You are on page 1of 20

KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH: SUATU TELAAH TERHADAP MAZMUR 8 Oleh Pieter G.O.

Sunkudon PENDAHULUAN Kekaguman akan karya Allah telah menggugah hati banyak orang di segala zaman dan tempat. Kreasi Allah yang luar biasa indah dan mengagumkan telah membuat banyak sastrawan menggoreskan pena mereka dan menyusun kata-kata indah untuk menggambarkan kekaguman mereka. Secara khusus, banyak orang telah dipakai Allah untuk menyatakan kebesarannya. Mazmur 8 merupakan salah satu dari sekian banyak gambaran kebesaran Allah. Madah yang indah ini telah membuat penulis terkagumkagum dengan kebesaran Allah. Itulah sebabnya penulis mencoba untuk menyelidiki Mazmur ini dengan harapan dapat memahami lebih dalam sekaligus menemukan prinsipprinsip kekal dari dalamnya sebagai acuan untuk pertumbuhan rohani yang dinamis. Selain itu, penulis juga merasa tertarik untuk menelaah bagian ini karena dalam penyajiannya mazmur ini terlihat memang cukup unik. Dengan demikian, disertai dengan kesadaran penuh akan eksistensi penulis sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam berbagai hal, maka penulis secara intensif memohon intervensi yang komulatif dari Allah Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR ISI PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG TEKS Penulis Jenis Bentuk II. TINJAUAN TEKS Pendahuluan (1) Pujian Langsung Kepada Allah (2) Karya Allah Dideskripsikan (3-9) Kauletakkan Dasar Kekuatan (3) Allah Menciptakan Alam Semesta (4) Allah Mengistimewakan Manusia (5-9) Keistimewaan Manusia dipertanyakan (5) Tindakan Kontras Allah Terhadap Manusia Membuatnya Hampir Sama Seperti Allah Membuat Dia Berkuasa Atas Buatan Tangan-Mu Meletakkan Segala Sesuatu Di Bawah Kakinya Penutup III. SARAN APLIKATIF Beriman Kepada Allah Mengingat Allah Memuliakan Allah Mengasihi Allah Menaati Allah KESIMPULAN BIBLIOGRAFI

BAB I LATAR BELAKANG TEKS Untuk memahami suatu bagian dalam Alkitab seharusnyalah setiap penafsir mengawali penyelidikannya dengan menelaah latar belakang bagian yang diselidiki, sehingga dengan demikian dapat menjadikannya bahan pertimbangan ketika mencari arti yang dimaksudkan penulis teks tersebut. Sebab memang pada dasarnya pengertian sebuah tulisan sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya, tentunya dalam berbagai sisi. Bertitik tolak dari keyakinan di atas maka pada bab ini penulis ingin memaparkan terlebih dahulu latar belakang teks Mazmur 8 sebagai penelitian awal terhadap frasa hampir sama seperti Allah. Adapun pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal berhubungan dengan latar belakang Mazmur ini seperti, kepenulisan, jenis dan bentuk. Penulis Mengamati keterangan internal pada ayat 1 dapatlah dipastikan bahwa Mazmur 8 ini merupakan salah satu karya penyair besar pada masa itu, yaitu Daud, raja Israel yang kedua. Sekalipun dalam banyak terjemahan,1 preposisi l. diterjemahkan sebagai petunjuk kepemilikan, beberapa ahli tetap merasa ragu akan hal tersebut.2 Keraguan tersebut tidak dapat dipersalahkan sebab dalam Septuaginta diberi artikel tw/|, yang dapat diartikan kepada, di, di dalam, serta dengan cara, ini berarti preposisi l bukan hanya dimengerti sebagai petunjuk milik tapi juga sebagai penerima atau juga keterangan instrumen untuk kata benda yang mengikutinya.

Computer prog. BibleWorks 6. [CD ROM]

Dengan mengabaikan keterangan internal pada ayat 1, Marie Claire Barth dan B.A. Pareira mengungkapkan keraguan mereka dengan berkata, kapan madah ini digubah dan siapa pengarangnya tidak dapat dipastikan. Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur: Pembimbing dan Tafsirannya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 2:170. 3

