Professional Documents
Culture Documents
Ciri-ciri Organisme Staphylococcus merupakan sel berbentuk bulat dengan garis tengah sekitar 1 m dan tersusun dalam kelompok-
kelompok tidak beraturan. Pada biakan cair tampak juga kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad dan berbentuk rantai. Kokus muda bersifat Gram positif kuat, sedangkan pada biakan yang lebih tua, banyak sel menjadi Gram negatif. Staphylococcus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Oleh pengaruh obat-obat seperti penisilin, Staphylococcus
dilisiskan.
39
ini tumbuh paling cepat pada suhu 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar ( 20-25C). Koloni pada perbenihan berkilau. padat berbentuk bundar, halus, menonjol, dan
abu sampai kunimg emas tua. Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies lainnya.
Sifat-sifat Pertumbuhan Staphylococcus yang patogen menghasilkan beberapa zat ekstraseluler. Staphylococcus relatif resisten terhadap
pengeringan, panas (bakteri ini tahan terhadap suhu 50 C selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi mudah dihambat oleh zat kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%. Kepekaan Staphylococcus terhadap banyak obat
antimikroba berbeda-beda. Resistensi bakteri ini dapat dibagi menjadi beberapa golongan: 1. Sering membentuk -laktamase Di bawah kendali pasmid, dan menyebabkan organisme resisten terhadap beberapa penisilin (penisilin G, ampisilin,
40
tikarsilin,
dan
obat-obat
sejenis).
Plasmid
dipindahkan
melalui transduksi dan mungkin pula konyugasi. 2. Resistensi terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin serta oksasilin) tidak bergantung pada pembentukan -laktamase. Gen tersebut mungkin berada pada kromosom dan
ekspresinya
bermacam-macam.
Mekanisme
resistensi
terhadap nafsilin dikaitkan dengan tidak ada atau sukar dicapainya protein pengikat penisilin (PBP) pada organisme itu. 3. Toleransi berarti bahwa obat dapat menghambat tetapi tidak mematikan Staphylococcus, artinya terdapat
perbedaan yang sangat besar antara kadar hambat minimal dan kadar letal minimal suatu obat antimikroba. Toleransi kadang-kadang disebabkan oleh tidak adanya proses
aktivasi enzim autolitik dalam dinding sel. 4. Plasmid terdapat pula membawa gen untuk resistensi terhadap tetrasiklin, eritromisin, dan aminoglikosida.
Variasi Suatu biakan Staphylococcus mengandung beberapa bakteri tertentu yang dibedakan dari sebagian besar populasi
41
bakteri lainnya dalam penampilan sifat-sifat khas koloni (ukuran koloni, pigmen, hemolisis), perlengkapan enzim, resistensinya terhadap obat, dan sifat patogennya. Secara in vitro, penampilan sifat khas seperti dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan. Bila S. aureus yang resisten terhadap nafsilin di eram pada suhu 37 oC di atas agar darah, maka satu dari 10 7 organisme akan
menunjukkan resistensi terhadap nafsilin, bila bakteri tersebut di eram pada suhu 37oC di atas agar-agar yang mengandung 2-3 % natrium klorida, maka satu dari 103 organisme menunjukkan resistensi terhadap nafsilin.
b. Struktur Antigen Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel (Gambar 21). Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini penting dalam patogenesis infeksi: zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin 1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik; dan zat ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk
42
leukosit polimorfonuklir, mempunyai aktivitas mirip endotoksin, menghasilkan fenomena Shwartzman lokal, dan mengaktifkan komplemen. Asam teikoat, yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat, berkaitan dengan peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenik. Antibodi antiteikoat, yang dapat dideteksi dengan difusi gel, dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif yang disebabkan S. aureus. Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S. aureus yang terikat pada bagian Fc molekul Ig G, kecuali Ig G3. Bagian Fab pada Ig G yang terikat pada protein A bebas untuk berikatan dengan antigen spesifik. Protein A merupakan reagen penting dalam imunologi dan teknologi diagnostik
laboratorium; contohnya, protein A yang berikatan dengan molekul Ig G yang diarahkan terhadap antigen bakteri tertentu akan mengaglutinasi (koaglutinasi). Beberapa S. aureus mempunyai simpai yang dapat bakteri yang mempunyai antigen itu
menghambat fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir, kecuali kalau ada antibodi spesifik. Kebanyakan strain S. aureus
43
dinding sel; koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen, sehingga bakteri beragregasi. Kegunaan tes serologi dalam mengidentifikasi
Staphylococcus terbatas. Penentuan tipe faga didasarkan pada lisis S. aureus oleh satu atau satu seri bakteriofaga khusus; hal ini hanya dilakukan di laboratorium rujukan dan digunakan untuk penelitian epidemiologik.
Gambar 2-1. Struktur Staphylococcus antigenik. (a). Tempat perlekatan bakteriofaga. Terdapat antigen spesies (penentu antigen berupa N-asetilglukosamin yang dikaitkan dengan poliribitol fosfat. (b). Antigen ganda; sebagian didistribusikan secara luas.
44
Katalase Staphylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Tes katalase membedakan Staphylococcus, yang positif, dari Streptococcus, yang negatif.
Koagulase S. aureus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan esterase dan menyebabkan aktivitas
pembekuan, dengan cara yang mirip dengan pengaktifan protombin menjadi trombin. Daya kerja koagulase itu tidak memakai jalur rangkaian reaksi untuk penggumpalan plasma dalam keadaan normal. Koagulase dapat mengendapkan fibrin pada permukaan Staphylococcus, mungkin mengubah pola pemakanan bakteri oleh sel-sel fagosit atau perusakannya dalam sel ini. Bakteri yang membentuk koagulase dianggap mempunyai potensi menjadi patogen invasif.
45
Enzim Lain Enzim lain yang dihasilkan oleh Staphylococcus adalah hialuronidase, atau faktor penyebar; stafilokinase yang
mengakibatkan fibrinolistis tetapi kerjanya jauh lebih lambat daripada streptokinase; proteinase; lipase; dan - laktamase.
Eksotoksin Toksin ini meliputi beberapa toksin yang mematikan jika disuntikan pada hewan, menyebabkan nekrosis pada kulit, dan mengandung hemolisin yang dapat larut yang dapat dipisahkan dengan elektroforesis. Toksin alfa (hemolisin) adalah protein
heterogen yang dapat melisiskan eritrosit, merusak trombosit, dan mungkin identik dengan faktor letal dan faktor
dermonekrotik eksotoksin. Toksin alfa juga mempunyai daya kerja kuat pada otot polos pembuluh darah. Toksin beta merusak spingomielin dan bersifat racun untuk beberapa jenis sel, termasuk sel darah merah manusia. Toksin-toksin ini dan dua toksin lainnya, yaitu toksin gama dan toksin delta, secara antigenik berbeda dan tidak mempunyai hubungan dengan lisin pada Streptococcus. Eksotoksin yang diberi formalin
menghasilkan toksoid yang antigenik tetapi tidak beracun, namun secara klinis tidak berguna.
46
Leukosidin Toksin S. aureus ini dapat mematikan sel darah putih pada banyak hewan yang terkena. Peranannya dalam patogenesis tidak jelas, sebab Staphylococcus patogen tidak dapat
mematikan sel-sel darah putih dan dapat difagositosis seefektif jenis yang tidak patogen. Namun, bakteri tersebut mampu berbiak dengan sangat aktif di dalam sel, sedangkan organisme nonpatogen cenderung mati bila ada di dalam sel. Antibodi terhadap leukosidin mungkin berperan dalam resistensi
Toksin Eksofoliatif Toksin S. aureus ini meliputi sekurangnya dua protein yang mengakibatkan deskuamasi menyeluruh pada sindroma lepuh kulit Staphylococcus. Antibodi spesifik dapat melindungi terhadap kerja toksin sksfoliatif ini.
Toksin Sindroma Syok Toksik Kebanyakan strain S. aereus yang diisolasi dari penderita sindroma syok toksik memproduksi suatu toksin yang disebut toksin sindroma syok toksik 1 (TSST 1), yang sama dengan
47
enterotoksin F dan eksotoksin pirogenik C. Pada toksin ini menyebabkan demam, syok, dan
manusia, keterlibatan
multisistem, termasuk ruam kulit deskuamatif; tidak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa toksin ini merupakan penyebab satu-satunya dalam sindroma syok toksik. Pada kelinci, TSST 1 mengakibatkan demam, meningkatkan
terhadap pengaruh lipopolisakarida bakteri, dan berbagai efek biologik lain yang mirip dengan sindroma syok toksik, tetapi tidak terjadi ruam kulit dan deskuamasi.
