You are on page 1of 32

MODUL HUKUM AGAMA dan MORAL

Seorang Pria yang Sakit dan Harus Menjalani Transplantasi


Kelompok 5

David R A Z Nurul Hidayah Asti Meidianti Ayu Ningtiyas Nugroho Ayuniza Harmayati Bayu Aulia Riensya Bena Miralda P Benediktus Dhewa S Rosa Lina Sarah Kamilah Sartika Riyandhini Shane Tuty Cornish Shanti Handayani Shelly Sulvitri Sri Feliciani Stanley Permana Setiawan

030.06.056 030.07.197 030.08.045 030.08.049 030.08.051 030.08.055 030.08.056 030.08.057 030.08.213 030.08.217 030.08.219 030.08.223 030.08.224 030.08.226 030.08.229 030.08.230

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 15 July 2011

BAB I PENDAHULUAN
Sekarang ini di Indonesia, dunia kedokteran apabila di tinjau merupakan suatu hal yang masih dianggap dari aspek sosial cukup mahal,

terapi pengobatan yang

mengingat mayoritas dari penduduk di Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan dibeberapa daerah tertentu masih memiliki keyakinan tentang pengobatan di luar medis. Sakitnya perekonomian, rendahnya pendidikan di Indonesia dan adanya kepercayaan-kepercayaan tentang pengobatan alternatif menjadikan alasan utama mengapa meraka enggan untuk pergi dan melakukan pengobatan kerumah sakit. Dewasa ini peluang pengobatan alternatif sangatlah besar sekali. Pada dasarnya masyarakat Indonesia sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu harus menempuh resiko yang cukup besar karena apabila dilihat dari sisi medis, pengobatan alternatif terkadang tidak dapat di pertanggung jawabkan secara disiplin ilmu kedokteran. Pengobatan alternatif di negara kita memberikan hasil yang bervariatif dalam setiap penyembuhannya. Bukti-bukti kesembuhan dalam pengobatan alternatif memberikan keyakinan yang bertambah bagi masyarakat indonesia yang pada umumnya masih berada di bawah garis kemiskinan dan pendidikan yang kurang. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja,karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hokum, budaya, etika dan moral.

BAB II LAPORAN KASUS


Skenario 1 Tuan Karim, 40 tahun, pengusaha swasta yang cukup sukses. Tinggal di purwokerto. Jawa Tengah. Tuan Karim seorang yang sangat taat beragama dan sangat disiplin menjaga kesehatannya. Sesudah beribadah, setiap hari tuan Karim melakukan olah raga dan minum jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya. Ia tidak mengetahui apa kandungan yang ada dalam jamu tradisional tersebut, hanya menurut kata orang, minum jamu tradisional itu baik untuk menjaga kesehatannya. Mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi, istrinya menganjurkan tuan Karim untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter. Tuan Karim sebenarnya enggan sekali ke dokter karena ia merasa cukup sehat, tetapi karena istrinya mendesak terus, akhirnya pergi juga ia memeriksakan kesehatannya pada dokter. Setelah melakukan pemeriksaan dengan cermat, dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium, dokter menyatakan bahwa tuan Karim menderita penyakit gagal ginjal yang sudah cukup parah. Mendengar penjelasan dokter, Tuan Karim serta merta menolaknya. Ia merasa dirinya sehat, dan kalau toh ada penyakit, itu hanyalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja, yang ia yakini akan hilang setelah ibadahnya lebih rajin lagi, bahkan ia menuduh dokternya sudah melampaui kekuasaan Tuhan karena sudah berani menentukan nasib manusia Skenario 2 Menurut keterangan dokter, penyakit Tuan Karim adalah gagal ginjal yang sudah cukup parah. Satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan hanyalah transplantasi ginjal, itupun kalau ada donor yang cocok. Tuan Karim diberi beberapa pilihan, mau transplantasi di Jakarta atau di Beijing yang terkenal banyak donornya. Setelah musyawarah keluarga, akhirnya mendesak Tuan Karim agar mau menjalani transplantasi ginjal. Desakan keluarga itulah yang membuat Tuan Karim akhirnya menyerah dan mau menjalani transplantasi ginjal. Ia memilih transplantasi di Jakarta agar bisa ditunggu oleh keluarganya. Skenario 3 Tuan Karim sudah menunggu lebih dari enam bulan, tetapi belum ada donor yang