Namun untuk memastikan kepenulisan Mazmur ini, dengan membandingkan beberapa sumber, penulis lebih cenderung untuk meyakini bahwa penulis dari mazmur ini adalah Daud sendiri. Jenis Mencermati ungkapan pemazmur dalam ayat 4, dapat dirasakan bahwa Mazmur ini lahir dari pertemuan dengan alam semesta yang membuat seseorang terhanyut dalam kekaguman, terutama pada malam hari. Mazmur jenis ini menceritakan keagungan Tuhan, Allah Israel yang kebesarannya sangat nyata lewat karya-karya-Nya. Mazmur yang disebut dengan istilah madah ini pada umumnya tersistematis dalam tiga bagian yaitu, pertama, undangan atau pernyataan pengarang untuk memuji Tuhan sebagai pembukaan; kedua, motif pujian: ini merupakan unsur pokok; dan ketiga, penutup; ini dapat berupa undangan untuk kembali menuju Tuhan, pengharapan supaya Tuhan tetap di puji, rumus persembahan , rumus berkat, pernyataan kepercayaan dan permohonan.3 Bentuk Berdasarkan pembukaan dan penutupnya yaitu pada ayat 2a dan ayat 10 kemungkinan besar mazmur ini dinyanyikan oleh jemaah atau sekelompok jemaah secara bersama-sama. Hal ini terlihat dari ungkapan Tuhan kami yang digunakan. Namun tidak menutup kemungkinan kata kami juga menunjuk pada kesatuan pemazmur dengan Israel secara keseluruhan. Selanjutnya untuk ayat 4-9, yang merupakan inti nyanyian, kemungkinan dinyanyikan oleh solo. Bertitik tolak dari itu, mazmur ini dibawakan oleh sekelompok orang namun divariasikan dengan bentuk solo, seperti layaknya beberapa paduan suara modern.4 Demikian beberapa hal signifikan mengenai mazmur ini berhubungan dengan latar belakang, yang tentunya akan dijadikan salah satu acuan bagi penyusunan analisa terhadap mazmur 8 ini.

3 4

Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:52-53. Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:170. 4

BAB II TINJAUAN TEKS Demi lengkapnya pengetahuan tentang Mazmur 8 ini, sangatlah penting untuk menelaahnya secara keseluruhan. Itulah sebabnya pangamatan terhadap bagian demi bagian dari ayat pertama hingga yang terakhir, menurut penulis, merupakan langkah yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pendahuluan (1) Sebagaimana telah disinggung pada bab 1 bahwa, ayat ini merupakan bagian yang menunjuk pada latar belakang mazmur yang juga dapat dikatakan sebagai pendahuluan. Keterangan, Gitit kemungkinan adalah sebuah istilah musikal dalam paradigma Ibrani yang menerangkan identitas sebuah nyanyian.5 Bagian ini merupakan petunjuk tentang latar belakang pujian ini secara keseluruhan. Pada bagian ini jelas tercatat penulis mazmur ini. Berbicara tentang penulisan sebuah lagu atau secara spesifik mazmur, Daud merupakan orang yang cukup produktif. Daud telah mengkaryakan begitu banyak lagu sebagai pengungkapan isi hatinya, ia menuangkan dalam mazmur segala kekagumannya, kegembiraannya, kesedihannya dan sebagainya. Pujian Langsung Kepada Allah (2) Bagian ini menunjukan betapa mudahnya Allah memajang kemuliaan diriNya, sehingga pemazmur dengan penuh kesadaran menaklukan dirinya dihadapan Allah dengan penuh kerendahan hati dan penghormatan, dihadapan Allah yang adalah Tuhan atas umat-Nya: ya Tuhan, Tuhan kami! 6

The Devotional Study Bible (t.k.: The Zondervan Bible Publishers, 1999), 470.[Terj. Langsung. Selanjutnya setiap literatur asing diterjemahkan langsung oleh penulis] 6 Matthew Henry Commentary dalam Computer Prog. BibleWorks 6 [CD ROM] 5

Istilah adonenu menunjukan bentuk orang pertama jamak yang menghasilkan terjemahan Tuhan kami dalam terjemahan bahasa Indonesia. Tanpa kami bunyi kata ini adalah adonay yang terdapat 439 kali dalam Perjanjian Lama dengan 54 kali di antaranya dapat ditemukan dalam mazmur.7 Penggunaan istilah ini secara umum untuk menunjukan seorang yang berkuasa. Lawan katanya ialah hamba atau bawahan. Istilah ini paling sering dipakai oleh seorang yang berkedudukan lebih rendah, yaitu ketika menyapa seorang yang lebih tinggi darinya dalam hal kedudukan. Bahkan terkadang istilah ini hanya digunakan sebagai suatu gelar kehormatan untuk seseorang yang berkedudukan tinggi. Namun seruan Tuhan kami dalam bagian ini tentunya memiliki arti yang lebih dalam dari sekadar gelar kehormatan. Madah ini dijiwai oleh suatu sikap penyembahan yang sangat dalam kepada Tuhan yang agung, dengan demikian seruan ini mengandung arti pengakuan akan TUHAN sebagai satu-satunya Tuhan, yakni Tuhan yang mangatasi segala tuhan, Tuhan segala sesuatu yang kepada-Nya patut diberi segala pujian dan penyembahan.8