F) yang dihasilkan oleh hampir 50 % strain S. aureus. Berbagai enterotoksin ini tahan panas (tahan pendidihan selama 30 menit) dan tahan terhadap daya kerja enzim-enzim usus. Staphylococcus merupakan penyebab penting dalam keracunan makanan; enterotoksin dihasilkan ketika S. aureus tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein. Gen untuk pembentukkan enterotoksin mungkin terletak pada kromosom, tetapi suatu flasmid mungkin membawa protein yang mengatur pengaktifan produksi toksin. Manusia dan kera yang memakan 25 ug enterotoksin B akan mengalami muntah-muntah dan
48
diare. Efek muntah ini mungkin akibat perangsangan sistem saraf pusat (pusat muntah) setelah toksin bekerja pada
reseptor-reseptor saraf dalam usus. Enterotoksin dapat diukur dengan tes presipitin (difusi gel).
c. Patogenesis Staphylococcus, khususnya S. epidermidis, adalah anggota flora normal pada kulit manusia, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. 40-50 % manusia merupakan pembawa S. aureus dalam hidungnya. Kemampuan patogenik strain S. aureus tertentu merupakan efek gabungan factor-faktor ekstraseluler, toksin-toksin serta sifat invasive strain itu. Pada suatu akhir spektrum penyakit adalah keracunan makanan oleh Staphylococcus, yang semata-mata akibat termakannya enetrotoksin yang sudah terbentuk,
sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakterimia dan abses yang tersebar di semua organ. S. aureus yang patogen dan dan invasive kuning, cenderung bersifat
menghasilkan
koagulase
pigmen
dan
hemolitik. Organisme ini jarang menyebabkan pernanahan tetapi dapat menginfeksi kardiovaskuler.
49
d. Gambaran Klinik Infeksi lokal Staphylococcus muncul sebagai suatu infeksi folikel rambut atau abses. Biasanya reaksi peradangan
berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri, yang mengalami pernanahan sentral dan sembuh dengan cepat bila nanah dikeluarkan. Dinding fibrin dan sel-sel disekitar inti abses
cenderung mencegah penyebaran organisme dan sebaliknya tidak dirusak oleh manipulasi atau trauma. Infeksi S. aureus dapat juga disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka, misalnya luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma. Bila S. aureus menyebar dan terjadi bakteriemi, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut hematogen,
meningitis, atau infeksi paru-paru. Gambaran klinisnya mirip dengan gambaran klinis yang terlihat pada infeksi lain yang melalui aliran darah. Lokalisasi sekunder dalam suatu organ atau sistem diikuti oleh tanda-tanda dan gejala disfungsi organ dan pernanahan setempat yang hebat. Keracunan makanan yang disebabkan enterotoksin ditandai oleh masa inkubasi yang pendek (1-8 jam), rasa mual, muntahmuntah, dan diare yang hebat, dan penyembuhan yang cepat. Tidak ada demam.
50
Bahan Usapan permukaan, nanah, darah, asfirat trakea, atau cairan spinal untuk biakan, bergantung pada lokalisasi proses. Pemeriksaan antibodi pada serum biasanya tidak berguna.
Sediaan Ciri khas Staphylococcus terlihat pada sediaan apus nanah atau sputum yang diwarnai. Tidak mungkin membedakan organisme saprofitik (S. epidermidis) dengan organisme patogen (S aureus) berdasarkan sediaan apus.
Biakan Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni khas dalam 18 jam pada 37 0C, tetapi hemolisis dan pembentukan pigmen mungkin tidak terjadi sampai beberapa hari sesudahnya dan akan optimal pada suhu kamar. Bahan yang terkontaminasi flora campuran dapat ditanam dalam pembenihan yang mengandung NaCl 7,5%; garam akan menghambat pertumbuhan kebanyakan flora
51
Tes Katalase Setetes larutan hidrogen peroksida diletakkan di atas kaca objek, dan sedikit pertumbuhan bakteri diletakkan di atas larutan tersebut. Pembentukan gelembung udara (pelepasan oksigen) menunjukan tes positif. Tes juga dapat dilakukan dengan menuangkan larutan hidrogen peroksida di atas bakteri yang tumbuh subur pada agar miring dan meneliti gelembung yang muncul.
Tes Koagulase Plasma kelinci (atau manusia) yang telah diberi sitrat dan diencerkan 1 : 5 dicampur dengan biakan kaldu yang sama banyaknya dan kemudian dieramkan pada 370C. Sebagai kontrol, dalam suatu tabung dicampurkan plasma dan kaldu steril, kemudian dieramkan. Jika terjadi pembekuan dalam waktu 1 4 jam, tes itu positif. Semua Staphylococcus yang bersifat koagulasepositif dianggap patogen bagi manusia. Infeksi alat-alat prostetik dapat disebabkan oleh organisme golongan S. epidermidis
koagulase negatif.
Tes Kepekaan
52
Tes pengenceran mikro kaldu atau tes kepekaan lempeng di gusi sebaiknya dilakukan secara rutin pada isolat
Staphylococcus dari infeksi yang bermakna secara klinik. Resistensi terhadap penisilin G dapat diperkirakan melalui tes positif untuk - laktamase; kurang lebih 90 % S. aureus menghasilkan - laktamese. Resistensi terhadap nafsilin (dan oksasilin dan metisilin terjadi pada 10 20 % S. aureus) dan kurang lebih 75 % isolat S. epidermidis. Resistensi nafsilin
berkorelasi dengan adanya mec A, suatu gen yang menjadi protein terikat penisilin yang tidak dipengaruhi oleh obat ini. Gen dapat dideteksi dengan menggunakan reaksi rantai
polimerase, tetapi hal ini tidak berguna karena Staphylococcus yang tumbuh pada agar Mueller Hinton mengandung 4 % NaCL dan 6 ug/mL oksasilin yang secara khas merupakan mec A positif dan resisten oksasilin.
Tes Serologik dan Penentuan Tipe Antibodi terhadap asam teikoat dapat dideteksi pada infeksi yang dalam dan lama (misalnya endokarditis
53
Pola kepekaan antibiotika dapat membantu untuk melacak infeksi S. aureus S. epidermidis dan dalam menentukan apakah isolat
yang disebabkan strain yang sama, yang berasal dari suatu tempat infeksi. Penentuan tipe faga hanya dipakai untuk melacak infeksi dalam penelitian epidemielogi pada wabah infeksi S. aureus yang luas, yang dapat terjadi di rumah sakit.
2.1.2 Streptococcus
Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya. Bakteri ini tersebar luas di alam. Beberapa di antaranya merupakan anggota flora normal pada manusia; yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang sebagian disebabkan oleh infeksi Streptococcus, dan sebagian lagi oleh sensitisasi terhadap bakteri. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim.
54
Ciri-ciri Khas Organisme Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai (gambar 2-2). Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggotaanggota rantai sering tampak sebagai diplococcus, dan
bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptococcus bersifat gram positif. Namun, pada biakan tua dan bakteri yang mati, bakteri ini menjadi gram negatif; keadaan ini dapat terjadi jika bakteri dieramkan semalam.
Gambar 2-2. Streptococcus yang tumbuh pada biakan kaldu, memperlihatkan rantai kokus gram-positif.
55
Beberapa
Streptococcus
mengeluarkan
polisakarida
simpai seperti yang ada pada Pneumococcus. Sebagian besar selain golongan A, B, dan C (tabel 2-1) membentuk simpai yang tersusun atas asam hialuronat. Simpai tampak jelas pada biakan yang amat muda. Simpai ini menghalangi fagositosis. Dinding sel Streptococcus mengandung protein (antigen M, T, R), karbohidrat (spesifik untuk golongan), dan peptidoglikan
(gambar 2-3). Pili seperti rambut menonjol keluar menembus simpai Streptococcus golongan A. Pili tersebut sebagian terdiri atas protein M dan ditutupi oleh asam lipoteikoat. Asam lipoteikoat sangat penting untuk perlekatan Streptococcus pada sel epitel.
Tabel 2-1. Ciri Khas Streptococcus yang Penting Bagi Kedokteran
Nama Zat Golongan Spesifik
A
Hemolisis2
Tempat
Beta
Beta
Tidak alfa
Tidak terjadi
Kolon
56
menguraikan zat tepung Streptococus anginosus F(Acg) dan yang tidak dapat digolongkan Beta Tenggorokan, kolon, saluran kelamin wanita Varian koloni kecil (minute) dari spesies beta henolitik. Golongan A adalah resistenbasitrasin dan PYR-negatif Tenggorokan, Pola fermentasi kolon, saluran karbohidrat kelamin wanita Infeksi piogenik, termasuk abses otak
Biasanya tidak tergolongkan atau tidak dapat digolongkan Biasanya tidak tergolongkan atau tidak dapat digolongkan Tidak ada
Alfa terjadi
tidak
Tidak jelas
Alfa terjadi
tidak
Resisten optokin. Kolonikoloni larut dalam empedu. Pola fermentasi karbohidrat. Peka terhadap optokin. Kolonikoloni larut dalam empedu. Reaksi Quellung positif. Anaerob obligat
Streptococus pneumoniae
Alfa
Tenggorokan
Karies gigi (S mutans), endokarditis, abses-abses (dengan banyak spesies kuman lain. Pneumoniae, meningitis, endokarditis
Tidak ada
Tidak alfa
terjadi
57
Gambar 2-3. Struktur antigen sel Streptococcus golongan A. (a) Simpai adalah asam hialuronat. (b) Antigen protein M,T, dan R pada dinding sel. (c). Karbohidrat spesifik golongan dari Streptococcus golongan A adalah ranmosaN asetilglukosamin.
