You are on page 1of 19

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI (PROGESTERON DAN ESTROGEN)

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI (PROGESTERON DAN ESTROGEN)

2.1 Konsep Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanen. Yang permanen pada wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi, (Wiknjosastro, 1999: 534) 2.1.2 Tujuan Kontrasepsi Menurut Hartanto (2003:30) tujuan dari kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu NKKBS dan penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu fase menunda perkawinan/kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, dan fase menghentikan /mengakhiri kehamilan/kesuburan 2.1.3 Macam Metode Kontrasepsi Menurut BKKBN (1994: 149-150) macam-macam metode kontrasepsi yaitu: a) Metode sederhana 1. berkala) 2. Dengan alat atau obat (kondom, diafragma atau kap, tablet berbusa/vaginal tablet,intravag/tissue KB) Tanpa alat (senggama terputus, pantang

7
b) Metode efektif Terdiri dari: pil KB, AKDR, suntikan KB, susuk KB c) Metode mantap 1. 2. Pada wanita : MOW/Tubektomi

Pada pria : MOP/Vasektomi

2.2 Konsep Kontrasepsi Suntik 2.2.1 Definisi Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan cara

menyuntikkan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur. Obat ini berisi hormon estrogen, progesteron, dan kombinasi, (BKKBN, 1994: 153) 2.2.2 Macam-macam Kontrasepsi Suntik Menurut Hartanto (2003: 163, 178-179) dan Saifuddin (MK: 40-41) macammacam kontrasepsi suntik adalah: 2.2.2.1 Kontrasepsi Suntik Progesteron

2.2.2.1.1 Macam-macam kontrasepsi suntik progesteron Menurut Hartanto (2003: 163) dan Saifuddin (2003: MK-40), kontrasepsi suntik progesteron ada dua macam yaitu: a) DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) = depo provera, depo geston, depo progestin Dipakai dilebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg dan disuntikkan secara intramuskuler

8
b) NET-EN (Norothidrone Enanthate) = Noristerat Dipakai dilebih dari 40 negara, dengan akseptor kira-kira 1,5 juta wanita. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3x suntikan pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu dan disuntikkan secara intramuskuler 2.2.2.1.2 Cara Kerja

Mencegah ovulasi Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Saifuddin, 2003: MK-40)

2.2.2.1.3

Efektivitas

Menurut Saifuddin (2003: MK-41), kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2.2.2.1.4 Keuntungan dan Keterbatasan

1. Keuntungan a) Sangat efektif b) Pencegahan kehamilan jangka panjang c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri d) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB) e) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

9
f) Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse h) Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas i) j) Sedikit efek samping Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

k) Membantu mencegah kanker endometrium (rahim) dan kehamilan ektopik l) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)

m) Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium) n) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi o) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) p) Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang. 2. Keterbatasan a) Perdarahan bercak , dapat lama b) Jarang terjadi perdarahan yang banyak c) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang) d) Siklus haid memanjang atau memendek. e) Klien sangat tergantung pada tempat sarana kesehatan (harus kembali untuk suntikan). f) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV h) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

10
i) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya(tempat suntikan) j) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

k) Sering menaikkan Berat Badan l) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas) m) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat. (Lestariningsih, 2003 dan Saifuddin, 2003: MK-41) 2.2.2.1.5 Indikasi kontrasepsi suntik progesteron

a) Usia reproduksi b) Nulipara dan yang telah memiliki anak c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui f) Setelah abortus atau keguguran

g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi h) Perokok i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin) k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

11
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

m) Anemia defisiensi besi n) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. 2.2.2.1.6 (Saifuddin, 2003: MK-42)

Kontra indikasi kontrasepsi suntik progesteron

a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran). b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea. d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. e) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2003: MK-42) 2.2.2.1.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progesteron

a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil b) Milai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

