You are on page 1of 86

PERTARUHAN PROFESIONALITAS, INTEGRITAS ETIKA, AKUNTABILITAS AKUNTAN INDONESIA DI AJANG PEREKONOMIAN GLOBAL

Disusun oleh: 1. 2. 3. Achmad Iswahyudi Dhanta Tri Kusuma Wardhana Fatimatuz Zahro 090810301188 080810391055 100810301134 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi dalam profesinya menjadi tulang belakang (backbone) sistem informasi keuangan organisasi. Informasi disini digunakan oleh stakeholder guna mengambil keputusan untuk pengalokasian sumberdaya ekonomi, salah penginformasian akan memberikan dampak ekonomi secara fatal pada organisiasi. Sehingga sangat dibutuhkan kualitas akuntan yang baik untuk mewujudkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Kualitas tersebut diantaranya profesionalitas, integritas akuntan. Setelah ketiga hal tersebut terpenuhi, barulah kita meninjau standar akuntansi yang berlaku apakah sudah menjamin terciptanya laporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi atau belum. Standar merupakan pedoman yang dapat diterima secara umum dalam lingkup nasional bahkan dalam lingkup internasional (IFRS). Setelah semua kualitas akuntan dan kualitas standar terposisikan dengan baik barulah akuntansi dan profesinya (akuntan) dapat menjadi motor penggerak perwujudan transparency dan accountability, dimana kedua hal ini menjadi aspek utama dalam perwujudan GCG (Good Corporate Governence). Standar Akuntansi berkembang sesuai dengan lingkungan bisnis dia berada. pada era globalisasi seperti sekarang ini, mobilitas perdagangan, bisnis, dan manufaktur tidak lagi dibatasi teritorial negara. Kebutuhan akan laporan keuangan yang berkualitas meningkat pada waktu yang bersamaan. pada akhirnya dibentuklah International Financial Report Standard(IFRS), dengan tujuan untuk menjadikan satu standar akuntansi keuangan yang dapat diterima secara global guna untuk meningkatkan daya banding dari laporan keuangan. Selain itu standar ini juga dapat

memberikan relevansi dan keandalan lebih baik dari standar yang ada sebelumnya (khususnya di Indonesia). Pada beberapa negara yang telah mengadopsi IFRS secara penuh mengakui bahwa ada peningkatan pertumbuhan dan profitabilitas entitas. Misalkan di London yang telah mengadopsi secara penuh berdasarkan penelitian George Iatridis mengemukakan bahwa under IFRSs, key financial figure such as profitability and growth, appear to be higher. Namun hal ini tentu juga akan memakan biaya pembuatan laporan keuangan yang banyak, guna menyatakan pos-pos yang nilai fair valuenya belum dapat di identifikasi dengan mudah(menggunakan jasa appraiser) dan juga biaya transisi laporan keuangan juga besar sehingga semakin tidak terkejarnya tantangan akuntansi yang sudah ada sebelumnya yakni cost and benefit Selain itu, peralihan yang dulunya menggunakan rule-based menjadi principle based sehingga dalam pengaplikasiannya membutuhkan professional judgement. Karena membutuhkan professional judegement maka profesionalitas dan integritas moral akuntan sangat dibutuhkan. Sedangkan di Indonesia sendiri tantangan pengaplikasiannya dari segi profesionalitas, akuntan masa depan(saat IFRS di implementasikan)harus memiliki keahlian tinggi tidak hanya bisa membuat laporan keuangan namu juga bisa memberikan judgement yang akurat dalam hal pemecahan masalah akuntansi di masa mendatang. Dimana keahlian akuntansi yang memadai akan mengarahkan pada terwujudnya laporan akuntansi yang berkualitas tinggi. Selanjutnya dari segi integritas moral, dengan adanya banyak profesional judgement, maka semakin banyak komponen laporan keuangan yang didasarkan pada subjektivitas akuntan, sehingga apa betul kesiapan moral akuntan Indonesia akan mampu memberikan laporan keuangan yang dapat memiliki kualitas tinggi seperti yang dicita-citakan? Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bab berikutnya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kesiapan SDM akuntan Indonesia dalam pengimplemantasian IFRS jika

dihubungkan dengan kompetensi pendidikan yang diterima mahasiswa dan pendidikan praktis? 2. Sejauhmana integritas etika akuntan Indonesia dalam mewujudkan laporan keuangan yang

memiliki kualitas tinggi dan memiliki nilai tambah bagi stakeholder, dalam era standardisasi IFRS? 3. Tingkat akuntabilitas laporan keuangan yang dihasilkan dalam penerapan IFRS dengan

dukungan perangkat profesionalisme akuntan dan kode etik akuntan?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah dibawah ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana kesiapan SDM akuntan Indonesia dalam pengimplemantasian IFRS

jika dihubungkan dengan kompetensi pendidikan yang diterima mahasiswa dan pendidikan praktis. 2. Mengetahui sejauhmana integritas etika akuntan Indonesia dalam mewujudkan laporan

keuangan yang memiliki kualitas tinggi dan memiliki nilai tambah bagi stakeholder, dalam era standardisasi IFRS 3. Mengetahui tingkat akuntabilitas laporan keuangan yang dihasilkan dalam penerapan IFRS

dengan dukungan perangkat profesionalisme akuntan dan kode etik akuntan. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Landasan Teori a. Profesionalitas Profesi adalah sebuah pilihan yang standar silakukan seseorang, sebuah pekerjaan yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut. Profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Menurut Arens, et al (2003) auditing, assurance, and ethics pronouncements pada bagian ethics yang ditetapkan oleh international federation of accountant(IFAC) disebutkan bahwa:

Profesionalism as, there is a need for individuals who can be clearly identified by clients, employers and other interested parties as profesional accountancy field. profesional competence and due care, a profesional accountant should perform profesional services with due care, competence and diligence and has a countining duty to main-tain profesional knowledge and skill at a level required to ensure that a client or employer receives the advantage of competent profesional service based on up to date development in practice, legislation, and techniques.

b. Kode Etika Profesi

Menurut arens, et al (2006, hal 98), etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisaikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat, organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip dan nlai moral ini dengan berbagai cara. Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu tidak sama. Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah
1. 2. 3. 4. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya 5. 6. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.

c. Integritas Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan, dalam yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan, dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus account untuk perbedaan atau mengubah keyakinan mereka. Kata integritas berasal dari kata sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin keutuhan yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter..

Dengan demikian, seseorang dapat menghakimi bahwa orang lain memiliki integritas sejauh bahwa mereka bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka mengklaim memegang. Abstraksi mendalam Sebuah sistem nilai dan berbagai interaksi yang berlaku juga dapat berfungsi sebagai faktor penting dalam mengidentifikasi integritas karena kongruensi atau kurangnya kongruensi dengan pengamatan. Sistem nilai yang dapat berkembang dari waktu ke waktu sementara tetap mempertahankan integritas jika mereka yang mendukung account nilai untuk dan menyelesaikan inkonsistensi. d. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan konsepkonsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat dipertanyakan (answerability), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau pemerintahan, hal ini sebenarnya telah menjadi pusatpusat diskusi yang terkait dengan tingkat problembilitas di sektor publik, perusahaan nirlaba, yayasan dan perusahaan-perusahaan. Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan. akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintahan sebenarnya agak terlalu luas untuk dapat didefinisikan. Akan tetapi hal ini sering dapat digambarkan sebagai hubungan antara yang menyangkut saat sekarang ataupun masa depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban kepentingan merupakan sebuah kewajiban untuk memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan keputusannya agar dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana diketemukan adanya penyalahgunaan kewenangan

Sejarah International Financial Repoting Standards IFRS Terdapat dua badan penyusun standar yang berkaitan dengan praktik akuntansi secara internasional yaitu The International Accounting Standards Committee (IASC) dan The International Federation of Accountant (IFAC). IASC lebih berkonsentrasi untuk menyusun International Accounting Standards (IAS). Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al.,1999). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan pada upaya pengembangan International Standard Audits (ISA), kode etik, kurikulum pendidikan, dan kaidahkaidah bagi akuntan dalam berbisnis. Kesepakatan pembentukan IASC terjadi pada Juni 1973 di Inggris yang diwakili oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara, yaitu Australia, Canada, Prancis, Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. IFAC didirikan oleh badan profesi akuntan dari 63 negara pada bulan Oktober 1977. Pada April 2001 The International Accounting Standards Committee (IASC) berkembang menjadi The International Accounting Standards Board (IASB), yang oleh karena perkembangan ini maka International Accounting Standards (IAS) kemudian juga dikembangkan menjadi International Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS yang pertama terbit pada Juni 2003. Berbeda dengan standar lokal/PABU lokal yang berbeda antar negara dan pasar modal, IFRS adalah seperangkat aturan yang seragam dan secara teori, diaplikasikan dengan cara yang sama terhadap semua perusahaan publik di pasar modal atau negara yang mengadopsi standar ini. IFRS sebagai sebuah kerangka dan interprestasinya yang diadopsi oleh IASB memiliki peraturan yang luas terdiri dari:
1. 2. 3. 4. International Standard Audits (IAS) standar yang diterbitkan sebelum 2001. International Financial Reporting Standards (IFRS) standar yang dikeluarkan setelah tahun 2001. Standing Interpretations Committee (SIC) yang diterbitkan sebelum 2001. International Financial Reporting Issues Committee (IFRIC) yang diterbitkan setelah tahun 2001.

5.

Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements.

Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar (Natawidnyana, 2008)

2. 2 Analisis Di dalam suatu perekonomian yang berbasis kekuatan pasar, akuntansi dan segala komponennya termasuk kualitas laporan keuangan dan profesi akuntansi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi. Dengan kondisi perekonomian semakin mengglobal ini, peranan laporan keuangan dan akuntan menjadi semakin penting karena berperan sebagai tulang punggung (backbone) dunia bisnis sebagai pusat informasi keuangan organisasi. Laporan keuangan menjadi hal yang sangat penting karena digunakan sebagai bahan pengambil keputusan ekonomi, itulah sebabnya akuntansi dapat dibilang memiliki posisi paling depan dalam penciptaan profit dan memenangkan persaingan. Dengan adanya penyalah sajian atau kualitas laporan keuangan yang buruk, maka alhasil keputusan yang diambil tidak akurat sehingga banyak sumberdaya perusahaan yang tidak termanfaatkan secara maksimal. Selain itu dengan adanya isu globalisasi prekonomian, maka standard an kebijkana akuntansi haruslah berdasarkan standar yang diterima umum lingkup international (IFRS). Cepat atau lambat kegiatan perekonomian Indonesia harus dapat berhubungan dengan pihak luar secara efisien dan efektif, dan dari pihak luar negeri juga menghendaki adanya transparansi keuangan dan kualitas laporan keuangan yang tinggi guna memenuhi kebutuhan calon investor international. Lebih besar daripada memenuhi kebutuhan investor, akuntansi dan perangkatnya dapat menjadi penggerak terciptanyaGood Corporate Governence yang ciri utamanya adalah keterbukaan. Sehingga akuntan dapat mendapat pujian atas jasanya dalam pengungkapan secara penuh dan jujur (disclosure) namun dapat juga mendapat kecaman masyarakat bahkan ancaman pidana. Kondisi di Indonesia pada proses transisi menuju standar laporan keuangan international (IFRS) masih terdapat kendala dalam pengaplikasiannya. Adanya dinamika lingkungan bisnis dan peralihan akan kebutuhan laporan keuangan yang lebih relevan dan andal, maka sudah selayaknya harus ada kesiapan sumberdaya dan kemampuan sistem untuk mengantisipasi perubahan perekonomian yang dinamis. Pada kenyataannya masih banyak institusi pendidikan, lembaga pendidikan belum mampu mencetak akuntan yang memiliki keahlian dan kompetensi berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan pemakai. Padahal gagalnya sistem akuntansi berimplikasi terhadap masyarakat luas. Yang patut menjadi perhatian utama adalah kualitas pengungkapan serta kualitas pencatatan dan pertanggungjawaban laporan keuangan. Keberhasilan perbaikan kualitas laporan keuangan menjadi tantangan akuntan masa depan. IFRS sebagai standard laporan keuangan Internasional perlu diterapkan di Indonesia agar Indonesia mendapat pengakuan maksimal dari komunitas internasional (Sri Mulyani, 2007). Dan dengan

diterapkannya IFRS akan menghilangkan hambatan arus modal internasional. IFRS di Indonesia belum dapat diimplementasikan secara penuh karena terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Sehingga konvergensi IFRS dilakukan secara bertahap yang di mulai pada tahun 2008 dan akan dilakukan konvergensi penuh pada tahun 2012 di mana yang menjadi panduan adalah IFRS 2009. IFRS yang merupakan standar yang bersumber dari IAS (sebelum menjadi IFRS) dan SIC yang merupakan akuntansi yang sesuai dengan kondisi negara dimana mereka berada. Sehingga akuntan Indonesia perlu meng-uprade pengetahuan dan keahliannya dalam membuat laporan keuangan sesuai standard yang telah ditaetapkan agar bisa dikatakan profesional sebagai akuntan. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia Indonesia belum lama mengenal akuntansi, tapi perkembangannya sangat pesat. Akuntansi keuangan dalam perkembangannya dibagi menjadi 3 periode: 1. 2. 3. Periode sebelum lahirnya PAI Periode PAI menuju SAK Periode konvergensi IFRS

Sejak SAK disahkan dalam kongres VII tahun 1994, selama 15 tahun lebih DSAK-IAI telah bekerja dengan giat mengembangkan SAK. Terdapat dua perkembangan penting yang perlu disebutkan: 1. 2. Komitmen IAI melakukan konvergensi IFRS secara material pada tahun 2012 Dari single standart telah berkembang menjadi triple standart.

Indonesia mulai melakukan adopsi IFRS dimulai tahun 2008 dan akan mengadopsi secara penuh (IFRS 2009) pada awal tahun 2012. Terdapat banyak sekali perbedaan antara IFRS dan SAK yang sebelumnya diterapkan di Indonesia termasuk yang sebelumnya menggunakan rule-based dalam laporan keuangan, sedangkan IFRS menggunakan principles-based. Perkembangan IFRS juga mendapat peran dari negara maju dalam membuat IFRS dan membuat perubahan IFRS begitu cepat dan memerlukan infrastruktur pendukung seperti kesiapan penyusunan laporan keuangan, auditor, pendidik, profesi pendukung dan regulator. Hal itu akan sulit diterapkan di Indonesia untuk mengikuti perkembangannya sehingga adopsi penuh berkiblat pada IFRS 2009 .

Hambatan, masalah, dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam konvergensi IFRS antara lain: 1. Aspek regulasi

Beberapa regulasi yang berlaku di Indonesia mengatur hal yang berbeda dengan IFRS, seperti pertanahan. Regulasi tanah di Indonesia berbeda secara signifikan dengan kerangka pengaturan tanah yang digunakan penyusunan standar akuntansi tentang tanah. Sehingga akan diperlukan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan pengaturan tanah di beberapa standar akuntansi. Demikian juga regulasi terkait dengan ekuitas perusahaan. 2. Infrastruktur lingkungan ekonomi

Penerapan IFRS yang sarat dengan konsep nilai wajar memerlukan informasi pasar atas aset dan kewajiban yang tidak semuanya tersedia di Indonesia, khususnya untuk aset dan kewajiban nonkeuangan. Ketiadaan informasi pasar. Mengharuskan perusahaan untuk menggunakan teknik valuasi yang sarat dengan asumsi-asumsi yang jika berbeda sedikit saja akan menghasilkan nilai wajar yang berbeda secara signifikan. Tingkat inflasi yang relative lebih tinggi dibandingkan negaranegara maju akan memungkinkan voltalitas laporan laba rugi yang relative tinggi yang bukan berasal dari aktivitas penciptaan nilai tambah, tetapi dari fluktuasi nilai wajar aset atau kewajiban. 3. Tingkat kesiapan

Pengaturan standar akuntansi international yang principle-based memerlukan kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan ruled-based karena banyak menggunakan profesional judgement. Kompetensi penyusunan laporan keuangan, auditor, akademisi, profesi penunjang, dan regulator harus mandukung penerapan standar akuntansi internasional tersebut dan dominannya penggunaan konsep nilai wajar mengharuskan kompetensi tertentu. 4. Masalah terjemahan

Ketiadaan standar akuntansi internasional yang resmi dalam bahasa Indonesia mengharuskan adanya profesi penerjemah. Profesi ini menyita banyak waktu dan sumber daya untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan pengertian dalam bahasa aslinya. Kelangkaan pendanaan kata yang tepat dan kurang efisiennya padanan kata yang ada menyebabkan hasil terjemahan seringkali kurang dapat dimengerti dengan baik oleh pemakai standar akuntansi.

Profesionalitas Akuntan di Era IFRS Dalam dunia akuntansi juga sering mengalami perkembangan baik dari sisi standard dan lingkungan bisnis yang menuntut agar akuntan dapat menyajikan laporan keuangan yang lebih relevan, andal, dan tepat waktu. Di Indonesia telah ada norma dalam mengatur pekerjaan auditor, standar utama tersebut diantaranya, pertama auditor harus memiliki keahlian, teknis, independen dan sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. Kedua, auditor juga wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam suatu pengauditan.(SAP 2004). Terlebih pada era IFRS, semua pihak-pihak yang menekuni akuntansi melakukan upgrading skill. Dalam IFRS terdapat perbedaaan prinsip dari yang sebelumnya (SAK), diantaranya pertama, peralihan dari rule-based menjadi principle-based, yang mana principle based membutuhkan banyak profesional judgement. Profesional judgement diperlukan karena tidak adanya pengaturan yang baku atas suatu transaksi atau satuan akun, hanya diberikan pengaturan pada prinsip pengakuan, pengukuran dan penilaian. Sehingga akuntan diharapkan memiliki profesionalitas yang kuat, sedangkan untuk akuntan masa depan mereka diwajibkan tidak hanya sekedar mampu membuat laporan keuangan namun dia lebih dituntut untuk bisa memberikan judge yang kuat atas kasus-kasus akuntansi. Selain itu dari pihak auditor juga harus memiliki kecermatan dan kemahiran profesional, dan juga kemampuan berkomunikasi secara baik dengan pihak intern perusahaan guna mendapatkan informasi tentang alasan pemilihan metode akuntansi, karena terlalu banyak keputusan yang didasarkan profesional judgement. Kedua, perubahan dari historical cost menjadi fair value. Jika ditinjau lebih lanjut dengan penggunaan akuntansi fair value maka akan terjadi trade off antara standar kualitas akuntansi relevan dan keandalan, dimana disatu sisi akuntansi fair value memang bisa menggambarkan keadaan yang lebih real sehingga memiliki daya relevansi yang lebih tinggi, di lain pihak keandalan dalam pengukuran nilai wajar bukan perkara yang mudah. Sehingga ini akan menjadi tantangan profesionalisme akuntan untuk selalu update tentang informasi nilai wajar asset(kecuali penilaian asset yang tidak mempunyai harga pasar). Sedangkan untuk asset yang belum diketahui nilai wajarnya, akan memanfaatkan jasa appraiser, untuk mengukur nilai wajarnya. Pengukuran nilai wajar untuk asset dan liabilities adalah tantangan, namun bagaimanapun pada tahun 2012 kita sudah berkomitmen untuk full adoption sudah pasti akuntan Indonesia harus sudah dapat menerima tantangan itu.

Ketiga, lebih banyak pengungkapan. Dikarenakan ada banyak profesional judgement maka dalam laporan keuangan butuh banyak pengungkapan, tidak seperti PSAK sebelum adopsi IFRS, yang memang memakai ruled-baseddimana sudah jelas dengan pendekatan apa suatu akun dinilai. Dan seperti yang saya jelaskan bahwa akuntan masa depan harus memiliki profesionalitas yang tinggi sehingga mampu untuk membuat CALK sendiri, yang selama ini masih membutuhkan bantuan konsultan dan akuntan publik dalam pembuatannya. Empat, dengan adanya perkembangan IFRS yang terus menerus diharapkan akuntan dan badan standar akuntansi Indonesia mulai untuk merapatkan barisan dengan standar IFRS hingga benarbenar full adoption. Jika standar profesional yang terdapat pada SAP telah dijalankan secara maksimal dan adanya gerakan dari semua pihak-pihak yang terlibat dalam penciptaan laporan akuntansi(akuntan, IAI, pemerintah, dan pendidik) untuk memberikan gerakan nyata dalam peningkatan profesionalitas, niscaya akan terwujudnya maksud positif dari IFRS dan cita-cita penguatan transparansi dan akuntabilitas tidak menjadi hal yang mustahil untuk terwujud. Selain itu akuntan Indonesia akan memeiliki peran dan akses untuk menuju karier secara international, dan jika sebaliknya maka akuntan Indonesia akan tergeser di negaranya sendiri, karena kurangnya profesionalitas sehingga tergantikan oleh akuntan negara lain yang berkarier di Indonesia. Seperti yang saya jelaskan diatas, perubahan esensial dalam IFRS merupakan tantangan profesionalitas yang dihadapi akuntan dalam negeri. Standar Pendidikan Iternasional dan Pendidikan Akuntansi di Indonesia International Federation of Accountants (IFAC) pada bulan Oktober 2003 yang lalu telah mengeluarkan 7 (tujuh) standar pendidikan internasional (International Education Standards/IES) yang seharusnya berlaku efektif mulai 1 Januari 2005. Standar yang dikeluarkan IFAC ini merupakan panduan global untuk membentuk akuntan yang profesional. Namun pemahaman mengenai isi dan rencana implementasi standar ini di Indonesia belum begitu luas. Diskusi dan sosialisasi masih terbatas di kalangan profesi dan dunia perguruan tinggi. Berikut overview masingmasing standar untuk memberikan pemahaman menyeluruh mengenai standar pendidikan internasional ini. IES 1, Entry Requirement to a Program of Professional Accounting Education

Dalam IES 1, diuraikan persyaratan awal untuk memasuki pendidikan profesional akuntansi sebaiknya paling tidak setara dengan persyaratan untuk memasuki program tingkat universitas atau ekuivalennya. Starting point program professional akuntansi ini dapat bermacam-macam. Beberapa program dimulai pada post graduate level, program yang lain dimulai pada immediate postsecondary level, atau sebagian lagi pada higher education level dibawah undergraduate degree. IES 2, Content Of Professional Accounting Education Programs Tujuan IES 2 ini adalah untuk meyakinkan bahwa calon akuntan profesional memiliki pengetahuan profesional akuntansi yang cukup untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai Akuntan yang kompeten dalam menghadapi lingkungan yang kompleks dan berubah. Standar ini menentukan muatan pengetahuan yang dipersyaratkan, yang terdiri dari 3 bidang pengetahuan utama, yaitu: 1. accounting, finance and related knowledge; 2. organizational and business knowledge; dan 3. information technology knowledge and competences. IES 3, Professional Skills Contents. IES 3 mengatur tentang keahlian profesional serta pendidikan umum bagi Akuntan profesional. Seseorang yang berminat untuk menjadi Akuntan yang profesional sebaiknya memperoleh keahlian sebagai berikut:
1. 2. 3. intellectual skills; technical and functional skills; personal skills;

interpersonal and communication skills; dan

organizational and business management skills. Selain keahlian profesional, program pendidikan profesional sebaiknya juga meliputi pendidikan umum.