Biakan Kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam perbenihan padat sebagai koloni diskoid dengan diameter 1 2 mm. Strain yang menghasilkan bahan simpai sering membentuk koloni mukoid.
Pertumbuhan Streptococcus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat atau dalam kaldu, kecuali yang
diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kebutuhan makanan bervariasi untuk setiap spesies. Kuman yang patogen bagi manusia paling banyak memerlukan faktor-faktor
58
pertumbuhan. Dan hemolosis dibantu oleh pengeraman dalam CO2 10 %. Meskipun kebanyakan Streptococcus hemolitik patogen tumbuh paling baik pada suhu 370C. Enterococcus juga tumbuh pada agar dengan natrium klorida konsentrasi tinggi (6,5 %), dalam metilen biru 0,1%, dan dalam empedueskulin.
Variasi Varian strain Streptococcus yang sama dapat menunjukan bentuk koloni yang berbeda. Hal ini amat nyata di antara strain golongan A, yang membentuk koloni suram atau mengkilat. Koloni yang suram terdiri atas organisme yang menghasilkan banyak protein M. Organisme ini cenderung virulen dan relatif kebal terhadap fagositosis oleh leukosit manusia. Koloni yang mengkilat cenderung menghasilkan sedikit protein M dan sering tidak virulen.
Struktur Antigen Streptococcus hemolitik dapat dibagi dalam beberapa golongan serologik (A U), dan golongan-golongan tertentu
59
dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe. Beberapa zat antigen yang ditemukan: 1. Antigen dinding sel spesifik golongan Karbohidrat ini terdapat dalam dinding sel banyak Streptococcus dan merupakan dasar penggolongan serologik (Golongan A U Lancefield). Ekstra dari antigen spesifik golongan untuk penggolongan Streptococcus dapat dibuat dengan mengekstraksi biakan yang dipusingkan dengan asam hidroklorida panas, asam nitrat, atau formamida; dengan lisis enzimatik sel-sel Streptococcus (misalnya dengan pepsin
atau tripsin); atau dengan mengautoklafkan suspensi sel pada tekanan 15 lb selama 15 menit. Spesifisitas serologik dari karbohidrat spesifik golongan ditentukan oleh gula amino. Gula amino untuk Streptococcus golongan A adalah ramnosaNasetilglukosamin; untuk golongan B adalah
polisakarida ramnosa glukosamin; untuk golongan C adalah ramnosaNasetilgalaktosamin; untuk golongan D adalah asam gliserol teikoat yang mengandung Dalanin dan glukosa ; dan untuk golongan F adalah glukopiranosilN asetilgalaktosamin.
2.
Protein M
60
Zat ini adalah faktor virulensi utama dari S. pyogenes golongan A. Protein M nampak sebagai bentuk yang mirip rambut pada dinding sel Streptococcus. Ketika protein M ditemukan, Streptococcus menjadi virulen, dan pada tidak adanya antibodi tipe Mspesifik, bakteri ini mampu menahan fagositosis oleh leukosit perlekatan polimorfonuklir. pada sel-sel Protein epitel M juga inang.
memudahkan
Streptococcus golongan A yang tidak memiliki protein M bukanlah suatu virulen. Imunitas terhadap infeksi oleh
Streptococcus golongan A berkaitan dengan kehadiran antibodi tipespesifik terhadap protein M. karena terdapat lebih dari 80 jenis protein M, seseorang dapat mengalami infeksi berulang oleh S. pyogenes golongan A dengan jenis M yang berbeda. Baik Streptococcus golongan C maupun golongan G, memiliki gen-gen yang bersifat homolog terhadap gen untuk protein M dari golongan A, dan protein M telah ditemukan pada Streptococcus golongan G. Struktur dan fungsi yang khas dari protein M dipelajari secara luas. Molekul memiliki struktur seperti batang yang melingkar-lingkar fungsional. perubahan dan ini memisahkan bagian-bagian sejumlah yang besar dan
Struktur urutan
memungkinkan fungsi
mengenai
pemeliharan,
61
imunodeterminan protein M yang sekaligus dapat berubah juga. Terdapat dua kelas struktur utama protein M, yaitu kelas I dan II. Tampaknya protein M dan barangkali antigen lain dinding sel Streptococcus memiliki cara kerja yang penting pada patogenesis Streptococcus demem yang reumatik. dimurnikan Selaput memacu dinding antibodi sel yang
bereaksi dengan sarkolema jantung manusia; sifat-sifat khas mengenai antigen yang bereaksi silang tidak jelas. Komponen dinding sel dari jenis M yang telah diseleksi memacu antibodi yang bereaksi dengan jaringan otot jantung. Daerah antigenik yang dilestarikan pada protein M kelas I bereaksi silang dengan otot jantung manusia, dan protein M kelas I mungkin
3.
Streptococcus. Berbeda dengan protein M, zat T tidak tahan asam dan tidak tahan panas. Zat ini diperoleh dari
62
merusak protein M. Zat T memungkinkan pembedaan tipe-tipe tertentu Streptococcus oleh aglutinasi dengan antiserum
spesifik, sedangkan tipe lainnya mempunyai zat T yang sama. Antigen permukaan lainnya dinamakan protein R.
4.
menghasilkan campuran protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas serologik yang rendah, dan dinamakan zat P. Zat ini mungkin merupakan sebagian besar badan sel
Streptococcus.
Streptokinase Streptococcus
(fibrinolisin)
plasminogen pada plasma manusia menjadi plasmin, suatu enzim proteolitik aktif yang menghancurkan fibrin dan proteinprotein lain.
depolimerisasi terutama
karena
deoksiribonukleoprotein.
63
debridemen enzimatik . Zat-zat ini membantu mengencerkan eksudat dan mempermudah pembuangan nanah dan jaringan nekrotik; dengan demikian obat-obat antimikroba dapat lebih mudah masuk, dan permukaan yang terinfeksi lebih cepat sembuh. Hialuronidase memecah asam hialuronat. Hialuronidase
Eksotoksin A C pirogenik (toksin eritrogenik) mudah larut dan mudah dirusak oleh pendidihan selama 1 jam. Toksin ini menyebabkan ruam yang terdapat pada demam skarlet. Difosfopiridin nukleotidase enzim yang dihubungkan dengan kemampuan organisme untuk membunuh leukosit. Hemolisin: Banyak Streptococcus dapat menghemolisiskan selsel daerah merah in vitro dalam berbagai tingkatan. Perusakan total eritrosit disertai pelepasan hemoglobin dinamakan hemolisis. Lisis eritrosit yang tidak sempurna dengan
64
Streptolisin O adalah suatu protein (BM 60.000) yang aktif menghemolisis dalam keadaan tereduksi (mempunyai gugus SH) tetapi cepat menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Streptolisin O bertanggung jawab untuk beberapa hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan dipotong cukup dalam dan dimasukkan ke dalam biakan pada lempeng agar darah. Streptolisin O bergabung dengan antistreptolisin O, suatu antibodi yang timbul pada manusia setelah infeksi oleh setiap Streptococcus yang menghasilkan streptolisin O. Antibodi ini menghambat hemolisis oleh streptolisin O. Fenomena ini
merupakan dasar tes kuantitatif untuk antibodi. Titer serum antistreptolisin O (ASO) yang melebihi 160 200 unit dianggap abnormal dan menunjukan adanya infeksi Streptococcus yang baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi yang tetap tinggi setelah serangan infeksi pada orang yang hipersensitif. Streptolisin S adalah zat penyebab timbulnya zone hemolitik di sekitar koloni Streptococcus yang tumbuh pada permukaan lempeng agar darah. Streptolisin S bukan antigen, tetapi zat ini dapat dihambat oleh penghambat nonspesifik yang
65
sering ada dalam serum manusia dan hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan Streptococcus.
c. Klasifikasi Streptococcus Klasifikasi Streptococcus dijelaskan pada alinea berikut dan disimpulkan pada Tabel 2-2 dengan pendekatan secara logis.
dijelaskan pada Tabel 2-2. Pada beberapa sistem klasifikasi, strain -hemolitik meliputi strain yang memperlihatkan hemolisis setelah dieramkan semalam pada 5 % agar darah sapi. Pada klasifikasi hemolisis yang lain, hanya strain yang memperlihatkan hemolitik,
yang
dianggap
termasuk
bentuk
sedangkan strain -hemolitik termasuk strain yang nonhemolitik. Karena itu, bagaimanapun, paling praktis untuk membagi Streptococcus dan Enterococcus sebagai hemolitik, -
hemolitik, atau nonhemolitik. Klasifikasi dari pola hemolitik digunakan terutama pada Streptococcus dan tidak pada bakteri lain yang menyebabkan penyakit dan secara khas menghasilkan berbagai macam hemolisin.
