You are on page 1of 17

PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN, KONSEKUENSI EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN DAN MANAJEMEN LABA

Disusun Oleh:

1. PUTRI CAHYA M. 2. PUTRI ZANUFA S. 3. IRMAN MAMULATI

126020310111005 126020310111009 1260203101110010

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012 PENDAHULUAN Tujuan pelaporan keuangan diarahkan untuk memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran standar akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu badan usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas. Financial Accounting Standard Board (FASB) juga mengakui bahwa tujuan pelaporan keuangan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, hukum, politik, lingkungan sosial, karakteristik dan keterbatasan jenis informasi yang bisa disediakan oleh laporan keuangan. Terdapat fenomena manajemen laba (earnings management) dalam pelaporan keuangan suatu badan usaha. Fenomena ini muncul karena standar-standar yang ditetapkan regulator secara tidak langsung masih memberikan kesempatan kepada manajemen untuk melakukan pilihan standar agar perlakuan akuntansi yaitu pengakuan dan pengukuran sesuai dengan yang mereka inginkan. Salah satu prinsip akuntansi yang sangat bermanfaat dalam menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu prinsip akrual justru mengandung kelemahan, yaitu memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba. Terdapat beberapa pendapat tentang manajemen laba. Yang pertama, manajemen laba terjadi ketika eksekutif suatu badan usaha menggunakan kebijakan dalam menyusun laporan keuangan dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan. Tujuannya adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka- angka akuntansi yang dilaporkan. Kedua, memandang earnings management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu badan usaha dalam jangka panjang. Pandangan ini tidak saja terbatas pada perilaku manajer tetapi lebih luas yaitu mencakup seluruh tindakan yang dilakukan manajemen dalam mengelola earnings, yang meliputi pemilihan kebijakan akuntansi serta keputusan operasi perusahaan. Yang ketiga, menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi karena terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan para pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba akuntansi. Adanya hubungan antara manajemen laba dengan pemilihan metode akuntansi, maka manajemen laba dapat diartikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen akrual diskresioner dalam menentukan besarnya laba perusahaan.

KERANGKA DASAR Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi: a. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya; b. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan; c. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan d. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansikeuangan. Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements, yang selanjutnya hanya disebut "laporan keuangan"), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang- kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun dem ikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Laporan keuangan dengan tujuan khusus seperti prospektus, dan perhitungan yang dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak termasuk dalam kerangka dasar ini. Kerangka dasar ini berlaku untuk laporan keuangan untuk semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta. Perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan. Struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa tingkatan sebagai beikut: 1. Pada tingkatan teori tertinggi Dalam kerangka konseptual menyatakan ruang lingku dan tujuan pelaporan keuangan 2. Pada tingkatan selanjutnya Mendefinisikan dan mengidentifikasikan karakterisitik kualitatif dari informasi keuangan dalam elemen laporan keuangan

3. Pada tingkat operasional yang lebih rendah Berkaitan dengan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tentang pengukuran dan elemen laporan keuangan Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainnya. Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan kerangka kerja untuk memecahkan masalahmasalah praktis baru yang muncul (masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya banding laporan keuangan antar perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan yang yang diungkapkan dalam kerngka konseptual adalah: 1. Kegunaan Tujuan menyeluruh pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang menyeluruh bagi pembuat keputusan 2. Kepemahaman Tujuan kepemahaman membuat pemakai laporan keungan mengertri tentang akuntansi dan bisnis 3. Target audience: kreditor dan investor Walaupun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan. Tetapi target utama adalah investor dan kreditor 4. Penilaian arus kas masa yang akan datang Para investor dan kreditor tertarik pada arus kas masa yang akan datang dengan begitu mereka bisa tau bunga dan pokok pinjaman 5. Mengevaluasi sumber daya ekonomi

Pelaporan keungan seharusnya menyajikan aktiva, kewajiban, dan modal pemilik perusahaan untu mengetahui atau mengevaluasi kelemahan dan kekuatan laporan keuangan 6. Fokus pada laba Informasi tentang laba yang diukur secara akrual biasanya lebih dapat meramalkan kelangsungan perusahaan.

LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang disusun dan disajikan sekurangkurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan juga digunakan sebagai sumber utama informasi keuangan dank arena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan para pemakai. Laporan keuangan merupakan salah satu proses dari pelaporan keuangan, dimana laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Perusahan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh pemakai yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha, pelaggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Beberapa kebutuhannya, meliputi : a. Investor. Informasi keuangan digunakan untuk membantu mereka menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Perusahaan juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen b. Karyawan. Informasi keuangan digunakan untuk melihat stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. c. Pemberi Pinjaman.

Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor lainnya. Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama meraka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan. Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah. Berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan dan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN Tujuan dari laporan keuangan yakni menyediakan informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang dapat bermanfaat begi pengguna laporan tersebut sebagai pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan keuangan juga memperlihatkan bagaimana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka sehingga mereka dapat membuat keputusan ekonomi. ASUMSI DASAR Acrual Basic (Dasar Aktual) Dengan acrual basic ini, pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan pada laporan akuntansi periode bersangkutan. Going Concern (Kelangsungan hidup) Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi bahwa perusahaan tersebut dapat melanjutkan usahanya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud mengurangi secara material skala uasahanya. Jika perusahaan tersebut akan mengurangi skala usahanya, maka laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diuangkapkan.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN Karakteristik kualitatif laporan keuangan menjadi ciri dari laporan keuangan agar dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan. Karakteristik Kuantitatif laporan keuangan terdiri dari Understanding, Relevance, Reliability, dan Comparability. Understanding (Dapat Dipahami) Hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan keuangan adalah kemudahannya dipahami oleh pengguna laporan tersebut. Di mana pengguna laporan keuangan tersebut diasumsikan menpunyai pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas, ekonomi, bisnis, dan akuntansi. Relevance Laporan keuangan yang disajikan bermanfaat ketika informasi tersebut mempunyai relevansi dalam penngambilan keputusan dari pengguna laporan keuangan tersebut. Informasi keuangan yang lalu biasanya sering digunakan dalam memprediksi posisi keuangan di masa depan. Reliability (Keandalan) Suatu informasi keuangan yang dianggap reliable atau dikatakan andal ketika laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation). Comparability (Dapat Dibandingkan) Informasi tentang sebuah laporan keuangan akan lebih bermanfaat ketika dapat diperbandingkan dengan informasi yang serupa menyangkut perusahaan lain. Sehingga pengguna dapat membandingkan laporan keuangannya dengan laporan keuangan perusahaan lain secara konsisten. UNSUR LAPORAN KEUANGAN Posisi Keuangan Aktiva, merupakan manfaat ekonomi yang diharapkan oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi kejadian-kejadian masa lalu. Kewajiban, merupakan utang perusahaan yang ditimbulkan dari peristiwa atau transaksi masa lalu. Aktiva Bersih, merupakan nilai residu atas aktiva perusahaan setelah dikurang dengan kewajiban. Kinerja (Laba Rugi) Penghasilan, merupakan penambahan atau pemasukan aktiva atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang berasal dari operasi utama perusahaan dan bukan berasal dari pemilik. Beban, merupakan penurunan aktiva atau penambahan kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang berasal dari operasi utama perusahaan dan bukan dari pembagian kepada penanaman modal.

PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN a. Historical Cost (Biaya Historis) Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara dengan kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.dan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban. b. Current Cost (Biaya Kini) Aktiva dinilai dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.

c. Realisable / Settlement Value (Nilai Realisasi / Penyelesaian) Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal dan kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas atau setara dengan kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. d. Present value (Nilai Sekarang) Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normaldan kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

KONSEKUENSI EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa walaupun bertentangangan dengan implikasi teori pasar modal efisien pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hal ini berarti kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan, terutama bagi manajemen. Hal ini dikarenakan akan mengakibatkan manager mengubah hasil operasi perusahaan yang sesungguhnya. Konsekuensi ekonomis muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif dan kontrak utang. Konsekuensi ekonomi diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan tersebut tidak mempengaruhi secara langsung terhadap arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic consequences of financial reporting) yakni:

1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor. Investor yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang informasi. 2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects). 3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi. 4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam perusahaan.