IES 4, Professional Values, Ethics and Attitudes.

IES 4 menentukan nilai profesional, etika dan sikap akuntan profesional yang seharusnya diperoleh selama pendidikan supaya memenuhi kualifikasi sebagai akuntan profesional. Program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih judgment profesional calon Akuntan sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat.Nilai, etika dan sikap Akuntan profesional yang diwajibkan termasuk komitmen untuk memenuhi kode etik lokal yang relevan yang seharusnya sesuai dengan kode etik IFAC.Cakupan nilai dan sikap yang diajarkan sebaiknya meliputi komitmen bagi kepentingan publik dan sensitivitas atas tanggung jawab sosial, pengembangan berkelanjutan dan belajar seumur hidup, kepercayaan, tanggungjawab, ketepatan waktu, respek dan kehormatan serta hukum dan regulasi.Semua program minimal meliputi antara lain: sifat dasar etika; ketaatan terhadap prinsip fundamental etika yaitu integritas, objektivitas, komitmen kepada kompetensi profesional, dan kerahasiaan; ketaatan kepada standar tekhnis; etika dalam hubungannya dengan bisnis dan good governance. IES 5, Practical Experience Requirements. IES 5 mempersyaratkan suatu periode pengalaman praktis dalam melaksanakan pekerjaan sebagai bagian dari program pre kualifikasi Akuntan profesional. Periode ini sebaiknya cukup panjang dan intensif sehingga calon Akuntan dapat menunjukkan bahwa mereka telah mendapat pengetahuan, keahlian, nilai, etika dan sikap profesional yang dipersyaratkan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai seorang Akuntan yang kompeten. IES 6, Assessment of Professional Capabilities and Competence. IES 6 menjelaskan persyaratan penilaian akhir kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan sebelum dinyatakan sebagai Akuntan yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan.Kapabilitas dan kompetensi calon Akuntan seharusnya secara formal dinilai oleh asosiasi profesi atau regulator (dengan masukan dari profesi).. Secara signifikan, penilaian ini harus tercatat, dan mengujikan pemahaman dasar pengetahuan teori serta praktek. IES 7, Continuing Professional Development: A Program of Lifelong Learning and Continuing Development of Professional Competence Pelaksanaan pengembangan profesional berkelanjutan ini dapat dilakukan melalui 3 jenis pendekatan, yaitu:

1. Input based approach, dengan menentukan jumlah tertentu aktivitas pembelajaran yang dipertimbangkan secara tepat untuk dapat mengembangkan dan menjaga kompetensi Akuntan. 2. Output based approach, dengan mewajibkan Akuntan untuk menunjukkan bahwa mereka telah mengembangkan dan menjaga kompetensinya. Dalam hal ini secara periodik Akuntan menunjukkan bukti secara objektif bahwa telah diverifikasi oleh sumber yang kompeten dengan menggunakan metode penilaian kompetensi.
1. Combination approach. Merupakan kombinasi dua pendekatan di atas.

IES 8, Competence Requirements for Audit Professionals Draft IES 8 khusus ditujukan bagi audit professional. Adapun jabatan audit professionals yang diatur dalam draft standar ini meliputi: (a) Audit Seniors, (b) Audit Supervisors, (c) Audit Managers (biasanya terbagi atas Assistant Manager, Manager dan Senior Manager), (d) Audit Partners, Directors and Principals, dan (e) Engagement Partners. Standar spesifik dibutuhkan tidak hanya karena pengetahuan dan keahlian khusus yang dipersyaratkan untuk memenuhi kompetensi pada area audit, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan publik dan pihak ketiga lainnya terhadap audit laporan keuangan. Namun tentu saja audit professional tersebut harus memenuhi IES 1-7 yang telah dijabarkan diatas.Standar ini akan mengatur pengetahuan khusus bagi audit professional sebagai tambahan IES 2 yang dipersyaratkan bagi Akuntan secara keseluruhan. Tambahan pengetahuan tersebut meliputi 3 bidang, yaitu: 1. financial statement audit; 2. financial accounting and reporting; dan 3. information technology. Akuntan Indonesia sangat perlu menyesuaikan dirinya berdasarkan Standar pendidikan yang dibuat oleh IFAC untuk dapat bersaing di era globalisasi. Akuntan luar negeri akan memiliki peluang besar untuk lebih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena mempunyai capabilitas yang lebih jika akuntan Indonesia tidak berusaha mencapai standar yang seharusnya mereka miliki.

Dengan adanya standart profesional akuntansi, IFAC juga membuat panduan bagi seluruh stakeholder yang terkait yaitu: Asosiasi profesi, dunia pendidikan, dunia usaha dan industri serta pemerintah, untuk bersama-sama berinteraksi dalam membentuk seorang akuntan yang profesional. Perguruan tinggi dan asosiasi profesi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan IES dalam hal:
1. 2. 3. 4. 5. 6. penentuan persyaratan masuk program pendidikan profesional akuntansi; penyusunan kurikulum dan silabus yang berisikan muatan pengetahuan, keahlian, nilai, etika dan sikap profesional yang dipersyaratkan bagi calon akuntan; proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan Dunia kerja dan asosiasi harus bekerja sama dalam mengimplementasikan IES dalam hal: pemantauan pengalaman praktis calon akuntan profesional; proses penilaian kapabilitas dan kompetensi calon akuntan di tempat kerja; serta mendorong akuntan profesional di tempat kerjanya untuk senantiasa mengembangkan pendidikannya secara berkelanjutan.

Telah banyak yang dilakukan IAI dalam persiapan adopsi penuh IFRS seperti pelatihan-pelatihan bagi para praktisi maupun akademisi, bahkan seminar ke berbagai perguruan tinggi untuk sosialisasi IFRS. Pada intinya harus ada strategi pendidikan yang harus diterapkan guna meningkatkan profesionalitas, dan sudah barang tentu dalam pendidikan itu mengajarkan esensi IFRS. Kesiapan Integritas Etika Akuntan Indonesia di Era IFRS Secara Umum, situasi persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, memaksa setiap pelakunya untuk bersikap proaktif biasanya dengan melakukan strategi tukang jahit atau custom made yang dalam prakteknya menempatkan pelanggan sebagai raja. Sedangkan dalam dunia akuntan publik strategi ini akan menimbulkan crash terhadap etika atau standar profesi karena bagaimanapun akuntan harus tetap berada pada posisi netral, independen, dan obyektif. Pada praktek ekonomi dunia jelas dengan kasat mata banyak gejolak dan persaingan tidak sehat. Interaksi transaksi dilandasi oleh semangat persaingan. Sudah tentu profesi akuntan turut andil dalam dinamika ekonomi global, dengan menjadi sumber informasi keuangan. Contoh kasus Enron yang berurusan dengan penyelidikan atas penipuan akuntansi dalam laporan keuangan mereka. Penipuan akuntansi dapat berasal dari perkembangan rekayasa akuntansi. Pertama adalah prinsip biaya historis (historical cost) yang seringkali menggunakan celah pada prinsip ini. Kedua, pengakuan pendapatan. Disini juga memanfaatkan celah pada pengakuan pendapatan misal, pengakuan pendapatan dengan metode gross booking hasilnya dianggap kurang

menggambarkan real revenue. Prinsip ketiga adalah konsepmatching concept. Prinsip keempat adalah (full disclosure) disini harus benar-benar full disclosure, bukan hanya menampilkan hal-hal yang baik saja, dan menyingkirkan jauh-jauh bagian yang merugikan. Secara umum, bagi kehidupan profesi, kode etik profesi adalah serangkaian norma tertulis yang mengatur perilaku anggota profesi (Wisnhu Kameshwara Armand). Langkah yang diambil adalah pembentukan standar yang meminimalisasi kecenderungan penyimpangan diatas degan membuat standar baru yang dapat diterima secara global, yakni international financial reporting standard yang dalam konsepnya utamanya adalah principle based, fair value, lebih banyak pengungkapan dan dinamis. Dalam Standar Akuntan Publik telah terdapat poin penekanan bahwa pentingnya perlindungan kepentingan publik melalui indpendensi dan kejujuran seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan dunia usaha persaingan tak sehat, kecurangan di dunia perbankan, pasar saham, dan pasar keuangan begitu kasat mata. Akuntansi menjadi salah satu faktor tumbuh suburnya kecurangan dalam dunia binnis. Dengan melihat kasus Enron , WorldCom, Sunbeam, Xerox, dll sekan menjadi penjelas bahwa adanya borok akut yang menjangkiti profesi-profesi yang terkait dengan aktivitas keuangan terutama profesi akuntan. Masyarakat menyadari krisis moralitas dalam profesi akuntansi, yang tadinya akuntan dijadikan harapan untuk menjadi motor penggerak transparansi dan akuntabilitas, namun hasilnya jauh dari yang di cita-citakan. Masalah kekecewaan terhadap akuntan lokal bukan dimulai sejak ada wacana akan ada standar akuntansi yang baru(IFRS), melainkan sudah sejak dari bergulirnya kasus Bank Bali, Pertamina, PLN, Bulog, Bank Lippo, Kimia Farma. Terlebih dengan adanya standar akuntansi IFRS yang akan berlaku aktif mulai 2012 tahun depan, dikhawatirkan akuntan local akan kalah bersaing dengan akuntan luar negeri yang lebih dipercaya. Meskipun ada standar profesional, menjadi percuma jika masih ada moral hazard di dalam tubuh organisasi. Kita perlu belajar dari Jhon M Huntsman dalam bukunya Winners Never Cheat mengajarkan pada kita harus selalu memerikasa moral compass dalam langkah yang hendak kita tempuh.

Mungkin semua prosedur pencatatan sudah dilakukan sesuai standar yang berlaku, namun dalam aktivitasnya kita melakukan sebaliknya, itulah yang menjadi dilema dalam kecurangan akuntansi untuk mengatasi hal ini seharusnya ada regulasi yang ketat dan lagi-lagi disini peran auditor untuk menjadi problem solver dalampengidentifikasian masalah. Terlebih dalam era IFRS yang sudah tidak lagi menggunakan rule-based, oleh karena itu auditor harus mengasah kemampuanya dan juga mengasah etika guna memberikan titik terang dalam perwujudan transparansi akuntansi (laporan keuagan). Akuntabilitas Laporan Keuangan IFRS kurang lebih sudah memiliki kualitas laporan keuangan yang dihasilkan lebih baik, banyak perusahaan merasakan manfaat dari laporan keuangan, misal menggunakan fair value dalam penilaian asset dan liabilities memberikan data yang lebih relevan dan juga karena IFRS merupakan standar internasional maka, laporan keuangan yang menggunakan standar ini memiliki nilai akuntable yang lebih baik dan kontrol terhadap lebih kuat karena mempunyai kesamaan standard. Namun akuntabilitas ini dapat tercapai jika dipenuhinya syarat profesionalitas dan integritas etika yang tinggi. BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dengan adanya standar akuntansi IFRS yang bermaksud membuat satu standar yang lebih memiliki kualitas laporan laporan keuangan yang tinggi, sehingga dapat menjadi jembatan keseragaman laporan keuangan entitas di dunia. Indonesia tentu akan mengikuti standar ini karena beberapa hal, terlepas dari maksud tersebut para akuntan wajib meningkatkan skill profesional mereka karena dengan adanya standar yang mengglobal maka negara yang patuh terhadap standar tesebut akan digolongkan sebagai akuntan internasional. Jenjang karier indonesia akan lebih mudah. Profesionalitas dan etika akuntan seharusnya dimulai sejak menempuh pendidikan, terlebih pada masa transisi standar akuntansi keuangan menuju basis IFRS dan berkomitmen untuk full adoption di awal tahun 2012. Persiapan SDM untuk menunjang profesionalitas akuntan di era IFRS masih kurang maksimal, melihat sebagian besar perguruan tinggi di indonesia masih jarang yang memberikan materi-materi akuntansi keuangan yang berbasis IFRS sehingga akuntan masa depan masih kurang siap dalam pengaplikasianya di tahun 2012. Serta dibutuhkan etika yang dapat

mendunkung profesionalitasnya, karena bagaiamanapun memiliki profesionalitas namun jika tidak ada etika maka itu dapat meruntuhkan profesionalitas itu sendiri. Bisa dikatakan full adoption IFRS 2012 ini merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki citra akuntan baik local maupun akuntan internasional. Dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan yang profesional dan mempunyai integritas etika yang tinggi maka dapat menghasilkan laporan keuangan yang akuntable. 3.2 Saran Dengan ditetapkannya full adoption IFRS (2009) pada awal tahun 2012, maka diharapkan kepada pihak: a. Dosen, untuk memberikan pemahaman tentang IFRS. Tidak hanya mengenalkan tetapi

sampai kepada penerapan IFRS dan melatih mahasiswa menjadi decision maker dalam kegiatan perkuliahan. Dan sejak awal ditanamkan budaya kejujuran dan saling menghargai membentuk para lulusan (akuntan) yang profesional dan mempunyai integritas etika yang baik. b. Mahasiswa, untuk selalu update informasi dan mengasah kemampuannya untuk memahami

bidang keilmuannya (akuntansi) untuk dapat bersaing di era global. c. Perguruan Tinggi, untuk selalu memperbaiki kurikulum pendidikannya sesuai dengan kondisi

dan mengikuti perubahan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Arens, A.A; Elder Randal J; Beasley, Mark S. 2003. Auditing and Assurance Service and Integrated Approach. Edisi IX. Pretice Hall : New Jersey. Arens, A.A; Elder Randal J; Beasley, Mark S. 2006. Auditing dan Jasa Insurance. Jilid I. Jakarta : Erlangga. Armand, K. W. 2007. Studi Kasus Profesi Akuntan (Publik) dan Etika. EBAR. Vol II nomor 2. Darwis, Darwis. 2005. Kejahatan Akuntansi dan Kesiapan Kita. EBAR. Edisi I Wahyuni, T. E. 2010. Konvergensi IFRS 2012 dan Iimplikasinya Terhadap Dunia Pendidikan Akuntansi di Indonesia. EBAR. Edisi vol III nomor 1

Internet Etika Profesi Akuntan Publik, http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntanpublik.html. [ 26 November 2011]

Ikatan AkuntansiIndonesia. (Tanpa Tahun). Standart Pendidikan Intenasional IFAC. http://www.iaiglobal.or.id/ppa.php?id=5. [25 November 2011] Ikatan AkuntansiIndonesia. (Tanpa Tahun). Implementasi Standart pendidikan IFAC. http://www.iaiglobal.or.id/ppa.php?id=6. [25 November 2011] Indra Setiawan. (Tanpa Tahun). Definisi Integritas Dan Pengertian Integritasindolibrary. http://indrasetiawan17.wordpress.com. [13 Maret 2010]

wikipedia. (Tanpa Tahun). Standar Pelaporan Keuangan Internasional.http://id.wikipedia.org/wiki/Sta ndar_Pelaporan_Keuangan_Internasional. [1 Desember 2011]
wikipedia. (Tanpa Tahun). Akuntabilitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas [26 November 2011] Julio Caesar. (Tanpa Tahun). Kode Etik Profesionalisme dan Prinsip Etika.http://juliocaesarz.blogspot.com/2011/02/kode-etik-profesionalisme-dan-prinsip.html. [26 Novembe2 2011]

Mailisa Putri
Senin, 16 April 2012 Peranan Akuntan dan Globalisasi; Suatu Tinjauan dari Perspektif Corporate Governance
ABSTRACT

Fenomena globalisasi secara umum membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan perekonomian dunia, terutama dengan munculnya perdagangan bebas sebagai bagian dari globalisasi dalam bidang perekonomian. Terjadinya perdagangan bebas menyebabkan aliran produk dan jasa, baik untuk sektor riil maupun sektor keuangan, membawa konsekuensi kepada perusahaan sebagai aktor utama dalam setiap perekonomian. Dalam kaitan ini baik Negara maupun pelaku usaha harus mempersiapkan diri secara baik untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh globalisasi. Untuk konteks perusahaan sebagai institusi bisnis, perubahan ini merupakan perubahan lingkungan bisnis eksternal yang akan menekan

perusahaan untuk mampu menghasilkan daya saing yang kuat, sehingga mampu menerima manfaat dari globalisasi. Bebasnya arus barang dan jasa serta berbagai faktor produksi dalam era globalisasi menyebabkan batasan Negara secara demografis menjadi tidak relevan. Investor dari berbagai Negara cenderung melakukan investasi di Negara lain yang menjajikan prospek lebih baik, setelah mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan sebelum membuat keputusan. Salah satu informasi yang digunakan adalah informasi keuangan yang merupakan produk dari suatu proses akuntansi. Dalam kaitan ini laporan keuangan yang dihasilkan melalui proses akuntansi dan diaudit sesuai dengan prinsip yang memenuhi standar internasional diperlukan agar dapat diandalkan, akurat, terpercaya serta dapat diperbandingkan. Dalam kaitannya dengan standar akuntansi yang dapat diterima secara global, sejak tahun 2012 Indonesia telah membuat komitmen untuk menerapkannya, baik untuk institusi bisnis maupun publik. Dalam hal ini peranan akuntan dan profesi akuntan (IAI) diharapkan dapat memperkuat implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga infornasi yang dihasilkan proses akuntansi dapat sesuai dengan harapan pihak yang berkepentingan secara global. Tulisan ini membahas peranan akuntan dalam kaitannya dengan globalisasi dari sudut pandang corporate governance. Sebagai suatu sistem yang dipercaya mampu untuk meningkatkan control dan akuntabulitas perusahaan, di dalam corporate governance peranan akuntan dipandang sebagai profesi yang dikenal dengan reputasinya. Tantangan yang dihadapi akuntan di Indonesia saat ini adalah masih belum meadainya pemahaman terhadap konsep IFRS, sehingga organisasi profesi (IAI), lembaga pendidikan penghasil calon akuntan serta pemerintah perlu berupaya melakukan sinergi untuk memperkuat pemahaman terhadap IFRS. Dengan demikian diharapkan akuntan di Indonesia memiliki keunggulan bersaing, sehingga dapat berkompetisi dengan akuntan luar negeri di dalam menjalankan tugas profesinya.

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

One of the great social processes in the history of humanity is the globalization(Diaconu and Coman,2006). Pernyataan di atas menunjukkan bahwa globalisasi adalah elemen penting dalam proses sosial sepanjang sejarah manusia. Proses bagaimana globalisasi mempengaruhi proses sosial dalam suatu masyarakat bisa terlihat dari kesiapan berbagai pihak dalam menghadapi globalisasi tersebut. Setiap pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan globalisasi perlu memahami secara baik pengaruh globalisasi yang bersifat multidimensi. Hanya pihak yang siap yang akan memperoleh keuntungan dari peluang dari globalisasi, sementara yang tidak siap akan menghadapi globalisasi sebagai ancaman karena hanya akan menjadi pasar produk Negara lainnya yang lebih siap. Globalisasi merupakan fenomena yang bersifat multidimensi, mencakup dimensi ekonomi, politik, keamanan, lingkungan, kesehatan, sosial, budaya, dan lainnya(Intriligator, 2003). Fokus dari konsep globalisasi dalam kaitan ini berhubungan dengan dimensi ekonomi, diantaranya terwujud dalam bentuk

globalisasi ekonomi berupa perdagangan bebas. Kesepakatan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) mengindikasikan bahwa perdagangan bebas telah dimulai untuk berbagai negara maju dan berkembang. Untuk kawasan regional ASEAN bentuk kerjasama antar Negara Asia Tenggara telah diwujudkan berupa komitmen pembentukan AFTA (Asean Free Trade Area). Wujud dari kesepakatan berbagai negara ASEAN tersebut adalah upaya untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani perjanjian perdagangan bebas tersebut telah menyatakan komitmen untuk siap menjalankannya. Di samping bersifat multidimensi, dipihak lain globalisasi bukanlah sebuah pilihan tetapi merupakan keharusan. Dalam kaitan ini Gernon dan Meek (2001) menyatakan dengan tegas bahwa globalization is a reality not a choice. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa karena tidak mempunyai pilihan, maka setiap Negara harus mempersiapkan diri secara baik di dalam berkompetisi dengan Negara lainnya. Hal ini sejalan dengan isu perdagangan bebas sebagai perwujudan dari globalisasi ekonomi, dimana akan terdapat arus bebas keluar-masuk berbagai produk dan jasa, sumber daya modal, dan sumber daya manusia serta hal lainnya yang menjadi relevan dalam aktivitas perekonomian yang terangkum dalam the borderless economy. Pergerakan sistem ekonomi global ini telah berhasil menembus batas-batas geografis, sehingga lazim dikenal dengan ekonomi tanpa batas atau the borderless economy (Aminah, 2010). Ekonomi tanpa batas tersebut membawa ekonomi ke ruang gerak yang lebih bebas, dimana semua transaksi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi bisa diakses tanpa batasan. Kehadiran sistem perekonomian global dan borderless economy tidak hanya menimbulkan ancaman tetapi juga peluang bagi perekonomian nasional. Jika suatu negara bisa memaksimalkan potensi sumberdaya (resources) yang dimiliknya, maka peluang untuk meningkatkan perekonomian negaranya melalui borderless economy bisa dicapai secara lebih otpimal. Disamping itu, peluang yang ditimbulkan oleh borderless economy juga berpengaruh kepada profesi-profesi yang ikut terlibat di dalamnya. World Trade Organization (WTO) telah membagi 6 kelompok dari 40 profesi yang akan bebas terbuka untuk semua negara sebagai dampak dari borderless economy, diantaranya adalahaccountant (akuntan), lawyer (pengacara), professional computer service, professional service, medicine service, dan tourism service. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa akuntan termasuk dalam profesi yang ikut terpengaruh oleh adanya borderless economy? Menurut Maria (2011), akuntan menyajikan berbagai informasi akuntansi yang akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, seperti keputusan operasional, investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi merupakan informasi akuntansi yang disiapkan oleh akuntan. Laporan keuangan bermanfaat untuk mengetahui kondisi operasional perusahaan saat ini(operational issues), membantu perusahaan dalam meyakinkan investor untuk menilai potensi pertumbuhan perusahaan (investing), serta memberikan indikator bagaimana sumber daya keuangan dikelola (financing). Dengan kondisi demikian, maka akuntan dituntut untuk mampu menyajikan informasi secara lengkap dan transparan agar semua transaksi kegiatan usaha sesuai kaidah dan prinsip akuntansi yang dapat diterima secara umum (Koesman, 2011). Jika dihubungkan dengan globalisasi, maka kaidah dan prinsip yang diterima umum ini seharusnya mengacu kepada standar internasional yang dapat dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan informasi keuangan dari berbagai Negara. Untuk itu dibutuhkan sebuah global accounting rules berstandar internasional, sehingga hal ini menjadi menjadi dasar dalam pembentukanInternational Financial Reporting Standard(IFRS).