mau memberikan ginjalnya. Kondisi Tuan Karim memburuk dan harus menjalani hemodialisis (cuci darah), bahkan sekarang sudah harus cuci darah seminggu tiga kali. Dalam kondisi keluarga yang sudah hampir putus asa, mendadak ada seorang bernama Pak Kasan yang mendatangi rumah Tuan Karim dan bertemu dengan istrinya. Pak Kasan mengatakan bahwa ia punya beberapa orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya asal diberi imbalan uang untuk keperluan hidup keluarganya. Mengingat kondisi Tuan Karim yang makin parah, istrinya langsung menerima tawaran tersebut. Dari lima orang donor yang dibawa oleh Pak Kasan, hanya satu orang yang cocok. Di hadapan dokter orang tersebut menyatakan kalau masih ada hubungan keluarga dengan Tuan Karim dan ia rela mendonorkan ginjalnya untuk Tuan Karim. Setelah informed-consent ditandatangani dan semua prosedur dipenuhi, maka dilakukan operasi transplantasi ginjal dengan hasil yang baik. Tuan Karim dan donornya, saat ini Nampak sehat.

BAB III

PEMBAHASAN

Identitas Pasien Nama Usia Jenis kelamin Status Alamat Pekerjaan Anamnesis Riwayat kebiasaan Taat beragama dan sangat disiplin menjaga kesehatan Aktif berolah raga Minum jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya Diagnosis Gagal Ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal Permasalahan pada pasien Tuan Karim mengkonsumsi jamu tradisional yang tidak diketahui jelas kandungannya apa. Kemungkinan karena kebiasaan Tuan Karim inilah yang menyebabkan Tuan Karim memiliki penyakit gagal ginjal. Penyakitnya pun kemungkinan sudah berjalan bertahun-tahun (kronik) karena Tuan Karim selalu merasa sehat sehingga tidak ada gejala penyakit akut pada Tuan Karim. : Tuan Karim : 40 tahun : Laki laki : Menikah : Purwokerto, Jawa Tengah : Pengusaha Swasta

Karena Tuan Karim bertempat tinggal di daerah Jawa sehingga Tuan Karim lebih mengenal pengobatan jamu tradisional untuk menjaga kesehatannya.

Terdapat suatu kebohongan yang dilakukan Tuan Karim dan pendonor terhadap Dokter Adanya praktek jual beli organ antar Tuan Karim dengan Pak Kasan dan pendonor. Dimana seharusnya praktek jual beli organ ini dilarang. Ditinjau dari segi hukum tentang pengobatan alternatif : PERMENKES RI No 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan Ketentuan umum :

Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional. Pengobatan komplementer alternatif

Ruang lingkup pengobatan komplementer alternatif yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik meliputi:

1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention) 2) System pelayanan pengobatan alternative (alternative system of medical practice) 3) Cara penyembuhan manual 4) Pengobatan farmakologi dan biologi 5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan 6) Cara lain dalam diagnose dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment methods) Dapat dilaksanankan di fasilitas pelayanan kesehatan apabila aman, bermanfaat, bermutu dan

terjangkau serta memiliki hasil pengkajian yang dilakukan oleh institusi yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. Harus sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan komplementer alternative dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnose, terapi dan proses rujukan. Ditinjau dari segi Agama tentang pengobatan alternatif: ISLAM Pengobatan alternatif dapat melengkapi pengobatan modern dan mengurangi pemakaian obat untuk menghilangkan rasa nyeri, sukar tidur, kurang nafsu makan. Tujuannya meningkatkan kualitas hidup pasien. Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya, lahir dan batin (QS Luqman [30];20) Obat-obat alternative yang sering digunakan berdasarkan tauhid : 1) Bawang putih 2) Jahe 3) Gingseng, temulawak 4) Madu 5) Jamu 6) Kurma, air zam-zam dll BUDHA Terapi alternatif bukan terapi konvensional. Dapat berupa terapi komplementer. Pandangan agama Buddha tentang terapi alternatif: Tidak ada masalah sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan Dhamma Dilakukan dengan sadar dan sukarela KRISTEN

