Pedoman Khusus Bidang Pengajaran b. Pedoman Penyusunan Satuan Pelajaran c. Pedoman Praktek Keguruan d. Pedoman Bimbingan Siswa e. Pedoman Administrasi dan Supervisi

F.

Komponen Evaluasi Pendidikan adalah sebagian dari keperluan manusia. Sekolah pun merupakan keperluan

dari masyarakat. Untuk itu maka sekolah termasuk juga di dalamnya juga harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anak didik dan sekaligus juga konsumsi bagi masyarakat juga harus dinilai terus menerus serta menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran. Di samping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana dalam rangka membina dan memperkembangkan kurikulum lebih lanjut. Sedangkan penilaian dapat dilakukan oleh semua pihak baik dari kalangan masyarakat luas maupun dari kalangan petugas-petugas pendidikan. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Sistem terhadap kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. Komponen Tujuan, b. Komponen Materi (isi dan struktur program), c. Komponen Organisasi

dan Strategi, d. Komponen Sarana dalam Kurikulum Lembaga Pendidikan Guru (SPG) dan Komponen Evaluasi. B. Saran Saran yang dapat kami berikan dalam makalah ini adalah diharapkan dalam penyusun bahan penjelasan mengenai komponen kurikulum agar lebih diperbaiki dan lebih spesifik lagi, agar para pembaca dapat dengan mudah memahami materi yang di bahas serta kita juga harus lebih menambah wawasan untuk mengetahui dan mengembangkan ilmu yang telah dibahas dalam makalah ini.
http://hajarsweet.blogspot.com/2011/03/kurikulum-sebagai-sistem.html

Pengertian Kurikulum, Sistem, Landasan dan Prinsip Pengembangannya


Posted on November 30, 2010

15 Votes

A. Pengertian Kurikulum Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini adalah beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang. 1. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis Websters Third New International Dictionary menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti : a. Berlari cepat b. Tergesa-gesa c. Menjalani Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti : a. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki b. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti

c. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh. Semula dipakai dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. 2. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini lebih ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti kurikulum SD dengan nama Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI. 3. Pengertian Kurikulum Secara Modern Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning menyatakan Kurikulum adalah Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah. Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah. Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan. Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. 4. Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu: a. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang di dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu. c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran. d. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : a. kurikulum sebagai ide; b. kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; c. kurikulum menurut persepsi pengajar; d. kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; e. kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan f. kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. Peningkatan iman dan takwa; b. Peningkatan akhlak mulia; c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan; e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. Tuntutan dunia kerja; g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. Agama; i. Dinamika perkembangan global; j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan. B. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem Beberapa pandangan ahli mengenai Sistem : Menurut Ludwig Von Bartalanfy, Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Menurut Anatol Raporot, Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. Menurut L. Ackof, Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

Dari ketiga pendapat di atas, satu makna yang bisa di ambil, yaitu komponen yang mempunyai fungsi masing-masing. Seperti yang kita tahu, kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu system. Ada beberapa ahli mengemukakan tentang komponen-komponen yang ada di dalam kurikulum, yakni : 1. Herrick (1950 dalam Taba, 1962:425), mengemukakan 4 elemen kurikulum, yakni Tujuan, Mata pelajaran, Metode dan Organisasi, dan evaluasi. 2. Zais (1976:295) mengatakan empat komponen dasar kurikulum, antara lain (1) aims, goals, and objective, (2) content, (3) Learning activities, (4) evaluations 3. Nana Sy. Sukmadinata (1988:110) mengemukakan empat komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau system penyampaian, serta evaluasi C. Landasan Kurikulum Dalam buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Landasan setidaknya mempunyai makna berikut: 1. Landasan adalah sebuah pondasi yang di atas di bangun sebuah bangunan. 2. Landasan adalah pikiran-pikiran abstrak yang dijadikan titik tolak atau titik berangkat bagi pelaksanaan suatu kegiatan. 3. Landasan adalah pandangan pandangan abstrak yang telah teruji , yang yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam menyusun konsep, pelaksanaan konsep dan evaluasi konsep. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lan.das.an n] (1) alas; bantalan; paron (alas untuk menempa, terbuat dr besi); (2) lapangan terbang: pesawat kami mendarat di ~ dng selamat; (3) ki dasar; tumpuan: ~ hukum negara kita ialah Pancasila dan UUD 45. Menurut Hornby c.s dalam The Advance Learners Dictionary of Current English (Redja Mudyahardjo, 2001:8) mengemukakan definisi landasan sebagai berikut: Foundation that on which an idea or belief rest; an underlying principles as the foundations of religious belief; the basis or starting point. Jadi menurut Hornby landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak. Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah rubuh dan rusak. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Ada empat landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : Landasan Filosofis, landasan Psikologis, landasan Sosiologis dan landasan Organisatoris. 1. Landasan Filosofis Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata philos dan sophia. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Filsafat sangat penting karena harus dipertimbangkan dalam