Berbagai praktik kecurangan yang dilakukan manajemen puncak dalam memanipulasi laporan keuangan, memaksa akuntan untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya dengan baik dan bertanggungjawab. Berbagai perusahaan publik terkenal seperti Enron, Worldcom, Tyco, dan London & Commonwealth, mengalami kegagalan tidak hanya dikarenakan kegagalan strategi saja, tetapi juga dikarenakan oleh praktik curang dari menejemen puncak yang dalam rentang waktu cukup lama yang tidak terdeteksi olehcorporate board (Kaihatu, 2006). Pada kenyataannya perusahaan tersebut berada di era modern dan telah menerapkan teknik manajemen yang canggih, namun tidak mampu menahan kejatuhan perusahaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manajemen yang canggih sekalipun tidak mampu menghalangi keruntuhan perusahaan berskala besar (too big too fail). Dengan alasan ini korporasi membutuhkan sebuah sistem yang mengatur dan mengontrol kinerja perusahaan yang tidak dapat dipenuhi oleh berbagai teknik manajemen yang modern sekalipun. Sistem ini telah menjadi isu hangat dalam beberapa dasawarsa terakhir yang dikenal dengan istilah corporate governance. Corporate governance berperan dalam mengontrol transparansi laporan keuangan. Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Lebih jauh, corporate governance juga berhubungan dengan seperangkat sistem dan mekanisme berbagai kepentingan stakeholder lainnya yang berhubungan dengan perusahaan (Lukviarman, 2000). Akuntansi keuangan menyajikan informasi utama mengenai kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan untuk kepentingan pemilik dan pihak ainnya. Karena berhubungan dengan kepentingan berbagai pihak yang memerlukan informasi akuntansi, maka berbagai aktivitas akuntansi keuangan juga berhubungan dengan corporate governance. Tanpa adanya corporate governance, peran informasi akuntansi akan berkurang khususnya penyediaan informasi terkait risk and return untuk pengambilan keputusan portofolio yang optimal (Ilona dan Zaitul,2011). 1.2 Rumusan Masalah Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat aktif dalam perekonomian global dan borderless economy. Dalam suatu korporasi, akuntan diminta untuk memberikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan sejalan dengan prinsip corporate governance. Dengan memberikan informasi yang transparan dan akuntabilitas, akuntan telah menyelamatkan stakeholders dari investasi yang telah ditanamkan ke korporasi tersebut. Oleh karena itu permasalahan yang menjadi dasar penulisan paper ini adalah; bagaimana peran akuntan dapat diperkuat dalam menghadapi tantangan perekonomian global sehingga menghasilkan borderless economy dari sudut pandang corporate governance.

1.3 Tujuan dan Manfaat Tulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang: A. Peran akuntan dalam menghadapi perekonomian global dan borderless economy.

B. C. D. E.

Peran akuntan sebagai salah satu bagian dari organisasi dan manajemen. Peran akuntan sebagai penyelamat stakeholder. Peran akuntan ditinjau dari perspektif Corporate Governance. Peran akuntan dari perspektif Corporate Governance menggunakan open system.

1.3.2 Manfaat Penulisan a. Bagi pihak akuntan Melalui tulisan ini diharapkan sebagai masukan bagi akuntan dan profesi akuntan, dari sudut pandang mahasiswa, untuk dapat menjalankan profesinya dengan mengacu kepada IFRS. Dengan beberapa pandangan yang disampaikan melalui tulisan ini diharapkan dapat memperkuat kembali komitmen akuntan, terutama profesi akuntan, untuk mampu berperan sebagai profesi yang dikenal karena reputasinya. Melalui profesionalitas akuntan diharapkan mampu menghasilkan informasi yang lebih transparan dan akuntabel kepada berbagai pihak yang berkepentingan sesuai dengan prinsip dasar corporate governance. b. Bagi pihak stakeholder

Tujuan setiap perusahaan adalah untuk menyejahterakan para pemegang saham, serta stakholderssebagai pihak lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan. Untuk tujuan tersebut pemegang saham danstakeholders lainnya mengharapkan akuntabilitas dari pihak manajemen yang dipercaya mengelola perusahaannya, melalui laporan keuangan. Untuk menjaga kepentingan stakeholders, terutama dalam era globalisasi, diperlukan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi internasional (IFRS). Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada stakeholders tentang semakin pentingnya peranan akuntan dan profesi akuntan untuk mendapatkan informasi dari laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Dengan memposisikan akuntan sebagai agen yang dikenal dengan reputansinya, maka diharapkan akuntan dapat menjaga kepentingan stakeholders melalui profesinya.

II. Tinjauan Pustaka II.1 Globalisasi dan Borderless Economy Globalization is a process that encompasses the causes, course, and consequences of transnational and transcultural integration of human and non-human activities(GCSP, 2006). Globalisasi adalah aspek nyata yang kuat dari new world system, dan merupakan salah satu kekuatan paling berpengaruh dalam menentukan arah masa depan planet ini. Globalisasi memiliki beragam dimensi; keamanan, ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, sosial, budaya, dan lainnya. Fokus disini adalah konsep globalisasi yang diterapkan pada perekonomian dunia. Istilah ini dikenal secara populer pada tahun 1980an, namun merupakan konsep lama yang memiliki interpretasi yang berbeda untuk orang yang berbeda. Sebagian hasil dari interpretasi yang

berbeda, terdapat reaksi yang sangat berbeda pula terhadap globalisasi dengan pembuat kebijakan, akademis, dan aktifis yang melihatnya sebagai kekuatan untuk memajukan ekonomi dunia. Sementara pihak yang lain melihatnya sebagai bahaya yang serius bagi sistem ekonomi dunia(Sullivan, 2002). Globalisasi ekonomi berdampak pada isu borderless economy. II.2 Konsep Dasar dan Pengertian Corporate Governance Isu governance telah dikenal dunia, seiring berjalannya waktu secara konstan konsepsi governancemengalami perubahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan (OECD 1998). Pada akhir tahun 90-an, konsep ini mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya yang berkaitan dengan korporasi. Garvey dan Swan (1994) menambahkan corporate governance menjadi isu sentral dalam pembahasan tingkat strategis, baik dari pemerintah (pembuat kebijakan) maupun korporasi secara individu. Dalam perkembangannya, isu corporate governance ini menjadi lebih penting karena fokus pada kegiatan perekonomian setiap negara yang dikelola dan dilaksanakan oleh korporasi. Hal ini berdampak pada konsep dan aplikasi corporate governance di dalam praktek korporasi yang menjadi signifikan terutama dengan telah dimasukinya era globalisasi dalam perekonomian dunia (Lukviarman 2004). Terdapat dua pendekatan utama dalam memahami fenomena dan konsepsi coroporate governance;stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory memandang manajemen sebagai manusia yang pada hakikatnya dapat dipercaya, bertindak dengan tanggung jawab, dan punya integritas serta kejujuran bagi kepentingan publik dan stakeholders. Sedangkan agency theory mengasumsikan manajemen sebagai agen bagi para pemegang saham bertindak dengan penuh kesadaran untuk kepentingan sendiri dan bukan sebagai pihak arif dan bijaksana serta adil terhadap stakeholder. II.3 Prinsip Prinsip Corporate Governance Menurut Kaen dan Shaw(2003) terdapat lima prinsip dasar di dalam konsep corporate governance;Fairness (kesetaraan dan kewajaran), Transparency (keterbukaan informasi), Accountability (Akuntabilitas), dan Responsibility (pertanggungjawaban), yang mana jika di dalam penerapannya disertai denganIndependency (kemandirian) akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan menghambat rekayasa kinerja sebagai penyebab dari laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. 1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan mengenai perusahaan. 2.Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hakhakstakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. II.4 Konsep Corporate Governance dan Pendekatan Sistem Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang diarahkan untuk mencapai tujuan spesifik. Organisasi merupakan kerangka dari proses manajemen. Dalam perkembangannya, ilmu dan praktik manajemen ditandai dengan era pergerakan manajemen modern, salah satunya ditandai dengan munculnya pendekatan sistem dalam memahami fenomena manajemen dan organisasi. Di dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai interact interdependently yaitu suatu kesatuan dari berbagai elemen yang berinteraksi satu sama lainnya. Secara mendasar, pendekatan sistem terdiri dari sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Secara umum teori sistem tertutup memandang bahwa organisasi tidak berinteraksi dengan lingkungannya dan bisa dikatakan sistem ini lebih tradisional, sementara sistem terbuka menggunakan asumsi dasar bahwa setiap organisasi berinteraksi dan memberikan respon terhadap lingkungannya (Pindur, Rogers dan Kim 1995). Dalam tulisan ini corporate governance dilihat dari sudut pandang organisasi sebagai open system. Dalam kaitan ini individu maupun kelompok berupa korporasi harus menjaga hubungannya melalui ketaatan pada berbagai aturan dalam suatu lingkungan dimana korporasi itu berada. Ini menandakan bahwa sebagai sebuah organisasi, korporasi mengelolaaktivitasnya dengan berbagai batasan (boundaries) dari sistem suatu negara dimana korporasi tersebut berada. Konsepsi ini merupakan esensi dari prinsip organisasi seperti organisme yang bersifat terbuka terhadap lingkungannya, sehingga harus mampu beradaptasi dengan lingkungan tersebut agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya(survive). Dengan menggunakan pendekatan open system dalam kerangka structural functionalism, corporate governance dapat dideskripsikan sebagai sistem yang beroperasi melalui aturan main (rules and regulations) tentang bagaimana seharusnya korporasi menjalankan aktivitasnya di dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Sistem corporate governance ini dirancang agar mampu melakukan mekanisme check and balancedalam menjaga keseimbangan berbagai kepentingan- di dalam korporasi. Berjalannya mekanisme ini secara optimal, diharapkan dapat menghasilkan dampak lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara untuk tercapainya kemakmuran masyarakat (the wealth of the nation) sebagaimana kondisi yang dimaksud oleh Adam Smith (Lukviarman, 2001). II.5 Peran akuntan dalam korporasi Menurut Warrent et al. (2005; 10) akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Sementara American Accounting Association (AAA) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut akuntansi merupakan suatu sistem pencatatan, pengukuran, dan pengidentifikasian untuk melaporkan kondisi perekonomian suatu korporasi untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutuhkan sebagai landasan untuk mengambil keputusan. Dalam kaitan ini, sebagai sebagai suatu sistem pelaporan keuangan, maka akuntan berperan penting untuk memberikan informasi yang relevan yang digunakan untuk pengambilan keputusan seperti: investing, operating, dan financing. II.6 Peran akuntan dari perspektif corporate governance dalam borderless economy Akuntan dan profesi akuntan merupakan bagian penting di dalam sistem pengawasan korporasi (Kim dan Nofsinger 2003). Konsepsi corporate governance mengharuskan laporan keuangan yang berkualitas serta transparan sehingga kondisi keuangan sebuah korporasi dapat tergambarkan secara jelas. Kondisi ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan masyarakat atas hasil kerja akuntan. Sebagai reputational agent, akuntan harus mematuhi standar profesi untuk tetap menjaga kepercayaan publik atas profesi ini. Hal tersebut harus diikuti dengan berfungsinya mekanisme penegakan aturan organisasi profesi atas berbagai aturan main seperti IFRS di dalam mendisiplinkan para anggotanya di dalam menjalankan profesi. Untuk dapat terlaksananya penerapan corporate governance secara sehat dikenal berbagai prinsip yang dianggap sebagai fundamental. Secara keseluruhan, berbagai prinsip dimaksud memiliki hubungan dengan profesi akuntan sebagai reputational agent di dalam sistem governance(Lukviarman, 2005). Aplikasinya terlihat melalui peranan akuntan di dalam fungsinya memberikan keyakinan pada pemakai laporan keuangan korporasi yang telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi. Pernyataan ini secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan prinsip dasar corporate governance: fairness, transparency, accountability, responsibility, dan integrity. Penyiapan laporan keuangan oleh manajemen korporasi untuk memenuhi aspek pertanggungjawaban (responsibility) atas pengelolahan korporasi dengan aturan yang berlaku, termasuk didalamnya Standar Akuntasi Keuangan (SAK). Dengan demikian akuntan berhubungan dengan prinsip kewajaran (fairness) dan prinsip transpransi (transparency). Sesuai dengan prinsip fairness karena laporan keuangan dinyatakan telah sesuai dengan SAK.Sesuai dengan transparency karena laporan keuangan dimaksud telah menyajikan berbagai informasi yang bersifat material. Karena laporan keuangan yang telah diaudit dengan kualifikasi tertentu sebagai reputation agent, hal ini mengisyaratkan telah dipenuhinya aspek integritas (integrity) dalamcorporate governance. Laporan keuangan yang telah diaudit juga ditujukan untuk memenuhi prinsip akuntabilitas (accountability), sebagai bagian pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang memberikan wewenang pengelolahan korporasi yang dimaksud. Uraian diatas menerangkan bahwa secara keseluruhan prinsip corporate governance saling berhubungan dengan profesi akuntansi, sehingga dapat dipandang sebagai satu kesatuan didalam memahami fenomena corporate governance. Namun demikian, dari lima prinsip corporate governance yang saling berhubungan langsung profesi akuntansi adalah prinsip transparansi (Nam dan Nam 2004; Solomon dan Solomon 2004; Shaw 2003; Rutterman 2001). Dalam kaitan ini keyakinan atas pengungkapan (disclosure) yang tepat waktu serta informasi yang akurat atas berbagai hal penting berkaitan dengan korporasi dianggap sebagai sesuatu yang krusial sehubungan dengan profesi akuntan. Dalam konteks corporate governance prinsip ini merupakan bagian penting dari upaya untuk melindungi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan dengan

korporasi, termasuk diantaranya kepentingan para pemegang saham. Pengungkapan informasi yang memadai, akurat serta tepat waktu diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan manajer maupun pemegang saham mayoritas memanfaatkan kesempatan dengan merugiakan pihak lain. OECD (Rieger 2003) berpendapat bahwa pengungkapan yang bersifat penuh, fair, dan tepat waktu serta prinsip transparansi melalui peran akuntan adalah kebutuhan esensial bagi perlindungan terhadap investor, meningkatkan kepercayaan investor, meningkatkan likuiditas serta efesiensi pasar (modal). Untuk dapat memenuhi harapan ini diperlukan berbagai criteria yang berhubungan dengan ukuran profesionalisme akuntan.

III Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah pendekatan eksploratif-deskripitif yang dilakukan dengan cara kualitatif. Penulisan didasarkan pada analisis yang dilakukan berdasarkan eksplorasi terhadap berbagai informasi sekunder berupa referensi yang berasal dari berbagai bahan bacaan seperti buku, jurnal, makalah, artikel yang dapat ditemukan di perpustakaan dan media elektronik lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilakukan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena globalisasi dan peranan akuntan dari sudut pandang corporate governance. Selanjutnya akan diuraikan hasil analisis setelah anggota tim melakukan diskusi secara intensif terkait dengan isu yang dibahas dalam kaitannya dengan tulisan ini.

IV. Akuntan dan Perspectif Corporate Governance

IV.1 Pembahasan Organisasi dan manajemen merupakan dua instrumen yang tidak bisa dipisahkan. Korporasi sebagai suatu organisasi membutuhkan manajemen untuk mengontrol dan menjalankan kinerja perusahaannya. Korporasi yang memiliki good manajemen, produktivitas yang berkualitas dan keterbukaan (transparency) laporan keuangan yang baik, belum tentu bisa mencapai tujuan korporasi dengan maksimal. Apalagi jika manajemen memanfaatkan posisi nya untuk kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi dalam sebuah perusahaan memunculkan corporate governance. Konflik kepentingan pribadi tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan kekuatan antara berbagai pihak yang berhubungan (stakeholders dan manajemen). Dalam kaitan ini Williamson (1985) berpendapat bahwa konflik demikian secara psikologis didasarkan pada asumsi bahwa manusia bersifat oportunistik, yaitu cenderung memanfaatkan kesempatan dari suatu posisi (manajemen) dengan tujuan memperoleh keuntungan namun dengan merugikan pihak lainnya (stakeholders). Survey yang dilakukan dalam beberapa tahun terkahir (CSLA 2001) membuktikan bahwa diantara 9 negara di Asia, Indonesia berada di peringkat terkahir dalam masalah kondusifnya iklim berusaha, terutama menyangkut pelaksanaan dan kepastian hukum. Hal ini memberikan dampak bahwa permasalahan corporate governance di Indonesia tidak terbatas hanya pada penegakan hukum dan perundang-undangan yang

mendukung terciptanya praktek corporate governance yang sehat. Terdapat faktor lain di dalamnya, diantaranya peranan profesi akuntan sebagai salah satu reputational agent di dalam sub sistem corporate governance yang diharapkan dapat berperan sebagai bagian dari mekanisme corporate governance. Fakta tentang krisis keuangan di tahun 1998 silam yang mengakibatkan kebankrutan perusahaanperusahaan nasional yang berujung pada terpuruknya perekonomian Indonesia. IMF sebagai lembaga keuangan terbesar di dunia menawarkan program penyelamatan ekonomi kepada Indonesia, dengan mensyaratkan adanya perbaikan serta peningktan praktik corporate governance di Indonesia (Kurniawan dan Indriantoro, 2000). Disinilah dimulainya reformasi sistem corporate governance di Indonesia, namun hingga saaat ini penerapan corporate governance belum berjalan dengan baik. Dengan buruknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan investor menjadi turun karena investasi yang mereka tanamkan tidak aman. Hal ini akan diikuti dengan penarikan investasi yang telah ditanamkan, sementara investor baru enggan untuk berinvestasi. Hasil survei dari PWC (Price Waterhouse Coopers), Investment Management Association of Singapore dan Corporate Governance and Financial Reporting Center pada bulan Mei tahun 2005, menunjukkan bahwa 81% institusional investor yang disurvei di Singapura lebih memilih korporasi yang memiliki performa yang baik dalam corporate governance. Indikator yang menunjukkan keengganan investor berinvestasi di Indonesia dapat dilihat dari perkembanganForeign Direct Investment (FDI) indeks periode 1988-1990 dan periode 1998-2000 sebagai berikut : Table 1 FDI index Beberapa Negara di Asia

Negara China Hongkong Indonesia Jepang Korea Malaysia Filipina Singapura Taiwan

FDI index 1988-1990 0,8 5,9 0,5 0,0 0,4 2,6 1,0 13,5 0,9

FDI index 1998-2000 0,9 10,6 -0,4 0,2 0,6 1,0 0,3 3,3 0,4

Thailand

1,5

0,5

Sumber: World Investment Report 2001

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa telah terjadi penurunan angka indeks yang cukup signifikan selama periode 1998-2000. Meskipun beberapa negara Asia lain mengalami penurunan seperti Malaysia dan Filipina, namun penurunan yang mereka alami tidak separah negara Indonesia yang mencapai angka negatif. Untuk mengatasi hal ini, salah satu hal penting yang harus diambil adalah memperbaiki implementasi corporate governance yang secara sederhana diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders (Sulistyanto dan Wibisono 2003). Dengan kata lain, agar korporasi bisa bertahan dan beradaptasi dalam persaingan global dan borderless economy, korporasi harus bisa mengimplementasikan corporate governance yang baik (pendekatan open system) agar investor merasa aman dengan investasinya dan bisa menarik investor investor baru. Investor tersebut butuh informasi-informasi yang akurat seperti laporan keuangan yang disediakan oleh akuntan. Akuntan sebagai salah satu elemen yang berkontribusi dengan korporasi dituntut sebagai salah satu penyelamat dari stakeholders. Keputusan investor untuk berinvestasi atau menarik investasinya bergantung pada informasi yang diberikan oleh akuntan. Ekspektasi stakeholders terhadap perusahaan akan bertambah jika manajemen make a good decision based on real financial report. Maka dari itu akuntan dituntut agar memberikan laporan keuangan yang transparan dan akuntabilitas agar menyejahterakan stakeholders, yang mana itu merupakan salah satu tujuan dari korporasi.