66
Zat Golongan Spesifik (Klasifikasi Lancefield) Asam panas atau ekstrak enzim mengandung karbohidrat zat golonganspesifik. Ini memberikan reaksi presipitin dengan antisera spesifik yang memudahkan penyusunan menjadi
kelompok A H dan K U. Penentuan jenis ini umumnya dilakukan hanya pada kelompok A D, F, dan G, yang menyebabkan penyakit pada manusia dan merupakan reagen yang memungkinkan penentuan jenis dengan menggunakan aglutinasi sederhana atau reaksi warna.
Polisakarida Simpai Spesifisitas antigenik dari polisakarida simpai digunakan untuk mengklasifikasikan S. peneumonia menjadi 83 jenis
Reaksi Biokimia Uji biokimia meliputi reaksi peragian gula, tes untuk keberadaan enzim, dan tes-tes untuk kepekaan atau resistensi terhadap zat-zat kimia tertentu. Uji biokimia paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan Streptococcus setelah
67
biokimia digunakan untuk spesies yang secara khas tidak bereaksi dengan antibodi yang umumnya digunakan untuk zat golongan spesifik, golongan A, B, C, F, dan G. Sebagai contoh, Streptococcus viridan adalah hemolitik atau nonhemolitik dan tidak bereaksi dengan antibodi yang umumnya digunakan untuk klasifikasi Lancefield. viridan Untuk menentukan sederetan spesies berbagai dari uji
Streptococcus biokimia.
memerlukan
d. Klasifikasi Streptococcus Terutama dari Segi Kepentingan Medis Streptococcus pyogenes Kebanyakan Streptococcus yang mengandung antigen golongan A adalah S. S. pyogenes. Bakteri bersifat -hemolitik.
berkaitan dengan invasi lokal atau sistemik dan gangguan imunologik setelah infeksi Streptococcus. S. pyogenes secara khas membentuk daerah luas (bergaris tengah 1 cm) pada hemolisis mengelilingi koloni yang berukuran lebih besar dari 0,5 mm.
68
Streptococcus agalactiae Bakteri ini adalah Streptococcus golongan B, merupakan anggota flora normal saluran genital wanita dan penyebab penting dari sepsis neonatus dan meningitis. Bakteri ini secara khas merupakan -hemolitik dan membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloni (bergaris tengah 1 2 mm).
Golongan C dan G Streptococcus ini kadang-kadang muncul pada nasofaring dan mungkin menyebabkan sinusitis, bakterimia, atau
endokarditis. Bakteri ini sering terlihat menyerupai S. pyogenes golongan A pada perbenihan agar darah dan bersifat hemolitik.
Enterococcus faecalis (E faecium, E durans) Enterococcus yang bereaksi dengan antiserum golongan D. Enterococcus adalah bagian dari flora khusus normal. Bakteri ini bersifat lebih resisten terhadap penisilin G dibandingkan
69
dengan Streptococcus, dan sedikit isolat yang memiliki plasmid yang menyandingkan - laktamase.
Streptococcus bovis Bakteri ini termasuk Streptococcus golongan D yang non Enterococcus. Kuman ini merupakan bagian dari flora usus, dapat menyebabkan endokarditis, dan kadang-kadang
Streptococcus anginosus Nama spesies lain untuk S. anginosus adalah S. milleri, S. intermedius, dan S. constellatus. Bakteri ini mungkin bersifat -, - atau nonhemolitik.
Streptococcus golongan N Bakteri ini jarang ditemukan pada penyakit yang timbul pada manusia tetapi menimbulkan koagulasi yang normal (S souring ) pada susu.
70
Streptococcus ini timbul secara primer pada hewan daripada di manusia, dengan beberapa pengecualian.
Streptococcus pneumoniae Pneumococcus ini bersifat -hemolitik. Pertumbuhannya dihambat oleh optokin (etilhidrokuprein hidroklorida), dan
Streptococcus viridans Streptococcus viridans mencakup S. immitis, S. mutans, S. salivarius, bakteri ini S. sanguis (golongan H) dan lain-lain. Ciri khas adalah tetapi -hemolitiknya ini (karena juga itu dinamakan
viridans),
bakteri
mungkin
non-hemolitik.
Pertumbuhannya tidak dihambat oleh oktokin, dan koloninya tidak larut dalam empedu (deoksikolat). Streptococcus viridans merupakan anggota flora normal yang paling umum pada saluran pernapasan bagian atas dan berperan penting untuk menjaga keadaan normal selaput mukosa di situ. Bakteri ini dapat mencapai aliran darah akibat suatu trauma dan
71
Beberapa
Streptococcus
viridans
(misalnya
S.
mutans)
mensintesis polisakarida besar seperti dekstran atau levan dari sukrosa dan menjadi faktor penting pada pembentukan karies gigi.
defectivus dan Streptococcus adjacens) telah dikenal sebagai Streptococcus defisiensi nutrisi , dan dengan nama lainnya. Jenis ini memerlukan piridoksal atau sistein untuk
pertumbuhannya pada agar darah atau tumbuh sebagai koloni satelit yang mengelilingi koloni Staphylococcus dan bakteri lain. Bakteri ini biasanya - hemolitik tetapi mungkin nonhemolitik; merupakan bagian dari flora normal dan kadang-kadang
menyebabkan bakteremia atau endokarditis, dapat ditemukan pada abses kotak dan infeksi lain. Perbenihan agar darah yang disuplementasi secara rutin dengan piridoksil memungkinkan penemuan kembali organisme ini.
Peptostreptococcus ( banyak spesies ) Streptococcus jenis ini hanya tumbuh pada situasi anaerob atau keadaan mikroaerofilik dan secara bervariasi membentuk
Kokus Gram Positif dan Gram Negatif
72
hemolisin. Bakteri ini adalah bagian dari flora normal mulut, usus, dan saluran genital wanita. Bersama dengan spesies bakteri lain sering kali ikut berperan dalam infeksi anaerop campuran diabdomen, pelvic, paru-paru atau otak.
Streptococcus. Usap tenggorokan, nanah, atau darah diambil untuk biakan. Serum diambil untuk penetapan antibodi.
Sediaan Apus Sediaan dari nanah lebih sering menunjukan kokus tunggal atau berpasangan dari pada bentuk rantai. Kokus kadang-kadang gram-negatif, sebab organisme tidak lagi hidup dan kehilangan kemampuan menahan zat warna biru (kristal ungu) sehingga tidak menjadi gram-positif. Bila sediaan nanah menunjukan Streptococcus tetapi biakan tidak tumbuh, harus diperkirakan adanya organisme anaerobik. Sediaan usap
tenggorokan tidak membantu, sebab Streptococcus selalu ada dan mempunyai penampilan sama
viridans dengan
Biakan Bahan yang diduga mengandung Streptococcus dibiakkan pada lempeng agar darah. Jika diduga ada bakteri anaerob, perbenihan anaerobik juga harus diinokulasikan. Pengeraman pada CO2 10 % sering mempercepat hemolisis. Penggoresan inokulum ke dalam lempeng agar darah mempunyai efek serupa, sebab oksigen tidak cepat menembus perbenihan untuk mencapai organisme yang ada di bagian dalam perbenihan, dan oksigenlah yang menonaktifkan streptolisin O. Biakan darah akan menumbuhkan Streptococcus hemolitik golongan A (misalnya pada sepsis) dalam beberapa jam atau beberapa hari. Streptococcus -hemolitik atau Enterococcus tertentu mungkin tumbuh dengan lambat, karenanya biakan darah pada kasus yang dicurigai endokarditis mungkin belum positif selama 1 minggu atau lebih. Tingkat dan jenis hemolisis (dan bentuk koloni) dapat membantu menempatkan organisme dalam golongan yang tepat. Streptococcus golongan A dapat cepat dikenali oleh tes antibodi fluoresen, tes PYR, dan oleh tes-tes spesifik yang cepat untuk antigen spesifik golongan A. penentuan tipe presipitin atau koaglutinasi harus dilakukan bila diperlukan klasifikasi yang
74
pasti dan untuk alasan epidemiologik. Streptococcus yang tergolong perkiraan dalam dengan golongan A dapat diidentifikasi secara oleh
menghambat
pertumbuhannya
basitrasin, tetapi hal ini hanya dilakukan bila tes-tes pemastian tidak dapat dipakai lagi.
mendeteksi adanya antigen Streptococcus golongan A pada usapan tenggorokan. Perangkat ini memakai metode enzimatik atau kimiawi untuk mengekstrak antigen dari usapan, kemudian menggunakan tes EIA atau tes aglutinasi untuk menunjukkan adanya antigen. Tes-tes ini dapat selesai bermenit-menit sampai berjam-jam setelah bahan diambil. Tes-tes ini mempunyai kepekaan 60 99 % jika dibandingkan dengan metode biakan. Tes-tes dengan perangkat ini lebih cepat dibandingkan dengan biakan.