Prinsip dasar Kristen: order of creation tidak segala sesuatu harus disatukan, diseimbangkan dalam satu level, missal kej.3:15 Prinsip Kristen: Tidak menolak mentah-mentah, tidak juga menerima bulat-bulat Perlu memahami konsep dibalik praktik penyembuhan alternative tersebut berdasarkan kebenaran. Permasalah lainnya yang ada pada pasien yaitu sudut pandang pasien tentang penyakit yaitu bahwa penyakit adalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja dan akan hilang setelah ibadah Tuan Karim lebih rajin lagi. Sakit menurut sudut pandang Agama yaitu: ISLAM Sakit merupaka ujian iman sebagaimana terdapat dalam (Qs. 21; 35): Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebebnar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan Diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim bahwa Nabi s.a.w: Barang siapa yang akan memperoleh limpahan kebaikan dari Allah maka terlebih dahulu ia akan diberi cobaan Juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa nabi s.a.w bersabda: Tidak suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa kesusahan dan penderitaan, kesedihan dan kedukaan, bahkan karena sepotong duri yang menusuk, kecuali dihapuskan Allah SWT, dengan itu sebagian kesalahan-kesalahannya Sikap dalam menghadapi penyakit :

1) Ikhlas dan sabar : QS.2: 153, QS.2: 155, QS. 39:10 2) Berdoa : QS. 40: 60 3) Berobat wajib karena setiap penyakit ada obatnya (HR Bukhari & Muslim) Kaidah berobat :

Pada ahlinya Tidak menggunakan hal-hal yang diharamkan Diperbolehkan dengan pengobatan Ruqiyah, yakni doa-doa bukan dengan mantra

4) Bertawakal : QS. 8: 2 BUDHA Hukum Kamma Hukum perbuatan Buah dapat diterima dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang Sakit, cacad dan penderitaan adalah buah atau akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan di masa lalu (termasuk di kehidupan-kehidupan yang lalu) Perbuatan yang menyebabkan sakit membunuh dan menyiksa makhluk lain mengakibatkan pendek umur, mudah sakit dan ketakutan Berbohong mengakibatkan buruk rupa, deformitas pada mulut Niat jahat mengakibatkan buruk rupa dan banyak menderita penyakit Pandangan keliru mengakibatkan penyakit menahun Penyebab sakit fisik Suka membunuh makhluk lain Suka menyiksa makhluk lain (dalam masa yang lalu) Prinsip sakit Sakit adalah corak kehidupan Kalau tidak bisa disembuhkan atau diredakan harus diterima dengan rela

Pencegahan secara dini adalah dengan tidak berbuat jahat HINDU Pandangan hindu tentang penyakit: Penyakit itu dapat datang dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Menurut ajaran hindu, Bhuwana Agung atau Alam Raya maupun Bhuwana Alit atau Alam Kecil (badan manusia) terdiri dari lima unsure utama yaitu akasa (ether), wayu (udara), teja (api), apah (air), perthiwi (tahan). Kalau kelima unsur ini tidak seimbang baik dari dalam maupun dari luar maka akan menyebabkan penyakit. Kelima unsur itu, disarikan menjadi tiga yaitu unsure wayu (udara), teja (api) dan apah (air). Hal ini diungkapkan pula pada Ayur Weda: Bahwa yang menyebabkan seseorang sakit adalah tidak adanya harmoni pada diri perseorangan dalam hubungannya dengan lingkungan luarnya dan obat adalah alat untuk mengembalikan harmoni ini KRISTEN Penyebab penyakit menurut pandangan Kristen protestan adalah karena adanya pemberontakan manusia (dan iblis) terhadap Allah (dosa manusia pertama). Sehingga akar dari adanya penyakit adalah dosa. Semua penyakit atas seijin Tuhan dan di dalam kontrol Tuhan. First caused pada penyakit adalah dosa sedangkan second caused dari penyakit antara lain:

Ulah manusia sendiri; perilaku hidup tidak sehat, tidak menjaga tubuh sebagai bait Allah (1Kor 6:19) Ulah orang lain: sakit atau penyakit disebabkan secara sengaja atau tidak sengaja oleh orang lain. Contohnya kecelakaan dan penyakit menular

Dari kuasa atau roh jahat (Luk. 13:10-17, Luk. 8:2) KATOLIK Manusia yang sakit berarti manusia yang tidak nyaman. Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh. Tubuh menyebabkan

manusia menjadi terbatas oleh ruang dan waktu. Tubuh manusia sebagai makhluk hidup sangat rapuh. Oleh karena itu manusia tidak bisa tidak menderita sakit. Dan yang menyebabkan manusia sakit adalah manusia itu sendiri, karena kelalaian manusia menjaga tubuh. Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang Katolik tentang eksistensi Allah atau Tuhan sebagai Mahabaik. Mahabaik berarti tidak bisa dibandingkan kebaikan-Nya dengan kebaikan manusia. Allah Mahabaik artinya Allah tidak baik seperti manusia yang baik. Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit tetapi karena kelalaian manusia, karena eksistensi tubuh manusia. Allah adalah Mahabaik. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak baik tidak berasal dari Allah.

Penatalaksanaan Tuan Karim akan melakukan transplantasi organ. Dilihat dari segi hukum: Transplantasi organ dari segi hokum diatur di dalam Undang-undang RI No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada bagian ke lima tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit. Pasal 63 (1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan/atau akibat cacat atau menghilangkan cacat Pasal 64 (1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implant obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastic dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca. (2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan. (3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun

Pasal 65 (1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian pelayanan kesehatan tertentu. (2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya. (3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat Peraturan Pemerintah. Pasal 66 Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya. Pasal 192 UU 30/2009 Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah) Transplantasi organ dilihat dari sudut pandang bioetika: Justifikasi transplantasi Hanya memberikan satu organ dari organ berpasangan yang dimiliki Kewajiban berbuat baik Amat bermanfaat bagi resipien Resiko bagi donor terbatas Justifikasi transplantasi (James nelson) Transplantasi adalah upaya terakhir setelah yang lain gagal hanya dapat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas

Tujuan utama demi kesehatan pasien, bukan eksperimen klinis Persetujuan terhadap prosedur harus bebas dan berdasar informasi yang akurat Perlindungan terhadap pasien, keluarga dan donor. Proporsional : antara manfaat, resiko dan biaya Transplantasi organ dari sudut pandang Agama: ISLAM Donor Organ

Berdasarkan sariat dan ijjtihad dengan kaidah-kaidah fikih Dasarnya, pengguguran hak pendonor kepada resipien tanpa timbale balik Kaidah-kaidah donor organ:

1. Pada jasad manusia ada keterkaitan dengan hak Allah dan hak manusia 2. Hak manusia dapat gugur darinya tetapi tidak menyebabkan gugurnya hak Allah S.W.T 3. Pengguguran hak manusia merupakan satu-satunya sebab untuk menyelamatkan jasad manusia yang lain, besar kemaslahatannya 4. Untuk boleh mendonorkan anggota badan harus dengan syarat: 1) Para ahli tahu dengan pasti dengan kajian ilmiahnya 2) Kemashlatan lebih besar dari kenudharatam 3) Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan orang lain 4) Jangan sampai menghilangkan hak Allah 5) Jangan donor diberikan pada orang yang tidak berhak hidup, seperti orang yang akan dihukum qishash 6) Tidak boleh sebagai pelecehan kehormatan manusia. Misalnya dengan jual beli organ donor 7) Pendonor paham benar tentang pendonorannya baik sewaktu sadar atau wasiat sesudah mati

