You are on page 1of 10

TUGAS HUKUM PERDATA DAN BISNIS

HUKUM KEBENDAAN

KELOMPOK IV
1. Andi Alifuddin 2. Igfar Reza Ahmadi 3. Sandra Sukmanahadi 4. Trias Samyo Nugroho (133060005538) (133060005559) (133060005585) (133060005590)

PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2013

HUKUM BENDA
Hukum benda merupakan bagian dari harta kekayaan (vermogensrecht) yang diatur dalam Buku II KUHPer, dimana hukum harta kekayaan adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang. Hukum harta kekayaan meliputi dua ruang lingkup: Hukum benda, yaitu meliputi peraturan-peraturan hukum yang mengatur hak-hak kebendaan yang bersifat mutlak, artinya hak terhadap benda wajib diakui dan dihormati oleh setiap orang. Hukum perikatan, yaitu meliputi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan yang bersifat kehartaan antara dua orang atau lebih dimana pihak pertama berhak atas suatu prestasi (pemenuhan sesuatu) dan pihak yang lain berhak memenuhi prestasi tersebut. Diaturnya hukum waris dalam Buku II KUHper dengan pertimbangan bahwa hak waris juga merupakan hak kebendaan dari orang yang telah meninggal dunia. Selain itu karena pewarisan adalah salah satu cara untuk memperoleh hak milik, hak milik diatur di dalam Buku II KUHPer. PENGERTIAN BENDA. a. Menurut Pasal 499 KUHPer: Tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. b. Menurut arti ilmu hukum: Segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi hak milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum. c. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo: Semua barang yang berwujud dan hak (kecuali hak milik). d. Menurut Prof. Soedewi Masjchoen Sofwan: Barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indera, tapi barang yang tak berwujud termasuk benda juga. e. Menurut Prof. Subekti: Perkataan benda (zaak) dalam arti luas ialah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang, dan perkataan benda dalam arti sempit. PENGERTIAN HUKUM BENDA (ZAKENRECHT). a. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo: Semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda. b. Menurut Prof. L.J. van Apeldoorn: Hukum kebendaan adalah peraturan mengenai hak-hak kebendaan. c. Menurut Prof. Soedewi Masjchoen Sofwan: Hal yang diatur dalam hukum benda ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian perbedaan macam-macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak kebendaan.

MACAM-MACAM BENDA. 1. Benda bergerak dan tidak bergerak: : benda yang dapat dipindahkan, misal: mobil, meja, Benda bergerak ternak, dll. Benda tak bergerak : benda yang tidak tidak dapat dipindahkan, misal: tanah, dan segala yang melekat diatasanya seperti rumah, bangunan, dan mesin-mesin yang dipasang dalam pabrik untuk dipakai tetap. 2. Benda berwujud dan tidak berwujud: : Benda berwujud bergerak yang penyerahannya Benda berwujud dilakukan secara nyata dari tangan ke tangan/dengan balik nama, misal: jual beli kendaraan, tanah, perhiasan, dll. : Benda berwujud bergerak yang penyerahannya Benda tidak dilakukan tidak secara nyata dari tangan ke berwujud tangan/dengan balik nama, misal: utang piutang. 3. Benda habis dipakai dan tidak habis dipakai: Benda habis : Benda yang apabila dipakai akan mengalami kesulitan dalam pemulihan pada keadaan semula, misal: beras, dipakai roti, bahan bakar, dll. : Benda yang apabila dipakai tidak begitu mengalami Benda tidak habis kesulitan dalam pemulihan pada keadaan semula, dipakai misal: rumah, mobil, perhiasan, dll. 4. Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti: Terkait kepentingan perjanjian penitipan barang. Benda dapat : Benda yang menurut perjanjian dapat digantikan dengan benda lain saat benda tersebut dikembalikan diganti kepada pemiliknya setelah masa penitipan berakhir. : Benda yang menurut perjanjian tidak dapat digantikan Benda tidak dapat dengan benda lain saat benda tersebut dikembalikan diganti kepada pemiliknya setelah masa penitipan berakhir. 5. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi: Benda dapat dibagi : Benda yang dapat dibagi secara sebagian tanpa mengakibatkan hilangnya hakekat dari benda tersebut, misal: beras, gula, pasir, dll. : Benda yang apabila dibagi secara sebagian dapat Benda tidak dapat mengakibatkan hilangnya hakekat dari benda tersebut, dibagi misal: sapi, kuda, rumah, mobil, dll.