Yang paling penting dari corporate governance adalah value dari corporate governance itu sendiri. Meskipun lingkungan mengalami perubahan corporate governance secara fleksibel bisa menemukan alternatif-alternatif dengan tidak menghilangkan value dari corporate governance tersebut (pendekatan open system). Corporate governance dengan pendekatan open system dideskripsikan sebagai sistem yang beroperasi sesuai dengan atau mengacu kepada aturan hukum dan regulasi agar korporasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam korporasi harus mengikuti aturan main dalam corporate governance. Akan tetapi dalam praktiknya terdapat kecurangankecurangan yang dilakukan manajemen. Mereka memanfaatkan posisi untuk memenuhi kepentingan pribadinya dan berkolaborasi dengan akuntan dalam menciptakan creative accounting (memanipulasi laporan keuangan). Sebagai contoh terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp 99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated (Tjager dkk., 2003). Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi (transparency) yang akibatnya sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor untuk berbisnis. Dengan adanya hal tersebut, dalam praktik pelaporan

keuangan sering menimbulkan ketidaktransparanan yang dapat menimbulkan konflik antara prinsipal (stakeholders) dan agen (manajemen). Akibat adanya perilaku manajemen yang tidak transparan dalam penyajian informasi ini akan menjadi penghalang adanya praktik GCG pada perusahaan-perusahaan karena salah satu prinsip dasar dari GCG adalah Transparency (keterbukaan). Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dalam rangka menegakkan prinsip GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyajian informasi akuntansi yang berkualitas dan lengkap dalam laporan tahunan sangat diperlukan. Hal ini akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Akuntan sebagai pembuat laporan keuangan juga ikut terlibat aktif dalam memenuhi kepentingan pribadi manajemen tersebut. Akuntan turut terjebak dalam lingkaran setan praktik-praktik kecurangan yang tidak sehat. Dengan begitu akuntan secara tidak langsung mengabaikan kode etiknya sebagai akuntan yaitu independency (tidak memakai asas-asas akuntanbilitas dan transparansi). Tanpa sadar akuntan telah mengubur prinsip prinsip corporate governance karena dalam praktiknya akuntan dengan sengaja menjalankan koruptif, manipulatif, dan melanggar aturan. Sehingga prinsip transparansi akuntabilitas dan fairness dalam corporate governance hanya menjadi sebatas retorika. Di dalam perekonomian global dan borderless economy korporasi dituntut untuk melaksanakancorporate governance yang baik dengan pendekatan open system, dimana korporasi sebagai organisme yang terbuka, harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya agar bisa bertahan. Perekonomian global danborderless economy menimbulkan global rules. Akuntan sebagai salah satu profesi yang mendapat pengaruh dari borderless economy membutuhkan aturan main (rules and regulation) yang berstandar internasional yaitu IFRS. IV.2 Kesimpulan

Korporasi sebagai suatu organisasi membutuhkan manajemen yang baik di dalam mengelola korporasi dalam menghasilkan kinerja yang optimal. Untuk menerapkan manajemen yang bagus diperlukan corporate governance yang diimplementasikan dengan berdasarkan kepada pendekatan open system Akuntan merupakan salah satu profesi yang mendukung diterapkannya corporate governance. Prinsip akuntabilitas dan transparansi sebagai bagian dari prinsip corporate governance merupakan bukti bahwa akuntan berperan penting di dalam sebuah organisasi dalam menghadapi era globalisasi.

IV.3 Saran Untuk mempersiapkan korporasi yang siap bersaing dalam perekonomian global dan borderless economy, manajemen korporasi dituntut untuk menjalankan prinsip corporate governance (Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility, serta Independency). Dalam kaitan ini akuntan diminta untuk menjalankan profesinya secara professional dan bertanggungjawab dalam memberikan informasi (laporan keuangan). Agar korporasi bisa survive dalam borderless economy dibutuhkan profesi akuntan yang dapat dihandalkan sebagai bagian penting dari mekanisme corporate governance.

Diposkan oleh mailisa putri di 9:05 PM Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

3 komentar:
1. mailisa putriSenin, 16 April, 2012 ini adalah paper team saya bersama Thaariq Syukra dan Stevani dalam rangka kontribusi tim saya dalam acara Accounting Competition di UKSW Salatiga. tapi berhubung ini tulisan kami yang pertama, kami belum dapat lolos untuk 10 besar. Balas Balasan

1.
oggyKamis, 07 Februari, 2013 izin non bwt tambahan di tugas akhir saya..thanks a lot for your posting Balas

2. oggyKamis, 07 Februari, 2013 thanks for your posting here ... Izin ya bwt tambahan referensi di tugas akhir saya... Balas

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

http://mailisaputri.blogspot.com/2012/04/peranan-akuntan-dan-globalisasi-suatu_16.html http://senyummu13.wordpress.com/2012/03/23/pertaruhan-profesionalitas-integritas-etikaakuntabilitas-akuntan-indonesia-di-ajang-perekonomian-global/

Konvensi Nasional Akuntansi VI IAI dibuka oleh Gubernur Jawa Barat


18-08-2009 09:38

Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 13-14 Agustus 2009 melaksanakan Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung. Kegiatan dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan bertindak sebagai keynote speaker ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, Prof. Dr. Anwar Nasution. Hadir sebagai pembicara Ketua Bapepam & LK Ahmad Fuad Rachmani, Komisaris Bank Mandiri & BTN, Direktur Keuangan BUMN, Anggota BPK, Deputi BPKP, Dirjen Pajak, dll. Acara dihadiri lebih dari 500 akuntan yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada hari itu juga telah ditandatangan Kesepakatan Bersama antara BPK-RI dengan IAI mengenai peningkatan peran profesi akuntan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keungan Negara, serta pemerintahan yang baik dan bersih. IAI juga menandatangani MOU dengan Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) UK sebagai kelanjutan kerjasama yang telah terlaksana sebelumnya untuk mendukung peningkatan kapabilitas profesi akuntan di Indonesia. Ketua Panitia Pengarah IAI, Prof. Ilya Avianti dalam sambutannya menyampaikan bahwa Konvensi Nasional Akuntansi VI merupakan ajang pertemuan Akuntan dan para stakeholders yang dilakukan setiap empat tahun sekali oleh IAI. KNA dilaksanakan dua hari dan pada hari Jumt, 14 Agustus 2009 IAI akan menyampaikan pernyataan profesi. Melalui KNA, Profesi akan menyampaikan kesepakatan strategis yang terakumulasi tentang arah dan sasaran pembangunan dunia akuntansi yang diidamkan profesi. Profesi juga akan menyampaikan usulan kepada pemerintah

Web

IAI Global

IAI-KAPD SNA 15 Banjamasin 2012 IFAC IASB IFACNet AFA Jurnal Riset Akuntansi Indonesia IAI Wilayah Jawa Timur IAI Wilayah Kepulauan Riau IAPI IAMI DEPKEU BI BPK BAPEPAM BPKP AICPA CPA AUSTRALIA ACCA MIA Kerjasama IAI-Garuda

Republik Indonesia tentang berbagai isu nasional berdimensi akuntansi yang harus disikapi bangsa Indonesia. KNA ini diselenggarakan masih dalam suasana krisis keuangan global yang belum usai. Oleh karena itu, tema konvensi kali ini adalah Peran Akuntan dalam Penataan Ulang Sistem Finansial Global Pascakrisis yang merupakan kondisi yang harus disiapkan oleh kita bersama dalam kapasitas spesialisasi masing-masing akuntan. Kondisi perekonomian global yang diwarnai dengan krisis sektor finansial tak pelak lagi menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi di tahun-tahun mendatang. Krisis finansial global juga menjadi momentum bagi profesi Akuntansi untuk secara global memperluas peran mereka di berbagai bidang dalam mengatasi krisis. Pada level internasional, IAI sebagai anggota International Federation of Accountants (IFAC) bersama asosiasi profesi akuntan di seluruh dunia turut mendukung upaya berbagai pihak dalam membangun arsitektur sistem finansial global yang lebih baik, transparan dan akuntabel pasca krisis finansial global yang melanda dunia. Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Ahmadi Hadibroto pada sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa saat ini profesi akuntan, secara berkesinambungan sesuai perannya telah melakukan upaya penataan ulang sistem finansial global antara lain persiapan konvergensi IFRS yang harus sudah diterapkan pada tahun 2012, pelaksanaan Standar Akuntansi Syariah, Standar Akuntansi bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), dan banyak hal yang telah dilakukan oleh IAI untuk mengantisipasi pascakrisis dan zona perdagangan bebas. IAI menekankan perlunya solusi jangka panjang

untuk mengatasi krisis keuangan global dan perlunya integrasi global perekonomian. Rekomendasi yang akan dihasilkan merefleksikan bahwa profesi Akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi krisis dan terlibat dalam reformasi sistem keuangan global. Efektivitas imlpementasi standar global ini mensyaratkan adanya kualitas yang tinggi dari seluruh pelaku di profesi Akuntansi. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dan kerjasama secara global dari seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat profesi Akuntansi khususnya dinegara berkembang. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan membangun secara berkelanjutan kapasitas profesi Akuntansi secara nasional dan regional; melakukan upaya menuju tercapainya full compliance terhadap standar global; memperkuat legal environment profesi, memperkuat monitoring dan penegakan Etika, memperluas akses kepada standar internasional, menyempurnakan kualitas pendidikan dan pelatihan, mengembangkan panduan implementasi berbagai standar dan langkah utama lainnya untuk mengembangkan profesi Akuntansi. Pemerintah dan regulator perlu saling mendukung dalam melaksanakan langkah inisiatif untuk mempromosikan konvergensi kepada IFRS, ISA & IPSAS. Kepentingan publik dapat dilayani dengan baik dengan adanya a single set of high-quality, principles-based financial reporting & auditing standards. Adopsi standar internasional ini sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian. IAI sebagai Organisasi Profesi Akuntan yang telah mapan senantiasa berupaya merubah setiap tantangan menjadi peluang bagi kemajuan profesi Akuntan di Indonesia. IAI

sangat menyadari pentingnya peran akuntan dalam dunia bisnis. Seiring dengan perkembangan dan dinamika bisnis dalam skala nasional dan internasional ditengah kondisi sekarang ini, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi IFRS pada tahun 2012. Implementasi program ini dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat kami harapkan. Keseragaman bahasa dalam Akuntansi, auditing, kode etik, pelaporan keuangan baik sektor privat maupun sektor publik perlu didukung karena dengan standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Ikatan Akuntan Indonesia percaya bahwa sistem Ekonomi Syariah adalah salah satu alternatif sistem perekonomian yang tahan terhadap dampak krisis keuangan global yang terjadi, untuk itu Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan menjadi pelaku utama dalam pengembangan Standar Akuntansi Syariah di dunia. Begitu juga dengan standar akuntansi yang dipakai oleh Usaha Kecil dan Menengah. Standar akuntansi UKM sangatlah penting karena terbukti UKM adalah tulang punggung perekonomian Negara kita. Kita boleh berbangga karena IAI telah meluncurkan SAK-ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang ditujukan untuk UKM dan Standar Akuntansi untuk transaksi Syariah yang diterbitkan dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Inggris dan bahasa Arab. PSAK ETAP ini akan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar berbasis IFRS yang akan kita adopsi. SAK ETAP ini mulai diberlakukan pada tahun 2011 namun penerapan lebih awal di 2010

diperbolehkan. IAI mempunyai visi bahwa Standar ETAP harus meningkatkan kesehatan praktik akuntansi di Indonesia secara keseluruhan. Ahmadi Hadibroto juga menyampaikan perlunya pengaturan terhadap semua pihak yang bertanggungjawab langsung ataupun tidak langsung terhadap informasi perusahaan yang digunakan oleh para pemangku kepentingan. Untuk itu, dengan semangat untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan secara keseluruhan, kami memandang perlu dimasa mendatang dapat segera disusun suatu UU Pelaporan Keuangan. Pengembangan Akuntansi syariah, peningkatan kompetensi akuntan diberbagai sektor, penyesuaian kurikulum Pendidikan Akuntansi menghadapi implementasi standar internasional, peningkatan tata kelola yang baik disektor swasta maupun pemerintah, peningatan kiprah profesi dalam forum regional dan internasional juga menjadi perhatian utama IAI. (Ezh)
kirim berita Berita yang lain

http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=80

IFRS akan mengambil alih dunia akuntansi pada tahun 2014?



inShar e

digg Sepanjang tahun globalisasi bisnis telah terus meningkat menyebabkan meningkatnya penerimaan dari serangkaian umum standar untuk akuntan di seluruh dunia. Pada bulan April 2001, Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) didirikan untuk melakukan tanggung jawab dariKomite Standar Akuntansi Internasional (IASC) didirikan pada tahun 1973. IASB terdiri dari empat belas anggota yang mewakili sembilan negara, termasuk China, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat,

dan disponsori oleh berbagai lembaga keuangan, perusahaan, bank, dan perusahaan akuntansi. Pada tahun 2002, setahun setelah pendirian mereka, yang bersatu dengan IASB Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) untuk menggabungkan pengetahuan mereka dan mengembangkan satu set berkualitas tinggi standar akuntansi yang akan kompatibel dengan semua negara agar berhasil melaksanakan urusan bisnis internasional dan akuntansi mereka. Ini set standar akuntansi global disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). MenurutAmerican Institute Akuntan Publik (AICPA), 12.000 perusahaan di 113 negara telah mengadopsi penggunaan IFRS. US Securities and Exchange Commission (SEC), salah satu pendukung utama dari mengembangkan seperangkat standar untuk bertindak sebagai pedoman untuk pelaporan keuangan pada penawaran transnasional, telah mendorong adopsi IFRS di Amerika Serikat Pada 14 November, 2008 SEC mengumumkan bahwa mereka mengantisipasi Amerika Serikat akan mengadopsi IFRS pada tahun 2014 awal, bersama dengan peta jalan dan tujuan yang harus dicapai dalam rangka memenuhi timeline diperkirakan. GAAP vs IFRS Meskipun GAAP dan IFRS masih menutupi masalah yang sama dan memberikan bimbingan untuk akuntan dan laporan keuangan mereka, ada banyak perbedaan yang harus diambil selama proses konversi. Dalam Standar Pelaporan Akuntansi Internasional (IFRS): Sebuah Backgrounder AICPA dikembangkan pada tahun 2008, AICPA menyatakan bahwa FASB dan IASB telah bekerja untuk berkumpul topik dari IFRS dengan US GAAP dalam rangka untuk mengurangi masalah apapun terangsang oleh perbedaan utama antara dua set standar. AICPA juga daftar beberapa perbedaan signifikan yang masih tetap selama proyek konvergensi: IFRS tidak mengizinkan terakhir In First Out (LIFO) sebagai metode pembiayaan persediaan. IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada metode dua langkah yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin. IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan tujuan pengukuran untuk kontinjensi. IFRS tidak mengizinkan menyembuhkan pelanggaran perjanjian utang setelah akhir tahun. IFRS panduan tentang pengakuan pendapatan kurang luas daripada GAAP dan mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri (AICPA, 2008). Situs IFRS (http://www.ifrs.com) juga menyebutkan perbedaan-perbedaan ini bersama dengan apa yang mereka percaya adalah ketidaksamaan terkemuka, IFRS menyediakan kurang detail keseluruhan IFRS cocok menjadi satu buku, sekitar dua inci tebal. Sebaliknya, US GAAP berisi sekitar 17.000 halaman aturan rinci dan bimbingan? (IFRS FAQ,? 2008). AS harus menemukan cara untuk menyelesaikan akuntansi mereka tanpa semua pedoman tambahan yang diberikan oleh US GAAP. FASB dan IASB baik harapan untuk menyelesaikan sebagian besar masalah besar sebelum SEC izin perusahaan publik untuk menerapkan IFRS dengan akuntansi mereka.

SEC Roadmap Sejak tahun 1988, SEC telah memainkan peran utama dalam upaya internasional untuk mendapatkan satu set standar akuntansi pokok. Masalah berulang bahwa SEC telah membawa adalah bahwa emiten yang ingin meningkatkan modal di lebih dari satu negara dihadapkan dengan biaya kepatuhan meningkat dan inefisiensi mempersiapkan beberapa set laporan keuangan untuk memenuhi persyaratan akuntansi yang berbeda yurisdiksi? (AICPA, 2008). Mereka mendorong untuk satu set standar yang perusahaan dengan urusan lintas batas dapat mematuhi. Pada tanggal 14 November 2008, SEC membuat pernyataan publik dan mengusulkan sebuah roadmap yang mencakup pedoman dasar yang diperlukan untuk diselesaikan oleh perusahaan publik AS untuk kemajuan dalam penerapan IFRS. Pada 17 Juni 2008, Presiden Obama mengumumkan bahwa kemajuan yang luas itu harus dibuat mengenai pengembangan seperangkat global premi standar akuntansi oleh kesimpulan dari 2009 (IFRS FAQ, 2008?). Menurut peta jalan, antara tahun 2011 dan 2012, Kanada, India, dan perusahaan Meksiko dijadwalkan untuk mengadopsi IFRS dan antara 2014 dan 2016, pelapor dipercepat besar, pelapor dipercepat, dan lebih kecil perusahaan publik AS akan diminta untuk beralih ke IFRS (AICPA, 2008). Meskipun timeline adalah mungkin, itu akan menjadi sulit bagi perusahaan untuk beralih begitu cepat dan akan ada berbagai tantangan yang timbul selama proses tersebut. Lebih banyak orang perlu informasi tentang IFRS dan menerima konversi. Adopsi memerlukan berpendidikan, orang-orang bisnis berpikiran terbuka yang bersedia untuk belajar dan melakukan tantangan ini. Adopsi IFRS: Tantangan dan Peluang Tidak peduli seberapa kecil proses konversi, banyak tantangan terikat untuk muncul. Dalam sebuah artikel berjudul Panduan Standar Pelaporan Keuangan Internasional,? Pusat Audit Kualitasmenyebutkan beberapa tantangan. Terutama, pendanaan dan staf IASB dengan para ahli yang percaya diri dan dapat berfungsi sebagai badan yang menetapkan standar independen? akan menjadi masalah. Mereka juga membawa adopsi konsisten, aplikasi, dan review peraturan yang diperlukan untuk mencapai manfaat sebenarnya dari satu set seragam standar akuntansi. ? Terakhir, Pusat Audit Kualitas membawa masalah terkenal bahwa akan sulit untuk sepenuhnya menghentikan GAAP sementara beberapa masih percaya bahwa US GAAP adalah standar emas benar? untuk pelaporan keuangan (2009). Jelas, ada juga akan perjuangan bagi siapa saja berurusan dengan dokumen keuangan dan profesi akuntansi. AICPA menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pelaporan keuangan harus melakukan pelatihan komprehensif, perguruan tinggi dan universitas perlu menambahkan IFRS ke dalam kurikulum mereka untuk siswa, asosiasi profesional dan kelompok industri akan perlu untuk memasukkan IFRS ke dalam semua program mereka dan bahan, dan terakhir, IFRS akhirnya akan dimasukkan dalam pemeriksaan CPA (AICPA, 2008). Dalam sebuah artikel berjudul Menggunakan IFRS untuk Drive Pengembangan Bisnis,? ditemukan dalam Journal of Akuntansi, Jefferey dan Stephen menyebutkan bahwa orang dapat menjadi dididik tentang IFRS dari konferensi yang diselenggarakan oleh AICPA, website IFRS, berbagai seminar dan buku-buku, dan dari publikasi yang berbeda yang dikembangkan oleh perusahaan Big Four akuntansi (Deane & Heilman, 2009).