Streptococcus golongan A dapat dihitung: antibodi seperti ini meliputi antistreptolisin (ASO), khususnya pada penyakit
75
infeksi kulit; antistreptokinase ; antibodi tipe-spesifik anti-M; dan lain-lain. Diantara semua ini, yang paling sering digunakan adalah titer anti-ASO.
Ciri Khas Organisme Diplococcus berbentuk lanset, gram-positif yang khas (Gambar 2-4) sering terlihat dalam bahan biakan muda. Pada dahak atau nanah, juga terlihat kokus tunggal atau rantai. Semakin tua, organisme ini cepat menjadi gram-negatif dan cenderung melisis secara spontan.
76
Autolisis Pneumococcus sangat meningkat bila ada zat aktif permukaan. Lisis Pneumococcus terjadi dalam beberapa menit bila empedu sapi (10 %) atau natrium deoksikolat (2 %) ditambahkan pada biakan kaldu atau suspensi organisme pada pH netral. Streptococcus viridans tidak mengalami lisis dan mudah dibedakan dari Pneumococcus. Pada perbenihan padat, pertumbuhan Pneumococcus dihambat di sekitar cakram optokin; sedangkan Streptococcus viridans tidak dihambat optokin. NN = Petunjuk identifikasi lainnya ; hampir semua virulen bagi tikus bila disuntikkan intraperitoneal dan tes pembengkakan simpai , atau reaksi quellung (lihat di bawah).
Biakan Pneumococcus membentuk koloni bulat kecil, mula-mula berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di tengahtengahnya dengan pinggiran yang meninggi dan -hemolisis
77
Sifat-sifat Pertumbuhan Kebanyakan energi diperoleh dari peragian glukosa. Ini diikuti oleh pembentukan asam laktat yang cepat, yang
membatasi pertumbuhan. Bila pada selang waktu tertentu dilakukan netralisasi biakan kaldu dengan basa, akan terjadi pertumbuhan yang masif.
Variasi Biakan Pneumococcus mengandung beberapa organisme yang tidak dapat membentuk polisakarida simpai sehingga membentuk koloni kasar; tetapi sebagian besar bakteri
menghasilkan polisakarida dan membentuk koloni halus. Bentuk kasar akan banyak ditemukan bila biakan ditumbuhkan pada serum antipolisakarida tipe spesifik.
Transformasi Bila suatu tipe Pneumococcus yang tidak membuat simpai polisakarida ditumbuhkan dalam ekstrak DNA dari tipe
78
terbentuk Pneumococcus bersimpai dari tipe terakhir. Reaksi transformasi yang serupa pernah dilakukan dalam rangka
Struktur Antigen
1. Struktur Komponen Polisakarida simpai secara imunologik masing-masing berbeda satu sama lain kurang lebih dalam 80 tipe. Polisakarida adalah antigen yang terutama menimbulkan respons sel B. Bagian somatik Pneumococcus mengandung protein M yang khas bagi setiap tipe dan suatu karbohidrat spesifik golongan yang ditemukan pada semua Pneumococcus.
Karbohidrat dapat dipresifitasikan oleh protein reaktif C, suatu zat yang ditemukan dalam serum penderita tertentu.
2. Reaksi Quellung Jika Pneumococcus tipe tertentu dicampur dengan serum antipolisakarida spesifik dari tipe yang sama atau dengan anti serum polivalenpada kaca objek mikroskop, simpai akan membengkak. Reaksi ini berguna untuk identifikasi cepat dan
Kokus Gram Positif dan Gram Negatif
79
untuk menentukan tipe organisme, baik dalam dahak ataupun biakan. Antiserum polivalen yang mengandung antibodi
terhadap lebih dari 80 tipe ( omniserum ), merupakan reagen yang baik untuk dalam menetapkan dahak segar secara dengan cepat adanya
menggunakan
Tipe Pneumococcus Pada orang dewasa, tipe 1 8 menyebabkan kira-kira 75 % kasus pneumonia Pneumococcus dan lebih dari setengah kasus bakterimia Pneumococcus yang fatal; pada anak-anak, tipe 6,14, 19, dan 23 merupakan penyebab yang paling sering.
Penyebab Penyakit Pneumococcus kemampuannya menghasilkan disebabkan berbiak toksin menyebabkan dalam jaringan. penyakit Bakteri melalui ini tidak
yang
bermakna.
Virulensi
organisme atau
oleh
fungsi
simpainya,
yang
mencegah
menghambat penghancuran sel yang bersimpai oleh fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik akan melindungi terhadap infeksi. Bila serum ini
80
akan kehilangan daya pelindungnya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan polisakarida Pneumococcus tipe tertentu selanjutnya mempunyai imun terhadap tipe Pneumococcus dan opsinasi itu dan tipe
antibodi
presitipitasi
untuk
polisakarida tersebut.
Hilangnya Imunitas Alami Karena 40 70 % manusia pada suatu saat tertentu adalah pembawa Pneumococcus virulen, selaput mukosa pernapasan normal harus mempunyai imunitas alami yang kuat terhadap Pneumococcus. Faktor-faktor yang mungkin menurunkan daya tahan ini sehingga menyebabkan predisposisi terhadap infeksi Pneumococcus adalah sebagai berikut: 1. Kelainan Saluran Pernapasan Infeksi virus atau infeksi lainnya yang merusak
permukaan sel; kelainan penumpukkan lendir (misalnya alergi), yang melindungi Pneumococcus dari fagositosis; obstruksi bronkus pernapasan mukosiliaris. akibat (misalnya etelektasis); dan luka saluran zat iritan yang merusak fungsi
81
fagositosis, menekan refleks batuk, dan mempermudah aspirasi benda-benda asing. 3. Kelainan dinamika sirkulasi (misalnya kongesti paru-paru dan payah jantung. 4. Malnutrisi, debilitas umum, anemia sel sabit, tiposplenisme, nefrosis, atau defisiensi komplemen.
c. Patologi Infeksi Pneumococcus menyebabkan melimpahnya cairan edema fibrinosa ke dalam alveoli, diikuti oleh sel-sel darah merah dan leukosit, yang mengakibatkan konsolidasi beberapa bagian paru-paru. Banyak Pneumococcus ditemukan di seluruh eksudak, dan bakteri ini mencapai aliran darah melalui drainase getah bening paru-paru. Dinding alveoli tetap normal selama infeksi. Selanjutnya, sel-sel mononukleus secara aktif memfagositosis sisasisa, dan fase cair ini lambat laun diabsorbsi kembali.
82
d. Gambaran Klinik Serangan Pneumococcus pneumoniawe biasanya mendadak, dengan demam, menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Dahak mirip dengan eksudat alveoli, mengandung darah atau seperti karat. Pada permulaan penyakit, ketika demam tinggi, terdapat bakteremia dalam 10 20 % kasus. Sebelum adanya kemoterapi, penyembuhan penyakit dimulai antara hari kelima dan hari kesepuluh karena pada saat itu timbul antibodi tipespesifik. Angka kematian mencapai 30%, bergantung pada usia dan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia yang disertai bakteremia selalu menyebabkan angka kematian yang paling tinggi dengan terapi antimikroba, penyakit dapat sembuh dengan cepat; bila obat diberikan dari awal, timbulnya konsolidasi dapat dihalangi. Pneumococcus pneumoniae harus dibedakan dari infark paru-paru, atelektasis, neoplasma, payah jantung kongestif, dan pneumonia Empiema yang (nanah disebabkan dalam oleh banyak bakteri lainnya.
rongga
pleura)
adalah
komplikasi
tersering dan memerlukan aspirasi dan drainase. Dari saluran pernapasan, Pneumococcus dapat mencapai tempat-tempat lain. Sinus-sinus dan telinga tengah paling sering diserang. Infeksi kadang-kadang meluas dari mastoid sampai selaput otak. Bakteremia dari pneumonia mempunyai tiga
83
komplikasi yang hebat ( triad ), yaitu meningitis, endokarditis, dan artritis septik. Dengan kemoterafi dini, jarang terjadi
e. Tes Diagnostik Laboratorium Darah diambil untuk biakan, dan dahak dikumpulkan untuk mencari Pneumococcus dengan memeriksa sediaan apus dan biakan. Tidaklah praktis melakukan tes serum untuk antibodi. Dahak dapat diperiksa dengan beberapa cara.
1. Sediaan yang Diwarnai Pewarnaan menunjukkan gram dari khas dahak yang merahkarat netrofil
ciri-ciri
organisme,
banyak
antiserum sehingga mengakibatkan pembengkakan simpai (reaksi quellung) untuk identifikasi Pneumococcus dan
mungkin penentuan tipe. Eksudat peritoneum dapat juga digunakan untuk tes pembengkakan simpai.
84
3. Biakan Dahak dibiakan pada agar darah dan dieramkan pada CO2 atau dalam botol berlilin. Biakan darah.
4. Penyuntikan Dahak pada Mecit Percobaan Secara Intraperitoneal Hewan memberikan mati dalam 18 48 jam; darah Cara jantung biakan
biakan
murni
Pneumococcus.
