You are on page 1of 20

FILARIASIS

ANGGOTA KELOMPOK: GABRIELA ELSA ANASTASIA (2011-11-012) HELEN OLIVIA SIMBOLON (2011-11-017)

MARIA SARLINA MEDHO (2011-11-025)


NIRWANA SIADARI (2011-11-0)

APA ITU FILARIASIS????


Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan skrotum. Cacing filaria hidup disaluran dan kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik (Depkes RI, 2005). Filariasis adalah infeksi cacing filaria, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi atau Brugia timori. Parasit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi dan berkembang menjadi cacing dewasa di pembuluh limfatik, menyebabkan kerusakan parah dan pembengkakan (limfedema). (http://www.who.int/topics/filariasis/en/. Diakses 1 April 2013)

ANATOMI DAN FISIOLOGIS

Sistem limfatik merupakan jalur tambahan ketika cairan dapat mengalir dan ruang interstisial ke dalam darah. Sistem limfatik dapat mengangkut protein dan zat-zat partikel besar keluar ruangan jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan absorpsi langsung kedalam kapiler darah. Pengeluaran protein dari ruang interstisial merupakan fungsi penting, tanpa fungsi ini kita akan meninggal dalam waktu 24 jam. Fungsi sistem limfatik adalah transport cairan untuk kembali ke dalam darah dan berperan penting dalam pertahanan tubuh dan pertahanan terhadap penyakit. Limfe merupakan cairan jaringan berlebih (cairan interstisial dari darah) dibawa pembuluh limfe dan kembali kealiran darah. Sistem ini merupakan system salah satu jalur untuk menuju jantung, tidak ada pemompaan dari pembuluh limfe dan pembuluh darah. Pergerakan limfe menuju jantung dipengaruhi oleh perubahan tekanan rongga toraks(rongga dada), kontraksi ritmik dan otot polos pembuluh darah, pengaruh kontraksi otot rangka. Cairan limfe komposisinya hamper sama dengan komposisi kimia plasma darah. Cairan limfe mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk kedalam aliran darah. Konsentrasi protein dalam cairan interstisial rata-rata 2 gram/100 ml.

Kuman penginfeksi dapat ditangkap sehingga menimbulkan peradangan pada kelenjar setempat. Peristiwa ini menunjukkan adanya infeksi, misalnya infeksi pada kaki timbul pembengkakan pada kelenjar inguinal. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lacteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus, sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik, yang mengalirkan lebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial, beberapa pengecualian antara lain permukaan kulit, system saraf pusat, bagian dalam saraf perifer endonmisium otot dan tulang. Pada akhirnya cairan yang mengalir ke dalam pembuluh limfatik atau otak mengalir ke dalam serebrospinal kemudian langsung kembali kedalam darah. Pada dasarnya seluruh cairan limfe dari bagian bawah tubuh mengalir ke atas ke duktus torasikus dan bermuara ke dalam sistem vena jugularis interna sinistra dan vena subklavia. Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri dan sebagai darah toraks juga memasuki duktus limfatikus yang kemudian bermuara ke dalam system vena, pada pertemuan antara vena subklavia dekstra dan vena jugularis interna

Karakteristik Gambaran Umum Rasio Panjang dan Lebar

W. Bancrofti Melengkung dan mulus 1:1

Brugia Malayi Melengkung kaku dan patah 1:2

Brugia Timori Melengkung kaku dan patah 1:3

Warna Selubung
Ukuran Tubuh Susunan Inti Tubuh Jumlah inti di ujung

Tidak berwarna
224-296 Tersusun rapi Tidak ada

Merah muda
177-220 Berkelompok 2 Ujung agak tumpul

Tidak berwarna
265-323 berkelompok 3 Ujung agak tumpul Aedes,anopheles manusia

ekor

Gambaran ujung ekor Ujung seperti pita Vektor pembawa Hospes

Culex,aedes,anpheles Anopheles,mansonia ,mansonia manusia Manusia,kucing, anjing,kera

LARVA
Larva adalah tahapan perubahan dari cacing filaria yang terdiri: Larva stadium 1: berbentuk seperti sosis berukuran 125-250 um dengan ekor runcing seperti cambuk Larva stadium 2: berukuran 200-300 um x 15-30 um dengan ekor tumpul atau memendek serta menunjukkan aktivitas gerak Larva stadium 3: yang berukuran 1400 um x 20 um. Pada stadium 3 morfologi larva tampa ramping disertai dengan gerakan aktif. Larva pada stadium ini merupakan bentuk infektif dari cacing filaria.