MANAJEMEN LABA Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian laba yang bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan set kebijakan prosedur akuntansi oleh manajemen.Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan: pertama, bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen (opportunistic behavior). Kedua, bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak (efficient contracting). Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Princisp (GAAP). Pengertian lain tentang manajemen laba : Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah l aporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya. Menurut Scott (2006) ada beberapa motivasi untuk melakukan manajemen laba, yaitu: 1. Motivasi Program Bonus Menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba, manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan manajemen yang secara oportunistik mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program kompensasi perusahaan. Membuktikan dan memprediksi metoda akuntansi yang akan dipilih manajer. Penelitian ini merupakan perluasan dari bonus plan hypothesis. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng dan Warfield (2005) menguji hubungan antara manajemen laba dengan insentif ekuitas. Hasilnya adalah insentif ekuitas berkorelasi positif dengan manajemen laba. Artinya, semakin tinggi insentif ekuitas yang diberikan kepada manajer, semakin tinggi kejadian manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Ini terkait hubungan antara kompensasi yang berdasarkan saham dan elemen insentif ekuitas lain dengan insentif manajer untuk meningkatkan harga saham jangka pendek. Hasil penelitian Beneish dan Vargus (2002) menunjukkan bahwa periode di mana akrual sangat tinggi berhubungan dengan penjualan saham oleh insiders. Di waktu

2.

3.

4.

5.

yang sama laba dan return saham yang rendah mengikuti periode di mana terdapat akrual tinggi yang disertai penjualan oleh insiders. Bergstresser dan Philippon (2006) menguji hubungan antara manajemen laba dan CEO insentif dengan menggunakan pendekatan discretionary accruals model Jones. Motivasi Politik (Political Motivations) Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka. Contoh hasil penelitian yang lain pada industri perbankan, yaitu tingkat manajemen laba dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi perbankan tentang tingkat kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati-hatian serta adanya asimetri informasi yang merupakan peluang untuk dapat melakukannya (Rahmawati 2006 dalam https://docs.google.com). Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations) Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka. Motivasi melakukan manajemen laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru, terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka. Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan dalam prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat kemungkinan bahwa manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya dengan harapan dapat menaikkan harga saham.

6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations) Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap covenant.

Pola-pola Manajemen Laba Scott (2000) dalam Jaryanto (2008) membagi manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh para menejer perusahaan ke dalam empat jenis pola manajemen laba sebagai berikut: Cuci Bersih (Taking a Bath)

Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian, mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari penghapusan aktiva dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus pada periode tersebut dengan harapan laba pada periode-periode mendatang dapat meningkat karena berkurangnya beban periode mendatang. Menurunkan Laba (Income Minimization)

Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan mengakui pengeluaran-pengeluaran lain sebagai biaya periode tersebut. Hal ini dilakukan pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil simpanan laba periode berjalan. Menaikkan Laba (Income Maximization)

Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan datang, misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada saat penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya harga saham secara drastis. Perataan Laba (Income Smoothing)

Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba antar periode yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor yang pada umumnya lebih menyukai laba yang relatif stabil. Income smoothing bisa dikatakan pola perpaduan antara income minimization dengan income maximization antar periode, dimana pada periode laba yang tinggi, laba akan disimpan untuk digunakan pada periode laba yang rendah. Alasan Dilakukan Manajemen Laba.

Alasan dilakukan manajemen laba karena: 1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitka n dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. 2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. 3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO. KASUS PT INDOFARMA

Sejarah PT Indofarma Tbk. PT Indofarma didirikan pada tanggal 26 Januari 1996 dan bergerak dalam pembuatan obat-obatan dan bahan baku pembuat obat. Obat-obatan yang dibuat oleh PT Indofarma lebih banyak dipasarkan secara tender dan dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada rumah sakitrumah sakit milik pemerintah pusat, daerah, dan puskesmas. PT Indofarma dikenal sebagai pembuat obat generik yang ditujukan untuk rakyat miskin. Awalnya perusahaan ini dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai dan didirikan tahun 1918 di Jakarta. Pada Tahun 1950 pabrik obat ini diambil alih oleh negara dan dikelola oleh Departemen Kesehatan RI lalu pada tahun 1979 namanya diganti menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan pada tahun 1981 melalui Peraturan Pemerintah No 20 nama dan kelembagaannya diganti menjadi Peusahaan Umum (Perum) Indofarma dan sejak 1996 berganti badan hukum menjadi PT.