8) Pelaksanaan proses pencakokan harus oleh yayasan resmi dengan ahli-ahli dari segi keilmuwan maupun akhlaknya. 5. Berdasarkan kaidah-kaidah syariat, hukum-hukumnya: 1) Mendonorkan anggota badan yang bisa pulih kembali, misalnya darah boleh 2) Mendonorkan anggota badan yang menyebabkan kematian pendonor tidak boleh 3) Tidak boleh mendonorkan badan milik satu-satunya meskipun tidak menyebabkan kematian, kecuali tidak berfungsi lagi pada jasadnya 4) Mendonorkan anggota badan yang ada pasangannya boleh dengan syarat-syaratnya, asal tidak berakibat buruk pada pendonor maupun pengguna 5) Diharamkan mendonorkan alat-alat reproduksi manusia 6) Mengambil donor dari mayat boleh kalau ada wasiat yang membolehkan, sebelum pendonor meninggal dunia. Semua yang dapat untuk donor kecuali yang berfungsi untuk reproduksi BUDHA Donor Organ: Memberikan organ tubuh sendiri kepada orang lain yang memerlukan. Pandangan agama Buddha tentang donor organ: Sangat dianjurkan (berdana dan mengurangi kemelekatan terhadap tubuh) Organ tubuh bukan objek komersial Transplantasi Organ: Memindahkan organ tubuh yang masih berfungsi dengan baik kepada orang lain yang organ tubuhnya sudah rusak dan tidak berfungsi lagi. Sumber organ : orang hidup atau mayat Pandangan agama Buddha tentang transplantasi organ Agama Buddha tidak ada masalah dengan transplantasi organ sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan Dhamma dan dilakukan dengan sadar, sukarela dan atas dasar ingin menolong makhluk lain yang menderita.

HINDU Pandangan hindu tentang donor dan transplantasi organ Hanya ada tiga jenis transplantasi organ yang dapat diambil dari donor hidup, yaitu transplantasi ginjal, kulit dan sumsum tulang dengan catatan: transplantasi hanya untuk terapi akhir Transplantasi ginjal dapat disumbangkan oleh anak keluarganya, anak sekandung, orang tuanya. Kitab suci menyarankan untuk menyumbangkan jiwanya atas dasar yajna (kurban suci) yang tulus ikhlas. Sloka-sloka yang mendukung transplantasi organ antara lain:

Sloka 145 Pemberian sesuatu kepada semua makhluk dan belas kasihan memberikan hidup kapada satu makhluk, bila ditimbang kedua perbuatan itu, sungguh lebih berat timbangan pemberian hidup kepada satu makhluk Catatan: terjemahan bebas: pemberian makanan kepada semua makhluk jika dibandingkan dengan menyelamatkan jiwa seseorang lebih besarlah nilainya menyelamatkan jiwa orang ini. Sloka 175 Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya tidak saying merelakan kekayaannya, nyawanya sekali pun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah Beliau akan maut pasti dating dan tidak adanya sesuatu yang kekal: oleh karena itu adalah lebih baik berkorban (rela mati) demi untuk kesejahteraan umum. Sloka 191 Transplantasi organ tubuh manusia dapat juga dilihat dikitab Sarasamuccaya. Yang member donor hendaknya memandang sebagai yadnya tanpa mengharapkan imbalan atau balasan KRISTEN

Pandangan Kristen tentang transplantasi organ: Konsep humanism modern apa yang bisa diberikan kepada orang lain Masalah: hidup mati bukan di materi tidak menjadi keharusan transplantasi atau donasi Manusia bukan kumpulan dari organ-organ frankestein Organ rusak untuk belajar makin mengerti dan mengenal tuhan kesehatan bukan goal dari hidup Goal hidup: untuk kemuliaan Allah Pelaksanaan donor atau transplantasi organ bergantung kepada pergumulan pribadinya di hadapan Tuhan, apa yang Tuhan inginkan melalui tindakan tersebut. KATOLIK Pada dasarnya gereja Katolik atau Agama Katolik menyetujui atau memperbolehkan transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi organ dilaksanakan melalui cara yang dari sudut etika dapat diterima, dengan maksud menawarkan kemungkinan kesehatan bahakan hidup atau nyawanya sendiri untuk orang sakit yang kadang-kadang tidak mempunya harapan lagi. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak menimbulkan masalah moral. Pendonor wajib memberikan persetujuan dengan bebas dan dengan penuh kesadaran sebelum ia meninggal atau keluarga terdekat wajib melakukannya pada saat kematiannya: Transplantasi organ tubuh tidak dapat diterima secara moral kalau pemberi atau pihak yang bertanggung jawab tidak memberikan persetujuan dengan penuh kesadaran (No. 2296). Kriteria moral menuntut bahwa donor sudah meninggal sebelum organ-organ tubuhnya digunakan untuk transplantasi Untuk transplantasi organ tubuh dari seorang donor hidup kepada seorang yang lain wajib memenuhi empat persyaratan: 1) Risiko yang dihadapi pendonor dalam transplantasi macam itu harus proporsional dengan