APA PENYEBABNYA????
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Secara epidemiologi cacing filaria dibagi menjadi 6 tipe (Depkes,2006) yaitu: 1. Wucheria Bancrofti tipe perkotaan (urban) 2. Wucheria bancrofti tipe pedesaan (rural) 3. Brugia Malayi tipe periodic noturna 4. Brugia Malayi tipe subperiodik nokturna 5. Brugia Malayi tipe non periodic 6. Brugia Timori tipe periodic nokturna

Faktor lainya adalah: Kebersihan lingkungan Higine perorangan

Tanda dan Gejala Gejala peradangan dapat berlangsung beberapa hari sampai dengan 2-3 minggu, dan biasanya disertai demam, sakit kepala, muntahmuntah, lesu dan tidak nafsu makan. Daerah yang terserang menjadi merah, nyeri, dan membengkak dan seringkali saluran limfe dapat diraba.

Test Diagnostik Pemeriksaan darah Pemeriksaan parasitologi dengan cara pewarnaan Giemsa Pemeriksaan serologi Test intradermal dengan antigen filaria Pemeriksaan limfografi Biopsi kelenjar

penatalaksanaan
Preventif: Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Memberantas nyamuk. Pengobatan spesifik: Pemberian diethylcarbamazine. Obat lain yang juga aktif terhadap mikrofilaria adalah ivermetin dan albendazole. Antihistamin dan analgetik-antipiretik dapat diberikan pada fase limfangitis pembedahan

Komplikasi
Cacat permanen Obstruksi sistem limfe Imobilisasi Kiluria Hidrokel atau kilokel Kilus

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah-muntah dan tidak nafsu makan 2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan 3. Kerusakan integritas kulit b.d faktor internal (edema)

DP 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah-muntah dan tidak nafsu makan teratasi dalam waktu 3 hari yang ditandai dengan : Pasien makan secara mandiri tanpa didorong Adanya selera makan Input output asupan makanan dan cairan seimbang PELAKSANAAN 1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mesdiskusikan alasan untuk tidak makan R/: untuk membantu mengkaji penyebab gangguan makan 2.Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat) R/: untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan, pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi. 3. Tentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan makanan tersebut. Tawarkan makanan yang merangsang indra penghidu, penglihatan, dan taktil. R/: meningkatkan nafsu makan pasien. 4.Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan R/: meningkatkan nafsu makan pasien 5.Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti siprofeptadin (periactin) R/: antagonis serotonin dan histamin dalam dosis tinggi untuk merangsang napsu makan, menurunkan penolakan makan, dan melawan depresi.

DP 2:Intoleransi aktivitas b.d kelemahan teratasi dalam waktu 6 hari yang ditandai dengan : Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas Pasien mengidentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan kelemahan Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi tetap dalam batas yang ditetapkan selama aktivitas PELAKSANAAN 1.Panatau respon fisiologis terhadap peningkatan aktivitas (termasuk respirasi, nadi, irama jantung, dan tekanan darah) R/: meyakinkan bahwa frekuensinya kembali normal beberapa menit setelah melakukan latihan 2.Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat berarti baginya R/: meningkatkan motivasinya agar lebih aktif 3.Ajarkan kepada pasien cara menghemat energi ketika melakukan aktivitas contohnya duduk dikursi ketika berpakaian R/: tindakan tersebut dapat menurunkan metabolisme seluler dan kebutuhan oksigen 4.Kolaborasi dengan fisioterapi dalam menentukan aktivitas klien R/: untuk menghindari terjadinya komplikasi

DP 3:Kerusakan integritas kulit b.d faktor internal (edema) teratasi dalam waktu 6 hari yang ditandai dengan : Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan Komplikasi dapat dihindari atau diminimalkan Turgor kulit elastis Pasien tidak mengalami kerusakan kulit PELAKSANAAN 1.Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit, dan laporkan perubahannya R/: untuk menunjukkan keefektifan program perawatan kulit 2.Berikan pengarahan kepada pasien dan pemberi asuhan dalam regimen perawatan kulit R/: untuk memastikan kepatuhan 3.Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam dan ikuti jadwal pengubahan posisi yang dipasang disamping tempat tidur. Pantau frekuensi pengubahan posisi. R/: tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan pada jaringan, meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit. 4.Pijat kulit, khususnya diatas penonjolan tulang. R/: memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit.

KESIMPULAN dan saran


Kesimpulan Filariasis adalah infeksi cacing filaria, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi atau Brugia timori. Parasit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi dan berkembang menjadi cacing dewasa di pembuluh limfatik, menyebabkan kerusakan parah dan pembengkakan (limfedema). Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk menghentikan transmisi, diperlukan progam yang berkesinambungan dan memakan waktu lama, karena masa hidup dari cacing dewasa itu cukup lama. Tingkat kesembuhan tinggi bisa tercapai bila penumuan kasus filariasis ini dalam fase awal dan belum ada gejala menahun.

1. 2.

Saran
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan syarat utama untuk menghindari infeksi filariasis. Pemberantasan nyamuk dewasa dan larva perlu dilakukan sesuai aturan dan indikasi.

You might also like