Pneumococcus ini sangat peka, tetapi jarang dipakai sebab harus memelihara mencit.
5.
2.1.3 Enterococcus
a. Resistensi Antibiotik Masalah utama pada Enterococcus adalah bahwa bakteri ini dapat sangat resisten terhadap antibiotik. E. faecium biasanya jauh lebih resisten terhadap antibiotik daripada E. faecalis.
85
sefalosporin,
penisilin
resistensi
intrinsik
rendah terhadap banyak aminoglikosida, yang bersifat peka atau resisten terhadap fluorokuinolon, dan kurang peka dibandingkan Streptococcus (10 sampai 1000 kali) terhadap penisilin dan ampisilin. Enterococcus dihambat oleh - laktam ampisilin) tetapi umumnya tidak dimatikan olehnya. c. Resistensi Terhadap Aminoglikosida Terapi kombinasi antibiotik dinding sel aktif (penisilin atau vankomisin ditambah aminoglikosida (streptomisin atau (misalnya,
gentamisin) berguna untuk infeksi Enterococcus yang berat, seperti endokarditis. Walaupun Enterococcus memiliki resistensi intrinsik kadar rendah terhadap aminoglikosida (MICs 4 500 ug/mL), bakteri ini memiliki kepekaan yang sinergis bila diobati dengan antibiotik dinding sel aktif ditambah aminoglikosida. Namun, beberapa Enterococcus memiliki resistensi kadar tinggi terhadap aminoglikosida (MICs > 500 ug/mL) dan tidak peka terhadap sinergisme. Resistensi aminoglikosida kadar tinggi ini disebabkan oleh modifikasi enzim aminoglikosida Enterococcus (Tabel 2-2). Gen yang menjadi sebagian besar enzim ini biasanya berada pada plasmid konjugatif atau transposon. Enzim memiliki
86
aktivitas yang berbeda-beda dalam menghadapi aminoglikosida. Resistensi terhadap gentamisin memberi dugaan resistensi
terhadap aminoglikosida lain kecuali streptomisin. (Kepekaan terhadap gentamisin tidak memberi dugaan kepekaan terhadap aminoglikosida memberi lain). Resistensi terhadap streptomisin tidak lain.
dugaan
resistensi
terhadap
aminoglikosida
Kesimpulannya adalah bahwa hanya streptomisin atau gentamisin (atau keduanya atau tidak keduanya) yang memperlihatkan aktivitas sinergis dengan antibiotik dinding sel aktif dalam melawan Enterococcus. Sebaiknya dilakukan tes kepekaan
resistensi kadar tinggi (ICs > 500 ug/mL) terhadap gentamisin dan streptomisin pada Enterococcus yang berasal dari infeksi berat, dengan tujuan untuk memperkirakan kemanjuran pengobatan.
Tabel 2-2. Enzim Termodifikasi Aminoglikosida Enterokokus yang Menghancurkan Sinergi Aminoglikosida Penisilin. Enzim 6-adeniltransferase 3-Fosfotransferase 6-Asetiltransferase 4-Adeniltransferase 2Fosfotransferase/6asetiltransferase Streptomisin + Aminoglikosida Genta- Tobramisin misin + + + + Amikasin + + +
e. Resistensi Vankomisin
Kokus Gram Positif dan Gram Negatif
87
Vankomisin adalah obat alternatif utama dari penisilin (ditambah aminoglikosida) untuk mengobati infeksi Enterococcus. Di Amerika Serikat, Enterococcus yang resisten terhadap
vankomisin telah sangat sering timbul. Enterococcus ini tidak peka secara sinergis terhadap vankomisin paling sering terjadi pada E. faecium, tetapi timbul juga strain E. faecalis resisten vankomisin. Terhadap tiga fenotipe resisten vankomisin, van A, van B, dan van C. Strain van A menginduksi resistensi kadar tinggi terhadap vankomisin. Sembilan gen yang menyandi untuk fenotipe van A terdapat pada transposon dan bersifat dapat menularkan sendiri kepada Enterococcus lain melalui plasmid konjugatif. Strain van B memiliki resistensi kadar sedang sampai tinggi terhadap vankomisin. Strain van C memiliki resistensi kadar ringan sampai sedang terhadap vankomisin. Van C merupakan spesies
enterococcus gallinarum dan Enterococcus casselflavus yang paling jarang. Teikoplanin adalah obat glikopeptida dengan banyak
kemiripan dengan vankomisin. Enterococcus dengan fenotipe vanA bersifat resisten terhadap teikoplanin. Sedangkan fenotipe vanB dan vanC biasanya peka terhadap teikoplanin.
88
f. Pembentukan -Laktamase dan Resistensi Terhadap Laktam Telah diisolasi E faecalis penghasil -Laktamase dari bahan yang berasal dari pasien- pasien di Amerika Serikat dan negaranegara lain. Semua ini memiliki variasi geografik yang luas. Isolat dari Amerika Serikat daerah Timur Laut dan Selatan tampaknya berasal dari penyebaran strain tunggal, diperkirakan ini akan menyebar ke daerah geografik yang lebih luas. Gen penyandi untuk Enterococcus
-laktamase
sama
dengan
gen
yang
ditemukan pada Staphylococcus aureus. Gen diekspresikan pada Enterococcus dan dapat diinduksi pada Staphylococcus. Karena Enterococcus dapat membentuk sejumlah kecil enzim, bakteri ini tampaknya peka terhadap penisilin dan ampisilin melalui tes kepekaan secara rutin. -laktamase dapat dideteksi dengan menggunakan inokulum tinggi dan tes sefalosporin kromogenik atau memalui metode lainnya. Resistensi kadar tinggi gentamisin sering diserta dengan pembentukan -laktamase. Gen penyandi untuk kedua sifat ini berada pada plasmid konjugatif dan dapat dipindahkan dari satu strain Enterococcus ke strain lainnya. Infeksi akibat Enterococcus penghasil -laktamase diobati dengan
kombinasi penesilin/penghambat -laktamase atau vankomisin (dan streptomisin), bila terlihat kepekaan secara in vitro.
89
g. Resistensi Trimetoprim Sulfametoksazol Enterococcus sering memperlihatkan kepekaan terhadap kombinasi obat ini melalui tes in vitro, tetapi obat-obat ini tidak efektif dalam pengobatan infeksi. Ketidakcocokan ini karena Enterococcus dapat memanfaatkan folat eksogen yang terdapat in vivo dan karena itu menghindarkan diri dari penghambatan oleh obat.
Ciri Khas Organisme Ciri khas Neisseria adalah Diplococcus gram-negatif, tak bergerak, diameternya kira-kira 0,8 um (Gambar 2-5 dan 2-6). Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal; bila
organisme ini terlihat berpasangan, bagian yang rata atau cekung saling berdekatan.
90
Biakan Bila ditanam pada perbenihan yang diperkaya (misalnya MuellerHinton, dimodifikasi oleh ThayerMartin), dalam 48 jam Gonococcus dan Meningococcus akan membentuk koloni
mukoid cembung, mengkilat, dan menonjol dengan diameter 1 5 mm. Koloni dapat transparan atau opak, tidak berpigmen, dan tidak hemolitik. Neisseria flavescens, Neisseria subflava, dan Neisseria lactamica memiliki pigmen kuning. Neisseria sicca membentuk koloni opak, rapuh, dan kusut. N. catarrhalis
91
Gambar 2-5. Pewarnaan Gram eksudat uretra dari pasien dengan gonore. Terlihat inti dan selaput sel pada banyak sel polimorfonuklear (dua ditunjuk oleh panah besar). Diplokokus intraseluler gram-negatif (Neisseria gonorhoeae) dalam kelompok ditunjuk oleh panah kecil.
Gambar 2-6. Potongan dan gambar N. gonorrhoeae memperlihatkan pili dan tiga lapisan pembungkus sel.
92
Neisseria paling baik tumbuh pada lingkungan aerob, tetapi ada beberapa yang tumbuh di lingkungan anaerob. Bakteri ini memiliki persyaratan kompleks pertumbuhan.
Kebanyakan bakteri ini meragikan karbohidrat, membentuk asam, tetapi tidak menghasilkan gas; pola peragian karbohidrat pada bakteri-bakteri ini merupakan cara untuk membedakannya (Tabel 2-3). Neiseria menghasilkan oksidase dan memberi reaksi oksidase positif tes oksidase merupakan kunci untuk
mengentifikasi bakteri ini. Bila kertas saring yang mengandung bakteri ini disemprot dengan tetrametilparafenilendiamin
hidroklorida, Neisseria cepat berubah menjadi ungu. Meningococcus dan Gonococcus paling baik tumbuh pada perbenihan yang mengandung zat-zat organik kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, atau protein hewan dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5% (misalnya botol berlilin).