manfaat yang didatangkan atas diri penerima 2) Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi tubuhnya 3) Perkiraan penerimaan adalah baik bagi si penerima 4) Donor wajib membuat keputusan dangan penuh kesadaran dan bebas dengan mengetahui resiko yang mungkin terjadi. Dalam kasus Tuan Karim, terdapat beberapa pelanggaran dari berbagai aspek, seperti: 1. Aspek Bioetika Pada prinsipnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu transplantasi organ dari aspek bioetika ialah harus sama-sama menguntungkan, baik bagi pendonor maupun penerima organ. Adapun beberapa syarat yang harus terpenuhi antara lain: informed consent, dilakukan persiapan, dan perawatan pasca operasi. Dalam hal ini, terdapat suatu pelanggaran bioetika yang berupa kebohongan. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh baik dari pihak Tuan Karim maupun pihak Pak Kasim dan pendonor terhadap dokter. Pada prinsipnya, dokter sudah melakukan sesuai prosedur. Dan secara prinsip memenuhi dua prinsip, yaitu otonomi dan berbuat baik. 2. Aspek Hukum Pada kasus Tuan Karim, telah terjadi suatu praktek jual beli organ. Hal ini jelas sangat bertentangan sebagaimana yang ditulis dalam UU no. 36 Pasal 92 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa barangsiapa yang memperjualbelikan organ, maka akan dipidana maksimal 10 tahun penjara. 3. Aspek Agama a) Islam Dalam Islam, praktek transplantasi organ diperbolehkan dengan syarat tertentu tanpa mengharapkan imbalan apapun. Apabila menerima imbalan, maka telah melanggar dan dianggap sebagai pelecehan kehormatan manusia.

b) Buddha Dalam melakukan donor organ untuk mencapai suatu kesempurnaan pastinya harus disertai kesempurnaan dalam memberi, tanpa mengharapkan imbalan. Pada dasarnya transplantasi organ dalam Agama Buddha sangat dianjurkan, tetapi bukan untuk dijadikan sebagai obyek komersil. c) Katolik Pada dasarnya transplantasi organ dalam Agama katolik diperbolehkan selama tidak mengganggu fungsi organnya. d) Hindu Dalam Agama Hindu hanya diperbolehkan melakukan 3 transplantasi, yaitu ginjal, sumsum tulang, dan kulit. Untuk melakukannya harus didasari dengan rasa tulus, ikhlas, dan sukarela, sebagaimana diketahui dalam tiga sloka. e) Kristen Transplantasi organ menurut Agama Kristen merupakan suatu upaya memuliakan Tuhan. Hal ini tidak menjadi suatu keharusan, tergantung dari masing-masing manusia itu sendiri. Dan sangat jelas tidak diperbolehkan untuk tujuan komersil.

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Transplantasi

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubunya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu (nursing-transplan.blogspot.com). Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama (id.wikipedia.org). Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat (Arifin, 2009). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa transplatansi organ adalah pemindahan seluruh atau sebagian jaringan atau organ manusia tertentu dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama dan bermanfaat bagi pasien.

B. Jenis-Jenis Transplantasi Menurut Arifin (2009), beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut : 1. Transplantasi Autologus, yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh itu sendiri. 2. Transplantasi Alogenik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga. 3. Transplantasi Sinergik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya pada kembar identik. 4. Transplantasi Xenograf, yaitu perpindahan dari satu tubuh lain yang tidak sama spesiesnya. Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan

kematian batang otak. 1. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah (transfusi darah). 2. Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak.