12
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. (Saifuddin, 2003: MK-42-43) 2.2.2.2 2.2.2.2.1 Kontrasepsi Suntik Kombinasi (Progesteron dan estrogen) Macam-macam estrogen) Menurut Hartanto (2003: 178-179) dan Saifuddin (2003: MK-33), kontrasepsi suntik kombinasi progesteron dan

kontrasepsi suntik kombinasi ada dua macam yaitu: a) Cycloprovera = Cyclofem Cyclofem merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan. Metode ini diberikan secara parenteral melalui suntikan intra muskuler dan memberikan efek jangka panjang. Cyclofem dalam kemasan 0,5 ml suspensi aqueous steril yang berisi 25 mg Medroxyprogesterone asetat + 5 mg Estradiol cypionate. b) HRP102 (Human Reproduction Program dari WHO) = Mesigyna Berisi kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol valerate, diberikan sekali dalam satu bulan dan disuntikkan secara intramuskuler. 2.2.2.2.2 Cara Kerja

13
Menekan ovulasi. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Saifuddin, 2003: MK-33) 2.2.2.2.3 Efektivitas

Menurut Saifuddin (2003: MK-33), kontrasepsi suntik kombinasi sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan. 2.2.2.2.4 Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan Kontrasepsi a) Resiko terhadap kesehatan kecil b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. c) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB) d) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam. e) Jangka panjang f) Efek samping sangat kecil

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik 2. Keuntungan Nonkontrasepsi a) Mengurangi jumlah perdarahan b) Mengurangi nyeri saat haid c) Mencegah anemia d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium f) Mencegah kehamilan ektopik

14
g) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopouse. 3. Kerugian a) Penyuntikan lebih sering b) Biaya keseluruhan lebih tinggi c) Kemungkinan efek samping karena estrogennya d) Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari. e) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. f) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan. g) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin). h) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati. i) j) Penambahan berat badan. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV k) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. (Lestariningsih,2003,Hartanto, 2003: 178-179 dan Saifuddin, 2003: MK-33-34) 2.2.2.2.5 Indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Usia reproduksi.

15
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak. c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi. d) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan. e) Pascapersalinan dan tidak menyusui. f) Anemia.

g) Nyeri haid hebat. h) Haid teratur. i) j) Riwayat kehamilan ektopik. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. (Saifuddin, 2003: MK-34) 2.2.2.2.6 Kontra indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Hamil atau diduga hamil. b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan. c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. d) Penyakit hati akut (virus hepatitis) e) Usia > 35 tahun yang merokok. f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg). g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun. h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain. i) Keganasan payudara. (Saifuddin, 2003: MK-34) 2.2.2.2.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haih. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

16
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari. c) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari. d) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil. e) Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7. f) Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi. g) Bila pascapersalinan 3 mingg, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi. h) Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari. i) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu. j) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi

17
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain. k) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR. (Saifuddin, 2003: MK-35)

2.3 Konsep Berat Badan 2.3.1Definisi Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia, selain itu berat badan juga merupakan parameter yang paling baik yang dapat memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan, (Supriasa, 2002: 39) Berdasarkan standar Brocca, berat badan normal yaitu 10% dari BBI (Berat Badan Ideal). Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan

(overweight) apabila berat badannya 10% - 20% diatas berat badan ideal. Termasuk kategori kegemukan (obesitas) jika berat badan > 20% dari berat badan ideal. Kegemukan ini dapat diukur dari timbunan lemak tubuh. Pada wanita dewasa, dikategorikan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi

18
30% dari berat badan idealnya. Sedangkan pada pria dewasa, dikatakan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 27% dari berat badan idealnya, (Wirakusumah, 1994:3-4) 2.3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelebihan Berat Badan a) Faktor Utama yang terdiri dari: 1. Makan melebihi kebutuhan tubuh

a. Banyak makan ketika menghadapi stress atau depresi b. Perilaku yang salah, meliputi: 1) Kebiasaan Kebiasaan makan dalam keluarga suka ditiru oleh anak-anak, misalnya makan yang berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack, dan makan diluar waktu makan. 2) Cara memilih makanan yang salah Hal ini terjadi terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi (padat energi). Kadang-kadang konsumen juga lebih melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan zat gizinya. 3) Menggoreng dan memasak dengan santan Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu, makanan yang digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan-bahan makanan tinggi kolesterol. 4) Kebiasaan ngemil Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang dipakai ngemil