Selain dari semua hambatan yang dibawa oleh IFRS, juga akan ada berbagai peluang yang muncul setelah proses konversi selesai. Yang paling penting, IFRS akan menempatkan AS pada halaman yang sama dengan sisa dari dunia ketika datang ke pelaporan keuangan. Ini akan melindungi pasar modal AS, membuat lintas batas investasi lebih mudah, dan mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk berinvestasi di seluruh dunia. Pelaporan keuangan juga akan menjadi kurang kompleks karena penurunan standar yang diberikan bahwa IFRS adalah prinsip-berbasis (Pusat Kualitas Audit, 2009). Secara keseluruhan, ada berbagai tantangan dan peluang yang dikembangkan oleh proses konversi, namun tanpa komitmen yang kuat oleh perusahaan, akuntan, dan setiap orang lain yang terlibat dalam proses akuntansi, maka akan sangat sulit untuk memenuhi adopsi diperkirakan SEC s oleh 2014. http://id.prmob.net/standar-pelaporan-keuangan-internasional/dewan-standar-akuntansiinternasional/dewan-standar-akuntansi-keuangan-651336.html

Indonesia Dinilai Kekurangan Akuntan


Posted on October 19, 2011 by Eddy Dwinanto Iskandar
2

Jumlah akuntan di Indonesia disebut-sebut masih belum memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang akuntabel. Data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyebutkan bahwa secara keseluruhan, jumlah akuntan yang terdaftar adalah sekitar 40.000 akuntan. Untuk akuntan publik, akuntan yang aktif terdaftar adalah sekitar 700 orang. Bandingkan dengan Malaysia sebagai negara dengan penduduk sekitar 27 juta dimana jumlah akuntan publik yang terdaftar dan aktif adalah sekitar 5.000 orang, ungkap Roy Iman Wirahardja, Wakil Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam diskusi bertajuk Peluang dan Tantangan Akuntan di Indonesia yang diselenggarakan kemarin (18/10) oleh CPA Australia di Jakarta. Padahal, menurut Roy, akuntan memiliki peran strategis baik bagi perusahan swasta maupun lembaga public dimana laporan keuangan yang diberikan oleh para akuntan akan berkontribusi terhadap penetapan kebijakan-kebijakan keuangan yang dikeluarkan oleh lembaga publik maupun swasta. Sebagai contoh, salah satu peran strategis akuntan adalah untuk mengurangi ketidakcocokan perencanaan keuangan antara daerah (APBD) dan pusat (APBN), yang pada akhirnya akan membantu pemerintah untuk menjalankan programnya dengan baik, ujar akuntan senior Farid Prawiranegara. Farid berpendapat, akuntan berperan dalam membuka kesempatan yang luas kepada kalangan pemerintah dan swasta dalam meningkatkan citra lembaga dan mendorong terbukanya peluang-peluang investasi baru. Di sisi lain, mulai pada

2012 Indonesia akan menerapkan standar akuntansi internasional, misalnya International Financial Reporting Standards (IFRS) demi meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban. Selain itu, dengan berlakunya Undang Undang No. 5 tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011 tentang Akuntan Publik, maka para Sarjana non akuntansi berkesempatan menjadi Akuntan Publik asal lulus ujian sertifikasi. Sebelum itu, seorang Akuntan Publik wajib berstatus Sarjana Akuntansi. Kemudian ia harus mengikuti PPAK sekitar 1-1,5 tahun untuk memperoleh gelar gelar Akuntan. Akuntan lalu mendaftar di Kementerian Keuangan untuk mendapat Register Akuntan. Berikutnya dia dapat mengikuti Ujian Profesi Akuntan Publik (CPA Exam), dan apabila lulus dan memiliki pengalaman sebagai auditor, barulah dapat mengurus permohonan ijin untuk menjadi Akuntan Publik dan mendirikan Kantor Akuntan Publik. Diharapkan jumlah akuntan Indonesia akan terus bertambah baik dari sisi kualitas maupun kuantitas mereka, ungkap Bandi, Country Manager CPA Australia, Representative Office Indonesia. Diskusi menyimpulkan bahwa akuntan memiliki peran strategis dalam meningkatkan citra lembaga publik maupun swasta dan mendorong terbukanya peluang-peluang investasi baru. Dengan menganut standar akuntansi yang diakui secara internasional, peluang untuk transaksi internasional akan semakin terbuka. Hal ini juga akan berpengaruh pada meningkatnya daya saing perusahaan dan negara.

SHARE SOCIAL MEDIA


Share on facebook

http://swa.co.id/listed-articles/indonesia-dinilai-kekurangan-akuntan

Jurnal Adopsi IFRS ke PSAK


10/05/2013 in Materi

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS 1. PENDAHULUAN Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan

adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang, Amerika, Singapore, atau bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini. Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan itemitem pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun 2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejaumana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS, mungkinkah tahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRS? 2. PEMBAHASAN Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional Choi dan Mueller (1998) mendefinisikan akuntansi internasional adalah akuntansi internasional yang memperluas akuntansi yang bertujuan umum, yang berorientasi nasional, dalam arti yang luas untuk: (1) analisa komparatif internasional, (2) pengukuran dan isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi bisnis-bisnis internasional dan bentuk bisnis perusahaan multinasional, (3) kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional, dan (4) harmonisasi akuntansi di seluruh dunia dan harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan pembuatan standar. Choi, et al. (1999) menyatakan bahwa Harmonisasi merupakan proses untukmeningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standart harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara.

Saat ini harmonisasi standar akuntansi internasional menjadi isu hangat karena berhubungan erat dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. IASC (International Accounting Stadard Committe) adalah lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan (Choi & Mueller, 1998). IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangantahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1). Menghasilkantransparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan., (2). Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS., (3). Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Sejarah, perkembangan, dan pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia Sejarah dan perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008). a) Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda. b) Sampai Thn. 1955 : Indonesia belum mempunyai undang undang resmi / peraturan tentang standar keuangan. c) Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi. d) Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi. e) Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee) f) Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS. g) Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan. h) Tahun. 2012 : Ikut IFRS sepenuhnya? Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia

Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards Board. Oleh karena itu, arah penyusunan dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut. Posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan konseptual. Efek penerapan International Accounting Standard (IAS) terhadap LaporanKeuangan Beberapa penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk menganalisa dan membuktikan efek penerapan IAS (IFRS) dalam laporan keuangan perusahaan domestik. Penelitian itu antara lain dilakukan oleh Barth, Landsman, Lang (2005), yang melakukan pengujian untuk membuktikan pengaruh Standar Akuntansi Internasional (SAI) terhadap kualitas akuntansi. Penelitian lain dilakukan oleh Marjan Petreski (2005), menguji efek adopsi SAI terhadap manajemen perusahaan dan laporan keuangan. Hung & Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI terhadap laporan keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar akuntansi Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan dan laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi Internasional dan Standar Akuntansi Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada rasio keuangan, antaralain rasio ROE, RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio nilai buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio Earning to Price. Pricewaterhouse Coopers (2005) menyatakan bahwa perubahan standar akuntansi tersebut akan berdampak pada berbagai area antara lain: Product viability, Capital Instruments, Derivatives dan hedging, Employee benefits, fair valuations, capital allocation, leasing, segment reporting, revenue recognition, impairment reviews, deferred taxation, cash flows, disclosures, borrowing arrangements and banking covenants. Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standarakuntansi domestik Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002) adalah: (1) Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, (2) Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang, (3) Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah dalam melakukan training pada karyawan, (4) Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal internasional, (5) Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.

Pricewaterhouse Coopers (2005) dalam publikasinya Making A change To IFRS mengatakan: Financial reporting that is not easily understood by global users is unlikely to bring new business or capital to a company. This is why so many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by their governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also allowsmultinational groups to apply common accounting across their subsidiaries, which can improve internal communications, and the quality of management reporting and group decisionmaking. At the same time, IFRS can ease acquisitions and divestments through greater certainty and consistency of accounting interpretation. In increasingly competitive markets, IFRS allows companies tobenchmark themselves against their peers worldwide, and allows investors and others to compare the companys performance with competitors globally. Those companies that do not make themselves comparable (or cant, because national laws stand in the way) will be at a disadvantage and their ability to attract capital and create value going forward will be undermined Dalam publikasi tersebut, Pricewaterhouse Coopers sebagai perusahaan jasa professional atau kantor akuntan terbesar di dunia saat ini, menyatakan bahwa laporan keuangan dituntut untuk dapat memberikan informasi yang lebih dapat dipahami oleh pemakai global, dengan demikian dapat menarik modal ke dalam perusahaan. Hal inilah yang mendorong atau menuntut perubahan peraturan akuntansi domestik ke arah IFRS. Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan semakin meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan. Perlunya harmonisasi standar akuntansi internasional di Indonesia Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan) nomor 24, itu mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar ini berhubungan dengan imbalan kerja atau employee benefit. Kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi, kerugian kita berkaitan dengan kegiatan pasar modal baik modal yang masuk ke Indonesia, maupun perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek di Negara lain. Perusahaan asing yang ingin listing di BEI akan kesulitan untuk menerjemahkan laporan keuangannya dulu sesuai standart nasional kita, sedangkan perusahaan Indonesia yang akan listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk menerjemahkan atau membandingkan laporan keuangan sesuai standart di

negara tersebut. Hal ini jelas akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak mengglobal. 3. RINTANGAN DALAM PROSES MENUJU HARMONISASI Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling fundamental dalam proses harmonisasi adalah: (1) perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai negara, (2) kurangnya atau lemahnya tenaga profesional atau lembaga profesional di bidang akuntansi pada beberapa negara, (3) perbedaan sistem politik dan ekonomi pada tiap-tiap negara. Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam menuju harmonisasi adalah: (1) Nasionalisme tiap-tiap negara, (2) Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, (3) Perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, (4) Tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Tantangan atau rintangan bagi perusahaan. Penerapan IFRS dalam sebuah perusahaan atau organisasi bukanlah suatu keharusan. Sebuah perusahaan ketika akan beralih ke IFRS terlebih dahulu akan mempertimbangkan cost and benefit-nya. Perusahaan akan menerapkan IFRS apabila memperoleh incremental benefit atas penerapan IFRS tersebut. Namun bagi perusahaan multinasional, wajib menerapkan IFRS dalam laporan keuangannya dikarenakan perusahaan ini berpatner dengan perusahaan-perusahaan lain secara global. Jika perusahana multinasional tidak mau mengadopsi IFRS, maka ia akan ditinggalkan oleh patner usahanya yang membutuhkan laporan keuangan yang berstandar internasional. IFRS adalah sebuah sistem pengukuran kinerja baru. Prinsip akuntansi yang baru ini harus di umumkan kepada semua pihak di sebuah perusahaan (organisasi). Merubah standar akuntansi dari standar domestik menjadi standar internasional bukanlah sekedar berganti aturan akuntansi semata, tetapi juga berarti perubahan dalam pola pikir pegawai accounting/keuangan dan bagian lain di perusahaan dalam bekerja, mereka dituntut untuk mengetahui dan bisa membuat laporan keuangan berstandard IFRS. Hal ini tentu saja membutuhkan waktu dan usaha yang keras. Tantangan atau rintangan bagi kalangan akademisi. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012. Untuk tujuan itu, sampai dimana kesiapan kalangan akademisi khususnya bidang akuntansi di Indonesia? Mengingat kalangan akademisi adalah ujung tombak dalam mempersiapkan atau menghasilkan generasigenerasi penerus yang akan berhadapan langsung dengan IFRS dalam dunia kerjanya di masa depan. Apakah akademisi Indonesia (seperti guru, dosen dan guru besar akuntansi) sudah siap mengganti kurikulum, buku literature, silabus dan bahan/alat ajar akuntansi lainnya? Mengubah kurikulum akuntansi bukanlah pekerjaan mudah, menyangkut banyak aspek. Michael Cangemi (President dan CEO dari FEI) dalam tulisannya di March issue mengatakan: This means that all of the GAAP books you own, everything you learned in college and in your entire career will change, semua buku mengenai GAAP yang anda miliki beserta segala sesuatu yang anda pelajari di sekolah dan career akan berubah. Major accounting schools the Universities of Texas, Illinois and Wisconsin will teach IFRS, kata Larry Rittenberg, Ph.D., Ernst & Young professor, University of Wisconsin. Hampir semua universitas yang menyelenggarakan jurusan akuntansi di semua negara bagian amerika serikat telah memiliki kelas khusus IFRS, katanya, seperti di lansir oleh Financial Executive Online. 4. KESIMPULAN

1. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global. 2. Saat ini, adopsi yang dilakukan oleh PSAK Indonesia sifatnya adalah harmonisasi, belum adopsi secara utuh, namun indonesia mencanangkan akan adopsi seutuhnya IFRS pada tahun 2012. Adopsi ini wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan. 3. Perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sifat adopsi apa yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS atau adopsi IFRS yang bersifat harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan dengan kondisi ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia. 4. Untuk mencapai adopsi seutuhnya (full adoption) pada 2012, tantangan terutama dihadapi oleh kalangan akademisi dan perusahaan di Indonesia. Jika ingin full adoption IFRS pada tahun 2012, berarti sebelum tahun 2012 kalangan akademisi khususnya bidang akuntansi harus siap terlebih dahulu terhadap perubahan ini dengan cara melakukan penyesuaian terhadap kurikulum, silabi, dan literatur. Penyesuaian terhadap perubahan ini memerlukan waktu dan usaha yang keras, karena penyesuaian terhadap peraturan yang baru menyangkut banyak aspek dan bukanlah hal yang dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bagi perusahaan atau organisasi, perubahan dilakukan terutama oleh perusahaan go publik atau perusahaan multinational yang melakukan transaksi dan berinteraksi dengan perusahaan lainnya secara international. 5. Adopsi seutuhnya (full adoption) terhadap IFRS, berarti merubah prinsip-prinsip akuntansi yang selama ini telah dipakai menjadi suatu standar akuntansi berlaku secara internasional. Hal ini kemungkinan besar tidak akan dapat tercapai dalam waktu dekat, mengingat kendala yang dihadapi antaralain: (1) standar akuntansi sangat berhubungan dengan sistem perpajakan. Sistem perpajakan setiap negara bervariasi. Jika prinsip akuntansi distandarkan secara internasional, berarti sistem perpajakannya juga harus distandarkan secara internasional, masalahnya mungkinkah ini terjadi? (2) standar akuntansi adalah suatu kebijakan akuntansi yang dibuat berdasarkan kebutuhan politik dan ekonomi suatu negara. Politik dan ekonomi setiap negara bervariasi, sehingga masalah politik dan ekonomi akan selalu menjadi hambatan dalam adopsi IFRS secara utuh dalam suatu negara.

Sumber : Gamayunil, Rindu Rika, 2009, Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia menuju International Financial Report Standarts (IFRS) ,Jurnal Akuntansi dan K

http://mazda4education.wordpress.com/2013/05/10/jurmal-adopsi-ifrs-ke-psak/

IFRS regional policy forum kelima di Bali


Indonesia menjadi tuan rumah IFRS Regional Policy Forum kelima yang dilaksanakan di Kuta, Bali pada tanggal 23 dan 24 Mei 2011. Kegiatan serupa sudah digelar sebelumnya di Sydney,

Tokyo, Beijing, dan Singapura. Untuk tahun 2011 ini, forum tersebut diadakan di Bali dan dihadiri oleh 300 peserta dari 21 negara di kawasan Asia-Oceania. Standar akuntansi negara-negara Asia-Oceania akan berkonvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) dalam beberapa tahun mendatang. Beberapa negara bahkan telah mengadopsi IFRS sejak tahun 2005, sedangkan yang lain-lainnya seperti Malaysia, Indonesia, dan Singapura telah menargetkan tahun 2012 untuk mengadopsi IFRS secara penuh . Sebagai konsekuensinya, tahun 2011 ini sangat krusial bagi negara-negara tersebut, karena merupakan tahun persiapan final. IFRS Regional Policy Forum dimaksudkan untuk mempertemukan para pembuat kebijakan, regulator, dan penyusun standar di tingkat nasional yang sedang berada pada berbagai tahap yang berbeda dalam roadmap adopsi IFRS masing-masing untuk saling berbagi dan belajar dari pengalaman satu sama lain dalam mengadopsi standar global, baik menyangkut tantangan yang dihadapi maupun peluang yang ditawarkannya. Dengan mempertimbangkan meningkatnya perhatian dari para pemangku kepentingan di kawasan Asia-Oceania terkait pengadopsian IFRS, forum kali ini mengambil tema: Towards One Global Standard: The Challenges and Opportunities of IFRS Adoption in the AsiaOceania Region. Sebanyak 31 pembicara dan moderator serta peserta dari 16 negara membahas isu-isu berikut: 1. Kemajuan konvergensi IFRS yang terjadi pada perekonomian utama di kawasan Asia-Oceania (Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan India), serta tantangan dan peluang yang timbul. Forum ini juga membahas peran penting penyusun standar di negara-negara yang sedang mengadopsiIFRS melalui peningkatan kolaborasi dan partisipasi dalam pembentukan IFRS. 2. Penyampaian update mengenai projek-projek yang sedang aktif dilaksanakan oleh IASB, khususnya yang berdampak signifikan terhadap kawasan Asia-Oceania. Forum ini di antaranya membahas kemajuan projek IASB terkait isu-isu instrumen keuangan, sewaguna, pendapatan, dan kontrak asuransi. 3. Peran regulator pasar modal dan jasa keuangan dalam mendukung pengadopsian IFRS. 4. Tantangan dan peluang pengadopsian IFRS yang dihadapi oleh pihak penyusun laporan keuangan. 5. Kerjasama dengan autoritas perpajakan untuk memastikan bahwa hukum perpajakan dan ketentuan pelaporan keuangan saling melengkapi satu sama lain. 6. Tantangan dan peluang pengadopsian IFRS bagi auditor, termasuk mobilitas mereka serta perlunya penyusunan standar pengauditan yang selaras dengan IFRS. 7. Pembahasan Strategy Review Document yang belum lama ini diterbitkan oleh IFRS Foundationuntuk memperbaiki tata kelola (governance) dalam pengambilan keputusan IASB. Kesepakatan yang dihasilkan dari forum ini di antaranya adalah:

1. Para peserta mempertegas komitmen mereka terhadap tujuan akhir pengadopsian IFRS serta untuk mencapai satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi. 2. Para peserta sepakat bahwa tujuan ini perlu difasilitasi melalui proses konvergensi. 3. Para peserta sepakat bahwa penyusun standar akuntansi di kawasan AsiaOceania perlu bekerjasama lebih erat untuk meningkatkan suara (voice) dan kepedulian di tingkat regional.Asia-Oceania Standards Setters Group merupakan forum yang paling tepat bagi penyusun standar di kawasan tersebut untuk membahas isu-isu bersama yang dihadapi di tingkat regional. 4. Para peserta sepakat bahwa penyusun standar di tingkat nasional memiliki peran yang semakin penting sebagai mitra IASB dengan memberikan saran secara proaktif kepada IASB mengenai isu-isu di tingkat lokal. 5. Para peserta sepakat bahwa suara kawasan Asia-Oceania harus ditingkatkan (semakin penting) dalam membentuk IFRS di masa datang. 6. Para peserta saling berbagi concern yang sama bahwa pengadopsian IFRS bukan hanya sekadar isu akuntansi. Untuk menyukseskan pengimplementasian IFRS, dukungan dari pemerintah serta badan-badan regulator dan pembuat kebijakan sangat penting. 7. Para peserta saling berbagi concern yang sama mengenai peningkatan pengetahuan dan kesadaran investor yang menuntut laporan keuangan berbasis IFRS. Tuntutan investor ini sangat penting untuk diperhatikan, terutama bagi perusahaanperusahaan yang mencari dukungan kapital dari pasar modal global. 8. Para peserta sepakat mengenai pentingnya hukum perpajakan yang selaras dengan IFRS. Posted by Admin Labels: IFRS, Standar akuntansi

Knowledges of Capital Market by Fathir


"Be fearful when most of people greedy and Be greedy when most of people fearly"

14 Mei 2011 JURNAL IFRS (PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS)
Ditulis dalam Uncategorized pada 2:52 oleh fathir32

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS Rindu Rika Gamayuni1

ABSTRACT The Indonesian Financial Accounting Standards needs to adopt IFRS, so that the Indonesian financial reports can be accepted globally and the Indonesian companies are able to enter the global competition to attract the international investors. Currently, the adoption by Indonesian PSAK is in the form of harmonization, which means partial adoption. However, Indonesian is planning to fully adopt the IFRS by 2012. Such an adoption will be mandatory for listed and multinational companies. The decision as to whether Indonesia will fully adopt the IFRS or partly adopt for harmonization purposes needs to be considered carefully. Full adoption of IFRS will enhance the reliability and comparability of the financial reports internationally. However, it may contradict the Indonesian tax systems and other economic and political situations. If Indonesia were to adopt fully the IFRS by 2012, the challenges are faced firstly by the academic society and the companies. The curriculum, syllabi, and literature need to be adjusted to accommodate the changes. These will take considerable time and efforts due to the many aspects related to the changes. Adjustments also need to be done by corporations or organizations, particularly those with international transactions and interactions. Full adoption also means the changing of accounting principles that has been applied as accounting standards worldwide. This might not be achieved in a short period, due to a number of reasons: (1) accounting standards are highly related with the tax systems. Adoption to IFRS internationally may change the tax systems in each country that fully adopt the IFRS. (2) Accounting standards are accounting policies in order to fulfil the national political and economic necessities that vary in each country. This might be the significant challenges in fully adopting the IFRS. Keyword : International Financial Reporting Standards, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, fully adoption, accounting policies, tax systems. A. PENDAHULUAN Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain

nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiaptiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang, Amerika, Singapore, atau bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini. Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun 2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejaumana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS, mungkinkah tahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRS? B. PEMBAHASAN Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional Choi dan Mueller (1998) mendefinisikan akuntansi internasional adalah akuntansi

internasional yang memperluas akuntansi yang bertujuan umum, yang berorientasi nasional, dalam arti yang luas untuk: (1) analisa komparatif internasional, (2) pengukuran dan isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi bisnis-bisnis internasional dan bentuk bisnis perusahaan multinasional, (3) kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional, dan (4) harmonisasi akuntansi di seluruh dunia dan harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan pembuatan standar. Choi, et al. (1999) menyatakan bahwa Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standart harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara. Saat ini harmonisasi standar akuntansi internasional menjadi isu hangat karena berhubungan erat dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. IASC (International Accounting Stadard Committe) adalah lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan (Choi & Mueller, 1998). IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1). Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan., (2). menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS., (3). dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Sejarah, perkembangan, dan pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia Sejarah dan perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008). a) di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda. b) sampai Thn. 1955 : Indonesia belum mempunyai undang undang resmi / peraturan tentang standar keuangan. c) Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi. d) Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi. e) Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee) f) Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS. g) Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan. h) Tahun. 2012 : Ikut IFRS sepenuhnya? Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards Board. Oleh karena itu, arah penyusunan dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut. Posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Tabel 1: IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember 2008 1. IAS 2 Inventories 2. IAS 10 Events after balance sheet date 3. IAS 11 Construction contracts

4. IAS 16 Property, plant and equipment 5. IAS 17 Leases 6. IAS 18 Revenues 7. IAS 19 Employee benefits 8. IAS 23 Borrowing costs 9. IAS 32 Financial instruments: presentation 10. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement 11. IAS 40 Investment propert Tabel 2: IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009 1. IFRS 2 Share-based payment 2. IFRS 4 Insurance contracts 3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations 4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources 5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures 6. IAS 1 Presentation of financial statements 7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 8. IAS 28 Investments in associates 9. IFRS 3 Business combination 10. IFRS 8 Segment reporting 11. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors 12. IAS 12 Income taxes 13. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 14. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans 15. IAS 31 Interests in joint ventures 16. IAS 36 Impairment of assets 17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets 18. IAS 38 Intangible assets Tabel 3: IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010 1. IAS 7 Cash flow statements 2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance 3. IAS 24 Related party disclosures 4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 33 Earning per share 6. IAS 34 Interim financial reporting