Pertumbuhan kuman ini dihambat oleh beberapa unsur toksik di dalam perbenihan, misalnya asam lemak atau garam-garam. Bakteri ini dengan cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah, enzim dan berbagai disinfektan. cepat
0
Bakteri
ini
menghasilkan
autolitik
yang
93
Pertumbuha n pada MTM, ML, atau perbenihan NYC1 N. gonorrhoeae N. meningitides N. lactamica N. sisca N. subflava N. mucosa N. flavescens N. cinerea B. catarrhalis
+ + + -
+ + + + + + -
+ + + + + -
+ -
+ + -
a. Neisseria Gonorrhoeae ( Gonococcus) Struktur Antigen N. gonorrhoeae secara antigenik bersifat heterogen dan dapat mengubah struktur permukaannya in vitro mungkin juga in vivo untuk menghindari pertahanan inang. Struktur-struktur permukaan itu antara lain:
Pili Pili adalah alat mirip rambut yang menjulur keluar beberapa mikro meter dari permukaan Gonococcus. Pili
membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis. Alat ini dibangun oleh tumpukan protein pilin (BM 17000 21000). Ujung penghabisan N molekul pilin, yang mengandung banyak asam amino hidrofobik, dilestarikan.
94
Rangkaian asam amino yang dekat dengan bagian tengah molekul juga dilestarikan; bagian molekul ini berguna untuk melekat pada sel inang dan berguna untuk respon imun. Urutan asam amino didekat ujung karboksi sangat variabel; bagian molekul ini sangat berperan dalam respon imun. Pilin pada hampir semua strain N. gonorrhoeae berbeda secara antigenik, dan satu strain dapat membuat berbagai pilin yang secara antigenik berbeda. Por (protein I) Por menjulur dari selaput sel Gonococcus. Protein ini terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori di permukaan, untuk tempat masuknya beberapa nutrien kedalam sel. Bobot molekul por bervariasi dari 34000 37000. Setiap strain Gonococcus hanya memiliki satu tipe por, tetapi por dari strain-strain lain secara antigenik berbeda. Penentuan tipe secara serologik terhadap por oleh reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal berhasil membedakan 18 serovar porA dan 28 serovar por B (penentuan serotipe hanya dikerjakan dalam laboratorium acuan).
95
Protein ini berfungsi untuk pelekatan Gonococcus di dalam koloninya dan pelekatan Gonococcus pada sel inang. Salah satu bagian molekul opa terdapat pada selaput luar Gonococcus dan sisanya terdapat di permukaan. Berat molekul opa berkisar antara 24000 sampai 32000. Satu strain Gonococcus dapat memiliki nol, satu, dua, atau kadang-kadang 3 tipe opa, meskipun setiap strain mempunyai sepuluh atau lebih gen untuk opa yang berbeda. Opa terdapat pada Gonococcus dari koloni opa, tetapi pada koloni transparan dapat ada atau tidak.
Rmp (protein III) Protein ini (BM ~ 33000) secara antigenik lestari dalam semua Gonococcus. Ini merupakan suatu protein reduksi yang dapat dimodifikasi (Rmp) dan mengalami perubahan pada berat molekulnya ketika dalam keadaan tereduksi. Protein III bekerja sama dengan por dalam pembentukan pori-pori pada
permukaan sel.
Lipooligosakarida (LOS) Berbeda dengan LPS pada batang enterik gram negatif, LPS Gonococcus tidak mempunyai rantai samping antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut polisakarida. Berat molekulnya 3000 7000. Gonococcus dapat memiliki lebih dari
96
satu rantai LPS yang berbeda antigennya secara serentak. Racun dalam infeksi Gonococcus terutama disebabkan oleh pengaruh endotoksik LPS.
Protein Lain Beberapa protein antigen yang menetap pada Gonococcus tidak begitu diketahui tugasnya dalam patogenesis. Lip (H8) adalah suatu protein pada permukaan terbuka yang dapat dibauh oleh panas seperti halnya Opa. Fbp (protein yang terikat bebas), yang berat molekulnya sama dengan Por, diekspresikan (dihasilkan) bila pasokan besi terbatas, misalnya pada infeksi manusia. Gonococcus mengeluarkan Protease IgA1 yang
memecahkan dan menonaktifkan IgA1, suatu imunoglobulin mukosa yang utama pada manusia. Meningococcus,
Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae, juga mengeluarkan protease IgA1 yang serupa.
b. Patogenesis, Patologi, & Gambaran Klinik Gonococcus menunjukkan beberapa beberapa tipe morfologi koloni, tetapi hanya bakteri berpili yang tampaknya virulen. Gonococcus yang membentuk koloni opak dan menghasilkan Opa diisolasi dari pria yang menderita uretritis simtomatik dan dari
Kokus Gram Positif dan Gram Negatif
97
biakan
serviks
rahim
di
tengah
siklus.
Gonococcus
yang
menbentuk koloni transparan sering diisolasi dari pria yang menderita infeksi uretra asimtomatik, dari wanita yang sedang haid, dan dari gonore bentuk invasif, termasuk salfingitis dan infeksi yang tersebar luas. Pada wanita, tipe koloni yang dibentuk oleh satu strain Gonococcus akan berubah-ubah selama siklus menstruasi. Gonococcus menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan surpurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah yang berwarna krem kuning dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis. Pada infeksi yang tidak diobati, sementara surpurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang mengakibatkan struktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret mukopurelen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba uterina dan menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas terjadi pada 20 % wanita yang menderita salpingitis Gonococcus. Servistis kronis atau proktitis akibat Gonococcus sering tanpa gejala.
98
Bakteremia Gonococcus mengakibatkan lesi kulit (terutama papula hemoragik dan pustula) pada tangan, lengan bagian bawah, kaki, dan tungkai bawah, serta tenosenovitis dan artritis supuratif, biasanya pada lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Gonococcus dapat dibiak dari darah dan cairan sendi hanya pada 30 % penderita artritis Gonococcus. Endokarditis Gonococcus tidak umum, tetapi menyebabkan infeksi hebat. Gonococcus kadang-kadang menyebabkan meningitis dan infeksi mata pada orang dewasa; gejalanya menyerupai penyakit yang disebabkan Meningococcus. Oftalmia neonatorum Gonococcus, infeksi mata pada bayi yang baru lahir, diperoleh ketika bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis yang timbul dapat berkembang cepat dan jika tidak diobati, akan mengakibatkan kebutaan. Untuk
menghindari penyakit ini, di AS diwajibkan penetesan tetrasiklin, eritromisin, atau perak nitrat ke dalam kantong konjungtiva bayi yang baru lahir. Gonococcus yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif resistan terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, Gonococcus yang masuk ke dalam darah dan
menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resistan terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya
99
serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya.
Bahan Nanah dan sekret diambil dari uretra, serviks, rektum, konjungtiva, tenggorokan, atau cairan sinovial untuk biakan dan sediaan. Untuk penyakit sistematik, biakan darah diperlukan, tetapi sistem biakan khusus akan berguna karena Gonococcus (dan Meningococcus) peka terhadap polianetol sulfonat yang terdapat dalam perbenihan biakan darah standar.
endoserviks memperlihatkan banyak Diplococcus di dalam selsel nanah. Ini memberikan diagnosis presumtif. Sediaan apus dari eksudat uretra pria mempunyai sensitivitas sekitar 90% dan spesifisitas 99%. Sediaan apus dari eksudat endoserviks
mempunyai sensitivitas sekitar 50% dan spesifisitas 95% bila diperiksa oleh ahli mikroskop yang berpengalaman. Biakan eksudat uretra pria tidak perlu bila pewarnaan memberi hasil positif, tetapi biakan harus dilakukan pada wanita. Sediaan apus
Kokus Gram Positif dan Gram Negatif
100
yang
diwarnai
pada
eksudat dari
konjungtiva tenggorokan
juga dan
dapat rektum
didiagnostik,
tetapi
bahan
Biakan Segera setelah dikumpulkan, nanah atau lendir digoreskan pada perbenihan selektif yang diperkaya (misalnya perbenihan modifikasi Thayer Martin Public Health Rep 1966; 81; 559) dan dieramkan dalam atmosfer yang mengandung CO 2 5 % (botol lilin) pada suhu 37
0
berlebihan oleh kontaminan, perbenihan biakan sebaiknya mengandung obat antimikroba (misalnya 3 g/mL vankomisin ; 7,5 g /mL kolistin ; 1 g/mL amfoterisin B ; dan 3 g/mL
trimetoprim). Bila pengeraman tidak mungkin dilakukan dengan segera, bahan sebaiknya ditaruh dalam JEMBEC atau sistem biakan trsnsfor yang serupa. Empat puluh delapan jam setelah pembiakan, organisme yang dibiak dapat cepat diidentifikasi dari penampilannya pada sediaan pewarnaan Gram, dari hasil oksidase yang positif, dan dari tes koaglutinasi, pewarnaan imunofluoresensi, atau tes laboratorium lainnya. Spesies bakteri pada subbiakan dapat ditentukan oleh reaksi peragian.
