You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu unsur penting bagi kesejahteraan manusia, dimana kesehatan tersebut menyangkut semua aspek kehidupan baik dari fisik, mental maupun sosial ekonomi. Kesehatan sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara sosial dan ekonomis. Pengadaan obat dan distribusi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang penting karena obat merupakan faktor penting pendukung kesehatan. Oleh kereba itu, apotik menjadi salah satu pendistribusi obat keberadaan nya diatur oleh pemerintah. Apotek memiliki dua fungsi yaitu sebagian bentuk unit pelayanan kesehatan apotek yang menyediakan baik obat obatan maupun alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang nyata, khususnya mengetahui dan memahami seluruh aspek-aspek kefarmasian di apotek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek, memberikan batasan tentang Apotek yaitu suatu tempat penyaluran

pembekalan farmasi kepada masyarakat. Dalam hal ini pembekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia ( Obat tradisional ), alat kesehatan dan kosmetika. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah didapatkan di perkuliahan dan laboratorium, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tersebut kedalam pelayanan yang nyata di Apotek selama pelaksanaan praktek kerja lapangan. Sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa untuk mendedikasikan ilmunya.

Tata urutan perundang-undangan RI menurut TAP MPR No. III/MPR/2000 adalah : 1. Undang Undang Dasar (UUD) 1945 Ketentuan yang tercantum dalam UUD adalah ketentuan yang tertinggi tingkatannya, yang pelaksanaannya dilakukan dengan ketetapan MPR, Undang undang atau keputusan presiden. 2. Ketetapan MPR ( Tap MPR ) Tap MPR yang memuat garis-garis dalam bidang legislatif dilaksanakan dengan undang-undang dan yang memuat dalam garis-garis dalam bidang eksekutif dilaksanakan dengan Keputusan Presiden. 3. Undang undang ( UU ) untuk melaksanakan UUD dan Tap MPR. 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang ( PERPU )

Dalam hal ini kepentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintahan pengganti undan-undang ( PERPU ), tyang ahrus mendapat persetujuan DPR dalam persidangan berikutnya. 5. Peraturan pemerintah (PP) Memuat aturan aturan umum dalam melaksanakan undang undang. 6. Keputusan Presiden ( Kepres ) Berisikan keputusan yang bersifat khusus untuk melaksanakan UUD, tap MPR, UU atau PP yang berkaitan, tap MPR dalam bidang eksekutif. 7. Peraturan Daerah 8. Peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh daerah dalam rangka otonomi daerah.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, maka dituntut juga kemampuan para petugas dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Dengan demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan farmasis dalam melangsungkan berbagai proses kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang proses

diselanggarakan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

penyembuhan penyakit yang diderita pasien.mengingat kewenangan

keprofesian yang dimilikinya, maka dalam menjalankan tugasnya harus menjalankan prosedur-prosedur kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu pengetahuan kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja akhir yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi. Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian. Sifat kewenaganyang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberinya semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau profesi kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan yang dikelompokkan profesi, telah diakui secara universal. Lingkup pekerjaannya meliputi semua aspek tentang obat, melalui penyediaan bahan baku obat dalam arti luas, membuat sediaan jadinya sampai dengan pelayanan kepada pemakaian obat atau pasien. WHO tahun 1997, mengenalkan lahirnya asuhan kefarmasian. Dimensi pekerjaan profesi farmasis tidak kehilangan bentuk, tetap menjadi seorang ahli dalam bidang obat. Pasien menikmati layanan profesional dari seorang farmasis dalam bentuk penjelasan tentang obat, sehingga pasien memahami program program obatnya. Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh

pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatuan yang utuh dan terpadu yang disebut sistem pelayanan kesehatan. Suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat dihasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhui persyaratan, yaitu : tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima, wajar, efektif, efesien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan.

1.2 Waktu Dan Tempat PKL


Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang dilakukan oleh mahasiswa D III FARMASI, di lakukan pada tanggal 2 31 januari 2013. Adapun untuk menjamin kelancaran pelayanan di apotek Zahra di lakukan pembagian shift karyawan di Apotek Zahra yaitu : Shift pagi, pukul 08.00 16.00 WIB Shift sore, pukul 15.00 21.00 WIB Adapun untuk menjamin kelancaran pelayanan di apotek Zahra dilakukan pembagian shift asisten apoteker di Apotek Zahra, yaitu : Shift Pagi, pukul 07.30 15.30 WIB Shift siang, pukul 13.30 21.00 WIB

PKL ( Praktik Kerja Lapangan ) merupakan kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa farmasi dalam situasi dunia kerja yang nyata, khususnya mengetahuai dan memahami seluruh aspek sepek kefarmasian di apotek. Berpedoman pada kurikulum Akademik Farmasi Pusat

pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI tahun 2003 dan Program Pendidikan Diploma III Farmasi Politeknik Harapan Bersama pada semester III tentang pencapaian kemampuan administrasi dan pelayanan kefarmasian dilingkungan kerja Apotek, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di bidang tersebut. Adapun tujuan dilaksanakan nya praktek kerja lapangan (PKL), antara lain : 1. Tujuan Umum Dengan dilaksanakan praktek kerja lapangan ini

dimaksudkan agar mahasiswa dapat : a. Memahami dan berperan dalam organisasi farmasi di apotek. b. Memahami dan mampu berinteraksi dengan tim kerja di apotek. c. Memahami aspek aspek pelayanan administrasi di apotek. 2. Tujuan Khusus Dengan dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat :

a. Memahami dan berperan dalam administarasi management farmasi di apotek. b. Memahami dan berperan dalam pelayanan kefarmasian dalam setiap unit pelayanan perapotekan. c. Memahami dan berperan dalam setiap pengadaan / inventori, penyimpanan, distribusi, dan penyerahan

perbekalan farmasi di apotek.