6. Benda dalam perdagangan dan benda tidak dapat diperdagangkan: Benda dalam : Benda yang dapat dijadikan obyek suatu perjanjian atau jual beli, misal: tanah, rumah, mobil pribadi, dll. perdagangan : Benda yang tidak dapat dijadikan obyek suatu Benda tidak dapat perjanjian atau jual beli karena larangan UU, agama diperdagangkan dan hal lainnya, misal: narkoba, jalan umum, rumah ibadah, mobil dinas, manusia, dll. 7. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar: : Benda yang kepemilikannya dibuktikan dengan tanda Benda terdaftar pendaftaran untuk menghormati miliki orang lain, misal: hak cipta, hak atas kekayaan intelektual, dll. : Benda yang tidak sulit pembuktian kepemilikannya, Benda tidak karena menganut asas yang menguasai dianggap terdaftar pemiliknya, misal: tanah, mobil, dll. 8. Benda yang sudah ada dan benda yang belum ada: Benda yg sudah : Benda yang pada suatu saat sama sekali belum ada, misal: panen yang akan datang. ada : Benda yang pada saat itu sudah ada tetapi bagi orang Benda yg belum tertentu belum ada, misal: barang yang sudah dibeli ada tapi belum diserahkan. SISTEM HUKUM BENDA. Sistem pengaturan benda menggunakan system tertutup. Artinya, orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam undangundang. Hal ini berbeda dengan dengan system hukum perikatan dimana system hukum perikatan memiliki system hukum terbuka, sehingga orang dapat mengadakan perikatan atau perjanjian mengenai apapun juga, baik yang sudah ada peraturannya dalam UU maupun yang belum ada peraturannya sama sekali. Siapapan boleh mengadakan suatu perikatan atau perjanjian mengenai apapun juga (asas kebebasan berkontrak), tetapi asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. SISTEM HUKUM PERIKATAN Sistem hukum perikatan bersifat terbuka. Artinya, setiap perikatan memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mengadakan berbagai bentuk perjanjian apapun, seperti yang telah diatur dalam undang-undang, serta peraturan khusus atau peraturan baru yang belum ada kepastian dan ketentuannya sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPer. Akibat hukumnya adalah, jika dengan ketentuan khusus, maka yang dipakai adalah ketentuan khusus. Misalnya perjanjian sewa rumah, sewa tanah, perjanjian kos-kosan, perjanjian kredit dan lain sebagainya.

ARTI HAK KEBENDAAN Menurut Prof. Subekti, suatu hak kebendaan (zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Menurut Prof. L.J. van Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta benda yang memverikan kekuasaa langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung berarti bahwa ada terdapat sesuatu hubugnan yang langsung antara orang-orang yang berhak dan benda tersebut. Sedangkan menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hak-hak kebendaan adalah suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat. PEMBEDAAN SIFAT HAK KEBENDAAN Sifat Hak kebendaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu : 1. Hak kebendaan yang bersifat memberikan kenikmatan (Zakenlijk Genotsrecht), yang meliputi : a. Hak Kebendaan yang memberikan kenikmatan atas bendanya sendiri, misalnya : hak benzit, hak eigendom b. Hak Kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain, misalnya : Hak opstal, hak erfpacht, hak memungut hasil, hak pakai, dan hak mendiami 2. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan (zakelijk zakerheidsrecht). Misalnya hak gadai, hipotik.disamping itu ada hak-hak yang diatur dalam Buku II KUHPer, tapi bukan hak kebendaan, yaitu hak privilege dan hak retentie. CARA MEMPEROLEH HAK KEBENDAAN Suatu benda akan menjadi sebuah hak apabila seseorang sebagai subjek memperolehnya, dapaun cara memeperoleh hak kebendaan adalah : 1. Melalui Pengakuan Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan dan diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, orang yang menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan kemudian mengaku sebagai pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan berburu dihutan, menggali harta karun dls. 2. Melalui Penemuan Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya . Contoh ini adalah aplikasi hak bezit. 3. Melalui Penyerahan Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah

4.