Latar Belakang Kasus PT Indofarma Tbk. Yang melatar belakangi kasus PT. Indofarma yaitu karena setelah diadakan pemeriksaan di kantor akuntan terhadap hasil laporan PT. Indofarma untuk tahun buku 2002 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 60 milyar rupiah. Sedangkan banyak kalangan yang mengatakan hingga akhir kuartal ketiga tahun 2002, Indofarma masih mencatatkan keuntungan sebesar 86 milyar rupiah. Sehingga BAPEPAM menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT. Indofarma Tbk.

Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini terungkap setelah Institusinya memanggil sejumlah pihak, termasuk direksi dan mantan direksi Indofarma karena BAPEPAM menduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak diungkapkan. Karena permasalahan inilah maka BAPEPAM meminta kepada tim untuk secara detail meneliti khususnya yang berkaitan dengan barang-barang yang dihapus, asal-usul dari pembelian barang itu,dan mengawasi apakah pembelian itu karena tindakan kriminal atau salah manajemen.

Permasalahan Kasus: Manajemen Laba PT. Indofarma Tbk Kasus ini bermula dari adanya penelaahan BAPEPAM mengenai dugaan adanya Pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh PT. Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil penelitian BAPEPAM ditemukan bukti-bukti : 1. Nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated) dalam penyajian dinilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 ( Dua Puluh Delapan Milyar Delapan Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah ), akibat overstated persediaan sebesar RP.28.870.000.000 tersebut, maka penjualan akan Undestated sebesar Rp. 28.870.000000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated yang sama juga 2. Berdasarkan pasal 69 Undang-undang pasar modal no 8 tahun 1995 yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada BAPEPAM wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum 3. Berdasarkan angka 2 huruf a peraturan BAPEPAM no. VIII. G. 7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa manajemen emiten atau perusahan publik bertangung jawab atas penyusunan dan penyajian laoran keuangan 4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan khususnya berkaitan dengan materialistis, paragraf 30 menyatakan bahwa informasi dipandang material kalau kelalaian atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. 5. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan khususnya berkaitan dengan keandalan, paragraf 31 menyatakan bahwa agar bermanfaat, informasi

juga harus andal (realiable). Informasi memiliki kualitas andal dan bebas dari pengertian yang menyesatkan. 6. PSAK No.1 paragraf 10 dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan penerapan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. 7. Kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan tahun periode 2001 diberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp. 500.000.000 ( Lima Ratus Juta Rupiah )

Pembahasan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT Indofarma Tbk. Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini terungkap setelah institusinya memanggil sejumlah pihak termasuk Direksi dan mantan Direksi Indofarma dimana diduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak diungkapkan. Bapepam pun telah memanggil jajaran manajemen dua periode sebelumnya, yaitu ketika Eddy Pramono dan Gunawan Pranoto (sekarang Direktur Utama Kimia Farma) menjabat sebagai Direktur Utama Indofarma. Pihak lain yang turut diperiksa, yaitu jajaran manajemen PT Indofarma Global Medika--anak perusahaan Indofarma. Selain itu, Bepapam juga telah memeriksa kantor akuntan publik Hadori dan Rekan dengan Hadori Yunus sebagai auditornya yang telah mengaudit laporan keuangan Indofarma 2003. Pemeriksaan dilakukan karena tahun lalu, Indofarma mengalami pembengkakan kerugian dari sekitar 68 miliar rupiah berdasarkan laporan yang belum diaudit menjadi sekitar 129,5 miliar rupiah setelah laporan diaudit. Dalam penjelasannya ke publik, manajemen baru Indofarma mengatakan, pembengkakan kerugian terjadi karena perusahaan obat pelat merah ini harus melakukan hapus buku terhadap alat kesehatan yang dinilai sudah kadaluwarsa sehingga tidak bisa dijual. Padahal jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah. Indofarma untuk tahun buku 2002 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 59,8 miliar rupiah mengejutkan investor.Banyak kalangan mempertanyakannya, karena hingga akhir kwartal ketiga 2002, Indofarma masih mencatatkan keuntungan sekitar 88,6 miliar rupiah. Perubahan mendasar yang terjadi pada tahun 2001 setelah perusahaan mendapat ijin untuk go publik menjadikan PT Indofarma harus dikelola secara profesional, transparan, dan harus tumbuh karena pasar menghendaki adanya deviden dan capital gain. Dan untuk mendorong perubahan itulah direksi membeli mesin-mesin baru dan memproduksi produk-produk terobosan