Karya Allah Dideskripsikan (3-9) Penulis melihat bagian ini (3-9) sebagai suatu pendeskripsian hal-hal luar biasa yang telah Allah kerjakan, sebab pada bagian inti ini pemazmur mendaftarkan tindakan-tindakan hebat yang telah dilakukan oleh pribadi yang paling berkuasa dan agung yaitu Allah sendiri. Kauletakkan Dasar Kekuatan (3) Dalam ayat 3 betapa hebatnya kekuatanNya diproklamirkan melalui makhluk yang paling lemah di antara ciptaan-Nya: dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan dendam.9
7

Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:171. Ibid. Henry Commentary, dalam BibleWorks 6 [CD ROM] 6

8 9

Di sini Tuhan membuktikan keperkasaan-Nya yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh apapun di luar Dia. Ia dapat memakai apa saja sebagai media untuk mendemonstrasikan kekuatannya. Ia dapat menggunakan sesuatu yang paling lemah dalam pandangan manusia untuk mengerjakan hal-hal besar dan luar biasa. Kebenaran ini kembali diteguhkan oleh Paulus dengan berkata, Sebab memang Allah sengaja memilih yang dianggap bodoh oleh dunia ini, supaya orang-orang pandai menjadi malu. Dan Allah memilih juga yang dianggap lemah oleh dunia ini, supaya orang-orang yang gagah perkasa menjadi malu.10 Allah Menciptakan Alam Semesta (4) Pada bagian ini kedahsyatan dan keagungan Tuhan dinyatakan lewat kemegahan langit. hal inilah yang sebenarnya menjadi titik tolak lahirnya madah yang indah ini. Keindahan langit pada malam hari seakan memaksa pemazmur untuk menyusun kata-kata luar biasa sehingga menjadi madah yang sangat mengesankan. Keindahan langit pada malam hari membuat pemazmur tercengang, dia memperhatikan serta memikirkan tentang cara Sang pencipta itu menciptakan dan menyusun benda-benda angkasa dengan sangat variatif namun teratur sehingga menjadikannya nampak begitu indah. Kemegahan Sang Pencipta itu terbentang pada maha karya-Nya yang sungguh tak tertirukan oleh siapapun. Dengan mengagumi ciptaan-Nya, pemazmur sekaligus mengagumi Panciptanya, sebab kekagumannya itu telah menunjukan pribadi yang ada dibalik mahakarya itu. Allah Mengistimewakan Manusia (5-9) Dalam kekagumannya terhadap benda-benda angkasa ternyata pamazmur juga sadar dengan keberadaannya yang begitu nyata diberi tempat lebih dari ciptaanciptaan yang megah itu. Namun kesadaran ini diawalinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang menunjukan kebingungan yang mendalam. Keistimewaan Manusia dipertanyakan (5)
10

1 Korintus 1:27 (Terj. Bahasa Indonesia Sehari-hari) 7

Secara gramatika ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu berdiri sebagai bagian dari kalimat sebelumnya. Syarat yang diungkapkan melalui kata jika pada ayat sebelumnya telah memunculkan pertanyaan yang sebenarnya ingin menerangkan betapa rendahnya keadaan manusia itu. Dengan mempertimbangkan konteks dalam kalimatnya, dua kata kerja yaitu mengingat dan mengindahkan11 yang dituliskan dalam bentuk qal imperfek12 sangat cocok jika dipahami sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Hal ini menunjukan kualitas dari tindakan Allah terhadap manusia yang menjelaskan betapa Allah menaruh manusia sebagai makhluk khusus di hadapan-Nya. Kepeduliaan Allah terhadap manusia telah dianggap berlebihan oleh pemazmur, sebab kepedulian Allah terhadap manusia bukan saja dikerjakan dalam waktu yang singkat dari segi waktu dan sedikit dari segi jumlah, namun lebih dari itu telah dilakukan berulang-ulang secara terus-menerus dari segi volume. Adapun anggapan pemazmur akan ketidakpantasan manusia untuk menerima perlakuan istimewa dari Allah terlihat dari kata enosy yang digunakannya. Kata ini memang sedang menjelaskan tentang manusia namun penjelasan itu sekaligus menunjukan manusia dalam kelemahan dan kehinaannya.13 Bagian ini juga sangat menarik karena dalam pertanyaannya, pemazmur tidak menggunakan kata tanya siapa tentang manusia untuk menunjukan eksistensinya sebagai pribadi, namun pemazmur bertanya dengan kata apakah untuk menjelaskan keberadaan manusia sebagai benda, yang pada dasarnya juga menduduki posisi ciptaan Allah seperti benda-benda lainnya. Jadi secara sederhana, pemazmur ingin bertanya, apa perbedaan manusia dengan ciptaan yang lain? Tindakan Kontras Allah Terhadap Manusia

Kata ini juga dapat diterjemahkan dengan memakai kata peduli atau care dalam terjemaahan oleh John Joseph Owen, dalam Analitycal Key To The Old Testament (Grand Rapids: Baker Book House, 1991), 3:268.
12