5.

6.

7.

warisan dlsb Dengan adanya penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu diserahkan. Dengan Daluarsa Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yangbersangkutan. Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah : a. jika ada alas hak, 20 tahun b. jika tidak ada alas hak, 30 tahun Melalui Pewarisan Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat. Dengan Penciptaan Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun samasekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu. Contohnya orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, hak cipta dan lain sabagainya. Dengan cara Ikatan/Turunan Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu termasuk milik orang yang membeli tanah tersebut.

CARA MENGALIHKAN HAK KEBENDAAN Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama membeli sebuah buku, maka buku tersebut akan menjadi milik bersama, apabila hak milik dari sebuah buku tersebut dirubah menjadi hak milik perseorangan, maka harus ada kesepakatan terlebih dahulu antara orang-orang yang sudah membeli sebuah buku tersebut, dengan kata lain buku yang telah mereka beli dengan cara iuran atau apa bisa diganti dengan uang sesuai dengan sebuah kesepakatan yang telah mereka buat. Dari sini hukum suatu benda akan beralih dari hukum benda suatu kelompok menjadi hukum benda milik perorangan. HAK ISTIMEWA (PRIVILEGE) Termasuk jenis piutang yang diberikan keistimewaan dalam hal pelelangan dari kekayaan debitur dalam hal terjadi kepailitan. Pengertian hak istimewa 1. Menurut KUHPer, Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifatnya piutang (Pasal 1134 ayat 1 KUHPdt). 2. Menurut Prof. Subekti, S.H., Dengan mengacu pada Pasal 1134 ayat (1) KUHPdt, yang dimaksudkan dengan privilege ialah suatu kedudukan istimewa dari seorang penagih yang diberikan oleh undang-undang melulu berdasarkan sifat piutang.

3. Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H., Dengan mengacu pada Pasal 1134 ayat (1) KUHPdt, privilege adalah suatu hak yang diberikan oleh undangundang kepada kreditur yang satu di atas kreditur lainnya semata-mata berdasarkan sifat dari piutangnya. Ciri-ciri Privilege Muncul jika ada penyitaan barang dan hasil penjualan tidak cukup untuk membayar semua hutang Privilege tidak memberikan kekuasan langsung atas suatu benda Hak terhadap benda debitur Hak didahulukan untuk pelunasan Macam-macam privilege Menurut undang-undang, privilege ini ada 2 (dua) macam, yaitu: 1. Privilege khusus : Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu (Pasal 1139 KUHPdt). 2. Privilege umum : Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap semua harta benda (Pasal 1149 KUHPdt). Menurut ketentuan Pasal 1138 KUHPdt, privilege yang khusus ini didahulukan daripada privilege yang umum. Ketentuan Ketentuan Privilege Piutang-piutang yang diberikan privilege terhadap barang-barang tertentu ialah: a) Biaya-biaya perkara yang telah dikeluarkan untuk penyitaan dan penjualan suatu benda/ biaya-biaya eksekusi. b) Uang sewa dari benda yang tak bergerak (rumah/ persil) beserta ongkos - ongkos perbaikan yang telah dikeluarkan si pemilik rumah atau persil. c) Harga pembelian barang-barang bergerak yang belum dibayar oleh si pembeli jika barang ini disita, si penjual barang mendapat privilege atas hasil penjualan barang itu. d) Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu benda dapat diambilkan terlebih dahulu dari hasil penjualan benda tersebut, apabila benda itu disita dan dijual. e) Biaya-biaya pembuatan suatu benda yang belum dibayar, si pembuat barang mendapat privilege atas pendapatan penjualan barang itu, apabila barang itu disita dan dijual. f) Apa yg tlh diserahkan kpd tamu oleh pengusaha penginapan. g) Upah-upah pengangkutan dan biaya tambahannya. h) Biaya yg harus dibayar kepada tukang atas pekerjaan yg dilakukan utk benda milik terutang dan jangka waktu utang tsb maksimal 3 tahun. i) Penggantian-penggantian serta pembayaran-pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai-pegawai yangg memangku suatu jabatan umum, karena kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yg dilakukan dalam jabatan.