mengambil keputusan tentang aspek kurikulum. Untuk itu tiap keputusan harus ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akar-akarnya tentang hakikat sesuatu. Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Terdapat berbagai aliran filsafat yang masing-masing dengan dasar pemikiran sendiri, berikut adalah beberapa aliran dalam filosofis pendidikan: a. Aliran Perennialisme Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut atau perennial. Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subyek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS. Hanya mata pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia, biologi yang diajarkan, sedangkan yang berkenaan dengan emosi dan jasmani seperti seni rupa, olah raga sebaiknya dikesampingkan. Pelajaran yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi tinggi. Kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi diperguruan tinggi. b. Aliran Idealisme Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari dunia supra-natural dari tuhan. Boleh dikatakan semua agama menganut filsafat idealisme.filsafat ini umumnya diterapkan disekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama, menghadiri khotbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplin termasuk ketat, pelangggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah.namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menetukan satandar mutu yang tinggi. c. Aliran Realisme Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah. d. Aliran Pragmatisme Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitarianisme dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarakan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif (sementara) dan dapat berubah. Tugas guru bukan mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah. Pengetahuan yang diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah. e. Aliran Eksistensialisme Filsafat ini mengutamakan individu sebagai aktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anaka aggar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab. Sekolah ini menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib, dll dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.

2. Landasan Psikologis a. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Implikasi dari perkembangan peserta didik terhadap pengembangan kurikulum yaitu: Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang nersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kurikulum memuat tujuantujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin. b. Psikologi Belajar Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga rumpun yaitu: 1) Teori Daya (Disiplin Mental). Menurut teori ini sejak kelahirannya (heredities)anak telah memiliki potensi-potensi atau dayadaya tertentu (Faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir daya mencurahkan pendapat daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya- daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan. 2) Teori Behavorisme Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu teori Koneksionisme atau teori Asosiasi, teori Kondisioning, dan teori Reinforcement (Operent Conditioning), Rumpun teori Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat) Teori Koneksionisme atau teori Asosiasi adalah kehidupan tunduk kepada hukum stimulus-respon atau aksi-reaksi. Belajar pada dasarnya merupakan hubungan antara stimulus-respon. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respon. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya. 3) Teori Organismik atau Gestalt Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada bagianbagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai mahluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. 3. Landasan Sosiologis Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita. Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan tatanan masyarakat akibat

perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam masyrakat, antara lain ; a. Kebutuhan masyarakat Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat. b. Perubahan dan perkembangan masyarakat Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah. Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi. Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi. c. Tri pusat pendidikan Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan. 4. Landasan Organisatoris Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum: a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subject curriculum) b. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated curriculum) c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum) Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut. 1. Landasan Filosofis 2. Landasan Psikologis 3. Landasan Sosial-Budaya Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusiamanusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,

karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global. 4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia. D. Prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : 1. prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; 2. prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Prinsip relevansi;

Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponenkomponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). 2. Prinsip fleksibilitas; Yaitu dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaianpenyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. 3. Prinsip kontinuitas; Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. 4. Prinsip efisiensi; Yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5. Prinsip efektivitas; Yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. PENUTUP A. Kesimpulan Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem. Terdapat empat landasan kurikulum yang dapat di jadikan patokan, anatara lain landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis dan landasan organisatoris. Selain itu terdapat pula landasan sosial budaya dan landasan ilmu teknologi. Pengembangan kurikulum haruslah memperhatikan prinsip-prinsip kurikulumnya yang terdiri dari tujuh prinsip pengembangan kurikulum antara lain : relevansi, efektivitas, efisiensi, fleksibilitas, kontinuitas, objektifitas dan demokrasi. B. Saran Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu puka dengan kenbutuhan kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau lembag pendidikan pendidikan menerapkan suatu sisten kurikulum yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya, karena sesuai dengan ketetapan pemerintah kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka sudah selayaknya pihakpengembang kurikulum mengembagkan kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya. Oleh karena itu, tujuan,

isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2010. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UNJ Syaodih Sukmadinata, Nana. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentingan-danmasalah-yang-dihadapi/ http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-kurikulum.html
http://sadidadalila.wordpress.com/2010/11/30/pengertian-kurikulum-sistem-landasan-dan-prinsippengembangannya/

You might also like