11

Dalam paradigma bahasa Ibrani qal imperfek pada dasarnya dipakai untuk suatu kegiatan yang belum selesai. Namun secara spesifik, qal imperfek terbagi manjadi tiga kualitas kegiatan, pertama, kegiatan di masa depan; kedua, kegiatan yang berulang; dan ketiga, kegiatan/tindakan yang diingini, seperti semoga atau kiranya. Carl Reed, Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani, MA.Miss.:2006, 35,36. 13 Kata ini kemungkinan besar diambil dari akar kata nash yang secara literal berarti lemah, sakit. R. Laird Harris, peny., enosh oleh Thomas E. Mccomiskey dalam Theological Wordbook Of The Old Testament (Chicago: Moody Press, 1980), 1:59. 8

Pada bagian sebelumnya memang terlihat sangat beralasan jika manusia itu dikatakan tidak layak untuk diistimewakan. Namun deskripsi tentang ketidaklayakan manusia yang sangat logis itu kemudian diikuti oleh kata pengontras namun, yang secara langsung meruntuhkan pernyataan sebelumnya. Kata ini ingin menjelaskan sesegera mungkin bahwa, memang manusia adalah sangat tidak layak untuk diistimewakan namun. . ., kemudian diikuti oleh beberapa hal yang merupakan alasan pembatalannya. Kata ini dipakai oleh pemazmur untuk membuktikan betapa berbedanya pikirannya dengan pikiran Allah. Beberapa yang menutupi ketidaklayakan manusia itu kemudian didaftarkan pada bagian selanjutnya. Membuatnya Hampir Sama Seperti Allah Adapun kalimat yang mengikuti kata pengontras tersebut terlihat unik dan menarik untuk dicermati. Kalimat Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah ini telah menciptakan berbagai macam pengertian. Para penerjemah telah berusaha menjelaskan bagian ini sebaik mungkin untuk menghasilkan terjemahan yang paling logis. Beberapa ahli terlihat sepakat menerjemahkan bagian ini dengan Engkau menciptakannya sedikit lebih rendah dari para malaikat.14 Memang terlihat cukup masuk akal jika manusia diposisikan sedikit lebih rendah dari para malaikat, namun sepertinya pengertian demikian terlalu dipaksakan sebab sangat jelas bahwa kata yang dipakai untuk malaikat berbeda dengan kata untuk Allah. sementara kata yang diterjemahkan malaikat di atas memakai istilah ~yhi_l{a/ yang berarti Allah bukan malaikat. Sedikit berbeda dengan terjemahan-terjemahan sebelumnya, dalam The Bible in Basic English(1949/64) bagian ini diterjemahkan For you have made him only a little lower than the gods,15 terlihat bahwa kata lhm diterjemahkan allah dengan huruf kecil pada awal kata, serta memakai bentuk jamak yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan para allah atau lebih tepat para ilah. Sekali lagi pemahaman yang terlihat
14

Beberapa terjemahan seperti King James Version(1611/1769) with codes (For thou hast made him a little lower than the angels), LXX English tranlation (Brenton) (Thou madest him a little less than angels,) juga tentunya Septuaginta (hvla,ttwsaj auvto.n bracu, ti parV avgge,louj do,xh| kai. timh/| evstefa,nwsaj auvto,n ) secara langsung dapat dipahami dalam pengertian yang sama. BibleWorks 6 [CD ROM]
15

Terjemahan ini di ambil dari BibleWorks 6.[CD ROM] 9

masuk akal ditemukan di sini, namun yang menjadi pertanyaan adalah, adakah Allah juga menciptakan para allah? kemudian membuat perbandingan dengan manusia. Sementara Ia sendiri melarang adanya allah lain? (band. Kel. 20:3 dalam terj. Bahasa Indonesia Sehari-hari). Agak membingungkan sebab apabila dianalisa lebih jauh, pemahaman ini memberi kesan adanya ilah-ilah yang diciptakan Allah dengan posisi di atas manusia. Selain itu, ada juga yang menerjemahkan Yet you have made him a little lower than the heavenly beings (English Standard Version -2001).16 Terjemahan ini terlihat lebih netral dari pada beberapa di atas. Hanya saja sedikit membingungkan di sini adalah, apa yang dimaksud dengan mahluk surgawi itu. Penterjemahan seperti ini dapat dipahami dengan pengertian yang kurang lebih sama dengan yang sebelumnya. Maksud dari Heavenly beings itu sendiri terlihat kurang lengkap untuk memahami bagian ini. Memang harus diakui bahwa, terjemaahan yang paling benar tidak akan pernah ditemukan. Namun demikian usaha untuk membuat perbandingan terhadap beberapa terjemahan dapat menolong para penafsir untuk dapat mendekati bunyi asli. Beranjak dari itu, setelah mengamati beberapa terjemahan penulis menemukan sedikit penerangan tentang bagian ini. Owen memahami bagian ini dengan menerjemahkan Yet You made him inferior only to (God) yourself.17 Ternyata tidak ada pertentangan yang berarti di antara beberapa terjemahan sebelumnya, yang ada hanyalah sedikit ketidakjelasan pengertian. Berhubungan dengan itu, penulis melihat suatu titik terang dari apa yang dipahami oleh Owen, yang menunjukan pengertian yang cukup netral, jelas untuk dipahami serta memenuhi kriteria penafsiran theological.18 Kalimat Yet You made him inferior only to (God) yourself menunjukan ketundukan manusia yang tidak berlaku terhadap apapun kecuali Allah sendiri. Tidak ada bagian Firman Tuhan yang menolak hal ini. Bahkan Barth dan Pareira mendukung hal ini dengan berkata,