C. Komponen-Komponen Transplantasi Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi (nursingtransplan.blogspot.com), yaitu : 1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal. 2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan traplantasi, yaitu : 1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau organ. 2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi. D. Metode Transplantasi Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode pencangkokan (nursing-transplan.blogspot.com), seperti : 1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George E.

Green. 2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari. 3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

E. Masalah Etik dan Moral dalam Tranplantasi Organ. Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resepien, dokter dan pelaksana lain, dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini (nursing-transplan.blogspot.com). 1. Donor Hidup. Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resepien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah. 2. Jenazah dan donor mati. Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan.

3. Keluarga donor dan ahli waris. Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak. 4. Resipien. Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar-benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan datang. 5. Dokter dan tenaga pelaksana lain. Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan kepentingan pribadi. 6. Masyarakat. Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

F. Aspek Hukum Tranplantasi Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,dan dapat dibenarkan.Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi (Arifin, 2009) sebagai berikut : Pasal 1. c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut. d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan tertentu. e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain untuk keperluan kesehatan. g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadi kematian batang otak. Pasal 10.

Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal dunia. Pasal 11 1.Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh menteri kesehatan. 2.Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan Pasal 12 Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi. Pasal 13 Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2 (dua) orang saksi. Pasal 14 Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga terdekat. Pasal 15 1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, 2. Termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya, dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. 2. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor yang

bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi. Pasal 17 Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan dari luar negeri. Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan beberapa pasal tentang transplantasi sebagai berikut: Pasal 33. 1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan jaringan tubuh, transfusi darah, imflan obat dan alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekontruksi. 2. Transplantasi organ dan jaringan serta transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan, yang dilarang untuk tujjuan komersial. Pasal 34 1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan disarana kesehatan tertentu. 2. Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya. 3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

G. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (Arifin, 2009), yaitu: Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani. Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.

Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual belikan alat atau jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material. Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akan diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan keberhasilan transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik hasilnya. tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil organnya harus benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan dengan pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan.pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih objektif.

H. Aspek Agama Terhadap Transplantasi Organ 1. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam Di dalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu : a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Quran : 1) surat Al Baqorah ayat 195 dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan 2) An Nisa ayat 29 dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri 3) Al Maidah ayat 2 dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus kita tahu, yaitu : 1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang lainnya.

2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas penyumbang. 3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya. 4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia. 5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim. Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Muminin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban). Imam Ahmad meriwayatkan dari Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia berkata,Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda : Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu ! Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup. 2. Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk membantu kelangsungan hidup

suatu nyawa (nyawa orang yang membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan untuk mendapatkan imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita sudah mati kita tidak membutuhkan organ tubuh jasmani kita. 3. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu kalau kita dalam keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain dengan menjadi donor. Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor darah, sumsum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi, tulang maka kita dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan menjadi donor mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ. 4. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu bentuk kamma baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan saat ini. 5. Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu

Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih bersifat logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati naroparani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tiada berguna. Ajaran Hindu tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian pandangan agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna.

BAB V KESIMPULAN
Transplantasi adalah suatu rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam

rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit, Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan. Dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha transplantasi boleh dilakukan dengan alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan menolong nyawa seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut. Sedangkan dalam agama islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan 2. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan Transplantasi

Alat dan Jaringan Tubuh Manusia 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis 5. Herkutanto. Aspek medikolegal pengambilan jaringan kadaver. Simposium dan workshop tissue organ banking dan trauma. Jakarta, 19-20 Oktober 1995 6. Mungkinkah hidup hanya dengan satu ginjal. Diunduh dari www.sinarharapan.com tanggal 31/10/2006. 7. Lifestyle: transplant 101. Diunduh dari www.malaysiantoday.com.my tanggal 11/10/2007. 8. Organ Pillaging in China. Diunduh dari www.tw-scie.com tanggal 21/10/2008. 9. Saunders WP. Straight Answers: Organ Transplants and Cloning. Diterjemahkan oleh YESAYA:

www.indocell.net/yesaya atas izin The Arlington Catholic Herald. tanggal 21/10/2008

You might also like