1.3 Tinjauan Umum Tentang Apotek


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang perubahan atas Peraturan Menkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Menurut peraturan pasal 2 Peraturan Pemerintah No 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah : 1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

3. Sarana

penyalur

perbekalan

farmasi

yang

harus

menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. ( Soekarno. S, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, 1990 )

Peraturan perundang undangan Perapotekan di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Dimulai dengan berlakunya Peraturan Pemerintahan (PP) No.26 tahun 1965 tentang pegelolaan dan perizinan Apotek, kemudian disempurnakan dalam peraturan pemerintah No.25 tahun 1980, beserta petunjuk pelaksanaanya dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.26 tahun 1981 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.178 tentang ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek. Peraturan yeng terakhir berlaku sampai sekarang adalah Keputusan Menteri Kesehatan

No.1332/Menkes/SK/X/2002 yang memberikan beberapa keleluasaan kepada Apotek untuk mendapat meningkatan derajat Kesehatan yang optimal. Ketentuan ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai keputusan menteri kesehatan no. 1332/menkes/sk/x/2002 adalah sebagai berikut : a. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekrjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

b. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang

berdasarkan Peraturan Perundang undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. c. Surat Ijin Apotek ( SIA ) Adalah surat ijin yang diberikan oleh menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu. d. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) adalah apoteker yang telah diberi durat ijin apotek (SIA) e. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping apoteker pengelola apotek dan atau

menggantikannya pada jam jam tertentu pada hari buka apotek. f. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek salama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek lain. g. Asisten Apoteker adalah mereka adalah yang berdasarkan

peraturan perundang undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.

h. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek ( APA ) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan perundang undangan yang berlaku. i. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. j. Alat kesehatan adalah instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. k. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk menyelenggarakan semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. l. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, asli indonesia ( obat tradisiona ), alat kesehatan, dan kosmetika. m. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek.

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek, Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh Asisten yang telah memiliki Surat Ijin Kerja. Keputusan menteri Kesehatan No. 679/Menkes/SK/V/2003, tentang peraturan regestrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker ( AA ) :

a.

Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Srkolah menengah Farmasi, Akademi farmasi, dan jurusan analisis farmasi serta makanan politeknik kesehatan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

b. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atau kewenangan yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, akademi farmasi dan jurusan farmasi politeknik, akademi farmasi dan makanan, jurusan analisis farmasi dan makanan politeknik kesehatan untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. c. Surat ijin asisten apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pemegang surat izin asisten apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian diasaran kefarmasian d. Sarana kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk

melakukan pekerjaan kefarnasian antara lain industri farmasi termasuk obat tradisional, kosmetika, instalasi farmasi, apotek, dan toko obat.

1.4 Persyaratan Apotek


Peraturan menteri kesehatan RI No. 992/Menkes/Per/X/1993, memuat beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam pendirian apotek, antara lain : 1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana apotek yeng telah memiliki persyaratan

harus siap dengan tempat ,perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan perbekalan farmasi lainnya yang menrupakan milik sendiri atau pihak lain. 2. Sarana apotek dapat diberikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi lainnya. 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. ( anonim, 1993 )

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, persyaratan apotek adalah : 1. Ada Apoteker pengelola apotek yang mempunyai izin kerja/ Surat Penugasan. 2. Siap tempat dan perlengkapan , termasuk perbekalan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya. 3. Dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya. Dapat melakukan kegiatan

pelayanan komoditi laiinya diluar sediaan farmasi.

Ketentuan sarana dan prasarana apotek menurut Kepmenkes No.1027/Menkes/SK/IX/2004 mensyaratkan apotek : A. Bangunan Apotek 1. Bangunan apotek sekurang kurangnya memiliki ruangan untuk : Harus memiliki Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur atau materi informasi. Penerimaan resep dan penyerahan obat Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang

dilengkapi dengan meja dan kursi. Serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Ruang administrasi dan ruang kerja apoteker. Ruang racikan. Keranjang sampah yang tersedua untuk staf maupun pasien. Ruang tempat pencucian alat/wastafel. WC

2. Kelengkapan Bangunan apotek terdiri atas : Sumber Air : bisa berasal dari sumur/ PAM/sumur pompa Penerangan : cukup menerangin ruangan apotek Ventilasi : harus memenuhi persyaratan hygiene

3. Papan Nama Apotek harus punya papan nama apotek yang berukuran panjang minimal 60 cm dan lebar minimal 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cn dan lebar minimal 5 cm.

B. Perlengkapan Apotek 1. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan

Terdiri dari mortir, timbangan, termometer, gelas ukur, erlenmayer, corong, cawan, dll. 2. Perlengkapan dan alat pembekalan farmasi Terdiri dari lemari pendingin, rak obat, botol, pot salep,dll. 3. Wadah pengemas dan pembungkus Terdiri dari etiket, wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat. 4. Perlengkapan administrasi Blanko pesanan obat, blanko kartu stock, blanko salinan resep, blanko faktur, blanko nota penjualan, buku pembelian, buku penerimaan, buku pengiriman, buku khas, buku penerimaan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika, form laporan - laporan obat serta alat tulis kantor lainnya. 5. Buku standar yang diwajibkan Misalnya : farmakope indonesia, ISO, FN, Ilmu Meracik Obat ( IMO ), IONI dan kumpulan perundangan lainnya. 6. Tempat penyimpanan narkotika C. Tenaga Apotek Tenaga apotek terdiri atas Apotreker, Asisten Apoteker,bagian administrasi dan keuangan, pembantu umum / keamanan, juru racik dan tenaga lain yang di perlukan.

You might also like