16 17

Ibid. Jhon Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament (Grand Rapids:Baker Book House,

2000), 3:268.
18

Salah satu metode yang harus dipakai dalam penafsiran adalah metode theological, yaitu metode mempelajari Alkitab dengan cara mempertimbangkan suatu bagian dengan mengkomparasikannya terhadap bagian Firman Tuhan lainnya. Greg Gripentrog, Diktat Kuliah Metode Mempelajari Alkitab, Th.:t.t., 5. 10

Pada hemat kami, elohim haruslah diterjemahkan dengan Allah, karena dalam ayat 6b-9 pemazmur berbicara tentang keluhuran rajawi manusia atas ciptaanciptaan yang lain. Dalam Alkitab tidak ada teologi tentang keluhuran rajawi para allah atau para penghuni surgawi. Yang ada hanyalah tantang keluhuran rajawi Allah.19 Hal ini sekaligus juga menerangkan posisi yang menunjukan hubungan antara Allah dengan manusia ciptaan-Nya,20 yang seharusnya tidak layak tetapi diberi-Nya posisi istimewa, dimana hanya kepada Allah saja ia harus tunduk (lih. Kel. 20:3 dalam terj. Bahasa Indonesia Sehari-hari). Jelasnya kalimat ini ingin menjelaskan bahwa, memang manusia tidak berbeda dengan ciptaan yang lain dari sudut pandang dirinya sebagai ciptaan Allah, namun secara posisi, Allah telah memberinya tempat istimewa, yaitu tepat di bawah posisi Allah sendiri, itulah sebabnya hanya kepada Allah saja manusia itu harus menundukan dirinya. Memahkotainya Dengan Kemuliaan dan Hormat Bagian ini merupakan alasan kedua tentang pengistimewaan manusia oleh Allah. Martabat manusia nyata dalam kalimat ini,21 sekaligus menandai manusia itu sebagai lebih unggul di atas ciptaan-ciptaan lainnya.22 Sumber kemuliaan dan kehormatan jelas diungkapkan di sini, martabat manusia bukanlah berasal dari dirinya sendiri tetapi hanyalah dari Allah saja. Hal ini menyebabkan manusia tidak dapat merasa bangga akan dirinya di hadapan Allah, sebab hal tersebut merupakan hal yang memalukan, yaitu menyombongkan suatu barang di hadapan Pemberinya. Membuat Dia Berkuasa Atas Buatan Tangan-Mu

19

Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:173.


20

Charles F. Pfeiffer, dan Everett F. Harrison, peny., Tafsiran Alkitab Wycliffe (Malang: Gandum Mas, 2005), 2:129. 21 Ibid.
22

Leslie S. MCaw dan J.A. Motyer, Mazmur dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), 2:133. 11