7. IAS 41 Agriculture Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan konseptual. Revisi terbaru PSAK yang mengacu pada IFRS Sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International Accounting Standards (IAS) dan International financial reporting standards (IFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut antara lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008), PSAK No. 50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009). 1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi (disahkan 1994), 2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi Penyusutan, 3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna Usaha. 4. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu 5. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai. Kelima PSAK tersebut dalam revisi terakhirnya sebagian besar sudah mengacu ke IAS/IFRS, walaupun terdapat sedikit perbedaan terkait dengan belum diadopsinya PSAK lain yang terkait dengan kelima PSAK tersebut. Dengan adanya penyempurnaan dan pengembangan PSAK secara berkelanjutan dari

tahun ke tahun, saat ini terdapat tiga PSAK yang pengaturannya sudah disatukan dengan PSAK terkait yang terbaru sehingga nomor PSAK tersebut tidak berlaku lagi, yaitu : 1. PSAK No. 9 (Revisi 1994) tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 1 (Revisi 1998) tentang Penyajian Laporan Keuangan; PSAK No. 17 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Penyusutan pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap; 3. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan (1994) pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aset Tidak Berwujud. PSAK yang sedang dalam proses revisi Ikatan Akuntan Indonesia merencanakan untuk konvergensi dengan IFRS mulai tahun 2012, untuk itu Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sedang dalam proses merevisi 3 PSAK berikut (Sumber: Deloitte News Letter, 2007): PSAK 22 : Accounting for Business Combination, which is revised by reference to IFRS 3 : Business Combination; PSAK 58 : Discontinued Operations, which is revised by reference to IFRS 5 : Non -current Assets Held for Sale and Discontinued Operations; PSAK 48 : Impairment of Assets, which is revised by reference to IAS 36 : Impairment of Assets Berikut adalah program pengembangan standar akuntansi nasional oleh DSAK dalam rangka konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008): Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK; Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS; Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik. Namun IFRS tidak wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan lokal yang tidak memiliki akuntabilitas publik. Pengembangan PSAK untuk UKM dan kebutuhan spesifik nasional didahulukan. Efek penerapan International Accounting Standard (IAS) terhadap Laporan Keuangan Beberapa penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk menganalisa dan membuktikan efek penerapan IAS (IFRS) dalam laporan keuangan perusahaan domestik. Penelitian itu antara lain dilakukan oleh Barth, Landsman, Lang (2005),

yang melakukan pengujian untuk membuktikan pengaruh Standar Akuntansi Internasional (SAI) terhadap kualitas akuntansi. Penelitian lain dilakukan oleh Marjan Petreski (2005), menguji efek adopsi SAI terhadap manajemen perusahaan dan laporan keuangan. Hung & Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI terhadap laporan keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar akuntansi Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan dan laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi Internasional dan Standar Akuntansi Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada rasio keuangan, antaralain rasio ROE, RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio nilai buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio Earning to Price. Pembahasan dari Jurnal diatas Permasalahan yang dihadapi di antaranya adalah 1) masalah penerjemahan standar itu sendiri, IFRS yang diterbitkan dalam bahasa Inggris perlu diterjemahkan, sedangkan penerjemahan itu sendiri akan mengalami kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam penggunaan kalimat bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk menerangkan konsep yang berbeda, dan penggunaan istilah yang tidak terdapat padanannya dalam penerjemahan 2) ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional, karena pada beberapa negara standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum nasional, sehingga standar akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi lain IFRS tidak ditulis dalam bahasa hukum, sehingga harus diubah oleh Dewan Standar Akuntansi masing-masing negara, Dampak konvergensi IFRS di Indonesia : 1. Perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based 2. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain. 3. Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain. 4. Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS. 5. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global 6. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar. 7. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harg fluktuatif.Penggunaan off balance sheet semakin terbatas
Permalink Tinggalkan Sebuah Komentar

15 April 2011 Penerapan IFRS


Ditulis dalam Uncategorized pada 2:52 oleh fathir32

Sumber : http:/

http://fathir32.wordpress.com/

Tantangan Auditor Internal Abad 21


Posted on March 2, 2012 by muhariefeffendi

3 Votes Tantangan Auditor Internal Abad 21 Oleh : Muh. Arief Effendi (SPI PT. KS) (Artikel ini telah dimuat di Majalah KSG, Edisi 63, Desember 2011, hal. 23-24, Rubrik Info Special) Pendahuluan Pada awal abad 21, organisasi / perusahaan sangat concern terhadap 4 (empat) hal, yaitu Risk Management, Governance, Control dan Assurance / Consulting. Profesi audit internal juga mengalami perkembangan cukup berarti sejak munculnya kasus Enron & Worldcom tahun 2001 yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun reputasi audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin hari semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan dalam implementasi Good Corporate Governance (GCG) di berbagai perusahaan, baik swasta, BUMN maupun asing. Pengertian internal auditing juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Menurut Professional Practices Framework: International Standards for The Professional Practice of Internal Audit, Institute of Internal Auditors (2004), internal auditing adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi (consulting) yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah (to add value) serta meningkatkan (improve) kegiatan operasi organisasi. Audit Internal membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko (risk management), pengendalian (control) dan proses tata kelola (governance processes). Delapan Tantangan Terdapat 8 (delapan) tantangan yang harus dihadapi oleh para auditor internal pada abad 21 antara lain sbb :

1. Risk- based Orientation. Auditor internal harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach). Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko yang dilakukan oleh auditor internal lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan. Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu auditor internal untuk menyusun risk audit matrix. Dalam hal ini auditor internal perlu bekerjasama dengan Divisi Manajemen Risiko, sehingga pelaksanaan audit berbasiskan risiko dapat berjalan lancar. Manfaat yang akan diperoleh auditor internal apabila menggunakan risk based audit approach, antara lain auditor internal akan lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen Audit internal (Satuan Pengawasan Intern). Auditor internal juga harus dapat berubah dari paradigma lama (old paradigm) menuju paradigma baru (new paradigm), yang ditandai dengan perubahan orientasi dan peran profesi internal auditor. 2.Global Perspective. Auditor internal harus berpandangan luas dan dalam menilai sesuatu berdasarkan perspektif global (makro) bukan secara sempit (mikro). Pada era globalisasi saat ini, sudah tidak ada lagi batas-batas antar negara dalam menjalankan bisnis. Untuk menuju world class company, maka kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) juga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, sudah saatnya para auditor internal mengambil gelar sertifikasi internasional, seperti Certified Internal Auditor (CIA), Certified Fraud Examiner (CFE), Certified Information System Audit (CISA), Certified Risk Management Assurance (CRMA) dll. 3.Governance Expertise. Auditor internal harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate Governance (GCG). Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang GCG, karena auditor internal merupakan salah satu dari 4 (empat) pilar GCG, seliain Board of Director, Senior Management dan External Auditor. Auditor internal memiliki peranan penting dalam implementasi GCG di perusahaan. Efektivitas sistem pengendalian internal dan auditor internal merupakan salah satu kriteria penilaian dalam implementasi GCG. Para auditor internal harus menggunakan kompetensi yang dimiliki dan agar bekerja secara profesional sehingga dapat bernilai tambah (added value) bagi organisasinya. Agar auditor internal bernilai tambah, maka hendaknya dapat melakukan asesmen atas : a. Operational & quality efefctiveness. b. Business Risk c. Business & process control. d. Process & business efficiencies. e. Cost reduction opportunities. f. Waste elimination opportunities. g. Corporate governance efectiveness. 4.Technologically Adept. Auditor internal harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi, terutama Teknologi Informasi. Auditor internal harus memiliki technology proficiency, misalnya ahli dibidang Audit Sistem Informasi (System Information Audit). Hal inilah yang mendorong para auditor internal mengambil gelar sertifikasi CISA. Selain itu auditor internal harus dapat menggunakan kemampuan di bidang teknologi (technologicall skills) untuk menganalisis / mitigasi risiko, perbaikan proses ( improve process) dan evaluasi efisiensi (upgrade efficiency). 5.Business Acumen.

Auditor internal harus memiliki jiwa entrepeneurship yang tinggi, sehingga mengikuti setiap perkembangan dalam proses bisnis (business process). Pada masa lalu auditor internal lebih mengedepankan perannya sebagai watchdog, saat ini auditor internal diharapkan lebih berperan sebagai mitra bisnis (business partner) bagi manajemen dan lebih berorientasi untuk memberikan kepuasan kepada jajaran manajemen sebagai pelanggan (customer satisfaction). Oleh karena itu, auditor internal bukan hanya mahir dalam bidang audit, namun perlu juga mahir dalam bidang bisnis. 6.Creative Thinking & Problem Solving. Auditor internal harus selalu berpikir kreatif, positif dan inovatif serta lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk menjadi problem solver auditor internal memerlukan pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi / unit kerja suatu organisasi / perusahaan. 7.Strong Ethical Compass. Auditor internal dalam menjalankan tugas harus mengikuti Standar Profesi Audit Internal serta menjaga kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi, sehingga dapat terhindar dari perilaku yang melanggar kode etik profesi. Selain itu auditor internal juga harus mematuhi manual budaya perusahaan yang ditetapkan oleh manajemen. 8.Communication Skills. Pekerjaan auditor internal berhubungan erat dengan unit organisasi lain, yaitu manajemen, komite audit, auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik), oleh karena itu auditor internal harus menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak lain tersebut. Dalam hal ini, auditor internal perlu memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi, baik lisan maupun tertulis. Kesimpulan Untuk menjawab 8 (delapan) tantangan tersebut para auditor internal harus selalu meningkatkan profesionalisme, pengetahuan dan keahliannya, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan oleh auditor internal, antara lain : 1.Melaksanakan standar profesional audit internal serta kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi secara konsisten. 2.Senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir lingkungan bisnis yang sangat cepat serta teknologi informasi yang pesat. 3.Selalu mengikuti perkembangan terbaru tentang konsep & teknik dalam internal auditing melalui Pendidikan Profesi berkelanjutan (PPL), bagi pemegang gelar sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA). 4.Selalu meningkatkan kemampuan dibidang komunikasi (communication skills) baik lisan maupun tertulis. 5.Berusaha memperoleh gelar sertifikasi internasional di bidang audit, misalnya CIA, CFE, CISA, CRMA dll.
About these ads

http://muhariefeffendi.wordpress.com/2012/03/02/tantangan-auditor-internal-abad-21/

Prinsip Cost History VS Fair Value

07
Nama: Grace Banne Pabutungan NPM: 28210021 Kelas: 4EB06 PENGANTAR

MondayMAY 2012
LEAVE A COMMENT

POSTED BY GRACEBANNEPABUTUNGAN IN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Historical cost jika dikaitkan dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan, tingkat keterandalan (reliability) tinggi, namun keberpautan (relevance) rendah. Hal ini dikarenakan dasar dari pencatatan adalah bukti transaksi yang telah terjadi di masa lalu. Transaksinya sudah terjadi dan dapat dibuktikan, membuat keterandalan tinggi. Namun transaksi itu terjadi di masa lalu sehingga keberpautan rendah. Jika dilihat secara konseptual, akuntansi merupakan alat untuk mengcapture kejadian-kejadian ekonomik dalam suatu entitas dan melaporkannya dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi diciptakan sebagai alat pelaporan kejadian ekonomik historis. Jika dibandingkan dengan historical cost, fair value tingkat keterandalan lebih rendah namun keberpautan tinggi. Hal ini dikarenakan fair value tidak didasarkan pada keterjadian transaksi (transaksi belum terjadi) namun berdasar pada nilai perusahaan saat ini jika transaksi dilakukan (misalnya harga dalam jual beli mengikat, harga pasar aktif terkini, harga pasar sejenis, atau berdasar model perhitungan yang dijustifikasi oleh appraisal). Sehingga, karena transaksi tidak terjadi dan tidak ada bukti transaksi, fair value tingkat keterandalannya lebih rendah. Namun, fair value menunjukkan nilai terkini sehingga keberpautan tinggi.

Fair value yang tidak berdasarkan pada transaksi yang terjadi, membuat patton & littleton menganggap bahwa fair value kurang pas jika dijadikan sebagai alat ukur dalam laporan keuangan utama. Namun, untuk menunjukkan seberapa bernilainya entitas saat ini, fair value dapat digunakan untuk melengkapi historical cost.

Dalam IFRS, fair value untuk aset merupakan sebuah pilihan metode pengukuran selainhistorical cost. Untuk instrumen keuangan tertentu, fair value merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan fair value bertujuan untuk menunjukkan seberapa bernilainya aset/instrumen keuangan saat ini. Sehingga untuk instrumen keuangan yang tujuan dari penyajiannya lebih mengutamakan nilai jika saat ini dijual, atau pengguna laporan keuangan lebih membutuhkan informasi mengenai seberapa bernilainya instrumen keuangan tersebut, fair value lebih tepat untuk digunakan.

Keunggulan menggunakan Historical Cost: 1. hasil penilaiannya dapat di verifikasi 2. memberi data yang dapat di bandingkan 3. tidak menyajikan holding gain and loss 4. menyajikan data yang dapat berguna untuk pengambilan keputusan bagi manajemen dan investor, data yang di gunakan dapat memprediksi masa depan Kelemahan menggunakan Historical Cost Menurut Muijono: 1. adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan di bebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah di tetapkan beberapa periode yang lalu pada saat terjadinya pencatatan biaya tersebut. 2. nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah jika di bandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang sekarang. 3. alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi, akan di bebankan terlalu kecil dan akan menagkibatkan laba di hitung terlalu besar. 4. laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tdak lah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang berlangsung. 5. perusahaan tidak akan mempertahankan real capitalnya dan ada kecenderungan terjadinya canibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya. 6. menyalahi mathematical principle karena berbaai himpunan yang tidak sama dijumlah kan menjadi satu, dan 7. disamping hal-hal diatas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan laporan akuntansi yang disusun berdasarkan asumsi adanya stable monetary unit setelah mengetahui mengenai historical cost, saya akan menjelaskna mengenai fair value accounting sehingga kita dapat membandingkan antara keduanya. Keunggulan menggunakan Fair Value menurut Penman (2007:33): 1. investor-investor berkaitan dengan nilai bukan biaya, maka melaporkan fair value 2. dengan berlalu nya waktu harga historis menjadi tidak relevan didalam menaksir posisi keuangan suatu entitas. harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari asset-asset. 3. akuntansi fair value melaporkan asset dan kewajiban dalam carayang ekonomis akan memperhatikan mereka ; fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar 4. akuntansi fair value melaporkan economic income 5. fair value adalah pengukuran berbasis pasar yang tidak di pengaruhi oleh faktor-faktor khusus untuk entitas tertentu. Kelemahan dari Fair Value menurut Tim Krumwiede (2008:38): 1. opurtunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari penilaian dan estimasi yang

digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkan angka pada hasil dalam angka pendapatan yang di inginkan. 2. meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen mengenai fair value bisa menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah. IFRS memberikan pilihan pengukuran karena penggunaan fair value bisa jadi akan melanggar constraint costbenefit bagi entitas, yang mana cost penyajian laporan keuangan harus lebih kecil dari benefitnya. Fair value yang keterandalannya rendah, akan membutuhkan lebih banyak justifikasi (misalnya penggunaan appraisal), sehingga costnya juga akan lebih tinggi.

Pada praktiknya, entitas lebih banyak yang memilih tetap menggunakan historical cost daripada fair value.

Jika dikatakan bahwa IFRS = fair presentation, maka hal ini jauh tepat. Penyajian wajar merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang diutamakan dalam IFRS. Fair value atauhistorical cost dapat dipilih dan digunakan, asalkan mencerminkan konsep fair presentation.

Perlunya SAK Konvergen ke IFRS

07
Nama: Grace Banne Pabutunga NPM: 28210021 Kelas: 4EB06 Pengantar

MondayMAY 2012
LEAVE A COMMENT

POSTED BY GRACEBANNEPABUTUNGAN IN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah kumpulan dari standar akuntansi yang dikembangkan oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang menjadi standar global untuk penyusunan laporan keuangan perusahaan publik. Terdiri dari 15 anggota dari sembilan negara, termasuk Amerika Serikat. The IASB mulai beroperasi pada tahun 2001 ketika ia menggantikan Komite Standar Akuntansi Internasional. Hal ini didanai oleh kontribusi dari perusahaan-perusahaan akuntansi yang besar, lembaga-lembaga keuangan swasta dan perusahaanperusahaan industri, pusat dan bank pembangunan, rezim pendanaan nasional, dan internasional lainnya serta organisasi profesional di seluruh dunia. Sementara AICPA adalah anggota pendiri Komite Standar Akuntansi

Internasional, para pendahulu IASB organisasi, tidak berafiliasi dengan IASB. IASB tidak sponsor yang mendukung maupun yang sumber daya AICPAs IFRS website (www.IFRS.com). Sekitar 117 negara memerlukan izin atau terdaftar domestik IFRS untuk perusahaan, termasuk perusahaanperusahaan yang terdaftar di Uni Eropa. Negara-negara lain, termasuk Kanada dan India, diharapkan untuk transisi ke IFRS pada tahun 2011. Meksiko berencana untuk mengadopsi IFRS untuk semua perusahaan yang terdaftar mulai tahun 2012. Beberapa memperkirakan bahwa jumlah negara-negara yang memerlukan atau menerima IFRS bisa tumbuh hingga 150 dalam beberapa tahun mendatang. Jepang telah memperkenalkan sebuah peta jalan untuk adopsi itu akan memutuskan pada tahun 2012 (dengan adopsi direncanakan untuk 2016). Negara-negara lain masih memiliki rencana untuk berkumpul (menghilangkan perbedaan signifikan) standar nasional mereka dengan IFRS. Banyak orang percaya bahwa penerimaan IFRS di Amerika Serikat oleh SEC untuk perusahaan publik adalah niscaya. Selama bertahun-tahun, SEC telah menyatakan dukungannya untuk seperangkat inti standar akuntansi yang dapat berfungsi sebagai kerangka kerja untuk pelaporan keuangan dalam penawaran lintas batas, dan telah mendukung upaya dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) dan IASB untuk mengembangkan suatu set umum berkualitas tinggi standar global. November 14, 2008, SEC mengeluarkan komentar publik peta jalan yang mengusulkan transisi bertahap untuk wajib adopsi IFRS oleh perusahaan publik AS. Pada tahun 2009, krisis keuangan di SEC memfokuskan kembali prioritas lain. Namun, belakangan pernyataan dari pejabat SEC, termasuk kepala akuntan James Kroeker, menunjukkan bahwa Komisi akan memberikan kejelasan pada niat untuk IFRS pada akhir tahun. Selain itu, rancangan SEC Lima Tahun Rencana Strategis termasuk komitmen untuk standar global.

Ruang Lingkup Standart Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa syarat tentang kesesuaian dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan keuangan perusahaan yang pertama kalinya berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu) menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode disajikan. Tujuan Mengkonvergensi IFRS IFRS (International Financial Reporting Standar) yang akan digunakan sebagai standar akuntansi secara Internasional dan diterapkan atau digunakan oleh setiap Negara yang bertujuan untuk mengharmonisasikan standar akuntansi Internasional. Saat ini pembuatan dari SAK (Standar Akuntansi Keuangan) mengacu pada FASB (Financial Accounting Standads Board) yang berada di Amerika Serikat, karena kiblat dari ilmu akuntansi yang ada di Indonesia saat ini berada di Amerika Serikat. Jadi selama ini standar akuntansi di Indonesia tidak jauh berbeda isinya dengan yang digunakan oleh Amerika. Sedangkan pada tahun 2011 akan dilakukan keseragaman terhadap standar Akuntansi di seluruh dunia, yaitu menggunakan standar akuntansi

IFRS(International Financial Reporting Standar). Mau tidak mau Indonesia harus mengikuti perubahan yang akan dilakukan dunia yaitu mengganti standar akuntansi yang digunakan dengan standar akuntansi dunia. Oleh sebab itu, peran dari I.A.I sangat dibutuhkan setipa perusahaan dan pemerintah untuk melakukan perubahan standar akuntansi di Indonesia. IFRS adalah standar akuntansi secara Internasional dan akan diterapakan oleh setiap Negara pada tahun 2011. Sedangkan FASB (Financial Accounting Standards Board) adalah lembaga swasta yang bertanggung jawab untuk membentuk standar akuntansi yang akan diterapkan di Ameika Serikat dan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) adalah atandar akuntansi yang digunakan olh Indonesia dan lembaga ang ditunjuk untuk menentukan dan bertanggung jawab terhadap standar akuntansi di Indonesia ialah I.A.I (Ikatan Akuntansi Indonesia). Setiap perusahaan harus membuat Laporan Keuangan yang berguna untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam jangka waktu tertentu yang mengacu pada standar akuntansi yang digunakan oleh setiap Negara tersebut. Tujuan lain dari Konvergensi ke IFRS: 1. Dapat mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik. 2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada. 3. Meningkatkan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional. 4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan. 5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis. 6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practise. Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat IASB melakukan percepatan harmonisasi Standar Akuntansi Internasional khususnya IFRS yang dibuat oleh IASB dan FASB (Badan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika Serikat). Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk perioda-perioda yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable) sepanjang periode yang disajikan 2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS Sesuai dengan roadmap konvergensi PSAK ke IFRS (International Financial Reporting Standart) maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir (2011) setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 2010). Hanya setahun saja IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir ini, karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS. Berikut konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI: 1. Tahap Persiapan Akhir (2008-2010) 2. Tahap Implementasi (2008-2010) 3. Adopsi seluruh IFRS ke PSAK 4. Penyelesaian persiapan Infrastruktur yang diperlukan 5. Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap 6. Persiapan infrastruktur yang diperlukan 7. Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS 8. Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif 9. Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku Program & Sasaran Konvergensi IFRS Dua puluh Sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010. Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga pada Public Hearing Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu. Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 Standar, yang meliputi: 1. IFRS 2 Share-based payment 2. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 3. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations 5. IAS 28 Investments in associates 6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures 7. IFRS 8 Operating segment 8. IAS 31 Interests in joint ventures 9. IAS 1 Presentation of financial 10. IAS 36 Impairment of assets 11. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent asset

12. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 Standar sebagai berikut: 1. IAS 7 Cash flow statements 2. IAS 41 Agriculture 3. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance 4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 24 Related party disclosures 6. IAS 38 Intangible Asset 7. IFRS 3 Business Combination 8. IFRS 4 Insurance Contract 9. IAS 33 Earnings per share 10. IAS 19 Employee Benefits 11. IAS 34 Interim financial reporting 12. IAS 10 Events after the Reporting Period 13. IAS 11 Construction Contracts 14. IAS 18 Revenue 15. IAS 12 Income Taxes 16. IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources 17. IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan. Rosita juga menambahkan bahwa tantangan konvergensi IFRS 2012 adalah kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta profesi pendukung lainnya seperti aktuaris dan penilai. Akuntan Publik diharapkan dapat segera mengupdate pengetahuannya sehubungan dengan perubahan SAK, mengupdate SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman, melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber daya. Akuntan Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS untuk mengupdate pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian yang terkait serta Memberikan input/komentar terhadap ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB. Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan

keuanganseperti penilai dan aktuaris. Asosiasi Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif memberikan input/komentar kepada DSAK IAI. Program Kerja DSAK lainnya yaitu: Mencabut PSAK yang sudah tidak relevan karena mengadopsi IFRS; Mencabut PSAK Industri; Mereformat PSAK yang telah diadopsi dari IFRS dan diterbitkan sebelum 2009; Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi penggunaan istilah; Mengadopsi IFRIC dan SIC per 1 January 2009; Memberikan komentar dan masukan untuk Exposure Draft dan Discussion Paper IASB; Aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan organisasi standard setter, pembuat standar regional/internasional; serta Menjalin kerjasama lebih efektif dengan regulator, asosiasi industri dan universitas dalam rangka konvergensi IFRS.