101
Spesies Neisseria yang diisolasi dari tempat anatomik yang bukan saluran genital sebaiknya diidentifikasi.
Serologi Serum dan cairan genital mengandung antibodi IgG dan IgA terhadap pili Gonococcus, protein selaput luar, dan LPS. Beberapa IgM serum manusia bersifat bakterisidal terhadap Gonococcus in vitro. Pada orang yang terinfeksi, antibodi
terhadap pili Gonococcus dan protein selaput luar dapat ditentukan dengan tes immunobloting, radioimunoasai, dan ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Namun, tes-tes ini tidak berguna untuk membantu diagnosis karena berbagai alasan: Keanekaan antigen Gonococcus; tertundanya
pembentukan antibodi yang tinggi dalam populasi yang aktif secara seksual.
102
b. Neisseria Meningitidis (Meningococcus) Struktur Antigen Paling sedikit telah dikenal 13 serogrup Meningococcus melalui spesifisitas imunologi dari polisakarida simpainya.
Serogrup terpenting yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah A, B, C, Y, dan W 135. Polisakarida golongan A adalah polimer dari N asetilmanosamin fosfat. Polisakarida golongan C adalah polimer dari asam NasetilOasetilneuraminat. Antigen Meningococcus ditemukan dalam darah dan cairan
serebrospinal pada penderita dengan penyakit aktif. Kejangkitan penyakit dan kasus-kasus sporadik di belahan dunia barat dalam dasawarsa terakhir ini terutama disebabkan oleh golongan B, C, W 135, dan Y; kejangkitan penyakit di Finlandia Selatan dan Sao Paulo, Brasil, disebabkan oleh golongan A dan C; dan di Afrika terutama disebabkan oleh golongan A. Golongan C dan, khususnya, golongan A menyebabkan penyakit epidemi.
103
Protein selaput luar Meningococcus dibagi dalam kelaskelas berdasarkan berat molekulnya. Semua strain mempunyai protein kelas 1 atau kelas 2 atau kelas 3; protein-protein ini analog dengan protein Por pada Gonococcus dan menjadi penyebab membantu spesifisitas serotipe Meningococcus. pada Protein dinding ini sel
pembentukan
pori-pori
Meningococcus. Duapuluh serotipe sudah ditentukan; serotipe 2 dan 15 menyebabkan penyakit epidemik. Protein Opa (kelas 5) sebanding dengan Opa pada Gonococcus. Meningococcus
mempunyai pili, tetapi berbeda dengan Gonococcus, bakteri ini tidak membentuk tipe koloni khusus yang menunjukan bakteri berpili. LPS Meningococcus menjadi penyebab efek toksik pada penyakit oleh Meningococcus.
104
Patogenesis, Patologik & Gambaran Klinik Manusia adalah satu-satunya inang alami; di dalam inang ini Meningococcus bersifat patogen. Nasofaring merupakan pintu masuknya. Disana, organisme ini melekat pada sel-sel epitel dengan bantuan pili; bakteri ini dapat merupakan bagian flora sementara tanpa menimbulkan gejala. Dari nasofaring, bakteri ini dapat mencapai aliran darah dan mengakibatkan bakteremia; gejalanya seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala meningokoksemia fulminan lebih hebat, dengan demam tinggi dan ruam hemoragik; mungkin terdapat koagulasi intravaskuler tersebar dan kolaps sirkulasi (sindroma
tersering. Serangan biasanya tiba-tiba dengan sakit kepala hebat, muntah-muntah, dan kaku leher, serta terjadi koma dalam beberapa jam. Selama meningoksemia, terjadi trombosis pada banyak pembuluh darah kecil dalam berbagai organ, dengan infiltrasi perivaskuler dan petekie hemoragik mungkin terdapat
miokarditis interstisial, artritis, dan lesi kulit. Pada menginitis, selaput otak meradang secara akut, dan dengan eksudasi trombosis leukosit
pembuluh-pembuluh
darah
105
polimorfonuklir, sehingga permukaan otak diliputi oleh eksudat purulen yang tebal. Tidak diketahui faktor apa yang mengubah infeksi
nasofaring yang asimtomatik menjadi meningokoksemia dan meningitis. Namun, hal ini dapat di cegah dengan antibodi serum pembunuh bakteri yang spesifik terhadap serotype penyebab infeksi. Bakteremia Neisseria lebih mudah terjadi bila tidak ada antibodi bakterisidal (IgM dan IgG), bila ada hambatan daya bakterisidal serum oleh antibodi IgA penghambat, atau oleh defisiensi komplemen (C5, C6, C7, atau C8).
Tes Diagnostik Laboratorium 1. Bahan Bahan darah diambil untuk pembiakan, dan bahan cairan spinal untuk sediaan apus, biakan, dan penetapan kimiawi. Biakan dari usapan nasofaring cocok untuk mencari pembawa
106
bakteri. Bahan fungsi dari petekie dapat diambil untuk sediaan dan biakan.
2. Sediaan Apus Sediaan pewarnaan Gram dari sedimen cairan spinal yang dipusingkan atau aspirat petekie sering memperlihatkan neiseria yang khas dalam leukosit polimorfonuklir atau di luar sel.
3. Biakan Perbenihan biakan tanpa natrium polianetol sulfonat berguna untuk membiakan bahan darah. Bahan cairan
serebospinal diletakan pada agar darah yang dipanaskan (agar coklat ) dan dieramkan pada suhu 37 0C dalam atmosfir CO2 5% (botol lilin). Cairan spiral segar dapat dieramkan langsung pada suhu 370C kalau perbenihan biakan tidak tersedia. Perbenihan (vankomisin, modifikasi kolistin, ThayerMartin amfoterisin) dengan antibiotika
menguntungkan
pertumbuhan Neisseria dan menghambat banyak bakteri lainnya; perbenihan ini dipakai untuk biakan nasofaring. Diperkiran bahwa koloni Neisseria pada perbenihan padat, khususnya pada biakan campuran, dapat diidentifikasi dengan
107
tes oksidase. Cairan spinal atau darah umumnya menghasilkan biakan murni yang selanjutnya dapat diidentifikasi dengan reaksi peragian karbohidrat (Tabel 2-3) dan aglutinasi dengan serum tipe spesifik atau serum polivaren.
4. Serologi Antibodi terhadap polisakarida Meningococcus dapat diukur dengan aglutinasi lateks atau tes hemaglutinasi atau dengan aktivitas bakterisidalnya. Tes-tes ini hanya dilakukan dalam laboratorium acuan.
2.3
a. Gambaran Umum Keracunan makanan bakterial disebabkan oleh berbagai strain/ spesies bakteri. Kejadian keracunan makanan bersifat akut, mengenai banyak orang, dalam waktu yang bersamaan. Vibrio parahaemoliticus merupakan penyebab utama, disamping bakteri lain, seperti Staphylococcus, Clostiridium botulinum, Clostridium perfringens, Salmonella, Bacillus cereus, Pseudomonas
108
mikroorganisme oleh karena berasal dari hewan sakit, pada waktu pengolahan, penjualan, pembiakan, debu/tanah. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan dipengaruhi oleh faktorfaktor air, pH, potensial redoks, suhu, otolisa. Akibat pertumbuhan mikroorganisme makanan dapat menjadi busuk, bau, perubahan rasa, berlendir.
c.
Klasifikasi Berdasarkan mekanisme kejadian dan bakteri penyebab, keracunan makanan dibagi 2 tipe, yaitu:
Tipe
infeksi,
disebabkan
oleh:
V.
parahaemolitycus,
109
d. Dasar dasar Patogenesis Bakteri bermultiplikasi dalam makanan. Bakteri membentuk toksin (enterotoksin) dalam makanan.
f.
dengan diare, muntah atau nyeri perut. Laboratorium: a. BP berupa tinja, muntahan dan contoh makanan. b. Isolasi c. Serologis
g.
h.
Pencegahan
110
Pengendalian makanan yaitu dengan pengawetan, dapat dengan cara penyinaran, pendinginan, pengeringan, pemanasan atau penambahan gula, garam, asam. Makanan dimasak, cara-cara penyimpanan dan kebersihan makanan yang benar.
Tabel 2-4. Beberapa Spesies Bakteri Penyebab Keracunan Makanan Spesies Tipe Infeksi V. parahaemolyticus Salmonella C. jejuni C. coli Y. enterocolitica Mekanisme Keracunan Infeksi Infeksi infeksi infeksi infeksi Makanan Penyebab Kerang, tiram 8-48 jam Air, daging, 2-11 hari susu, dll Air, daging, 2-11 hari susu, dll Air, daging, 3-7 hari berbagai jenis makanan 2-6 jam 4-6 jam Diare, sakit perut Diare, demam, nyeri perut Idem Diare, nyeri perut, demam Diare Diare, demam, gejala neurologis Diare, gejala neurologis Nyeri diare Nyeri diare perut, perut, Masa Inkubas i Gejala Utama
111
112