Dalam Kejadian 1:28, setelah menciptakan manusia, dikatakan bahwa, selain Allah mengamanatkan kepada manusia untuk memenuhi bumi, Ia juga memberikan wewenang kepada manusia untuk menaklukan dan menguasainya. Manusia telah dipercayakan Allah segenap alam semesta ciptaan-Nya, baik yang bergerak maupun tidak. Pemazmur mengetahui dan bahkan sangat paham terhadap Firman Tuhan dalam Kejadian 1:28 tersebut, itulah sebabnya kalimat yang menunjukan ungkapan syukur tersebut dinaikan lewat Mazmur yang indah ini. Pada bagian ini, keluhuran manusia juga dipaparkan. Dalam kekuasaan yang diberikan Tuhan kepadanya, pengistimewaan terhadap manusia itu dinyatakan secara tegas. Meletakkan Segala Sesuatu Di Bawah Kakinya Sebelumnya Dikatakan bahwa manusia telah dibuat berkuasa atas buatan jari-Mu, hal ini tentunya menunjuk pada setiap ciptaan Tuhan yang dikenal oleh pemazmur pada masa itu. Penegasan terhadap penguasaan manusia ditambahkan dengan kalimat berikutnya yang berkata, segala-galanya telah Kau letakkan dibawah kaki-nya. Ketidak-terbatasan penguasaan manusia terhadap segala ciptaan ditunjukan di sini. Sebab tentunya yang dimaksud dengan segala-galanya adalah segala sesuatu tanpa terkecuali. Dalam hal ini berbicara pada konteks alam semesta yang dapat dideteksi oleh indera manusia. Memang ada orang yang menghubungkan bagian ini dengan kekuasaan yang dimiliki Yesus,23 namun jika memang ini sedang membicarakan Yesus, mengapa Firman Tuhan sendiri seakan mempertanyakan kelayakan penerimaan kuasa tersebut? Bukankan kekuasaan Kristus memang layak untuk dimilikinya? Jadi menurut penulis bagian ini tidak sedang membicarakan Pribadi Sempurna itu melainkan sedang membicarakan kekuasaan yang diterima olah manusia secara keseluruhan. Keyakinan ini lebih dimantapkan dengan melihat kalimat-kalimat berikutnya yang mendaftarkan beberap hewan yang mewakili setiap jenis yang ada. Pertama, kambing domba dan lembu sapi yang mewakili setiap hewan ternak; kedua, dikatakan binatang-binatang di padang yang menunjuk pada segala jenis binatang liar; ketiga, burung-burung di udara yang mewakili segala jenis unggas; serta keempat, ikan-ikan di
23

Lih. Matthew Henry, Concise Commentary On The Whole Bible (Illionis: Moody Press, 1995),356-266. 12

laut, dan apa yang melintasi arus lautan yang menunjuk pada segala jenis hewan yang hidup di air, tentunya dari yang kecil hingga yang berukuran raksasa. Penutup Ayat 10 yang berbentuk reffrein dari pujian ini merupakan bagian yang menutup kalimat-kalimat indah tersebut. Kekaguman atas karya Tuhan yang dahsyat dan agung telah dinaikan dengan cara membandingkannya dengan manusia yang lemah dan hina.

BAB IV SARAN APLIKATIF

Adalah suatu prinsip yang tidak dapat ditawar bahwa, penelaahan terhadap Firman Tuhan haruslah berujung pada aksi, sebab hal tersebut merupakan wujud nyata pertanggung-jawaban.24 Bertitik tolak pada keyakinan tersebut, pada bagian ini penulis ingin memaparkan beberapa hal penting sebagai suatu kontribusi, yang tentunya berdasarkan apa yang telah dibicarakan panjang lebar pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini, beberapa pokok berkenaan dengan sikap-sikap yang seharusnya dimiliki setiap orang percaya akan berusaha diuraikan. Demikian uraian berikut merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam pemahaman penulis sebab hal ini berupa tanggung-jawab25 yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya.
24

tanggung jawab yang dimaksudkan penulis di sini adalah pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan dari sebuah hasil penelitian terhadap Firman Allah.
25

Sedangkan tanggung jawab yang penulis maksudkan di sini adalah berkenaan dengan perilaku tiap-tiap orang percaya sebagai pengikut Kristus yang telah menerima anugerah dan 13

Beriman Kepada Allah Percaya sepenuhnya kepada Allah adalah salah satu hal yang membuat hati Allah disenangkan. Kepercayaan yang penuh tanpa peduli terhadap keadaan yang nyata secara kasat mata telah dicontohkan para rasul pada masa pelayanan mereka. Dalam berbagai macam tantangan yang seharusnya meruntuhkan keyakinannya kapada Allah, Paulus berkata, Seba itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia bathiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan. Karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.26 Pernyataan penuh keyakinan tersebut tentunya bukanlah sesautu yang tidak memililiki dasar. Keyakinan seperti ini menunjuk pada kesadaran penuh akan pribadi Allah yang sangat jauh dari ketidaksempurnaan. Rick Warren membahas pokok ini secara jelas dengan menguraikan sikap Nuh ketika Allah mendatanginya dalam Kejadian 6. Warren berkata, alasan . . . Nuh menyenangkan Allah adalah karena ia mempercayai Allah bahkan ketika hal tersebut tidak masuk akal.27 Nyata bahwa dengan percaya sepenuhnya kepada Allah, seseorang dapat menunjukan sikap tanggung-jawabnya kepada Allah. Mengingat Allah Pada dasarnya manusia memang memiliki sifat melupakan yang akut, hal ini sangat terbukti sebab faktanya ada sekian banyak orang yang bahkan lupa kepada
pengistimewaan dari Allah. 26 2 Kor 4:16-18
27