Piutang-piutang yang diberikan privilege terhadap semua kekayaan orang yang berhutang ialah: a. Biaya biaya perkara. b. Biaya-biaya penguburan. c. Biaya-biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan. d. Upah para buruh dari debitur yang belum terbayar dari tahun yang sedang berjalan dan tahun sebelumnya. e. Utang bahan2 akanaan debitur beserta keluarganya selama jangka wkt 6 bln terakhir. f. Utang pengusaha sekolah berasrama utk thn penghabisan. g. Utang2 orang yg tdk cakap. HAK REKLAME Perkataan reklame berarti menuntut kembali (reclaim). Jika jual beli diadakan tanpa suatu janji bahwa harga barang boleh diangsur atau dicicil (jual beli yang demikian dinamakan jual-beli tunai) dan pembeli tidak membayar harga itu, maka selama barangnya masih berada di tangannya si pembeli, penjual dapat menuntut kembali barangnya, asal penuntutan kembali itu dilakukan dalam jangka waktu tiga puluh hari. Hak penjual barang ini terkenal dengan nama hak reklame dan diatur dalam pasal 1145 B.W dan dalam KUHD (Pasal 230 dan seterusnya). Tetapi peraturan dalam KUHD itu hanya berlaku dalam halnya si pembeli telah dinyatakan pailit. Dalam kepailitan si pembeli itu tuntutan reklame harus ditujukan kepada Balai Harta Peninggalan (Weeskamer) selaku curatice (pengampu) dari si pembeli yang telah jatuh pailit itu. Dalam Pengertian lain, yang dimaksud dengan hak reklame adalah hak yang diberikan kepada si penjual untuk meminta kembali barangnya yang telah diterima oleh si pembeli setelah pembeli membayar tunai. Jadi, jikalau penjualan telah dilakukan dengan tunai, maka si penjual mempunyai kekuasaan menuntut kembali barang-barangnya, selama barang-barang ini masih berada di tangan si pembeli, asal saja penuntutan kembali ini dilakukan dalam jangka waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada si pembeli (Pasal 1145 ayat 1 KUHPer). Menurut undang-undang, hak si penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila: 1) Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal 1146). 2) Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad baik dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a KUHPer). Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hak reklame ini mempunyai unsur yang dimiliki dalam hak kebendaan, yaitu memberikan kekuasaan langsung pada bendanya dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga. Oleh karena hak reklame ini ada miripnya dengan hak kebendaan, maka ia diatur dalam Buku II KUHPer.

HAK RETENTIE Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang dimaksud dengan hak retentie adalah hak untuk menahan sesuatu benda, sampai suatu piutang yang bertalian dengan benda itu dilunasi. Sedangkan menurut H.F.A. Vollmar, hak menahan (hak retentie) adalah hak untuk tetap memegang benda milik orang lain sampai piutang si pemegang mengenai benda tersebut telah lunas. Hak retentie ini mempunyai sifat : 1) tak dapat dibagi-bagi. Artinya, pembayaran atas sebagian utang saja, tidak berarti hapusnya hak retentie (harus mengembalikan sebagian dari barang yang ditahan). Hak retentie hapus apabila seluruh utang telah dibayar lunas. 2) Hanya untuk menahan, tdk untuk memakai. 3) Memberikan jaminan pada klien bahwa tagihan akan dipenuhi 4) Perjanjian pokok harus ada kaitan dengan benda yang ditahan. Adapaun contoh kejadian hak retensi adalah : A membetulkan sepedanya kepada B. Maka sebelum ongkos reparasi sepeda itu dibayar oleh A, B berwenang menahan sepeda tersebut hingga ongkos reparasi dibayar oleh A.

DAFTAR PUSTAKA

http://heleninfo.files.wordpress.com http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-perdata-tentang-hukum.html http://ninaekasari.blogspot.com/2012/05/tulisan-4-pengakuan-hukum-tentang-hak.html http://repository.binus.ac.id http://tiyanswt.blogspot.com/ Simanjuntak, S.H., P.N.H. (2009). Pokok - Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta : Djambatan

You might also like