19
berupa nyamikan yang biasanya digoreng atau terdiri dari kue-kue yang manis dan gurih. 5) Melupakan makan pagi Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan bekerja, setelah kurang lebih 12 jam perut dalam keadaan kosong. Biasanya orang yang melewatkan waktu makan pagi akan menurun aktivitas kerjanya. Rasa lapar akibat tidak makan pagi akan dikompensasikan beberapa jam kemudian sehingga secara tidak sadar timbul perasaan kelaparan dan akan mencari-cari makanan camilan ataupun makan siang yang jumlahnya jauh lebih banyak disbanding kalau sudah makan pagi sebelumnya. 6) Makan tergesa-gesa Makan tergesa-gesa termasuk kurang mengunyah akan membawa efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan dan mengakibatkan cepat merasa lapar kembali 7) Makan secara berlebihan Bila sudah kenyang jangan sekali-sekali mengumbar nafsu makan dengan cara menambah porsi makanan, sekalipun makanan sangat lezat dan jenis makanan tersebut merupakan masakan favorit. 8) Frekuensi makan yang tidak teratur Bila jarak antara dua waktu makan terlalu panjang ada kecenderungan untuk makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan itu berulangkali terjadi dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas. 9) Menghindari nasi Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi. Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sumber peningkatan berat

20
badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain sebagai pengganti nasi yang biasanya sarat dengan lemak atau tinggi kalori. 2. Kurang menggunakan energi Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk membakar kalori dari dalam tubuh. Bila pemasukan kalori berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. b) Faktor-faktor lain yang terdiri dari: 1. Bakat Gemuk Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. 2. Enzim Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim seperti Adipose Tissue Lipoprotein Lipase yang lebih aktif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas untuk mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. 3. Hormon

21
Pada wanita yang sedang mengalami masa menopouse, dapat terjadi penurunan fungsi hormon tiroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan. Seseorang yang tidak peka terhadap hormon insulin atau mengalami peningkatan hormon insulinlah yang mengakibatkan penimbunan lemak meningkat. 4. Metabolisme Kecepatan metabolisme basal masing-masing orang tidak sama. Ada orang yang memiliki metabolisme basal tinggi, namun ada pula yang rendah. Orang yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah cenderung lebih mudah gemuk dibandingkan orang yang mempunyai metabolisme cepat karena pada metabolisme yang rendah, energi yang dikonsumsi lebih lambat untuk dipecah menjadi glikogen sehingga akan lebih banyak lemak yang disimpan dalam tubuh. 5. Pengaruh Obat-obatan Ada beberapa obat yang merangsang pusat lapar sehingga pasien akan meningkat nafsu makannya. Dalam keadaan penyembuhan yang cukup lama, penggunaan obat ini akan menyebabkan timbulnya obesitas. Selain itu, pil kontrasepsi dapat juga menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan pada wanita yang menggunakannya. (Wirakusumah, 1994: 18-26)

2.4

Peningkatan

Berat

Badan

pada

Pemakai

Kontrasepsi

Suntik

Progesteron dengan Kombinasi (Progesteron dan estrogen)

22
Pertambahan berat badan merupakan keluhan yang mengganggu bagi wanita pemakai kontrasepsi hormonal, walaupun peningkatan tersebut tidaklah merata. Sebagian penambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, tetapi umumnya karena meningkatnya asupan makanan, (Cuningham, 2006: 1710) Kontrasepsi suntik mempunyai banyak efek samping, salah satu

diantaranya yaitu berat badan yang bertambah. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas, tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya, (Hartanto, 2003: 169,171). Efek estrogen terhadap peningkatan berat badan yaitu estrogen

menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada kelenjar mammae dan jaringan subkutis, estrogen khususnya menyebabkan pengendapan lemak nyata pada pantat dan paha, menyebabkan pelebaran panggul. Sedangkan

progesteron mempunyai efek merangsang pusat lapar di Ventromedial hipothalamus (VMH) sehinga menyebabkan nafsu makan meningkat dan cenderung makan banyak/ melebihi kebutuhan tubuh dan beresiko gemuk. (Guyton, 1995) Menurut Hartanto (2003: 169), dikatakan bahwa dari beberapa percobaan laboratorium ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Pada sistem kardio-vaskuler efek DMPA sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.

23

You might also like