Hal ini juga didasarinya dengan Ibrani 11:7 dalam terjemahan The Message (Colorado Springs: Navpress, 1993) yang berkata, karena iman, Nuh membangun bahtera di tengah-tengah tanah kering. Ia diperingatkan tangan sesuatu yang tidak kelihatan, lalu ia bertindak sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya . . . sebagai hasilnya, Nuh menjadi akrab dengan Allah. Rick Warren, The Purpose Driven Life (Malang: Gandum Mas,2005), 72. 14

penciptanya sendiri. Hal seperti ini begitu penting untuk dicermati karena juga telah melibatkan orang percaya pada umumnya. Sifat melupakan sering kali sangat rentan terjadi dalam situasi-situasi tertentu yang masing-masing berbeda bagi tiap-tiap orang. Sebagian orang sering menjadi lupa terhadap Allah ketika berada dalam situasi sulit. Dalam tekanan yang terlalu hebat banyak orang yang kehilangan pegangan sehingga mereka sampai pada titik lupa kepada siapa mereka harus berpegang. itulah sebabnya dalam situasi ini pemazmur berkata, Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku. Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu . . ..28 Dalam bagian ini terlihat bahwa kenyataan akan sifat melupakan Allah juga dipahami oleh pemazmur. Namun pada sisi lain, ada banyak orang yang melupakan Allah dalam situasi yang menyenangkan. Kecenderungan ini membuat Pengkhotbah mengingatkan bahwa, Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakan: tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!. . ..29 Ada begitu banyak fenomena yang muncul karena realita ini, dengan demikian bukanlah sesuatu yang tidak penting bagi setiap orang percaya untuk kembali berefleksi tentang ingatannya kepada Penciptanya, yang bukan saja telah menciptakannya namun lebih dari itu telah memposisikannya lebih dari segala ciptaan lain serta membebaskannya dari segala tuntutan akibat dosa. Memuliakan Allah Pada dasarnya Allah adalah mulia. Dalam segala hal Allah tidak akan pernah didapati tidak mulia, sebab berbicara kemuliaan Allah berarti sedang berbicara tentang eksistensinya sebagai Yang Maha Mulia. Terlihat dalam banyak kasus yang tercatat di

28

Mazmur 42:6-7. Pengkhotbah 12:1. 15

29

Alkitab, kehadiran Allah senantiasa disertai dengan kemuliaan-Nya.30 Bahkan Allah memproyeksikan kemuliaan-Nya kepada manusia.31 Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah, seringkali manusia, secara global, bahkan orang percaya, secara khusus, tidak menyadari akan realita tentang kemuliaan Allah dan kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia itu sendiri. Mereka bukan saja tidak menyadari tetapi lebih dari itu menyangkalinya. Banyak orang sering berpikir bahwa dirinya sangat mulia dan segala yang dapat mereka lakukan adalah hasil keringat mereka sendiri tanpa campur tangan Allah, sedangkan pada kenyataannya manusia telah kehilangan kemuliaan akibat dosa.32 Jadi sebenarnya manusia tidak lagi memiliki kemuliaan itu. Segala kemuliaan adalah milik Allah. Kenyataan yang ironi di atas mendorong pemazmur untuk mengingatkan umat Tuhan bahwa, berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya.33 Pada kenyataannya hal ini sangat penting untuk dikumandangkan. Manusia perlu untuk mengerti dengan sangat bahwa penghormatan tertinggi hanyalah milik Allah semata. Memang seklipun manusia tidak memuliakan Allah, Dia tetap mulia. Namun penting bagi manusia untuk memuliakan34 Allah sebagai ungkapan terima kasihnya atas segala anugerah yang tidak pernah terduga dari Allah. Secara kongkrit, tiap-tiap orang harus melakukan segala aktivitasnya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Mengasihi Allah Berdasarkan analisanya terhadap beberapa ayat Firman Tuhan Walter A. Elwell berkata, kasih akan Allah adalah suatu kewajiban.35 Menurut penulis, pernyataan di atas sangatlah benar, sebab dalam banyak bagian Firman Tuhan hal ini
30

Lih. R.E. Nixon, Mulia, Kemuliaan dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih/OMF, 2004), peny., H.A. Oposunggu, pen., J.M. Pattiasina, 2:98.
31

Band. 1 Kor. 11:7.

32

Lih. Roma 3:23. Mazmur 29:2; 96:8.

33

34 35

Kemuliaan yang dimaksud penulis adalah menaruh rasa hormat yang tertinggi kepada Allah. Walter A. Elwell, Peny., Analisa Topikal Terhadap Alkitab (Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001), jil. 4, bag. Keselamatan, Pengudusan dan Kehidupan Kristen, pen., Andree Kho dan Caprili Guanga, 326. 16