Keuntungan dan Kelemahan dari Mengkonvergensi IFRS Dengan mengadopsi IFRS, suatu bisnis dapat menyajikan laporan keuangan dengan dasar yang sama sebagai pesaing asing, membuat perbandingan lebih mudah. Selain itu, perusahaan dengan anak perusahaan di negaranegara yang memerlukan atau mengizinkan IFRS mungkin dapat menggunakan salah satu bahasa akuntansi perusahaan-lebar.. Perusahaan-perusahaan juga mungkin perlu mengkonversi ke IFRS jika mereka adalah anak perusahaan dari sebuah perusahaan asing yang harus menggunakan IFRS, atau jika mereka memiliki investor asing yang harus menggunakan IFRS. Perusahaan juga dapat merasakan manfaat dengan menggunakan IFRS jika mereka ingin meningkatkan modal di luar negeri. Walaupun sebuah keyakinan oleh beberapa keniscayaan penerimaan global IFRS, yang lain percaya bahwa US GAAP adalah standar emas, dan bahwa sesuatu akan hilang dengan penerimaan penuh IFRS. Selanjutnya, emiten AS tertentu tanpa pelanggan atau operasi yang signifikan di luar Amerika Serikat IFRS mungkin menolak karena mereka mungkin tidak memiliki pasar IFRS insentif untuk menyiapkan laporan keuangan. Mereka mungkin percaya bahwa biaya yang signifikan terkait dengan mengadopsi IFRS lebih besar daripada manfaatnya.

Sejarah Perkembangan Akuntansi, Badan yang Mempunyai Otoritas Membuat Standar Akuntansi, Syarat Listing

07
Nama: Grace Banne Pabutungan NPM: 28210021 Kelas: 4EB06 Pengantar

MondayMAY 2012
LEAVE A COMMENT

POSTED BY GRACEBANNEPABUTUNGAN IN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Banyak hal yang kita peroleh jika kita mempelajari sejarah. Paling tidak kita bisa memahami apa yang terjadi masa lalu serta bagaimana proses perkembangannya sehingga perkembangan itu sampai seperti saat ini. Kemudian, kita juga memiliki dasar untuk memprediksi apa yang akan muncul di masa depan jika situasi berjalan normal. Sejarah perkembangan akuntansi memiliki banyak versi, memang begitulah yang namanya sejarah. Setiap orang dapat menjelaskan ceritanya atau versinya. Maka, sejarah atau history dipelesetkan orang menjadi his story cerita nya. Pada pembahasan ini kita akan mencoba membahas sejarah akuntansi. Akuntansi dan Double Entry Penelitian terhadap sejarah akuntansi sudah semakain semarak dan publikasi yang khusus menganalisis dan mempelajari sejarah akuntansi ini dimuat melalui berbagai publikasi akuntansi umumnya dan dalam The Acoounting Historian Journal khususnya yang merupakan jurnal publikasi ilmiah dari The Academy of Accounting Historian. Mempelajari sejarah akuntansi ini perlu untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu dan dengan pengetahuan ini diharapkan kita akan dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan sehingga dalam menghadapinya kita lebih siap dan mampu mangambil mafaat dari peluang yang ada. Untuk mempelajari sejarah akuntanisi kita harus dapat membedakan antara tiga hal, yaitu: 1. Sejarah lahirnya praktik akuntansi itu dalam kehidupan manusia; 2. Sistem pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan transaksi dengan sistem pembukuan yang sekarang dikenal dengan double entry accounting system; 3. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia merupakan satu bidang ilmu akuntansi umum kemudian berkembang menjadi berbagai subbidang yang sudah dikenal saat ini seperti Akuntansi Menajemen, Akuntansi Sumber Daya Manusia, Auditing, Akuntansi Perpajakan. 1. Praktik akuntansi Pada hakikatnya, para ahli akan sepakat apabila dikatakan bahwa fungsi akuntansi atau praktik pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis sudah dimulai lama, sejak adanya kejadian transaksi bisnis, bahkan sejak adanya kehidupan social ekonomi manusia. Hal ini terbukti dari berbagai penemuan-penemuan seperti dikemukakan Ernest Stevelinck dalam artikelnya yang berjudul Accounting in Ancient Times (The Acoounting Historians Journal Volume 12 No. 1 (1985)) sebagai

berikut. Mesir memiliki sejarah akuntansi yang panjang. Ribuan bukti catatan akuntansi dalam kulit kayu (papyri) yang ditemukan lebih lima belas abad yang lalu dan menjelaskan bahwa akuntansi itu telah ada lebih daripada 300 tahun yang lalu dengan beberapa tingkat kejelasannya. Dalam artikel ini dijelaskan pada awal kerjaan Mesir itu, seorang manajer yang bernama My mencatat transaksi hariannya dalam calamos reed (sejenis kulit). Di sini My yang memiliki asisten telah bekerja secara efisien dan dengan sistem yang dibuatnya ia mampu mengamati kapalnya yang mengangkut barang-barang dari tokonya melalui sungai Nil. Pada tahun 3200 Sebelum Masehi telah dikenal dua macam teknik akuntansi secara simultan. Pertama, koin dengan bentuk tertentu disimpan dan ditandai kemudian dimasukkan dalam amplop. Jenis lainnya, token disimpan dalam bentuk yang lebuh besar dengan berbagai variasi yang lebih kompleks. Pemisahan ini menggambarkan perbedaan transaksi cash (Utang, Piutang, dan lain-lain)ndengan transaksi noncash (Persediaan, Peralatan, Tanah, dan lain-lain) (Mattessich, 1987: 79). Penemuan penting ini menimbulkan dampak filosofi ekonomi yang penting, yaitu (Mattessich, 1987): 1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akuntansi mendahului perhitungan dan penulisan; 2. Konsep penyajian laporan keuangan ternyata berkembang secara perlahan; 3. Perhitungan angka muncul setelah melalui berbagai tahapan; 4. Dikenalnya eksistensi abstract input output principle 10.000 tahun yang lalu dan double entry 5.000 tahun yang lalu; 5. Memperkenalkan validitas correspondence theory. Dalam teori ini dibahas bagaimana bahasa menggambarkan realitas, kombinasi apa yang digunakan untuk menggambarkan realitas; bagaimana menyusun suatu kalimat untuk menggambarkan ini; dan seterusnya. 2. Sejarah Metode Pencatatan Double Entry Dalam berbagai literature akuntansi konvensional banyak ditulis akuntansi lahir dari seorang pendeta Itali, yaitu Lucas Pacioli dengan bukunya Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita yang diterbitkan tahun 1949 di Venice. Pencatatan transaksi tidak hanya mencatat pengaruhnya pada satu perkiraan, tetapi juga dilakukan pencatatan pada perkiraan lai. Menurut Ijiri (1996), Pacioli menjelaskan pencatatan transaksi perdagangan di Italia, dalam bab yang berjudul De Computis et Scripturis dengan double entry bookeeping system. Persamaan akuntansi double entry bookkeeping adalah sebagai berikut. Harta = Utang + Modal Tidak dijelaskan apakah sistem pencatatan yang dikenal pada masa lalu itu menggunakan sistem single entry atau double entry yang terakhir ini lebih praktis dan menjadi sistem dominan lima abad terakhir ini. Namun, menurut pendapat Mattessich di atas, sistem double entry sudah ada 5000 tahun yang lalu. Sistem double entry accounting telah disepakati mula-mula diterbitkan oleh Lucas Pacioli dalam bukunya yang berisi 36 bab

yang terbit pada tahun 1494 di Florance, Italia dengan judul Summa d Arithmatica, Geometrica, Proportioni et proportionalita. Mulanya akuntansi merupakan catatan-catatan yang disimpan sebagai bagian dari sistem feudal pada abad pertengahan. Tuan-tuan tanah biasanya mengumpulkan pajak dari penduduk dan dana ini dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan negerinya dan untuk kepentingan pribadi. Laporan tentang pengutipan pajak itu disusun oleh staf-staf tuan tanah tadi sebagai pedoman baginya atau sebagai bahan yang dapat siperiksa oleh penduduk. Catatan seperti ini juga diperlukan oleh para pedagang yang berniaga ke daerah/negeri lain. Catatan-catatan ini disimpan untuk satu trip dan setelah tiba kembali dari perdagangan maka dihitunglah laba rugi dari kegiatan perdagangan itu. Di samping itu, cikal bakal akuntansi ini juga berasal dari lembaga awal perbankan yang mula-mula timbul pada abad ke-11 dan 12 di Italia. Lembaga ini juga sering memberikan pinjaman pada saudagar-saudagar yang berniaga ke negeri lain. Kegiatan bisnis ini tentu memerlukan catatan tentang kegiatan tersebut, khususnya catatan tentang laba/rugi sebagai dasar nantinya dalam pembagian laba rugi di antara para partnernya. 3. Perkembangan Ilmu Akuntansi Akuntansi sejak saat itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi dan semakin timbulnya pemisahan antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Timbulnya Revolusi Industri pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama di Inggris dikeluarkan untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undangundang itu diatur tentang kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar uang, dan dapat bertindak sebagaimana halnya perorangan. Perusahaan dapat dibentuk oleh kumpulan beberapa orang yang bekerja bersama-sama dalam satu badan. Keadaan inilah yang menimbulkan perlunya laporan, baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban. Perkembangan ekonomi di Inggris ini juga menular ke USA termasuk juga mengenai bentuk perusahaannya. Beberapa masalah yang menimbulkan diperlukannya akuntansi adalah perkembangan ilmu yang berjalan sedemikian cepat, kegiatan ekonomi pun berkembang demikian cepat dan menimbulkan berbagai teknik dan penerapan sistem akuntansi di antara perusahaan-perusahaan sehingga masalah perbandingan dan kebenaran (kewajaran) laporan keuangan menjadi permasalahan. Keadaan ini menimbulkan prasangka negatif bahwa manajemen dapat menyusun laporan keuangan sesuai dengan kehendak dan kepentingannya sehingga dia dapat memanipulasi laporan keuangan dan akibatnya laporan keuangan dianggap kurang bernilai dan sampai puncaknya tahun 1930 pada masa depresi berat di USA. Akhirnya USA membentuk SEC (Security Exchange Commission) sebagai salah satu lembaga yang banyak mendorong tercapainya suatu prinsip akuntansi yang baku. Dari lembaga ini dan dari lembaga lainnya muncullah konsep, teori, dan perumusan-perumusan yang sistematis tentang teori akuntansi. Dari sejak awal ilmu akuntansi tent uterus berkembang baik akuntansi yang dimaksudkan untuk kepentingan internal, pribadi atau manajemen sampai pada akuntansi keuangan untuk kepentingan publik. Pemicu

perkembangan pesat ilmu akuntansi ini dapat dianggap disebabkan karena munculnya gelombang scientific management dan bertambah meluasnya kepemilikan dan keterlibatan berbagai pihak dalam manajemen perusahaan. Belum banyak kajian yang membahas perkembangan ini, namun seorang penulis Leo Herbert dalam artikelnya di The GAO Review (Fall 1972, p 31) dengan judulGrowth Of Accountability Knowledge 1775-1975 menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai berikut. Tahun 1775: Pada tahun ini mulai dikenal pembukuan baik single entry maupun yang double entry. Tahun 1800: Pada tahun ini dan sampai tahun 1875 masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang terutama dipergunakan dalam menilai perusahaan. Tahun 1825: Pada periode ini mulai dikenal pemeriksaan keuangan (Financial Auditing). Tahun 1850: Pada tahun ini laporan Laba Rugi menggantikan posisi Neraca sebagai laporan yang dianggap lebih penting. Pada periode ini perkembangan ilmu auditing semakin cepat dan audit dilakukan atas catatan pembukuan dan laporan. Tahun 1900: Di USA mulai diperkenalkan Sertifikasi Profesi yang dilakukan melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional. Kemudian dalam periode ini juga akuntansi sudah dianggap dapat memberikan laporan tentang pajak. Cost Accounting mulai dikenal termasuk laporan dan statistik biaya dan produksi. Tahun 1925: Banyak perkembangan yang terjadi tahun ini antara lain sebagai berikut. 1. Mulai dikenal Akuntansi Pemerintahan serta pengawasan dana pemerintah 2. Teknik-teknik analisis biaya juga mulai diperkenalkan. 3. Laporan keuangan mulai diseragamkan. 4. Norma Pemeriksaan Akuntansi juga mulai dirumuskan. 5. Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalnyaPunch Card Record. 6. Akuntansi untuk perpajakan mulai diperkenalkan. Tahun 1950 1975: Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu sebagai berikut. 1. Pada periode ini mulai akuntansi menggunakan komputer untuk pengelolaan data. 2. Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP) sudah dilakukan. 3. Analisis Cost Revenue semakin dikenal. 4. Jasa-jasa perpajakan seperti Konsultan Pajak dan Perencanaan Pajak mulai ditawarkan profesi Akuntansi. 5. Management Accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan manajemen mulai dikenal dan berkembang pesat. 6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti Sistem Perencanaan dan Pengawasan. 7. Perencanaan manajemen mulai dikenal demikian juga Management Auditing. Tahun 1975: Mulai periode ini akuntan semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang lainnya. Perkembangan itu antara lain:

1. Timbulnya Management Science yang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya. 2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan: a. model-model organisasi; b. perencanaan organisasi; c. teori pengambilan keputusan; d. analisis cost benefit. 3. Metode pengawasan yang menggunakan komputer dan teori cybernetics. 4. Total System Review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal. 5. Social Accounting menjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat. 6. Dalam periode ini muncul: Perencanaan sistem menyeluruh; Penerapan metode interdisipliner; Human Behavior (perilaku manusia) menjadi bahan kajian; Nilai-nilai sumber daya manusia menjadi penting; Hubungan antarlembaga pemerintah semakin penting. Akuntansi Sekarang Pada era globalisasi ini juga terpengaruh. Kemajuan teknologi komunikasi dan komputer, semakin meluasnya pasar global menyebabkan akuntansi juga sudah memerlukan standar universal yang berlaku global. Globalisasi menimbulkan global market dimana investor sudah borderless sudah tidak memikirkan tempat atau negara lagi yang akhirnya mempengaruhi sifat akuntansi yang mereka butuhkan. Dalam era seperti ini, maka mau tidak mau akuntansi juga harus merespons perubahan itu jika ia masih ingin eksis dalam dunia bisnis. Akhir-akhir ini ada kecenderungan menolak akuntansi konvensional disebabkan karena akuntansi konvensional dianggap tidak mampu memberikan informasi kepada para pemakainya sehingga ada resistensi. Misalnya apakah akuntansi ini masih tetap sebagai sumber informasi yang paling utama bagi investor seperti selama ini atau hanya sebagai salah satu sumber; apakah penekanannya pada proses pengambilan keputusan (decision making); apakah standar akuntansi yang berlaku regional atau negara masih relevan dalam dunia bisnis yang sudah mengglobal ini; apakah akuntansi yang selama ini dianggap bagian dari sistem ideology kapitalis, secular masih bisa diterima oleh kelompok yang mengutamakan etika dan agama? Isu-isu ini akan menjadi isu besar yang akan mengubah sejarah akuntansi nantinya. Di samping itu, semua profesi dihadapkan pada perubahan ekonomi sosial yang sangat cepat. Ada kecenderungan dan tekanan perlunya profesi memiliki standar akuntansi dunia yang berlaku untuk semua. Adanya perubahan struktur industri dari basis manufaktur ke basis Information Technology (IT) yang tentu memerlukan standar-standar baru seperti dalam penilaian, pengukuran, dan pelaporan intellectual capita,

emotional capital, spiritual capital, social capital. Kalau kita lihat Megatrends 2010 oleh Patrice Aburdene (2005) kita menemukan 7 kecenderungan bisnis yang tentu nantinya akan mempengaruhi profesi akuntansi. Ke-7 Megatrends adalah: 1. kekuatan spiritualis (the Power of Spirituality); 2. munculnya kapitalisme yang sadar (the Dawn of Conscious Capitalism); 3. pemimpin lahir dari level tengah (Leading from the Middle); 4. bisnis spiritualisme (Sprituality in Business); 5. konsumen berbasis nilai (The Value-Driven Consumer); 6. gelombang solusi kendaraan (The Wafe of Conscious Solution); 7. boomnya investasi pada perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial (The Socially Responsible Investment Boom). Bagaimana profesi akuntansi menghadapi trends ini? Mari kita lihat perkembangan selanjutnya. Badan yang Mempunyai Otoritas Membuat Standar Akuntansi 1. Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia Institut Akuntan Publik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 2. Amerika Kantor Akuntan Besar yang dikenal dengan Big 8 American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) Akuntan Publik Financial Accounting Standard Board (FASB) Lembaga Penyusun Standar Akuntansi Goverenmental Accounting Standard Board (GASB) Lembaga Penyusun Standar Akuntansi untuk Pemerintah Securities and Exchange Commision (SEC) Badan Pengawas Pasar Modal American Accounting Association (AAA) Organisasi Akademisi Financial Executives Institute (FEI) Para Eksekutif Keuangan The Institute of Management Accounting dahulu namanya National Association of Accountant (NAA) Organisasi Akuntan Manajemen Organisasi/badan lain: 1. The National Association of Accountant yang berganti nama menjadi The Intitute of Management Accountant (IMA) merupakan organisasi profess yang menggabungkan para akuntan manajemen di USA. Organisasi ini menerbitkan majalah bulanan yang memuat artikel-artikel tentang akuntansi yang bernama Management Accounting 2. The Cost Accounting Standard Board (CASB) 3. The Financial Executive Intitute (FEI)

4. International Accounting Standard Commite (IASC) 5. Badan-badan/organisasi luar negeri lainnya.

3. United kingdom: Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara The Intitute of Chartered Accontants in England and Wales The Intitute of Chartered Accontants of Ireland The Intitute of Chartered Accontants of Scotlands The Association of Certified Chartered Accountants (ACCA) The Institute of Cost and Management Accountant The Chartered Intitute of public Finance and Accountancy

4. Kanada Accounting Standards Board (AcSB)

5. China China Accounting Standards Committee (CASB)

6. Australia Australian Accounting Standards Board (AASB)

7. Taiwan Financial Accounting Standards Committee (FASC)

Syarat Listing -Indonesia Pernyataan Pendaftaran Emisi telah dinyatakan Efektif oleh BAPEPAM-LK. Khusus calon emiten yang bidang usahanya memerlukan ijin pengelolaan (seperti jalan tol, penguasaan hutan) harus memiliki ijin tersebut minimal 15 tahun. Calon emiten yang merupakan anak perusahaan dan/atau induk perusahaan dari emiten yang sudah tercatat (listing) di BEI dimana calon emiten memberikan kontribusi pendapatan kepada emiten yang listing tersebut lebih dari 50% dari pendapatan konsolidasi, tidak diperkenankan tercatat di Bursa. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan. -Australia Bursa Efek Australia atau lebih dikenal dengan nama Australian Securities Exchange (ASX) adalah bursa efek

utama diAustralia. ASX diawali sebagai bursa swasta yang didirikan pada awal tahun 1861. Perdagangan di ASX dilakukan sepenuhnya dengan sistem perdagangan elektronik. Adapun syarta ketentuan di dalam ASX(Australian Securities Exchange) sebagai berikut: Order jual harus dilakukan pada harga yang tidak boleh lebih rendah daripada harga perdagangan terakhir. Tidak boleh dilakukan perdagangan short selling atas lebih dari 10% saham yang diterbitkan (Pialang harus melaporkan posisi short bersihnya setiap hari kepada ASX .) Marjin yang ditempatkan sekurangnya sebesar 20% dari nilai saham yang ditransasikan.

