Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya
halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitamya. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain. Berdasarkan studi pendahuluan di ruang melati RSK Pontianak maka di dapat total pasien yang sedanga di rawat di ruang melati adalah 30 orang.
B. Landasan Teori
1. Definisi Halusinasi Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi ; merasakan sensasi paisu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan (Keliat, 2010)
Menurut Cook dan dan Fontaine 1987 perubahan persepsi sensori halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, dan penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan persepsi sensori halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan oikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan. 2. Klasifikasi Halusinasi Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya : 1) Halusinasi pendengaran atau auditori Halusinasi yang seolah-olah mendenganr suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang berbicara mengenai klien, klien mendengar orane yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk melakukan sesuatu dan kadangkadang melakukan hal yam:. berbahaya. 2) Halusinasi penelihatan atau visual Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometris. gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan.
3) Halusinasi penghidu aifaktori Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah. urine atau feses. Kadangkadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. 4 ) Halusinasi peraba Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 5 ) Halusinasi pengecap Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. 6) Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
3. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan Tahap Karakteristik Perilaku Klien ansietas, Tersenyum, rasa sendiri tertawa
Tahap I Memberi rasa Mengalami nyarnan tingkat ansietas kesepian, sedang secara umum, bersalah halusinasi merupakan ketakutan. Mencoba pada Tingkat dapat
Menggerakkan
dan bibir tanpa suara Pergerakkan mata yang berfokus cepat yang Respon verbal Diam yang dan jantung,
pikiran
dan berkonsentrasi
menyebabkan perasaan masih antipati Tahap III Mengontrol kecemasan Pengalaman kontol
kesadaran, Perhatian
lingkungan berkurang sensori Konsentrasi Merasa pengalaman oleh kerja sensori kemampuan terhadap sensori Kehilangan
tersebut Mulai merasa membedakan halusinasi dikuasai kehilangan kontrol dengan realitas halusinasi
Menarik diri dari orang Perintah lain non psikotik. Kien menyerah ditaati. dan Sulit
berhubungan
menerima pengalarnan dengan orang lain. sensori (halusinasi) Isi Perhatian halusinasi menjadi lingkungan terhadap berkurang
atraktif. Kesepian bila hanya beberapa detik. pengalaman sensori Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat,
individu
perintah mencederai. Agitasi atau bisa kataton dalam berespon Tidak mampu terhadap
intervensi terapeutik.
4. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga Mien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik. Gangguan persepsi yang mama pada skizoprenia adalah
haiusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran adaiah paling utama pada skizoprenia, suara-suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakaniperiiaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati.
mengontrol halusinasi yaitu dengan meghardik. 3) Membentuk sosialisasi dengan meningkatkan hubungan antar sesama klien b. Tujuan Khusus. 1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi. 2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi. 3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
I.
Susunan Pelaksana Yang bertugas dalam TAK kali iM disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah disepakati. Sebagai berikut: a. Leader b. Co. Leader c. Observer d. Operator e. Fasilitator 1 f. Fasilitator 2 g. Fasilitator 3 h. Fasilitator 4 i. Fasilitator 5 j. Fasilitator 6 k. Fasilitator 7 l. Fasilitator 8 : Wahyudin : Tirza Umami : Irza Nursadi : Arifin Surya : Al Azhar : Listya Sekar Siwi : Rahmat HIdayat : Lolyta Loviani : Sulistya Ningsih : Chandra D.J : Habobi : Dhoni Rezkiyah
m. Fasilitator 9
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
K. Mekanisme Kegiatan
1. Persiapan a. Memilih klien yang mengalami Gerubahan Sensori Persepsi : Halusinasi b. Membuat kontrak dengan Kien. c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Orientasi a. Salam tarapeutik 1) Terapis mengucapkan salam kepada klien. 2) Terapis dan kiien memakai papan nama. b. Evaluasi / validasi : 1) Menanyakan perasaan kiien saat ini. 2) Menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan. c. Kontrak 1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan 2. Menjelaskan aturan main berikut: a) Masing-masing klien memperkenaikan diri nama, nama panggilan. b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
c) Lama kegiatan 30 menit. d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awtil sampai akhir.
3. Tahap kerja a. Mengulang kontrak sebelunmya 1) Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). Terapis meminta kiien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri Terapis, searah jarum jam. 2) Terapis memberikan kertas undian kepada kiien. Peserta yang mendapat seterusnya. 3) Terapis meminta kepada klien menceritakan situasi yang sering dialami sehingga mengalami halusinasi. Klien secara nomor 1 mendapat giliran pertama, begitu
bergantian bercerita, dimulai dari klien yang mendapat urutan pertama sampai semua idien mendapatkan giliran. 4) Terapis memperagakan menngontrol halusinasi dengan
bercakap cakap jika ada tanda-tanda haluisinasi muncul. 5) Terapis memperagakan cara meminta kepada teman atau orang lain untuk bercakap cakap bila halusinasi datang.. 6) Klien diminta memperaktekan hal yang sama secara
bergantian, dimulai dari klien yang mendapatkan nomor pertama begitu seterusnya sampai semua mendapat giliran.
7) Terapis memberikan pujian kepada ldien setiap selesai memperagakan. 8) Membuat kontrak atau menyepakati kegiatan untuk pertemuan selanjutnya yang berisi tentang waktu pelaksanaan serta tindak lanjut dan terminasi. 4. Tahap terminasi. a. Evaluasi respon subjektif 1) Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK. 2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari. b. Respon objektif 1) Terapis meminta klien untuk memperaktekan kembali apa yang telah di ajarkan. 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan keiompok. c. Tindak lanjut 1) Menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap cakap bila mulai mengalami halusinasi baik di rumah sakit maupun di rumah. 2) Mendorong klien untuk memulai Menghardik ketika mulai mengalami halusinasi. 3) Memasukan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam jadwal harian klien. d. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya 2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya.
halusinasi dengan bercakap cakap. 80 % dari jumlah peserta mampu memperaktekan cara meminta teman untuk bercakap cakap jika halusinasi datang 85% dari jumlah klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir 85% dari jumlah klien bersikap tertib dan mematuhi aturan kegiatan.
Dokumentasi Dokumentasi kemampuan yang dimiliki Kien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3 Klien dapat menyebutkan cara bercakap-cakap dan memperagakan saat mulai percakapan.
M. Setting Tempat
1. 2. Terapis dan Klien duduk bersama dalam Lingkaran. Ruangan nyaman dan tenang. Leader
Pe ser ta
Observer Pe ser ta Fas ilita tor Pe ser ta Fas ilita tor Pe ser ta Fas ilita tor Pe ser ta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin. f) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
g) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai. h) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum selesai. pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpatijang waktu TAK kepada anggota. 2. Program Antisipasi Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkahlangkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
a) Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya. b) Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan. c) Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.
O. Penutup Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih. Lembar Evalusi Kemampuan Pasien
Petunjuk: 1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien 2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul, menyebutkan cara bercakap-cakap, dan memperagakan saat mulai percakapan beri tanda jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
Juli 2012
Pembimbing Akademik
Daftar Pustaka
Azizah, Lilik Ma'rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika Keliat, A Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.