telah ditegaskan, bahkan Yesus sendiri ketika ditanyai tentang hukum yang terutama berkata, Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.36 Tentunya yang dimaksud hukum dalam bagian ini menunjuk pada perintah yang bersifat mutlak dalam huku taurat. Dengan demikian pada jawaban Yesus ini jelas bahwa mengasihi Allah merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap manusia, teristimewa umat-Nya. Allah telah membuktikan kasih-Nya dengan mengorbankan milik-Nya yang paling berharga, hanya untuk mengembalikan kehidupan yang dahulu dihilangkan oleh manusia sendiri karena dosa yang diperbuatnya.37 Hal inilah yang harus menjadi acuan bagi kasih setiap orang. Seseorang harus mengasihi Allah karena Allah telah mengasihinya terlebih dahulu. Bagi tiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan, mengasihi Allah bukanlah sesuatu yang dilakukan untuk mengejar upah namun sebaliknya, bagi tiap-tiap orang percaya, mengasihi Allah adalah aksi untuk menunjukan rasa terima kasih, sebab Allah telah mengasihinya terlebih dahulu. Allah telah mengkreasikan segalanya untuk manusia, jadi bagaimanapun juga manusia harus mengasihi Allah tanpa syarat. Menaati Allah Seharusnya beberapa hal yang telah diuraikan di atas dapat menghasilkan tindakan yang lebih riil yaitu sikap taat dalam mengaksikan perintah Allah. Warren berkata, segala sesuatu harus dikerjakan sama seperti yang Allah tentukan.38 Hal ini benar, sebab jika tidak demikian, seseorang tidak sedang menaati Allah. Dalam memberikan arahan, Allah tidak pernah membuat manusia bingung karena ketidakjelasan pesan. Allah senantiasa membuatnya sangat nyata sehingga tidak beralasan sama sekali apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang Allah ingin ia lakukan dengan tidak tepat. Menaati Allah bukanlah sesuatu yang dapat ditawar, Allah tidak memerlukan penjelasan atau alasan untuk segala sesuatu yang Dia minta agar dilakukan. Pemahaman dapat berjalan dalam waktu yang cukup panjang namun tidak
36

Matius 22:37-38. Lih. Yohanes 3:16. Warren, The Purpose, 73. 17

37 38

demikian dengan ketaatan, sebab ketaatan yang segera akan mengajarkan seseorang lebih banyak tentang Allah.39

KESIMPULAN Mazmur ini mengummandangkan kedahsyatan dan keagungan Tuhan pencipta semesta alam yang memperhatikan manusia yang lemah dan secara bendawi tidak berbeda dengan ciptaan-ciptaan lain. Namun Allah dalam kebesarannya telah
39

Ibid., 74. 18

mengistimewakan manusia dengan kemuliaan-Nya. Manusia telah ditempatkan pada posisi yang paling tinggi di antara ciptaan yang lain. Manusia telah diberi otoritas untuk menguasai segala yang Allah ciptakan dimuka bumi ini. Itulah sebabnya, seharusnyalah manusia menyadari akan realita tersebut dengan memfokuskan diri kepada Allah sebagai ungkapan terima kasih, karena tak terbalaskannya anugerah yang Ia telah limpahkan bagi manusia. Manusia dituntut untuk senantiasa mengekpresikan diri dalam ungkapan syukur di hadapan Allah. Akhirnya, terhadap makalah ini, penulis memohon kritik dan saran yang konstruktif sehingga di masa mendatang bisa terkaryakan tulisan-tulisan yang lebih maksimal.

BIBLIOGRAFI Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999. Terjemahan-terjemahan Alkitab dalam BibleWorks 6. [CD ROM] The Devotional Study Bible. T.k.: The Zondervan Bible Publishers, 1999 [Terj. Langsung. Selanjutnya setiap literatur asing diterjemahkan langsung oleh penulis] Barth, Marie Claire dan B.A. Pareira. Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur: Pembimbing dan Tafsirannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
19

Elwell, Walter A. Peny., Analisa Topikal Terhadap Alkitab. Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001. jil. 4, bag. Keselamatan, Pengudusan dan Kehidupan Kristen, pen., Andree Kho dan Caprili Guanga. Gripentrog, Greg. Diktat Kuliah Metode Mempelajari Alkitab, Th.:t.t. Harris, R. Laird peny., enosh oleh Thomas E. Mccomiskey dalam Theological Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody Press, 1980. jil., 1. MCaw, Leslie S. dan J.A. Motyer. Mazmur dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994. jil., 2. Matthew Henry Commentary dalam BibleWorks 6 [CD ROM] Nixon, R.E. Mulia, Kemuliaan dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jil. 2. Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih/OMF, 2004. disunting oleh, H.A. Oposunggu, diterjemahkan oleh., J.M. Pattiasina. Owen, John Joseph. Analitycal Key To The Old Testament. Grand Rapids: Baker Book House, 1991. jil., 3. Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison, peny. Tafsiran Alkitab Wycliffe. Malang: Gandum Mas, 2005. jil., 2. Reed, Carl. Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani, MA.Miss.:2006. Warren, Rick. The Purpose Driven Life. Malang: Gandum Mas,2005.

20

You might also like