bermerek khususnya Biofibra, Prolipid, Pro Uric, OBH Plus, dsb sehingga pada akhir tahun meraup laba bersih perseroam setelah pajak sebesar 122,5 milyar rupiah. Pada saat bersamaan di Indonesia muncul UU tentang otonomi daerah yang salah satu dampaknya adalah perubahan pembelian obat yang tadinya dilakukan secara massal dan terpusat pada pemerintah pusat sekarang dipesan langsung oelh pemerintah daerah. Selain itu muncul pabrik-pabrik obat kecil baru yang tersebar di berbagai daerah. Akibatnya PT indofarma harus membuka cabang-cabang baru didaerah dan memasarkan obatnya secara lokal. Tender-tender kecilpun harus diikuti dan mulai ada gangguan produksi. Harga obat yang sudah murah ternyata tidak diimbangi dengan biaya produksi yang efisien. Selain itu pembukaan cabang-cabang baru berarti meningkatkan biaya mulai dari tempat, SDM, sistem, komisi, teknologi. Selain hal diatas manajemen perusahaan mengalami sejumlah masalah baik yang disengaja maupun tidak akibatnya pada laporan keuangan perusahaan pada tahun 2002 diketahui perusahaan mengalami kerugian 59,8 miliar rupiah. Pada tahun itu juga diketahui sejumlah masalah diantaranya adalah harga jual yang diterima perusahaan ternyata dibawah total biaya per unit, laporan akuntansi perusahaan ternyata tidak dapat mendeteksi kerugian sejak dini sehingga direksi mengambil langkah yang salah. Masalah lainnya yaitu ketika setahun sebelum dinyatakan untung, perusahaan telah mengambil langkah-langkah kurang tepat yang berakibat pemborosan serta ada tradisi pencatatan yang kurang tepat seperti angka penjualan yang sangat besar pada akhir tahun akan tetapi disusul retur yang sangat besar pada awal tahun. Permasalahan lain yaitu banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para direksi PT Indofarma. Adapun beberapa pasal yang dilanggar yaitu pasal 68, 69,(Standar Akuntansi) dan 107. Dalam pasal 68 disebutkan bahwa akuntan yang terdaftar di Bapepam wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia paling lambat tiga hari kepada otoritas pasar modal jika menemukan pelanggaran terhadap undang-undang atau hal yang dapat membahayakan keuangan emiten. Pasal 107 mengatur ancaman penjara paling lama tiga tahun dan denda 5 milyar rupiah kepada para pelanggar ketentuan perundangan, termasuk didalamnya menyembunyikan informasi penting.

Kesimpulan
Tujuan laporan keuangan yang mana diarahkan untuk memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran standar akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu badan usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas.

Informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam mengestimasikan kekuatan laba untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya informasi laba tersebut harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak penyusun laporan keuangan serta sebagai pihak yang diukur kinerjanya. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihakpihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.

Daftar Pustaka

Scott, W. R. 2006. Financial Accounting theory. Edisi Keempat. New Jersey: Inc. Kieso, D. E., J.J. Weygandt, and T.D. Waterfield, Intermediate Accounting, Ed., John Wiley & Sons, 11th Ed. IAI, Prosiding Konverensi Nasional Akuntansi ke-3 Profesi Akuntan Indonesia Milenium Baru, 1996 atau prosiding terbaru. IAI, Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) (revisi terakhir)

Prentice-Hall, International menuju

Financial Accounting Standart Board, Statement of Financial Accounting Standart. Epstein, B.J., and Eva K. Jermakowicz IAS 2007: Interpretation and Aplication of IAS, Wiley, 2007. (EJ). ACCA, The official text for the professional qualification, Financial Reporting, Study 2005/2006 atau edisi terakhir. Jhon Text

Wallman, SMH, 1996, The Future of Acounting and financial Reporting Part II: The Colorized Appoarch, Accounting Horizon, June, 138-148. http://sytisahdina.blogspot.com/2010/06/laporan-keuangan-neraca.html. Kasus Laba PT. Indofarma (diakses tanggal 15 Oktober 2012) Manajemen

You might also like