Sumber: Teori Akuntansi Edisi Revisi oleh Sofyan Syafri Harahap

Pengantar Akuntansi Internasional

26
Nama : Grace Banne Pabutungan Kelas : 4EB06 NPM : 28210021

MondayMAR 2012
LEAVE A COMMENT

POSTED BY GRACEBANNEPABUTUNGAN IN AKUNTANSI INTERNASIONAL

Bab I dalam Mata Kuliah Akuntansi Internasional membahas mengenai Introduction to International Accounting, yang terdiri dari beberapa sub bab diantaranya:

A. Understand the nature and scope of international accounting (Memahami sifat dan ruang lingkup akuntansi internasional) B. Describe accounting issues created by international trade (Jelaskan isu-isu akuntansi yang diciptakan oleh perdagangan internasional) C. Explain reasons for, and accounting issues associated with, Foreign Direct Investment (Jelaskan alasan untuk, dan isu-isu akuntansi yang terkait dengan, Investasi Asing Langsung)

A. Understand the nature and scope of international accounting (Memahami sifat dan ruang lingkup akuntansi internasional)

Akuntansi internasional memperluas akuntansi yang bertujuan umum general purpose yang berorientasi nasional, dalam arti luas untuk :

Analisa komparatif internasional.

Pengukuran dari isu-isu pelaporan akuntansinya yang unik bagi transaksi-transaksi bisnis mulitnasional.

kebutuhan akuntansi bagi pasar-pasar keuangan internasional.

harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik, organisasi, profesi dan pembuatan standar.

Pengertian Akuntansi Internasional

Akuntansi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antarnegara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Menurut Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18). Mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.

Akuntansi Internasional dapat dijelaskan pada tingkat yang berbeda, yaitu: Pengaruh pada akuntansi oleh kelompok-kelompok politik internasional seperti OECD, UN, dll. Praktek-praktek akuntansi perusahaan dalam menanggapi kegiatan mereka sendiri bisnis internasional Perbedaan dalam standar akuntansi dan praktek antar negara.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akuntansi internasional: 1. Sumber pendanaan. 2. Sistem Hukum. 3. Perpajakan. 4. Ikatan Politik dan Ekonomi 5. Inflasi 6. Tingkat Perkembangan Ekonomi

7. Tingkat Pendidikan 8. Budaya

Pada umumnya Akuntansi Internasional mencakup bahasan sebagai berikut:

1. Akuntansi keuangan perbandingan standar akuntansi keuangan yang berlaku di manca negara. Akuntansi Internasional (International Accounting Standards). harmonisasi standar akuntansi secara global.

2. Permasalahan Pengukuran dan Pelaporan Akuntansi MNC (Multinational Company) laporan keuangan anak perusahaan yang dilaporkan dalam mata uang asing. laporan keuangan MNC. laporan keuangan untuk tujuan evaluasi kinerja MNC.

3. Akuntansi Perpajakan pricing Internasional

4. Akuntansi Manajemen pembelanjaan kegiatan usaha di luar negeri investasi di luar negeri risiko valuta asing kinerja kegiatan usaha di luar negeri

5. Auditing perbandingan standar audit di manca Negara. perbandingan praktek profesi akuntan publik di manca negara

Ruang lingkup dari Akuntansi Internasional terdiri dari 2 aspek yakni :

1. ASPEK PERTAMA Akuntansi internasional membahas gambaran standard akuntansi dan praktek akuntansi diberbagai negara di dunia serta membandingkan standard dan praktek akuntansi tersebut pada masing masing negara yang dibahas.

2. ASPEK KEDUA Transaksi internasional membahas mengenai pelaporan keuangan .penjabaran dan transaksi valas ,sistem informasi ,penganggaran ,sistempenilaian kerja ,perpajakan dan audit internasional .dalam aspek ini juga termasuk pembahasan akuntansi manajemen untuk bisnis internasional. Dalam aspek ini juga termasuk pembahasan akuntansi manajemen untuk bisnis internasional. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Akuntansi Internasional yaitu suatu standar sistem informasi Akuntansi Internasional dalam pelaporan keuangan untuk kegiatan-kegiatan bisnis yang melibatkan 2 atau lebih negara serta penerapan praktek-praktek Akuntansi di berbagai negara.

B. Describe accounting issues created by international trade (Jelaskan isu-isu akuntansi yang diciptakan oleh perdagangan internasional)

Adanya isu-isu akuntansi internasional di sebabkan terjadinya transaksi/perdagangan secara internasional. investasi asing langsung (FDI) adalah bagian dari isu-isu akuntansi internasional. FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri, sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain, perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut home country) bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut host country) baik sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10%.

Terdapat empat tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu:

1. Pencari sumber daya,

2. Pencari pasar,

3. Pencari efesiensi dan

4. Pencari asset strategi.

FDI menciptakan dua isu utama:

Kebutuhan untuk mengkonversi dari lokal ke US GAAP sejak pencatatan akuntansi biasanya disusun dengan menggunakan GAAP lokal.

Kebutuhan untuk menerjemahkan dari mata uang lokal ke dolar AS sejak catatan akuntansi biasanya disusun dengan menggunakan mata uang lokal.

C. Explain reasons for, and accounting issues associated with, Foreign Direct Investment (Jelaskan alasan untuk, dan isu-isu akuntansi yang terkait dengan, Investasi Asing Langsung)

Seperti yang dijelaskan diatas Investasi Asing Langsung dapat menimbulkan isu-isu Akuntansi Internasional. Investasi Asing Langsung ini erat hubungannya dengan penjualan internasional yang merupakan sumber margin keuntungan yang lebih tinggi atau laba tambahan melalui penjualan tambahan. Produk Unik atau keuntungan-keuntungan teknologi dapat menyediakan satu komparatif keuntungan bahwa satu perusahaan berharap untuk memanfaatkan dengan cara mengembangkan penjualan di/dalam mancanegara. Beberapa pasar internasional mampu tumbuh dan berkembang lebih cepat dari yang lain. Ini tidak terlepas dari peran Investasi Asing Langsung. Investasi ini bertujuan untuk meningkatkan suatu kedudukan dan berkembang cepat dalam pasar. Tujuan terakhir dari Investasi Asing Langsung yaitu meningkatkan penjualan dan laba.

Sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya dengan menyediakan barang-barang dan layanan ke pelanggan nya melalui investasi asing langsung. Biaya tenaga kerja secara signifikan lebih rendah dalam beberapa negara untuk mengurangi biaya produksi. Jika bahan dalam kekurangan atau harus dipindahkan, hal itu bisa lebih murah jika menempatkan produksi dekat dengan sumber suplai dari pada untuk mengimpor bahan. Transportasi biaya berhubungan dengan membuat penjualan ekspor ke pelanggan asing mungkin menjadi berkurang dengan cara menempatkan produksi dekat dengan pelanggan.

Investasi Tambahan dalam suatu negara asing adalah kadang-kadang mendorong suatu kebutuhan untuk melindungi pasar itu dari kompetitor lokal. Perusahaan membangkitkan penjualan melalui mengekspor kepada suatu negara tertentu untuk melindungi pasar mereka.

Terkait dengan investasi asing langsung, tidak bisa dipungkiri terjadinya resiko dalam kenyamanan menanamkan ivestasi di negara-negara lain. Untuk ini diperlukan perlindungan bagi para investor (pemegang saham). Meskipun perlindungan yang diberikan masing-masing Negara berbeda.

Pengungkapan publik tidak terlalu maju masih terjadi perbedaan yang besar terhadap informasi yang diberikan pada pemegan saham yang besar dengan publik. Berbagai kelompok kepentingan yang berpengaruh terhadap pengungkapan dan harmonisasi diantaranya adalah : Pemerintah, United nation ,inter govermental working group of experts on international standard of accounting and reporting (isar), Organization for economnic cooperation and development, Eropean comunitty (fc treaty of rome ) 1957, Serikat dagang dan pekerja itucs,ftvc,wcl, Investor, Publik, Akuntan dan auditor, Harmonisasi dan pengungkapan.

Ada beberapa alasan untuk investasi asing langsung: Meningkatkan Penjualan dan Keuntungan. Penjualan internasional dapat menjadi sumber margin keuntunganyang lebih tinggi atau keuntungan tambahan melalui penjualan tambahan. Produk unik atau keunggulanteknologi dapat memberikan keunggulan komparatif bagi yang perusahaan ingin memanfaatkannya dengan memperluas penjualan di luar negeri. Pertumbuhan pasar yang cepat. Beberapa pasar internasional tumbuh lebih cepat dari yang lain. Investasi asing langsung merupakan sarana untuk memperoleh pijakan di pasar yang berkembang pesat atau muncul. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Mengurangi biaya Sebuah perusahaan kadang-kadang dapat mengurangi biaya penyediaan barang dan jasa kepada pelanggan melalui investasi langsung asing. Signifikan lebih rendah biayatenaga kerja dibeberapa negara memberikan kesempatan untuk mengurangi biaya produksi.Jika bahan dalam pasokan pendek atau harus dipindahkan jarak jauh, mungkin lebih murah untuk mencari produksi dekat dengan sumber mengimpor materials. Transportation biaya yang terkait dengan membuat penjualan ekspor ke pelanggan asing dapat dikurangi dengan menempatkan dekat dengan pelanggan produksi. Melindungi Pasar Domestik Untuk melemahkan pesaing internasional potensial dan melindungi pasar domestik, perusahaan mungkin memasuki pasar rumah pesaing. Alasannya adalah bahwa sebuah potensi pesaing kurang mungkin untuk memasuki pasar asing jika sibuk melindungi pasar domestiknya sendiri. Melindungi Pasar Luar Negri Tambahan investasi di luar negeri kadang-kadang termotivasi oleh kebutuhan untuk melindungi pasar yang dari pesaing lokal. Perusahaan menghasilkan penjualan melalui ekspor ke negara tertentu kadang-kadang merasa perlu untuk membangun kehadiran kuat di negara itu dari waktu ke waktu untuk melindungi pasar mereka. Memperoleh Teknologi dan Manajerial. Selain melakukan penelitian dan pengembangan di rumah, cara lain untuk memperoleh teknologi dan

pengetahuan manajerial adalah untuk membuat sebuah operasi dekat untuk memimpin pesaing. Melalui kedekatan geografis, perusahaan akan lebih mudah untuk lebih dekat memantau dan belajar dari para pemimpin industri dan bahkan mempekerjakan karyawan yang berpengalaman dari persaingan

Isu yang dapat dilihat dari investasi asing langsung adalah Faktor yang mungkin banyak menyumbangkan perhatian lebih terhadap akuntansi internasional di kalangan eksekutif perusahaan, investor, regulator pasar, pembuat standar akuntansi, dan para pendidik ilmu bisnis adalah internasionalisasi pasar modal seluruh dunia. Dimana Pricewaterhomms Coopers melaporkan bahwa volume penawaran ekuitas lintas batas dalam dolar meningkat hampir tiga kali lipat antara tahun 1995 dan 1999, dengan jumlah dana 1ebih dari sebesar 100 miliar yang diperoleh selama periode 5 tahun tersebut (penawaran ini hanya mencakup penjualan surat berharga di luar pasar domestik). Penawaran internasional atas obligasi, piujaman sindikasi, dan instrumen utang 1ainnya juga tumbuh secara dramatis selama tahun 1990-an. Tren ini kemudian memburuk selama tahun-tahun awal decade Akuntansi harus memberikan respons terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi yang tentu berubah dan mencerminkrn kondisi budaya, ekonomi, hukum,sosial, dan politik yang ada dalam lingkungan operasinya. Sejarah akuntansi dan para akuntan memperlihatkan perubahan secara terus menerus.

http://gracebannepabutungan.wordpress.com/category/akuntansi-internasional/

Konvergensi IFRS menghadapi tantangan


Kendati demikian, penerapan standar pelaporan keuangan internasional/International Financial Reporting Standard (IFRS) dinilai dapat mendukung perlindungan konsumen dan pertumbuhan ekonomi. Ketua OJK, Muliaman Hadad mengatakan, tantangan penerapan standar pelaporan keuangan internasional tersebut, yaitu kesiapan para pelaku dalam implementasi standar akuntansi keuangan. Menurut Muliaman, hasil quick review OJK atas laporan keuangan tengah tahunan emiten memperlihatakan, bahwa pemahaman para pelaku pasar terhadap standar akuntansi berbasis IFRS masih harus ditingkatkan. Ia mencontohkan implementasi IFRS yang akan menyebabkan perubahan dalam proses pengakuan, pengukuran dan pencatatan. Perubahan proses pengukuran dan pencatatan ini dapat berdampak terhadap penurunan pencatatan nilai aset dan laba perusahaan. "Ketidaksiapan para pelaku terutama investor, analis keuangan dan media massa dalam menyikapi dampak pada penurunan pencatatan nilai aset dan laba, dapat menyebabkan sentimen di pasar modal," ujar Muliaman, dalam sambutannya pada acara IFRS Dynamics 2013 and Beyond:Impact to Indonesia, Rabu (6/3/2013).

Tantangan selanjutnya adalah belum ada undang-undang pelaporan laporan keuangan. "Perusahaan diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan," katanya. Selain itu, untuk dapat menerapkan IFRS dengan baik, Muliaman mengharapkan kesiapan profesi-profesi penunjang seperti notaris, aktuaris, penila dan akuntan publik harus ditingkatkan profesionalismenya. Menurut Muliaman, Indonesia yang juga anggota G-20, harus siap dengan penerapan IFRS. Meski penerapan IFRS memang tak mudah, karena membutuhkan sistem teknologi informasi baik yag tidak bisa dikatakan murah. Meski demikian, laporan keuangan yang disampaikan dengan terbuka dan transparan dapat mendorong kepercayaan dunia internasional sehingga dapat berinvestasi di Indonesia dan memberikan perlindungan kepada konsumen Posted 13th March by sertifikasi iai http://iaisertifikasi.blogspot.com/2013/03/konvergensi-ifrs-menghadapi-tantangan.html

KONFERGENSI PSAK KEDALAM IFRS


PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS Rindu Rika Gamayuni Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Juli 2009

ABSTRAK Standar akuntansi keuangan di Indonesia perlu mengadopsi IFRS untuk pelaporan keuangan Indonesia agar dapat diterima perusahaan-perusahaan di seluruh dunia dan Indonesia mampu memasuki persaingan global untuk menarik investor internasional. Saat ini, adopsi oleh Indonesia psak adalah dalam bentuk harmonisasi, yang berarti persetujuan parsial. Namun, Indonesia berencana untuk sepenuhnya mengadopsi IFRS pada tahun 2012. Sebuah adopsi adalah wajib bagi perusahaan yang terdaftar dan multinasional. Keputusan apakah Indonesia akan sepenuhnya mengadopsi IFRS atau diadopsi sebagian untuk tujuan harmonisasi harus dipertimbangkan hati-hati. Penuh adopsi IFRS akan meningkatkan keandalan dan komparabilitas pelaporan keuangan internasional. Namun, sistem pajak dapat bertentangan Indonesia dan situasi ekonomi dan politik lainnya. Jika Indonesia adalah untuk sepenuhnya mengadopsi IFRS pada tahun 2012, tantangan yang dihadapi oleh masyarakat akademis pertama dan bisnis. Kurikulum, kurikulum dan sastra harus disesuaikan untuk beradaptasi dengan perubahan. Ini membutuhkan waktu dan usaha karena banyak aspek terkait dengan perubahan. Penyesuaian juga harus dilakukan oleh perusahaan atau organisasi, terutama mereka dengan interaksi dan transaksi. Adopsi penuh juga berarti

perubahan prinsip akuntansi ini telah diterapkan standar akuntansi di seluruh dunia. Hal ini tidak dapat dicapai dalam waktu singkat karena alasan standar akuntansi (1) beberapa erat terkait dengan sistem perpajakan. Penerapan IFRS internasional dapat mengubah sistem pajak di setiap negara untuk sepenuhnya mengadopsi IFRS. (2) standar akuntansi ini adalah kebijakan akuntansi untuk memenuhi kebutuhan nasional dan kebijakan ekonomi yang berbeda di setiap negara. Ini bisa menjadi tantangan utama dalam mengadopsi penuh IFRS. Latar Belakang Setiap negara memiliki standar akuntansi keuangan sendiri yang menjadi pedoman karena merupakan konsensus, yang mengatur tentang pencatatan tentang sumebr-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya dan perubahannya dalam bentuk laporan keuangan. Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Namun yang perlu diingat bahwa standar akuntansi ini akan terus-menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangannya dan tuntunan masyarakat. Kenyataan yang ada bahwa standar akuntansi disetiap negara dalam perkembangannya fleksibel terhadap standar akuntansi keuangan dunia karena berbagai pertimbangan penting. Hal ini tidak mungkin dihindari karena hubungan ekonomi internasional yang telah berkembang pesat, mau tidak mau setiap negara khususnya Indonesia melakukan adopsi atau yang lebih dikenal dengan konvergensi standar akuntansi keuangannya dengan standar keuangan internasional (IFRS). Analisis: IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1). Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan., (2). menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS., (3). dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Proses mengadopsi standar internasional itu tidak bisa gampang karena memerlukan pemahaman dan biaya mahal. Proses pengadopsian sudah dilakukan oleh negara Indonesia namun belum semuanya dilaksanakan/diadopsi (full Adoption) Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Adapun kerugian yang akan dialami oleh negara Indonesia jika tidak melakukan pengadopsian standar-standar akuntansi yang menjadi standar bagi perusahaan dunia, karena hal ini sudah masuk dalam ranah pasar modal. Bagi perusahaan asing listed di bursa kita akan kesulitan untuk menyesuaikan dengan standar yg berlaku di negara kita, maupun perusahaan Indonesia

yang listing di bursa efek di negara lain. Perusahaan asing yang ingin listing di BEI akan kesulitan untuk menerjemahkan laporan keuangannya dulu sesuai standart nasional kita, sedangkan perusahaan Indonesia yang akan listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk menerjemahkan atau membandingkan laporan keuangan sesuai standart di negara tersebut. Hal ini jelas akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak mengglobal. Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling fundamental dalam proses harmonisasi adalah: (1) perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai negara, (2) kurangnya atau lemahnya tenaga profesional atau lembaga profesional di bidang akuntansi pada beberapa negara, (3) perbedaan sistem politik dan ekonomi pada tiap-tiap negara. Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam menuju harmonisasi adalah: (1) Nasionalisme tiap-tiap negara, (2) Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara, (3) Perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, (4) Tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Kesimpulan: Sebagai sebuah negara berkembang yang tidak bisa terlepas dari pengaruh global, dituntut oleh kepentingan sendiri untuk terus merevisi maupun mengadopsi standar internasional sehingga menggairahkan investor asing yang memiliki keinginan untuk beinvestasi di pasar modal kita. Mereka tidak harus dihadapkan pada masalah penyesuaian standar yang berlaku di Indonesia. Begitu pun perusahaan Indonesia yang ingin berspekulasi di dunia pasar modal internasional tidak harus dihadapkan pada persoalan yang sama. Namun proses adopsi (Full Adoption) tetap harus mengakomodasi kepentingan sendiri tanpa harus menghilangkannya. sehingga pembenahan pada sektor yang diperlukan akan membuat IFRS lebih mudah untuk dijalankan. Sumber : Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan ISSN 1410 1831 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN The Journal of Accounting and Finance - Volume 14 Nomor 2, Juli 2009 Diposkan oleh nurcahyono di 21.47 Kirimkan Ini lewat Email http://nurcahyono20.blogspot.com/2011/05/konfergensi-psak-kedalam-ifrs.html
Senin, 11 Februari 2013

Akuntan Indonesia Hadapi Tantangan Laksanakan IFRS

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com Seiring berjalannya waktu, akuntan Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tantangan terbesar akuntan Indonesia saat ini adalah kewajiban melaksanakan International Financial Reporting Standard (IFRS) yang sudah dimulai semenjak tahun 2010. Sementara di tahun 2013 para praktisi akuntan publik dituntut melakukan adopsi ISA secara penuh. Menurut Ketua Program Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Drs Sugiarto MAcc MBA Ak CMA, hal tersebut disebabkan terkait keharusan perusahaan publik melaksanakan transparansi pelaporan keuangan yang semakin meningkat dan good corporate governance yang semakin baik.

Tantangan-tantangan besar tersebut menjadi isu menarik yang didiskusikan oleh organisasi akuntan Indonesia saat ini. Bagaimana akuntan Indonesia akan melakukan berbagai langkah strategik agar dapat menghadapi berbagai tantangan, sekaligus menjadikan akuntan Indonesia unggul baik dari segi kualitas maupun kuantitas, katanya, di Grha Sabha Pramana UGM, saat mewisuda 229 profesi akuntansi baru. Mewakili sambutan orang tua, Bupati Sleman Drs Purnomo mengungkapkan, Pendidikan Profesi Akuntansi tidak saja untuk kehidupan pribadi, namun juga diperlukan bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Terwujudnya good governance di lingkungan pemerintah dan lembaga bisnis di era saat ini menjadi keharusan. Profesi akuntan tentu berperan besar dalam mewujudkannya, sebab para akuntan menjadi pilar strategis dari sistem akuntabilitas dan transparansi. Perannya bisa mewujudkan pemerintahan maupun organisasi bisnis yang bersih, berwibawa dan bertanggungjawab. Ini adalah salah satu tantangan

sekaligus kesempatan yang harus dimanfaatkan para wisudawan, ungkapnya. ( Bambang Unjianto / CN33 / JBSM ) Catatan admin : Berita ini diambil dari :http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/06/24/122184/AkuntanIndonesia-Hadapi-Tantangan-Laksanakan-IFRS

menurut admin, isu tentang pelaksanaan IFRS memberikan dapak baik bagi perusahaan tbk.Dimana ketika ada investor asing yang ingin mengetahui laporan keuangan perusahaan yang akan ia pilih, akuntan tak harus repot mengubah laporan keuangan mengikuti ketentuan laporan keuangan di negara calon investor tersebut. Selain itu, masih banyak manfaat dari pelaksanaan IFRS ini, salah satunya menyamaratakan ketentuan pembukuan perusahaan di semua negara.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Isu IFRS

Tidak ada komentar: Poskan Komentar


Posting Lebih BaruBeranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer

http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/02/akuntan-indonesia-hadapi-tantangan.html

You might also like